Anda di halaman 1dari 6

Waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan dan merupakan

bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris sangat erat kaitannya dengan ruang
lingkup kehidupan manusia, bahwa setiap manusia akan mengalami peristiwa yang
merupakan hukum yang lazimnya disebut dengan meninggal dunia. Apabila ada peristiwa
hukum, yaitu meninggalnya seseorang sekaligus menimbulkan akibat hukum, yaitu
bagaimana tentang pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban seseorang yang
meninggal dunia.1
Menurut pakar hukum Indonesia, Wirjono Prodjodikoro, hukum waris diartikan sebagai
hukum yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal
dunia (Pewaris), dan cara-cara berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain (Ahli
Waris). Meskipun pengertian hukum waris tidak tercantum dalam KUH Perdata, namun tata
cara pengaturan hukum waris tersebut diatur oleh KUH Perdata. Sedangkan berdasarkan
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 mengenai Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam
Indonesia, pengertian hukum waris adalah hukum yang mengatur pemindahan hak
pemilikan atas harta peninggalan Pewaris, lalu menentukan siapa saja yang berhak menjadi
Ahli Waris dan berapa besar bagian masing-masing. Dari pengertian ini dapatlah diketahui
bahwa substansi dari hukum kewarisan termasuk kewarisan Islam ialah pengaturan tentang
peralihan hak milik dari si mayit (Pewaris) kepada Ahli Warisnya.2
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menegaskan bahwa anak
memiliki hak untuk mewarisi harta kekayaan kedua orang tuanya ketika kedua orang tua
atau si pewaris itu telah meninggal dunia. Untuk melanjutkan kedudukan hukum bagi harta
seseorang yang meninggal, sedapat mungkin disesuaikan dengan kehendak dari orang yang
meninggal itu. Undang-undang berprinsip bahwa seseorang bebas menentukan
kehendaknya tentang harta kekayaannya setelah ia meninggal dunia.

Pihak ketiga yang tersangkut dalam warisan


Selain ahli waris dan pewaris dalam KUHPerdata, juga dikenal adanya :
1. Suatu fidei comis, ialah suatu pemberian warisan kepada seseorang ahli waris dengan
ketentuan bahwa ia berkewajiban menyimpan warisan itu dan setelah lewatnya waktu,
warisan itu harus diserahkan pad orang lain. Cara pemberian warisan semacam ini oleh UU
disebut sebagai pemberian warisan secara melangkah
2. Executeur testamentair, pelaksanaan wasiat yang ditunjuk oleh pewaris, yang bertugas
mengawasi pelaksanaan surat wasiat secara sungguh-sungguh sesuai dengan kehendak
pewaris
3. Bewindvoerder/pengelola, seseorang yang ditentukan dalam wasiat untuk mengurus
kekayaan, sehingga para ahli waris/legataris hanya menerima penghasilan dari harta
peninggalan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai kekayaan tersebut
dihabiskan dalam waktu singkat oleh para ahli waris/legataris
5. Hak dan kewjiban pewaris dan ahli waris
a. Hak dan kewajiban pewaris
1. Hak pewaris, timbul sebelum terbukanya harta peninggalan dalam arti sebelum
pewaris meninggal dunia berhak menyatakan kehendaknya dalam sebuah
testament/wasiat, yang berupa :
a. Erfstelling, suatu penunjukan satu/beberapa orang menjadi ahli waris untuk
mendapatkan sebagian atau seluruh harta peninggalan (testamentair erfgenaam :
ahli waris menurut wasiat)
b. Legaat, pemberian hak kepada seseorang atas dasar testament/wasiat yang khusus,
yang berupa :
*. Hak atas satu/atau beberapa benda tertentu
*. Hak atas seluruh dari satu macam benda tertentu
*. Hak vruchtgebruik, atas sebagian/seluruh warisan (Pasal 957 KUHPerdata)
Orang yang menerima legaat disebit legataris
Bentuk testament :
1. Openbaar testament, testament yang dibuat oleh seorang notaries dengan dihadiri oleh
dua orang saksi
10

