Anda di halaman 1dari 2

Peralihan adalah perbuatan hukum yang sengaja dilakukan dengan tujuan agar hak atas tanah

beralih dari yang mengalihkan  kepada yang menerima peralihan. Peralihan hak atas tanah ini
ada juga yang menyebutnya dengan istilah “pemindahan” hak atas tanah.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 20,26,28,38 dan 43 UUPA maka setiap hak atas tanah
dapat beralih dan dialihkan. Dalam Praktik peralihan hak itu dapat berbentuk :

1.      Jual Beli;

2.      Tukar-menukar;

3.      Hibah;

4.      Pemisah dan Pembagian Harta Warisan;

5.      Pemisah dan Pembagian Harta Biasa (bukan warisan);

6.      Penyerahan/ Hibah atau wasiat (legaat);

7.      Penyerahan tanah sebagai modal perusahaan.

1. Notaris

adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini atau berdasarkan undang-undang
lainnya (Pasal 1 angka 1 UUJN No.2 Th.2014)

2. Kepala Desa ditunjuk sebagai PPAT Sementara, Wakil Camat atau Sekretaris

Di daerah kecamatan yang hanya terdapat seorang PPAT yaitu PPAT Sementara dan di wilayah
desa yang Kepala Desanya ditunjuk sebagai PPAT Sementara, Wakil Camat atau Sekretaris Desa
dapat membuat akta untuk keperluan pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ayat (1)
PP 37/1998 setelah mengucapkan sumpah jabatan PPAT didepan PPAT Sementara yang
bersangkutan (Pasal 23 ayat (2)  Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Pejabat
Pembuat Akta Tanah
3. Pejabat Pencatatan Sipil

Pasal 27 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan;

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan
Kutipan Akta Kelahiran.

Anda mungkin juga menyukai