Oleh:
SUHARMEIKY
NO. BP. 2233051
Dosen Pengampu:
10. Ahli Waris Yang Tidak Patut Menerima Harta Warisan ……………………………15
2
HUKUM WARIS PERDATA BARAT
Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata, belu terdapat
kodifikasi. Hal ini berati bahwa bagi berbagai golongan penduduk Indonesia masih berlku
1. Hukum waris Adat, sampai saat sekarang hukum waris adat pada masing-masing
2. Hukum waris Islam, bagi mereka yang bneragama islam (sebagian penduduk
Indonesia yang beragama islam). Hukum wris islam ini diatur dalam instruksi
Presiden No;1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (Pasal 171-214 KHI)
3. Hukum waris Barat, bagi mereka yang tunduk pada Hukum Perdata Barat, berlaku
a. Hukum waris dianggap sebagai suatu hak kebendaan (Pasal 528 KUHPerdata)
b. Hukum waris merupakan salah satu cara yang ditentukan secara limitative oleh
Hukum waris perdata atau yang sering disebut hukum waris barat berlaku untuk
masyarakat nonmuslim, termasuk warga negara Indonesia keturunan, baik Tionghoa maupun
Eropa yang ketentuannya diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer).
3
Hukum waris perdata menganut sistem individual di mana setiap ahli waris mendapatkan atau
Hukum waris diatur di dalam Buku II KUHPer. Pasal yang mengatur tentang waris
sebanyak 300 pasal, yang dimulai dari Pasal 830 KUHPer sampai dengan Pasal 1130
KUHPer. Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai kekayaan karena wafatnya
seseorang, mengenai pemindahan kekayaan yang di tinggalkan oleh si pewaris. Terdapat tiga
1. Adanya pewaris
warisan baru bisa dilakukan apabila terjadi kematian. Ada dua jalur untuk mendapatkan
Dalam hal ini sanak keluarga pewaris (almarhum yang meninggalkan warisan) adalah pihak
yang berhak menerima warisan. Mereka yang berhak menerima dibagi menjadi empat
golongan, yaitu anak, istri atau suami, adik atau kakak, dan kakek atau nenek.
berdasarkan surat wasiat. Dalam jalur ini, terdapat pernyataan seseorang tentang apa yang
dikehendakinya setelah ia meninggal dunia suatu saat nanti yang oleh si pembuatnya dapat
diubah atau dicabut kembali selama ia masih hidup sesuai dengan KUHPer Pasal 992. Cara
4
pembatalannya harus dengan wasiat baru atau dilakukan dengan Notaris. Syarat pembuatan
surat wasiat ini berlaku bagi mereka yang sudah berusia 18 tahun atau lebih dan sudah
menikah meski belum berusia 18 tahun. Yang termasuk golongan ahli waris berdasarkan surat
wasiat adalah semua orang yang ditunjuk oleh pewaris melalui surat wasiat untuk menjadi
ahli warisnya.
Hukum waris yang ada dab berlaku di Indonesia sampai saat ini masih belu
merupakan unifikasi hukum. Bentuk dan system hukum waris sangat erat kaitannya dengan
bentuk masyarakat dan sifat kekeluargaan. Sedangkan sisten kekeluargaan pada masyarakat
Indonesia, berpokok pangkal pada system menarik garis keturunan yang pada dasarnya
dikenal ada tiga macam system keturunan. Bentuk masyarakat dan sifat kekeluargaan yang
keturunan ayah atau garis keturunan nenek moyanmgnya yang laki-laki. System
2. System matrilineal/sifat keibuan System yang menarik garis keturunan dari nenek
melalui garis bapak maupun garis ibu sehingga dalam kekeluargaan semacam ini
pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara pihak ibu dan pihak ayah : Jawa,
5
Madura, Sumatera Timur, Seluruh Sulawesi, Ternate, Lombok, Riau, Aceh,
Sumatera Selatan.
1. Pewaris :
orang yang meninggal dan meninggalkan harta benda/kekayaan. Inilah adalah merupakan
syarat sebagai pewaris yaitu adanya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi pada pihak
2. Ahli waris :
a. Ahli waris berdasarkan kedudukan sendiri (uit eigen hoofed) atau mewaris secara
langsung,misalnya jika ayah meninggal, maka sekalian anak-anaknya tampil sebagai ahli
a.1. Golongan pertama, yaitu anak-anak beserta keturunannya dalam garis lurus kebawah.