2. Olographis testament, testament yang ditulis oleh si calon pewaris sendiri, kemudian
diserahkan kepada seorang notaries untuk disimpan dengan disaksikan oleh dua orang saksi
3. Testament rahasia, dibuat oleh calon pewaris tidak harus ditulis tangan, kemudian
testament tersebut disegel dan diserahkan kepada seorang notaries dengan disaksikan oleh
empat orang saksi
2. Kewajiban pewaris
Merupakan pembatasan terhadap haknya yang ditentukan UU. Ia harus mengindahkan
adanya legitieme portie, yaitu suatu bagian tertentu dari harta peninggalan yang tidak dapat
dihapuskan oleh orang yang meninggalkan warisan (Pasal 913 KUHPerdata).
b. Hakdankewajibanahliwaris
Hak ahli waris, setelah terbuka warisan, ahli waris diberikan hak untuk menentukan sikap :
1. Menerima secara penuh, yang dapat dilakukan secara tegas atau secara lain. Secara
tegas , jika penerimaan tersebut dituangkan dalam suatu akta yang memuat penerimaannya
sebagai ahli waris.
Secara diam-diam , jika ahli waris tersebut melakukan perbuatan penerimaannya sebagai
ahli waris dan perbuatan tersebut harus mencerminkan penerimaan terhadap warisan yang
meluang, yaitu dengan mengambil, menjual atau melunasi hutang- hutang pewaris
2. Menerima dengan reserve, (hak untuk menukar). Voorrecht van boedel beschijving atau
beneficiare annvaarding.Hal ini harus dinyatakan pada Panitera Pengadilan Negeri di tempat
warisan terbuka.akibat yang terpenting dari warisan secara beneficiare ini adalah kewajiban
untuk melunasi hutang-hutang danbeban lain si pewaris dibatasi sedemikian rupa sehingga
pelunasannya dibatasi menurut kekuatan warisan, dalam hal ini berarti si ahli waris tersebut
tidak usah menanggung pembayaran hutang dengan kekayaan sendiri, jika hutang pewaris
lebih besar dari harta bendanya
a. Menolak warisan, ini mungkin, jika jumlah harta kekayaan yang berupa kewajiban
membayar hutang lebih besar daripada hak untuk menikmati harta peninggalan. Penolakan
wajib dilakukan dengan suatu pernyataan kepada Panitera Pengadilan Negeri setempat.

Hukum Waris merupakan salah satu bagian dari sistem kekeluargaan yang terdapat di
Indonesia, oleh karena itu pokok pangkal uraian tentang Hukum Waris Adat bertitik tolak
dari bentuk masyarakat dan sifat susunan kekeluargaan yang terdapat di Indonesia, yaitu:
(1) Sifat Susunan Kekeluargaan Patrilineal
Dalam sifat susunan kekeluargaan patrilineal mengikuti pada garis ke-
bapakan, kedudukan anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. (Niken Candrawati
Asih Widiati, 2000:27).
Dalam sifat susunaan kekeluargaan ini kedudukan dan pengaruh pihak laki-laki dalam
Hukum Waris sangat menonjol. (Eman Suparman, 1991:35).
(2) Sifat Susunan Kekeluargaan Matrilineal
Dalam sifat susunan kekeluargaan matrilineal mengikuti pada garis ke-ibuan
yang dihitung menurut garis ibu, yakni saudara laki-laki dan saudara perempuan nenek
beserta saudara-saudaranya baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini terutama terjadi di
Minangkabau.
Dalam sistem ini semua anak-anaknya, hanya dapat menjadi ahli waris dari
ibunya sendiri.
Harta Warisan menurut Hukum Waris Adat yang menganut sifat susunan
kekeluargaan Matrilineal terdiri dari: (Eman Suparman, 1991: 45-47)
(a) Harta Pusaka Tinggi
Harta pusaka tinggi yaitu harta turun temurun dari beberapa generasi,
yakni harta tua yang diwarisi turun temurun dari mamak kepada kemenakan, maupun, yakni
harta yang diperoleh dari hasil harta tua, kedua jenis harta ini akan jatuh kepada kemenakan
dan tidak boleh diwariskan kepada anak.
(b) Harta Pusaka Rendah
Harta pusaka rendah yaitu harta yang turun dari satu generasi.

