Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah


memerintahkan manusia untuk menyeru saudaranya dengan hikmah,
mauidzah hasanah, dan al-jidal al-hasanah
Shalawat dan salam semoga tercurah bagi Nabi Muhammad SAW,
penuntun umat manusia ke jalan yang benar melalui wahyu dan sabdanya.
Sehingga melahirkan ulama-ulama dan intelektual yang berkualitas yang
mampu menjawab berbagai permasalahan yang dibutuhkan oleh umat
pada zamannya.
Apabila diurut dari awal sangat banyak intelektual Muslim yang
jenius dan telah mewariskan karya dan ilmu pengetahuannya kepada kita
saat ini. Sebagai contoh Ibnu Sina (Bapak Kedokteran), Mullah Sadra
(Metafisikawan), Ibn Al-Haitam (Ahli Fisika optic), Jabir Ibn Hayyam Al-
Kufi (Perintis kimia modern) dan diantaranya pula adalah seorang ulama
abad ini yaitu Yusuf Al-Qardhawi (selanjutnya disebut Qardhawi).
Sidek Baba secara khusus juga menyebut Qardhawi sebagai salah
satu deretan nama seorang mujaddid. Tokoh-tokoh seperti Ibn Taimiyyah,
Muhammad Abduh, Muhammad bin Ab. Wahab. Hassan al Banna, Sheikh
Muhammad al Ghazali, Ismail Faruqi dan Yusof al Qardawi adalah
diantara contoh tokoh-tokoh yang membawa pembaharuan pemikiran pada
tempo-tempo terdahulu hingga saat ini. Dalam Dunia Melayu tokoh-tokoh
seperti Wali Songo, Muhammad Nasir, Sheikh Tahir Jalaluddin,

1
Muhammad Naquib al Attas adalah sebahagian dari tokoh-tokoh
pembaharuan dalam pelbagai bidang ilmu Islam.1
Maka sudah selayaknyalah kita menelaah lebih jauh bagaimana
sistem pendidikan yang diterapkan oleh tokoh-tokoh zaman tempo dulu
yang membawa kemajuan pada Pendidikan Islam dahulu sampai sekarang.
Banyak hal yang berkaitan dengan hal itu yang harus kita bahas lebih jauh
untuk mendapatkan pelajaran dan ilmu baru sekaligus
pengimplementasiaannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
dunia Pendidikan Islam dan Global (konvensional).
Pendidikan Islam kita haruslah banyak berifikir lagi karena kenapa,
Islam mundur? Islam mundur karena sekularisme yang jauh lebih dalam.
Jika kita meninjau tempo dulu kenapa setiap kali kita membuat karya atau
berteori selalu saja mengaitkan dan mengambil teori dari filosof terdahulu.
Ini menandakan bahwa dewasa ini hanya mengupas dan menambah tanpa
adanya peran filsafat yang berkembang zaman ini. Di abad ini banyak
sekali ilmuan yang bermunculan, tapi sayangnya semuanya tidak
memberikan kaidah keilmuan yang baru, semua hanya bisa mengulas dan
sedikit menambah. Bayangkan jika kita seperti tokoh ilmuwan zaman
dahulu yang selalu berfilsafat untuk mendapatkan Ilmu baru.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengupayakan untuk
menelaah lebih jauh salah satu tokoh terkemuka Yusuf Al-Qardhawi
dalam kaidah Pendidikan Islam dengan pola pemikirannya.

b. Permasalahan

Setelah kita tahu bagaimana latar belakang yang sudah di jelaskan oleh
penulis maka kita mendapatkan beberapa pokok permasalahan yang patut
kita telaah lebih jauh lagi diteliti lebih rinci. Akan tetapi, dalam hal ini

