Anda di halaman 1dari 4

Hukum Acara Perdata

HKUM4405

1. Pertanyaan
Berdasarkan contoh kasus diatas analisalah dan tentukan serta tentukan pengadilan
yang berwenang untuk menetukan besarnya warisan yang didapat masing-masing serta
menetapkan ahli waris.
Jawaban
Yang berwenang untuk menetukan besarnya warisan adalah atau mengeluarkan
penetapan ahli waris adalah pengadilan agama.
Dan yang berhak menjadi ahli waris dan beserta hukumnya menurut pasal 832 KUH
Perdata yang berhak menjadi ahli waris ialah keluarga sedarah, baik yang sah menurut
Undang – undang maupun diluar perkawinan, dan suami istri yang hidup terlama.
Undan undang telah menentukan bahwa untuk melanjutkan kedudukan hukum
seseorang yang meninggal.
Pasal 832 menyebutkan orang-orang yang berhak menjadi ahli waris, yaitu:

 Golongan I: keluarga yang berada pada garis lurus ke bawah, yaitu suami atau istri
yang ditinggalkan, anak-anak, dan keturunan beserta suami atau istri yang hidup
lebih lama.
 Golongan II: keluarga yang berada pada garis lurus ke atas, seperti orang tua dan
saudara beserta keturunannya.
 Golongan III: terdiri dari kakek, nenek, dan leluhur.
 Golongan IV: anggota keluarga yang berada pada garis ke samping dan keluarga
lainnya hingga derajat keenam.

Secara garis besar, ahli waris dari seseorang yang meninggalkan warisan dibagi menjadi
keluarga inti serta berdasarkan garis ketentuan. Berikut ini adalah ketentuannya yang lebih
rinci.
 Pembagian Warisan ke Keluarga Inti
Pihak yang dimaksud sebagai keluarga inti dari orang yang meninggalkan warisan adalah
suami atau istri serta anak-anak yang ditinggal mati oleh orang tersebut. Secara total,
mereka berhak mendapat setengah bagian dari total nilai warisan yang ditinggalkan.
Secara lebih rinci, janda atau duda yang ditinggalkan berhak menerima porsi warisan
sebesar seperempat dari total nilai warisan. Sementara itu, anak-anak dari pewaris
memiliki hak atas seperempat total nilai warisan yang ditinggalkan.
 Pembagian Warisan ke Keluarga Sedarah
Selain keluarga inti, keluarga sedarah dari oleh yang meninggal dan meninggalkan warisan
juga berhak atas nilai harta yang diwariskan tersebut. Pihak yang dimaksud sebagai
keluarga sedarah adalah ayah, ibu, serta saudara kandung dari orang yang meninggal
tersebut.
Pihak keluarga sedarah secara total memperoleh setengah dari total warisan yang
ditinggalkan. Setiap anggota keluarga sedarah memiliki ketentuan berbeda dan disepakati
dalam menerima total nilai waris yang ditinggalkan.
Perlu dicamkan bahwa nilai pembagian harta warisan baru dapat dicairkan apabila sang
pewaris tidak memiliki utang lagi terkait nilai yang ditinggalkan. Jika masih terdapat
utang, ahli waris wajib melunasinya terlebih dahulu.

2. Pertanyaan
a. Tentukanlah ke Pengadilan mana A mengajukan gugatan,Karena A dan B berbeda
tempat tinggal ( tidak di satu wilayah ) disertai hukumnya?
b. Analisalah langkah yang harus dilakukan A dalam gugatan agar mobil yang ada
ditangan M tidak berpindah tangan atau dijual M disertai dengan dasar hukumnya ?