(c) Harta Pencaharian


Harta pencaharian yaitu harta yang diperoleh dengan melalui pembelian atau taruko.
(d) Harta Suarang
Harta suarang yaitu seluruh harta benda yang diperoleh secara bersama-
sama oleh suami-istri selama masa perkawinan, kecuali harta bawaan suami atau harta
tepatan istri yang telah ada sebelum perkawinan berlangsung.
(1) Sifat Susunan Kekeluargaan Parental
Dalam sifat susunan kekeluargaan parental mengikuti pada garis ke-ibu-
bapakan, hal ini terjadi di Jawa, Madura, Sumatera timur, Riau, Aceh, Sumatera Selatan,
seluruh Kalimantan, seluruh sulawesi, Ternate dan Lombok.
Dari sekian banyak daerah yang menganut sifat susunan kekeluargaan Parental,
dalam penulisan hukum ini penyusun hanya membatasi pada sifat kekeluargaan Parental di
Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Di dalam sifat susunan kekeluargaan parental ini kedudukan anak laki-laki dan anak
perempuan mempunyai hak yang sama atas harta peninggalan orang tuanya sehingga
dalam proses pengalihan/pengoperan sejumlah harta kekayaan dari pewaris kepada ahli
waris, baik anak laki-laki maupun anak perempuan diperlakukan sama.
Harta warisan menurut Hukum Waris Adat yang menganut sifat susunan kekeluargaan
Parental terdiri dari: (Eman Suparman, 1991: 53-54)

i) Harta Asal
Harta asal adalah harta kekayaan yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh sebelum
maupun selama perkawinan dengan cara pewarisan, hibah, hadiah, turun-temurun.
ii) Harta Bersama
Harta bersama atau gono-gini adalah harta kekayaan yang dimiliki oleh suami istri
yang diperoleh selama perkawinan.
Pihak ketiga yang tersangkut dalam warisan
Selain ahli waris dan pewaris dalam KUHPerdata, juga dikenal adanya :
1. Suatu fidei comis, ialah suatu pemberian warisan kepada seseorang ahli waris dengan
ketentuan bahwa ia berkewajiban menyimpan warisan itu dan setelah lewatnya waktu,
warisan itu harus diserahkan pad orang lain. Cara pemberian warisan semacam ini oleh UU
disebut sebagai pemberian warisan secara melangkah
2. Executeur testamentair, pelaksanaan wasiat yang ditunjuk oleh pewaris, yang bertugas
mengawasi pelaksanaan surat wasiat secara sungguh-sungguh sesuai dengan kehendak
pewaris
3. Bewindvoerder/pengelola, seseorang yang ditentukan dalam wasiat untuk mengurus
kekayaan, sehingga para ahli waris/legataris hanya menerima penghasilan dari harta
peninggalan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai kekayaan tersebut
dihabiskan dalam waktu singkat oleh para ahli waris/legataris
5. Hak dan kewjiban pewaris dan ahli waris
a. Hak dan kewajiban pewaris
1. Hak pewaris, timbul sebelum terbukanya harta peninggalan dalam arti sebelum
pewaris meninggal dunia berhak menyatakan kehendaknya dalam sebuah
testament/wasiat, yang berupa :
a. Erfstelling, suatu penunjukan satu/beberapa orang menjadi ahli waris untuk
mendapatkan sebagian atau seluruh harta peninggalan (testamentair erfgenaam :
ahli waris menurut wasiat)
b. Legaat, pemberian hak kepada seseorang atas dasar testament/wasiat yang khusus,
yang berupa :
*. Hak atas satu/atau beberapa benda tertentu
*. Hak atas seluruh dari satu macam benda tertentu
*. Hak vruchtgebruik, atas sebagian/seluruh warisan (Pasal 957 KUHPerdata)
Orang yang menerima legaat disebit legataris
Bentuk testament :
1. Openbaar testament, testament yang dibuat oleh seorang notaries dengan dihadiri oleh
dua orang saksi
10