Mulai tahun 1935 hak mewaris suami atau istri yang hidup terlama disamakan dengan
a.2. Golongan kedua, orang tua dan saudara-saudara pewaris; pada asasnya bagian orang
tua disamakan dengan bagian saudara-saudara pewaris, tetapi ada jaminan di mana bagian
a.3. Golongan ketiga, Pasal 853 dan Pasal 854 KUHPerdata, dalam hal tidak ada gol.
Pertama dan gol. Kedua, maka harta peninggalan harus dibagi menjadi dua (kloving),
setengah bagian untuk kakek-nenek pihak ayah, dan setelah lagi untuk kakek-nenek dari
pihak ibu
6
a.4. go;ongan ke empat, sanak keluarga si pewaris dalam garis menyimpang sampai derajat
ke enam.
b. Ahli waris berdasarkan penggantian (bij plaatsvervulling), disebut juga sabagai ahli waris
b.1. Penggantian dalam garis lurus ke bawah, Pasal 848 KUHPerdata : hanya orang-orang
b.2. Penggantian dalam garis ke samping, tiap saudara kandung/tiri yang meninggal lebih
keluarga yang lebih jauh, misalnya paman/keponakan, jika meninggal lebih dulu
c. Pihak ketiga yang bukan ahli waris dapat menikmati harta peninggalan, dalam hal ini
kemungkinan timbul karena KUHPerdata terdapat ketentuan tentang pihak ketiga yang bukan
ahli waris, tetapi dapat menikmati harta peninggalan pewaris berdasarkan suatu
testament/wasiat
Selain ahli waris dan pewaris dalam KUHPerdata, juga dikenal adanya :
1. Suatu fidei comis, ialah suatu pemberian warisan kepada seseorang ahli waris
lewatnya waktu, warisan itu harus diserahkan pad orang lain. Cara pemberian
7
warisan semacam ini oleh UU disebut sebagai pemberian warisan secara
melangkah
penghasilan dari harta peninggalan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar jangan
sampai kekayaan tersebut dihabiskan dalam waktu singkat oleh para ahli
waris/legataris
1. Hak pewaris, timbul sebelum terbukanya harta peninggalan dalam arti sebelum pewaris
berupa :
b. Legaat, pemberian hak kepada seseorang atas dasar testament/wasiat yang khusus,
yang berupa :
8
*. Hak atas seluruh dari satu macam benda tertentu
Bentuk testament :
1. Openbaar testament, testament yang dibuat oleh seorang notaries dengan dihadiri
2. Olographis testament, testament yang ditulis oleh si calon pewaris sendiri, kemudian
diserahkan kepada seorang notaries untuk disimpan dengan disaksikan oleh dua orang
saksi
3. Testament rahasia, dibuat oleh calon pewaris tidak harus ditulis tangan, kemudian
testament tersebut disegel dan diserahkan kepada seorang notaries dengan disaksikan
2. Kewajiban pewaris
mengindahkan adanya legitieme portie, yaitu suatu bagian tertentu dari harta peninggalan
yang tidak dapat dihapuskan oleh orang yang meninggalkan warisan (Pasal 913
KUHPerdata).
Hak ahli waris, setelah terbuka warisan, ahli waris diberikan hak untuk menentukan sikap :
9
1. Menerima secara penuh, yang dapat dilakukan secara tegas atau secara lain. Secara
tegas , jika penerimaan tersebut dituangkan dalam suatu akta yang memuat
penerimaannya sebagai ahli waris. Secara diam-diam , jika ahli waris tersebut
melakukan perbuatan penerimaannya sebagai ahli waris dan perbuatan tersebut harus
2. Menerima dengan reserve, (hak untuk menukar). Voorrecht van boedel beschijving
atau beneficiare annvaarding.Hal ini harus dinyatakan pada Panitera Pengadilan Negeri
di tempat warisan terbuka.akibat yang terpenting dari warisan secara beneficiare ini
sedemikian rupa sehingga pelunasannya dibatasi menurut kekuatan warisan, dalam hal
ini berarti si ahli waris tersebut tidak usah menanggung pembayaran hutang dengan
kekayaan sendiri, jika hutang pewaris lebih besar dari harta bendanya
a. Menolak warisan, ini mungkin, jika jumlah harta kekayaan yang berupa kewajiban
membayar hutang lebih besar daripada hak untuk menikmati harta peninggalan.
Negeri setempat.