1
Abd. Rauf , Abdul Qadir Sayid, Dirosah fid d da’wah Islamiyah, Kairo; Dar El-Tiba’ah al-
Mahmadiyah, 1987, cet 1

2
penulis membatasi masalah hanya untuk mengkaji sepak terjang Yusuf Al-
Qardhawi dan Pendidikan Islam.
1. Bagaimana biografi lengkap Yusuf Al-Qardhawi?
2. Apa saja karya-karya Yusuf Al-Qardhawi berikut penjelasannya?
3. Bagaimana pemikiran Yusuf Al-Qardhwai dalam konteks
Pendidikan Islam atau Pemikiran Islam?
4. Sejauh mana peranan Yusuf Al-Qardhawi pada Pendidikan Islam
dengan pola pemikirannya?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Yusuf Al Qardhawi

Yusuf al-Qaradawi (lahir di Shafth Turaab, Kairo, Mesir, 9


September 1926; umur 86 tahun) adalah seorang cendekiawan Muslim
yang berasal dari Mesir. Ia dikenal sebagai seorang Mujtahid pada era
modern ini.
Selain sebagai seorang Mujtahid ia juga dipercaya sebagai seorang
ketua majelis fatwa. Banyak dari fatwa yang telah dikeluarkan digunakan
sebagai bahan rujukan atas permasalahan yang terjadi. Namun banyak pula
yang mengkritik fatwa-fatwanya.
Profil Pribadi
Lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth Turaab di
tengah Delta Sungai Nil, pada usia 10 tahun, ia sudah hafal al-Qur'an.
Menamatkan pendidikan di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi,
Qardhawi terus melanjutkan ke Universitas al-Azhar, Fakultas
Ushuluddin. Dan lulus tahun 1952. Tapi gelar doktornya baru ia peroleh
pada tahun 1972 dengan disertasi "Zakat dan Dampaknya Dalam
Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian disempurnakan menjadi
Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif membahas persoalan
zakat dengan nuansa modern.

Sebab keterlambatannya meraih gelar doktor, karena dia sempat


meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia
terpaksa menuju Qatar pada tahun 1961 dan di sana sempat mendirikan
Fakultas Syariah di Universitas Qatar. Pada saat yang sama, ia juga

4
mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan Sunnah Nabi. Ia mendapat
kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya.
Dalam perjalanan hidupnya, Qardhawi pernah mengenyam
"pendidikan" penjara sejak dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja
Faruk, dia masuk bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena
keterlibatannya dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun
1956, ia ditangkap lagi saat terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober
kembali ia mendekam di penjara militer selama dua tahun.2
Qardhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang berani
sehingga sempat dilarang sebagai khatib di sebuah masjid di daerah
Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan opini umum
tentang ketidak adilan rezim saat itu.
Qardhawi memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra. Sebagai
seorang ulama yang sangat terbuka, dia membebaskan anak-anaknya untuk
menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta
kecenderungan masing-masing. Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan
pendidikan yang harus ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-
lakinya.
Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam
bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam
bidang kimia juga dari Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh
S3. Adapun yang keempat telah menyelesaikan pendidikan S1-nya di
Universitas Texas Amerika.
Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik
elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir.
Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas
teknik jurusan listrik.

2
Azra, Azyumardi dan Maarif, Syafi’I.2003. Ensiklopedi Tokoh Islam, Dari Abu Bakr
Sampai Nashir dan Qardawi. Jakarta : Hikmah

5
Dilihat dari beragamnya pendidikan anak-anaknya, orang-orang
bisa membaca sikap dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan
modern. Dari tujuh anaknya, hanya satu yang belajar di Universitas Darul
Ulum Mesir dan menempuh pendidikan agama. Sedangkan yang lainnya,
mengambil pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar negeri.
Sebabnya ialah, karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak
pembagian ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa islami dan tidak
islami, tergantung kepada orang yang memandang dan
mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara dikotomis itu, menurut
Qardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.3

B. Karya Yusuf Al Qardhawi

Yusuf Qardhawi telah menulis berbagai buku dalam perlbaga


bidang kelimuan Islam, seperti bidang sosial, dakwah, fiqh, demokrasi dan
lain sebagainya. Buku karya Qardhawi sangat diminati uamt Islam di
berbagai penjuru dunia. Bahkan, banyak buku-buku atau kitabnya yang
telah dicetak ulang hingga puluhan kali dan diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa.