2. Olographis testament, testament yang ditulis oleh si calon pewaris sendiri, kemudian
diserahkan kepada seorang notaries untuk disimpan dengan disaksikan oleh dua orang saksi
3. Testament rahasia, dibuat oleh calon pewaris tidak harus ditulis tangan, kemudian
testament tersebut disegel dan diserahkan kepada seorang notaries dengan disaksikan oleh
empat orang saksi
2. Kewajiban pewaris
Merupakan pembatasan terhadap haknya yang ditentukan UU. Ia harus mengindahkan
adanya legitieme portie, yaitu suatu bagian tertentu dari harta peninggalan yang tidak dapat
dihapuskan oleh orang yang meninggalkan warisan (Pasal 913 KUHPerdata).
b. Hakdankewajibanahliwaris
Hak ahli waris, setelah terbuka warisan, ahli waris diberikan hak untuk menentukan sikap :
1. Menerima secara penuh, yang dapat dilakukan secara tegas atau secara lain. Secara
tegas , jika penerimaan tersebut dituangkan dalam suatu akta yang memuat penerimaannya
sebagai ahli waris.
Secara diam-diam , jika ahli waris tersebut melakukan perbuatan penerimaannya sebagai
ahli waris dan perbuatan tersebut harus mencerminkan penerimaan terhadap warisan yang
meluang, yaitu dengan mengambil, menjual atau melunasi hutang- hutang pewaris
2. Menerima dengan reserve, (hak untuk menukar). Voorrecht van boedel beschijving atau
beneficiare annvaarding.Hal ini harus dinyatakan pada Panitera Pengadilan Negeri di tempat
warisan terbuka.akibat yang terpenting dari warisan secara beneficiare ini adalah kewajiban
untuk melunasi hutang-hutang danbeban lain si pewaris dibatasi sedemikian rupa sehingga
pelunasannya dibatasi menurut kekuatan warisan, dalam hal ini berarti si ahli waris tersebut
tidak usah menanggung pembayaran hutang dengan kekayaan sendiri, jika hutang pewaris
lebih besar dari harta bendanya
a. Menolak warisan, ini mungkin, jika jumlah harta kekayaan yang berupa kewajiban
membayar hutang lebih besar daripada hak untuk menikmati harta peninggalan. Penolakan
wajib dilakukan dengan suatu pernyataan kepada Panitera Pengadilan Negeri setempat.

Pembagian warisan
Pasal 1066 KUHPerdata menentukan/isinya dapat disimpulkan :
a. Tidak seorang ahli waris yang dapat dipaksa membiarkan harta warisan tidak terbagi
b. Pembegian harta warisan dapat dibagi sewktu-waktu
c. Dibuka kemungkinan untuk mempertangguhkan pembagian harta warisan dengan
jangka waktu 5 tahun, tenggang waktu ini dapat diperpanjang 5 tshun lagi dengn
persetujuan sebua ahli waris
KUHPerdata tidak menentukan cara tertentu dalam pembagian warisan, jika ternyat semua
ahli waris cakap untuk bertindak sendiri dan semuanya berada ditempat (hadir) pada saat
pembegian warisan tersebut maka cara pembagian warisan diserahkan kepada mereka
sendiri, tetapi dalam hal ada dianrata ahli waris anak-anak di bawah umur atau ada yang
ditaruh di bawah curatele (pengampuan), maka pembagian warisan harus dilakukan dengan
suatu akta notaries dan dihadapan wees kamer (Balai Harta peninggalan).
Inbreng yaitu mengembalikan benda-benda ke dalam boedel. Masalah ini timbul jika
ternyata pewaris semasa hidupnya telah memberikan benda-benda secara schenking
kepada sementara ahli waris yang dianggapnya sebagai suatu voorschot atas bagian warisn
yang akan diperhitungkan kemudian.
Menurut UU yang diharuskan melakukan inbreng adalah para ahli waris dalam garis lurus
kebawah, dengan tidak membedakan apakah mewaris secara penuh atau menerima dengan
catatan, tetapi pewaris berhak untuk menentukan bahwa ahli waris yang telah menerima
pemberian-pemberian pada saat pewaris hidup dibebaskan dari inbreng.
Sifat peraturan inbreng berbeda dengan peraturan legitieme protie : untuk melindungi
kepentingan ahli waris yang mempunyai hubungan yang sngat rapat dengan pewaris
karenanya peraturan tersebut bersifat memaksa artinya tidak dapat disingkirkan. Seseorang
yang pernah menerima pemberian benda sewaktu hidup tidak perlu melakukan inbreng jika
ia bukan ahli waris, ia hanya dapat dituntut pengurangan jika ternyata pemberian itu
melanggar legitieme portie.
12