10
4. Melaksanakan wasiat jika ada
6. Pembagian warisan
a. Tidak seorang ahli waris yang dapat dipaksa membiarkan harta warisan tidak
terbagi
jangka waktu 5 tahun, tenggang waktu ini dapat diperpanjang 5 tshun lagi dengn
KUHPerdata tidak menentukan cara tertentu dalam pembagian warisan, jika ternyat
semua ahli waris cakap untuk bertindak sendiri dan semuanya berada ditempat (hadir) pada
saat pembegian warisan tersebut maka cara pembagian warisan diserahkan kepada mereka
sendiri, tetapi dalam hal ada dianrata ahli waris anak-anak di bawah umur atau ada yang
ditaruh di bawah curatele (pengampuan), maka pembagian warisan harus dilakukan dengan
suatu akta notaries dan dihadapan wees kamer (Balai Harta peninggalan).
Inbreng yaitu mengembalikan benda-benda ke dalam boedel. Masalah ini timbul jika
ternyata pewaris semasa hidupnya telah memberikan benda-benda secara schenking kepada
sementara ahli waris yang dianggapnya sebagai suatu voorschot atas bagian warisn yang akan
diperhitungkan kemudian.
Menurut UU yang diharuskan melakukan inbreng adalah para ahli waris dalam garis
lurus kebawah, dengan tidak membedakan apakah mewaris secara penuh atau menerima
11
dengan catatan, tetapi pewaris berhak untuk menentukan bahwa ahli waris yang telah
Sifat peraturan inbreng berbeda dengan peraturan legitieme protie : untuk melindungi
kepentingan ahli waris yang mempunyai hubungan yang sngat rapat dengan pewaris
karenanya peraturan tersebut bersifat memaksa artinya tidak dapat disingkirkan. Seseorang
yang pernah menerima pemberian benda sewaktu hidup tidak perlu melakukan inbreng jika ia
bukan ahli waris, ia hanya dapat dituntut pengurangan jika ternyata pemberian itu melanggar
legitieme portie.
1. Masing-masing ahli wris menerima barang tertentu dengan harga/nilai sama rata
seperti misalnya seperdua harta warisan jika ahli waris hanya terdiri dari dua
orang saja, seperlima jika ahli waris terdiri dari lima orang, demikian selanjutnya.
2. Bila diantara ahli waris ada yang menerima barang/harta waris lebih dari
bagiannya, di pihak lain di antara ahli waris menerima kurang dari bagiannya
maka ahli waris yang menerima bagian yang lebih diharuskan memberikan
sejumlah uang tunai pada yang mendapat kurang dari bagiannya Jika terdapat
perselisihan tentang siapa di antara mereka yang mendapat barang tertentu selaku
bagiannya, maka hal iniharus diundi. Apabila tidak ada kata sepakat mengenai
kemungkinan tukar menukar bagian masing-masing di antara para ahli waris Pasal
12
1083 KUHPerdata menegaskan : apabila pembagian warisn sudah terjadi, maka
masing-masing ahli waris dinggap sebagai pemilik barang yang diterimanya sejak
Pada prinsipnya obyek hukum waris adalah harta kekayaan yang dipindahkan dari
1. Aktiva, sejumlah bnda yang nyata ada dan/atau berupa tagihan/piutang kepda
pihak ketiga. Selain itu aktiva dapat berupa hak immaterial seperti hak cipta, hak
paten dsbnya
2. Pasiva, sejumlah hutang pewaris yang harus dilunasi pada pihak ketiga, maupun
kewajiban lainnya (menyimpan benda orang lain) Jadi obyek hukum waris adalah
harta kekayaan yang dapat berupa benda berwjud dan tidak berwujud, yang berarti
hak dan kewajiban pewaris yang lahir dari hubungan hukum kekeluargaan tidak
8. Legitieme portie
Adalah suatu bagian warisan tertentu yang harus diterima seorang ahli waris dari
harta peninggalan yang tidak dapat diganggu gugat. Yang berhak menerima/memperoleh
adalah ahli waris dalam garis lurus, baik ke bawah maupun ke atas. Dan baru timbul apabila
seorang dalam suatu keadaan sungguh-sungguh tampil ke muka sebagai ahli waris menurut
UU. Dalam hal ini ada prioritas/penutupan, missal nya jika si pewaris meninggal
meninggalkan anak-anak dan cucu-cucu sebagai ahli waris golongan pertama, maka orang tua
13
sebagai ahli waris dan karenanya tidak berhak atas suatu legitieme portie. Seorang yang
berhak atas legitieme portie dinamakan legitimaris. Ia dapat meminta pembatalan tiap
testament yang melanggar haknya dan ia berhak pula untuk menuntut supaya diadakan
pengurangan (inkoeting) terhadap segala macam pemberian warisan, baik yang berupa
