Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Shafwan Ikmal

11920110350
Hukum Keluarga 5A
Hukum Acara Peradilan Agama 2

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan alat bukti surat dan bagaimana kekuatan
hukumnya dalam persidangan?
Alat bukti surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang
dimaksudkan untuk menyampaikan buah fikiran seseorang dan dipergunakan
sebagai pembuktian. dari sekian alat-alat bukti yang telah ditentukan dalam
hukum acara perdata, alat bukti surat adalah alat bukti yang paling utama,
terlebih menyangkut hak kepemilikan, hak penguasaan terhadap suatu benda,
dan perjanjian/perikatan. Oleh sebab itu, di dalam persidangan majelis hakim
harus mendahulukan untuk mendapatkan alat bukti tertulis dari pada alat bukti
lainnya, bahkan meskipun telah selesai tahap pembuktian. Dalam hal para
pihak masih mengajukan alat bukti tambahan berupa alat bukti surat, maka
alat bukti tersebut patut diterima dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan.
2. Jelaskan tentang siapa saja yang boleh mengundurkan diri sebagai saksi dalam
persoalan perdata!
Pasal 146 ayat (1) HIR/Pasal 174 RBg mengatur tentang orang-orang yang
dapat mengundurkan diri sebagai saksi,yaitu :
A. Saudara laki dan saudara perempuan dan ipar laki-laki dan perempuan dari
saalah satu pihak

B. Keluarga sedarah menurut keturunan yang lurus dan saudara laki-laki dan
perempuan dari laki-laki atau istrri salah satu pihak

C. Semua orang yang karna kedudukan pekerjaan atau jabatan yang sah,
diwajibkan menyimpan rahasia, tetapi semata-mata hanya mengenai hal
demikian yang dipercayakan padanya.
3. Jelaskan pembagian sumpah sebagai alat bukti!
Sumpah sebagai alat bukti dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
A. Sumpah decissoir (sumpah pemutus) yang bersifat menentukan,
Merupakan sumpah yang dilakukan oleh salah satu pihak atas dasar
perintah dari pihak lawannya yang dapat menjadi titik tolak pemutusan
sengketa. Sumpah decissoir diatur dalam pasal 156 HIR/183 RBG, pasal
1930 KUH Perdata.
B. Sumpah suppletoir (sumpah pelengkap),
Merupakan sumpah yang diperintahkan oleh hakim kepada salah satu
pihak untuk melengkapi bukti terhadap peristiwa yang menjadi sengketa
(pasal 155 HIR/182 ayat (1) RBG). Pihak lawan masih memungkinkan
untuk mengajukan bukti untuk melemahkan sumpah tersebut.
C. Sumpah aestimatoir (sumpah penaksir),
Merupakan sumpah yang diperintahkan oleh hakim kepada penggugat
untuk menentukan jumlah uang ganti rugi, biasanya mengenai jumlah
uang yang meragukan. Sumpah tersebut diperintahkan, karena penggugat
tidak memiliki bukti lain sehingga hakim dapat memerintahkan
penggugat untuk bersumpah.
4. Jelaskan bagaimana hubungan amar dan petitum dalam putusan!
- Setiap petitum harus ada amarnya.
- Amar tidak boleh melebihi petitum, kecuali yang dibolehkan Undang-
undang pasal 178 HIR, pasal 41 (c) UU No. 1/ 1974, pasal 149 KHI).
- Amar merupakan jawaban dari petitum.
- Amar putusan harus didukung dengan konsideran (duduknya perkara dan
pertimbangan hukum), Amar yang tanpa didukung konsideran dapat
dibatalkan demi hukum.
5. Jelaskan jenis-jenis putusan berdasarkan sifatnya!
A. Putusan declaratoir : yaitu putusan pengadilan yang amarnya menyatakan
suatu keadaan dimana keadaan tersebut dinyatakan sah menurut hukum.
Misalnya, bahwa Ahmad adalah anak angkat yang sah dari Budi dan
Ema, atau Aida, Rian dan Abdul merupakan ahli waris dari H. Amar
(almarhum).
B. Putusan constitutif : yaitu putusan yang bersifat menghentikan atau
menimbulkan hukum baru. Contohnya, putusan perceraian Aliyah dengan
Galih
C. Putusan condemnatoir : yaitu putusan yang bersifat menghukum pihak
yang kalah untuk memenuhi suatu prestasi yang ditetapkan oleh hakim.
Misalnya, tergugat dihukum untuk menyerahkan sebidang 500 ha tanah,
Cahyo diwajibkan untuk membayar utang sejumlah Rp. 40.000.000,00
(empat ratus juta rupiah) kepada Ahmad.
6. Jelaskan apa saja kewajiban kepaniteraan pengadilan tingkat pertama dalam
pengajuan banding!
Kewajiban Kepaniteraan Pengadilan Tingkat Pertama
A. Panitera pengadilan tingkat pertama (pengadilan agama) mencatat dalam
daftar perkara banding, kemudian panitera memberitahukan pernyataan
banding serta memori banding (jika ada) kepada pihak terbanding (Pasal
10 UU Nomor 20 Tahun 1947).
B. Selambat-lambatnya empat belas hari setelah diterimanya permohonan
banding, panitera pengadilan tingkat pertama memberitahukan kepada
para pihak agar menghadap ke panitera untuk memeriksa berkas perkara
(inzage) (Pasal 11 UU Nomor 20 Tahun 1947).
C. Kemudian salinan putusan, berita acara persidangan memori banding
(jika ada), dan kontra memori banding (jika ada), bukti-bukti serta surat-
surat lain dalam berkas perkara putusan pengadilan tingkat pertama
(pengadilan agama) segera dikirimkan ke pengadilan tinggi (pengadilan
tinggi agama) (Pasal 11(2) UU Nomor 20 Tahun 1947).
7. Jelaskan alasan-alasan yang membolehkan permohonan kasasi!
Alasan mengajukan kasasi menurut pasal 30 UU No. 14/1985 antara lain :
 Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenang. Tidak
bewenangan yang dimaksud berkaitan dengan kompetensi relatif dan absolut
pengadilan, sedang melampaui batas bisa terjadi bila pengadilan mengabulkan
gugatan melebihi yang diminta dalam surat gugatan.
 Pengadilan salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku; Yang
dimaksud disini adalah kesalahan menerapkan hukum baik hukum formil
maupun hukum materil, sedangkan melanggar hukum adalah penerapan
hukum yang dilakukan oleh Judex facti salah atau bertentangan dengan
ketentuan hukum yang berlaku atau dapat juga diinterprestasikan penerapan
hukum tersebut tidak tepat dilakukan oleh judex facti.