Pasl 1079 KUHPerdata, cara pembagian warisan :


1. Masing-masing ahli wris menerima barang tertentu dengan harga/nilai sama rata
seperti misalnya seperdua harta warisan jika ahli waris hanya terdiri dari dua orang
saja, seperlima jika ahli waris terdiri dari lima orang, demikian selanjutnya.
2. Bila diantara ahli waris ada yang menerima barang/harta waris lebih dari bagiannya, di
pihak lain di antara ahli waris menerima kurang dari bagiannya maka ahli waris yang
menerima bagian yang lebih diharuskan memberikan sejumlah uang tunai pada
yang mendapat kurang dari bagiannya
Jika terdapat perselisihan tentang siapa di antara mereka yang mendapat barang tertentu
selaku bagiannya, maka hal iniharus diundi. Apabila tidak ada kata sepakat mengenai
penentuan barang-barang tertentu yang akan dibagikan kepada masing- masing ahli waris
maka dapat dimintakan keputusan pengadilan negeri
Setelah menerima penentuan barang-barang tertentu, Pasal 1080 KUHPerdata membuka
kemungkinan tukar menukar bagian masing-masing di antara para ahli waris
Pasal 1083 KUHPerdata menegaskan : apabila pembagian warisn sudah terjadi, maka
masing-masing ahli waris dinggap sebagai pemilik barang yang diterimanya sejak saat
pewaris meninggal.p

Apeldorn, L.J. van, 1980, Pengantar ilmu Hukum (terjemhan : Mr. Oetarid Sadino) Cet. XVI,
Pradnya Paramita, Jakarta
A Pitlo, 1994, Hukum Waris Menurut KUHPerdata Belanda (terjemahan : M.Isa Arief),
Intermasa, Jakarta
Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
Djaj S. Meliala, 2015, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan hukum
Perikatan,Nuansa Aulia, Bandung
Eman Suparman, 1985, Intisari Hukum Waris Indonesia, Armico, Bandung
Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Waris Indonesia Menurut perundangan, hukum Adat,
Hukum Agama Hindu-Islam, PT. Citra Aditya, Bandung
Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni,
Bandung
Oemarsalim,1987, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta P.N.H.
Simanjuntak, 2015, Hukum Perdata Indonesia, edisi Pertama, Kencana, Jakarta R. Santoso
Pudjosubroto, 1976, Hukum Warisan Di Indonesia, Sumur Bandung, Jakarta Sri Soedewi
Masjchoen Sofwan,Hukum Perdata Hak Jaminan Atas Tanah, Cet.Pertama,
Liberty, Yogyakarta
Subekti, 1979, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Cet, ke. 14, PT. Intermasa, Jakarta
Soepomo, 1993, Bab – Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta
.R. Subekti, R. Tjitrosudibio, 1999, Kitab Undang Undang Hukum Perdata Terjemahan,
PT.Pradnya Paramita, Jakarta
Wirjono Prodjodikoro, 1966, Hukum Warisan Di Indonesia, Sumur, Bandung.

Ada apa?

Anda mungkin juga menyukai