Berikut sejumlah buku karya Qardhawi:


1. Dalam bidang Fiqh dan Usul Fiqh. Sebagai seorang ahli fiqh,
Qardhawi telah menulis sedikitnya 14 buah buku, baik Fiqh maupun
Ushul Fiqh. Antara lain, Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam (Halal dan
Haram dalam Islam), Al-Ijtihad fi al-Shari'at al-Islamiah (Ijtihad dalam
syariat Islam), Fiqh al-Siyam ( Hukum Tentang Puasa), Fiqh al-
Taharah (Hukum tentang Bersuci),Fiqh al-Ghina' wa al-Musiqa
(Hukum Tentang Nyayian dan Musik ).

3
http://id.wikipedia.org/wiki/Yusuf_al-Qaradawi

6
2. Ekonomi Islam. Dalam bidang ekonomi Islam, buku karya Qardhawi
antara lain, Fiqh Zakat, Bay'u al-Murabahah li al-Amri bi al-Shira;
( Sistem jual beli al-Murabah), Fawa'id al-Bunuk Hiya al-Riba al-
Haram, (Manfaat Diharamkannya Bunga Bank), Dawr al-Qiyam wa al-
Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami (Peranan nilai dan akhlak dalam ekonomi
Islam), serta Dur al-Zakat fi alaj al-Musykilat al-Iqtisadiyyah (Peranan
zakat dalam Mengatasi Masalah ekonomi).

3. Pengetahuan tentang al-Quran dan al-Sunnah.Qardhawi menulis


sejumlah buku dan kajian mendalam terhadap metodologi mempelajari
Alquran, cara berinterakhsi dan pemahaman terhadap Alquran maupun
Sunnah. Buku-bukunya antara lain Al-Aql wa al-Ilm fi al-Quran (Akal
dan Ilmu dalam al-Quran), Al-Sabru fi al-Quran (Sabar dalam al-
Quran), Tafsir Surah al-Ra'd dan Kayfa Nata'amal ma'a al-Sunnah al-
Nabawiyyah (Bagaimana berinteraksi dengan sunnah).

4. Akidah Islam. Dalam bidang ini Qardhawi menulis sekitar emnpat


buku, antara lain Wujud Allah (Adanya Allah), Haqiqat al-Tawhid
(Hakikat Tauhid),Iman bi Qadr (Keimanan kepada Qadar),

Selain karya diatas, Qardhawi juga banyak menulis buku tentang


Tokoh-tokoh Islam seperti Al-Ghazali, Para Wanita Beriman dan Abu
Hasan Al-Nadwi. Qardhawi juga menulis buku Akhlak berdasarkan
Alquran dan al-Sunnah, Kebangkitan Islam, Sastra dan Syair serta banyak
lagi yang lainnya.

C. Pemikiran Yusuf Al Qardhawi

Yusuf al-Qardhawi, seorang pemikir Islam kontemporer ber-


kebangsaan Mesir, menunjukkan angka perbandingan 1:9 me- nyangkut

7
ayat-ayat yang berdimensi ta'abbudi dan ayat-ayat yang berdimensi
ta'aquli.4
Banyak orang yang mengenal Yusuf Al-Qardhawi dengan
pemikiran Islamnya yang cemerlang demi kemajuan pendidikan Islam,
kita bisa mengenal Pemikiran Salafinya.Yang dimaksud dengan
“Pemikiran Salafi” di sini ialah kerangka berpikir (manhaj fikri) yang
tercermin dalam pemahaman generasi terbaik dari ummat ini. Yakni para
Sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan setia, dengan
mempedomani hidayah Al-Qur’an dan tuntunan Nabi SAW.