hak pewaris dalam membuat testament menurut kehendak hatinya sendiri. Karena itu pasal-
pasal tentang legitieme portie itu dimasukkan dalam bagian tentang hak mewaris menurut
Apabila harta warisan telah terbuka namun tidak seorangpun ahli waris yang tampil
ke muka sebagai ahli waris, tak seorang pun yang menolak warisan, maka warisan dianggap
Dalam hal ini, tanpa menunggu perintah hakim, Balai Harta Peninggalan wajib
mengurus harta peninggalan tersebut. Pekerjaan pengurusan itu harus dilaporkan kepada
Kejaksaan Negeri setempat. Jika terjadi perselisihan tentang apakah suatu harta peninggalan
dianggap tidak terurus atau tidak, penentuan ini akan diputus oleh hakim
14
2. Wajib membereskan warisan, dalam arti menagih piutang-piutang pewaris dan
membayar semua hutang pewaris, apabila diminta oleh pihak yang berwajib. BHP
3. Wajib memanggil para ahli waris yang mungkin masih ada melalui surat kabar
atau panggilan resmi lainnya Apabila dalam jangka waktu tiga tahun terhitung
muali pada saatterbukanya warisan, belum juga ada ahli waris yang tampil
Negara, selanjutnya harta peninggalan itu akan diwarisi dan menjadi hak milik
Negara
UUndang-undang menyebutkan ada empat hal, seseorang ahli waris tidak patut
mewaris, yaitu :
1. Seorang ahli waris yang dengan putusan hakim telah dihukum karena
2. Seorang ahli waris yang dengan putusan hakim telah dihukum, karena
3. Ahli waris yang dengan kekerasan telah nyata-nyata menghalangi atau mencegah
surat wasiat Apabila ternyata ahli waris yang tidak patut ini menguasai sebagian
15
atau seluruh harta peninggalan dan ia berpura-pura sebagai ahliwaris, ia wajub
dinikmatinya
16
WASIAT (TESTAMEN) MENURUT KUHPERDATA
1. Pengertian Wasiat
Menurut KUHPerdata ada dua cara untuk mendapatkan warisan, yaitu:
Cara yang pertama disebut ahli waris ab intestato sedangkan cara yang kedua disebut
ahli waris secara testamentair. Wasiat atau testamen adalah suatu pernyatan dari seseorang
tentang apa yang dikehendaki setelah ia meninggal dunia. Dengan surat wasiat, si pewaris
dapat mengangkat seseorang atau beberapa orang ahli waris dan pewaris dapat memberikan
sesuatu kepada seseorang atau beberapa orang ahli waris tersebut. Pada pasal 875
KUHPerdata adapun yang dinamakan wasiat atau tastemen adalah suatu akta yang memuat
pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal
Surat wasiat dibuat dengan tujuan agar para ahli waris tidak dapat mengetahui
apakah harta warisan yang ditinggalkan oleh pewasiat akan diwariskan kepada ahli warisnya,
atau malah diwariskan kepada pihak lain yang sama sekali bukan ahli warisnya sampai tiba
waktu pembacaan surat wasiat tersebut. Dan hal tersebut kerap kalimenimbulkan persoalan di
antara para ahli waris dengan yang bukan ahli waris, akan tetapi sesuai surat wasiat orang
17
2. Syarat-Syarat Wasiat
Mengenai kecakapan orang yang membuat surat wasiat atau testament adalah bahwa
orang tersebut mampu berpikir secara normal atau berakal sehat. Sesuai dengan pasal 895
KUHPerdata yang menyebutkan untuk dapat membuat atau mencabut suatu surat wasiat
seseorang harus mempunyai akal budinya. Sehingga seseorang yang kurang memiliki akal
sehat ketika membuat surat wasiat, maka wasiatnya tersebut tidak dapat diberikan akibat
hukum atau dinyatakan batal. Pasal 895 KUH Perdata tersebut tidak memberikan
wewenang kepada orang yang tidak memiliki akal sehat untuk melakukan perbuatan
Ketidaksehatan dari suatu akal pikiran dapat bersifat tetap seperti sakit gila, dan juga
dapat bersifat hanya sementara seperti dalam keadaan mabuk, sakit panas atau demam
yang sangat tinggi dan dibawah hipnose. Hal ini berarti jika seseorang dalam kondisi yang
demikian membuat surat wasiat, maka keabsahan wasiatnya dapat ditentang oleh para ahli
warisnya. Apabila seseorang yang sedang dalam keadaan tidak berakal sehat telah
membuat suratwasiat kemudian setelah itu menjadi normal kembali dan masih hidup lama,
maka jika tidak mengubah wasiatnya (ketika dalam keadaan normal tersebut) tetap tidak
sah sebagaimana orang tersebut masih dalam keadaan tidak berakal sehat.