Jawaban
a. Berdasarkan Pasal 118 HIR ayat (1)
“Gugatan perdata yang pada tingkat pertama masuk wewenang pengadilan negeri
dimasukan kepada ketua Pengadilan negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat
diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya tempat tinggal sebenarnya”. Dikarenakan
disini yang tergugat adalah si M yang diam di kota B maka si A dapat mengajukan
gugatannya di kota B.

b. Si A dalam gugatannya harus mengajukan Revindicatoir beslag (penyitaan barang milik


penggugat) merupakan sita dalam hukum perdata. Diajukan oleh pihak penggugat tertuang
dalam surat gugatan atau diajukan dengan permohonan terpisah pada saat pemeriksaan
sidang. Dimana barang yang dimohonkan sita jaminan harus disebutkan dalam surat
gugatan atau permohonan tersendiri secara terperinci dan jelas.

3. Pertanyaan
Berdasarkan kasus di atas, analisis dan tentukanlah upaya hukum yang bisa dilakukan
Mirna dalam melawan putusan hakim tersebut!

Jawaban
Upaya hukum yang bisa dilakukan Mirna, upaya yang diberikan oleh undang-undang
kepada seseorang atau badan hukum untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim
sebagai tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan putusan hakim yang dianggap
tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan, karena hakim
juga seorang manusia yang dapat melakukan kesalahan/kekhilafan sehingga salah
memutuskan atau memihak salah satu pihak.
a. Upaya Hukum Biasa: Perlawanan/verzet
Suatu upaya hukum terhadap putusan di luar hadirnya tergugat (putusan verstek). Dasar
hukum verzet dapat dilihat di dalam pasal 129 HIR. Verzet dapat dilakukan dalam
tempo/tenggang waktu 14 hari (termasuk hari libur) setelah putusan putusan verstek
diberitahukan atau disampaikan kepada tergugat karena tergugat tidak hadir.
Syarat verzet adalah (pasal 129 ayat (1) HIR):
1. keluarnya putusan verstek
2. jangka waktu untuk mengajukan perlawanan adalah tidak boleh lewat dari 14 hari dan
jika ada eksekusi tidak boleh lebih dari 8 hari; dan
3. verzet dimasukan dan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di wilayah hukum
dimana penggugat mengajukan gugatannya.

4. Pertanyaan
Berdasarkan kasus di atas, analisa dan tentukanlah langkah yang bisa ditempuh oleh Naldo
sebagai tergugat dalam persidangan gugat cerai ini untuk mendapatkan harta gono gini
tersebut! Berikan dasar hukumnya!

Jawaban
Pasangan suami istri (pasutri) yang beragama Islam berdasarkan UU Peradilan Agama
boleh mengajukan permohonan cerai talak atau cerai gugat disertai pembagian harta gono
gini di pengadilan agama, sehingga proses persidangannya dilakukan bersama-sama.
“Boleh setelah (diputus) cerai, baru mengajukan harta gono gini boleh diajukan secara
bersama-sama. Dasar hukum perceraian dalam Islam diatur Pasal 39 UU No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, Pasal 132 ayat (1) jo Pasal 88 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Tidak ada batasan waktu terkait berapa lama setelah cerai baru membagi harta gono-gini.
Namun, tidak disarankan menunda-nunda pembagian harta gono-gini setelah selesainya
rangkaian persidangan perceraian tersebut. “Mengapa harus ditunda? Kan ada hak orang
disitu. Hak tersebut tidak akan hapus karena perceraian.
Dasar hukum yang dilandasi dalam Kitab Undang-Undang Perdata (KUHPer) dinyatakan
bahwa percampuran harta diantara suami dan istri mulai terjadi sejak pernikahan terjadi.
Akibatnya, harta suami dan istri tersebut menyatu dan dikenal sebagai harta bersama di
mata hukum. Menurut KUHPer ini, ketika pasangan suami istri dinyatakan bercerai oleh
pengadilan, maka harta mereka harus dibagi sama rata, baik bagi suami maupun istri.
Harta yang dimaksudkan dalam hal ini antara lain semua keuntungan maupun kerugian
yang sudah didapatkan dari usaha yang dimiliki pasangan suami istri tersebut selama
mereka masih memiliki status menikah. Sekali lagi, semua harta yang dimiliki oleh suami
maupun istri sejak pernikahan terjadi termasuk di dalam harta bersama.

Anda mungkin juga menyukai