Kriteria Manhaj Salafi yang Benar Adalah suatu manhaj yang secara
global berpijak pada prinsip berikut :

1. Berpegang pada nash-nash yang ma’shum (suci), bukan kepada


pendapat para ahli atau tokoh;
2. Mengembalikan masalah-masalah “mutasyabihat” (yang
kurang jelas) kepada masalah “muhkamat” (yang pasti dan
tegas). Dan mengembalikan masalah yang zhanni kepada yang
qath’i;
3. Memahami kes-kes furu’ (kecil) dan juz’i (tidak prinsipil),
dalam kerangka prinsip dan masalah fundamental;
4. Menyerukan “Ijtihad” dan pembaharuan. Memerangi “Taqlid”
dan kejumudan;
5. Mengajak untuk ber-iltizam (memegang teguh) akhlak
Islamiah, bukan meniru trend;
6. Dalam masalah fiqh, berorientasi pada “kemudahan” bukan
“mempersulit”;
7. Dalam hal bimbingan dan penyuluhan, lebih memberikan
motivasi, bukan menakut-nakuti;

42
Yasid, Abu.2004. Islam Akomodatif ; Rekonstruksi Pemahaman Islam Sebagai Agama
Universal.Jakarta: LKis hal 22.

8
8. Dalam bidang aqidah, lebih menekankan penanaman
keyakinan, bukan dengan perdebatan;
9. Dalam masalah Ibadah, lebih mementingkan jiwa ibadah,
bukan formalitinya;
10. Menekankan sikap “ittiba’” (mengikuti) dalam masalah agama.
Dan menanamkan semangat “ikhtira’” (kreativiti dan daya
cipta) dalam masalah kehidupan duniawi.

Inilah inti “manhaj salafi” yang merupakan khas mereka. Dengan


manhaj inilah dibinanya generasi Islam terbaik, dari segi teori dan praktek.
Sehingga mereka mendapat pujian langsung dari Allah di dalam Al-
Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi serta dibuktikan kebenarannya oleh
sejarah. Merekalah yang telah berhasil mentransfer Al-Qur’an kepada
generasi sesudah mereka. Menghafal Sunnah. Mempelopori berbagai
kemenangan (futuh). Menyebarluaskan keadilan dan keluhuran (ihsan).
Mendirikan “negara ilmu dan Iman”. Membangun peradaban robbani yang
manusiawi, bermoral dan mendunia. Sampai sekarang masih tercatat
dalam sejarah.5

D. Peran Yusuf Al Qardhawi terhadap Pendidikan Islam

Menurut Yusuf al-Qardhawi bahwa Pendidikan Islam adalah pendidikan


manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya. Karena itu, pendidikan agama islam menyiapkan manusia
untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya
untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya,
manis dan pahitnya.6

5
http://dakwah.info/utama/bekal-dakwah/pemikiran-salafi-dr-yusuf-al-qaradawi/

6
Yusuf Al -Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Bustami A. Gani dan
Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), hal.157.

9
Dalam kaitannya dengan kasus yang berkembang di era reformasi saat ini,
penanaman nilai etik dalam proses belajar dan mengajar juga disinggung oleh
pemikir Islam seperti halnya Yusuf al-Qurdhawi. Pada intinya persoalan etika
dalam proses belajar dan mengajar merupakan persoalan moral yang tertanam
dalam setiap individu, baik subjek maupun objek didik.7
Dalam lentera pemikiran dan dakwah Islam, kiprah Yusuf Qardhowi
menempati posisi vital dalam pergerakan Islam kontemporer, waktu yang
dihabiskannya untuk berkhidmat kepada Islam, bercearamah serta
menyampaikan masalah-masalah aktual dan keislaman di berbagai tempat dan
negara menjadikan pengaruh sosok sederhana yang pernah dipenjara oleh
pemerintah Mesir ini sangat besar di berbagai belahan dunia, khususnya dalam
pergerakan Islam kontemporer melalui karya karyanya yang mengilhami
kebangkitan Islam moderen.8

BAB III
PENUTUP

a. Simpulan
7
Yusuf Al-Quradhawi, Fatawa Qardhawi Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah, (Surabaya :
Risalah Gusti, 1994), hlm 399-400.
8
Yusuf Al-Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, ahli bahasa Asad Yasin, (Jakarta : Gema
Insani Pers, 1997), hlm. 16.