Pada pasal 897 KUHPerdata disebutkan bahwa para belum dewasa yang belum
mencapai umur genap delapan belas tahun tidak diperbolehka membuat surat wasiat. Hal
ini berarti seseorang dapat dikatakan dewasa dan dapat membuat surat wasiat apabila
sudah mencapai umur delapan belas tahun, akan tetapi orang yang sudah menikah
18
walaupun belum berumur delapan belas tahun diperbolehkan membuat surat wasiat.
Pasal 893 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu wasiat dianggap batal jika dibuat
dibawah ancaman atau penipuan. Suatu wasiat juga tidak boleh dibuat oleh dua orang
bersama-sama untuk menguntungkan satu sama lain dan untuk kepentingan pihak ketiga,
Orang yang menerima suatu wasiat harus ada sewaktu orang yang berwasiat
meninggal dunia (tertuang dalam pasal 899 KUHPerdata). Ketentuan ini bermaksud untuk
menghindari ketidakpastian dari orang yang diberi wasiat dan menetapkan bahwa suatu
wasiat gugur dalam hal pihak yang mendapatkan keuntungan (wasiat) meninggal terlebih
dahulu.
Pasal 912 KUHPerdata menyebutkan bahwa mereka yang telah dihukum karena
dan memalsu surat wasiatnya dan akhirnyapun mereka yang dengan paksaan atau
kekerasan telah mencegah si yang mewariskan tadi, akan mencabut atau mengubah surat
wasiatnya. Tiap-tiap mereka itu sepertipun tiaptiap istri atau suami dan anak-anak mereka
Hal ini berarti suatu wasiat tidak berisi penetapan untuk menguntungkan orang-orang
19
1. Seseorang yang telah dihukum karena membunuh si pewasiat.
wasiat.
3. Seseorang yang secara paksaan atau dengan cara kekerasan mencabut atau
Apabila seseorang dianggap tidak pantas menjadi ahli waris, maka anak-anak dari
suami dan istri yang dianggap tidak pantas menerima wasiat tersebut juga tidak
Seorang anak yang belum dewasa meskipun sudah berumur delapan belas tahun
karena dikhawatirkan adanya pengaruh yang kurang baik dari para wali anak yang belum
dewasa tersebut. Orang yang sudah dewasa pun baru dapat membuat testament secara sah
yang ditujukan kepada mantan walinya hanya setelah perhitungan perwalian diserahkan
dan ditutup.
Seorang Notaris dan saksi-saksi dalam pembuatan surat wasiat juga tidak
diperbolehkan mengambil keuntungan dari surat wasiat atau testament tersebut. Hal ini
dinyatakan dalam pasal 907 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa Notaris, yang mana
dengan perantaranya telah dibuat akta umum dari suatu wasiat, dan segala saksi yang telah
menyaksikan pembuatan akta itu, segala mereka tak diperbolehkan menikmati sedikitpun
dari apa yang pada mereka dengan wasiat itu kiranya telah dihibahkannya.
20
Menurut pasal tersebut, seorang Notaris dalam pembuatan surat wasiat maupun
saksi-saksi yang hadir pada waktu itu tidak dapat menarik suatu keuntungan dari wasiat.