 Pengadilan lalai memenuhi  syarat-syarat  yang  diwajibkan  oleh  peraturan


perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan
yang bersangkutan.

8. Jelaskan mengenai dasar hukum upaya peninjauan kembali!


PeninjauanKembali diatur dalam Pasal 66 UU No.14 Tahun 1985, yang
berbunyi:
A. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dilakukan satu kali.
B. Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau
menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan.
C. Permohonan Peninjauan Kembali dapat dicabut selama belum diputus,
dan dalam hal sudah dicabut permohonan Peninjauan Kembali itu tidak
dapat diajukan lagi.
9. Jelaskan bagaimana tatacara eksekusi riil!
Tata cara eksekusi riil
a) Surat permohonan eksekusi, dari pihak yang dimenangkan ditujukan
kepada ketua pengadilan agama yang memutus perkara dimaksud.
b) Aanmaning (peringatan) Teguran dari ketua pengadilan agama kepada
pihak yang kalah untuk segera melaksanakan isi putusan maksimal
delapan hari sejak aanmaning dilakukan (pasal 196 HIR/ 207 (2) R.Bg).
c) Ketua pengadilan membuat surat penetapan yang isinya memerintahkan
kepada panitera/juru sita untuk melaksanakan eksekusi sesuai dengan
amar putusan.
d) Surat pemberitahuan akan dilaksanakan eksekusi kepada pemohon
eksekusi, termohon eksekusi, kepala desa, camat dan kepolisian.
e) Eksekusi dilaksanakan ditempat objek eksekusi.
f) Membuat berita acara eksekusi.
g) Memberitahukan isi berita acara eksekusi (pasal 197 (5) HIR/ 209 (4)
R.Bg).

Anda mungkin juga menyukai