10
Setelah kita menelaah dan menjumpai beberapa kaidah yang
dikemukakan dan menjadikan beberapa karya oleh Yusuf Al-Qardhawi,
kita dapat mengambil kesimpulan dari beberapa permasalahan di atas.
Yusuf Al-Qardhawi sangat berperan dalam Pendidikan Islam karena
dengan pola pemikiran kontemporernya yang membuat beberapa siklus
keilmuan yang beliau dapatkan. Sehingga kita bisa mengambil beberapa
pelajaran baik dari sepakterjang biografi kehidupannya maupun dari
karya-karyanya. Karya yang dominan yang bisa kita jadikan i’tibar adalah
pemikiran, dimana pemikiran adalah hal yang penting yang harus kita
budayakan. Pemikiran adalah sebagian dari budaya dan budaya merupakan
refresentasi dari pemikiran yang disepakati bersama.

b. Saran

Kaidah yang paling utama yang sangat berperan penting dalam


kehidupan menurut pandangan penulis adalah pemikiran. Kita harus bisa
membudayakan pemikiran, pemikiran yang bisa menghasilkan budaya itu
merupakan tujuan pendidikan. Pendidikan Islam harus jauh lebih maju lagi
karena tempo dulu bisa maju lebih daripada Barat. Mereka hanya bisa
mengambil dan menjadikan disiplin keilmuan yang baru, yang diambil
dari Islam. Maka dari itu, penulis mengharapkan makalah ini bisa menjadi
momentum pembelajaran untuk kita semua dan menjadi referensi dalam
disiplin Ilmu Kependidikan Islam.

11
DAFTAR PUSTAKA

a. Buku
Al-Qardhawi, Yusuf. 1980. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna.
Jakarta : Bulan Bintang. Terj. Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1983. Sistem Pendidikan Ikhwanul Muslimin. Jakarta: Media
Da’wah, cetakan 1.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1994. Fatawa Qardhawi Permasalahan, Pemecahan dan
Hikmah. Surabaya : Risalah Gusti.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 1997. Fatwa-Fatwa Kontemporer, ahli bahasa Asad Yasin.
Jakarta : Gema Insani Pers.
Al-Qardhawi, Yusuf. dkk.1998. Reformasi pemikiran Islam abad XXI. Jakarta:
Dunia Ilmu.
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Azra, Azyumardi dan Maarif, Syafi’I.2003. Ensiklopedi Tokoh Islam, Dari Abu
Bakr Sampai Nashir dan Qardawi. Jakarta : Hikmah.
Rauf, Abddul Qadir Sayid. 1987. Dirosah fid d da’wah Islamiyah. Kairo: Dar El-
Tiba’ah al-Mahmadiyah. Cet. 1.
Yasid, Abu.2004. Islam Akomodatif ; Rekonstruksi Pemahaman Islam Sebagai
Agama Universal. Jakarta: Lkis.

b. Rujukan Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Yusuf_al-Qaradawi diakses pada 04 Oktober 2023
jam 15:30:00
http://tokoh-muslim.blogspot.com/2009/01/dr-yusuf-qardhawi.html diakses pada
04 Oktober 2023jam 15:43:30
http://dakwah.info/utama/bekal-dakwah/pemikiran-salafi-dr-yusuf-al-qaradawi/
diakses pada 04 Oktober 2023 jam 16:32:00

12

Anda mungkin juga menyukai