Saksi-saksi yangdimaksud dalam pasal ini adalah para saksi yang benar-benar diperlukan
dalam pembuatan surat wasiat, dan bukan orang-orang yang secara kebetulan hadir pada
3. Batasan Wasiat
Batasan dalam suatu testament terletak dalam pasal 931 KUH Perdata yaitu tentang
legitime portie yang menyatakan bahwa legitime portie atau bagian mutlak adalah semua
bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan kepada ahli waris dalam garis lurus
menurut Undang-undang, terhadap bagian mana si yang meninggal dunia tidak diperbolehkan
menetapkan sesuatu, baik selaku pembagian antara yang masih hidup maupun yang sudah
Legitime portie adalah suatu bagian tertentu dari harta peninggalan yang tidak dapat
dihapuskan oleh orang yang meninggalkan warisan. Bagian tersebut tidak bisa diberikan
kepada orang lain, baik dengan cara penghibahan biasa maupun dengan surat wasiat. Orang-
4. Batalnya Wasiat
Batalnya testament tergantung pada suatu peristiwa yang tidak tentu, yaitu apabila
orang yang menerima wasiat meninggal lebih dahulu sebelum orang yang mewasiatkan
meninggal dunia maka wasiatatau testamentnya menjadi batal. Hal ini tertuang dalam pasal
997 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa tiap-tiap ketetapan dengan surat wasiat, sekedar
diambil dengan syarat yang bergantung pada suatu peristiwa yang tak tentu akan terjadi, dan
21
yang demikianpun sifatnya sehingga si yang mewasiatkan harus dianggap menggantungkan
pelaksanaan ketetapan yang demikianpun gugurlah, apabila si yang diangkat menjadi waris
atau yang harus menerima hibah meninggal dunia sebelum syarat itu terpenuhi.
Sehingga berdasarkan pasal tersebut di atas apabila orang yang menerima wasiat
meninggal lebih dahulu sebelum orang yang berwasiat meninggal dunia maka testamentnya
menjadi batal. Orang yang menerima wasiat atau testament menolak atau ternyata ia tidak
Pada uraian terdahulu sudah dijelaskan, bahwa wasiat bisa dicabut kembali, oleh
karena itu jika terjadi pencabutan kembali oleh pewasiat maka wasiat yang telah dibuat
b. akta notaris khusus Arti kata “khusus” di dalam hal ini adalah bahwa isi dari
wasiat itu dari simpanan notaris (karena tertulis sendiri). Meskipun begitu tentang
penyerahan kembali ini harus dibuat akta ontentik, ini perlu untuk tanggung
jawabnya notaris. Pasal 993 KUHPerdata suatu wasiat yang berisi penarikan
22
kembali wasiat yang terdahulu dan yang tidak dapat berlaku sebagai wasiat,
berlaku juga sebagai akta notaris biasa; jika selain berisi penarikan kembali juga
mengulangi hal-hal didalam wasiat terdahulu, maka hal-hal yang yang diulang itu
berlaku juga. Dengan demikian arti dari kata “khusus” dalam pasal 992
KUHPerdata itu tidak hanya mengenai hal yang ditarik kembali saja, tetapi juga
boleh memuat hal-hal yang mengulangi apa yang disebut didalam wasiat yang
dahulu.
Pencabutan surat wasiat secara diam-diam bisa diketahui dari tindakan pewasiat
yang dilakukan sesudah surat wasiat dibuat. Hal ini berarti adanya keinginan dari
pewasiat untuk menarik kembali sebagian atau seluruh wasiat yang telah
sekaligus, dimana isinya antara satu sama lain tidak sama (pasal 994 KUH
Perdata).
2. Dikatakan dalam pasal 996 KUH Perdata, jika suatu barang yang telah disebutkan
dalam suatu wasiat telah diberikan kepada orang lain, atau barang tersebut dijual
3. Pada pasal 934 KUH Perdata dikatakan bahwa suatu testament olographis dicabut
23
DAFTAR REFERENSI BACAAN
Apeldorn, L.J. van, 1980, Pengantar ilmu Hukum (terjemhan : Mr. Oetarid Sadino) Cet. XVI,
Pradnya Paramita, Jakarta
A Pitlo, 1994, Hukum Waris Menurut KUHPerdata Belanda (terjemahan : M.Isa Arief),
Intermasa, Jakarta
Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
Djaj S. Meliala, 2015, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan hukum
Perikatan,Nuansa Aulia, Bandung
Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Waris Indonesia Menurut perundangan, hukum Adat,
Hukum Agama Hindu-Islam, PT. Citra Aditya, Bandung
Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung
P.N.H. Simanjuntak, 2015, Hukum Perdata Indonesia, edisi Pertama, Kencana, Jakarta
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,Hukum Perdata Hak Jaminan Atas Tanah, Cet.Pertama, Liberty,
Yogyakarta
Subekti, 1979, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Cet, ke. 14, PT. Intermasa, Jakarta
Soepomo, 1993, Bab – Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta .
24