Disusun Oleh
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat meneyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tafsir
Fathul Qadir ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas kuliah pada bidang Studi Manahij Mufassirin. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca dan juga para penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H.Bukhori Abdul Shomad,
S.Ag,MA selaku dosen pembimbing mata kuliah Manahij Mufassirin yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat memahami lebih dalam tentang Tafsir Fathul
Qadir.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah swt. telah memberikan kemuliaan kepada kaum muslimin
dengan menganugerahkan kitab suci yang terbaik yang diturunkan kepada
manusia yaitu al-Qur’an. 1Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. dalam QS
al-Anbiya’/21:10
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Riwayat Imam al-Shaukani?
2. Bagaimana Pendidikan dan Karir Intelektual Imam al-Shaukani?
3. Bagaimana Perkembangan dan Pemikiran Imam al-Shaukani?
4. Apa Karya Karya Imam al-Shaukani?
5. Bagaimana Perkembangan Pemikiran Imam al-Shaukani?
6. Bagaiman Penjelasan Mengenai Kitab Tafsir Imam al-Shaukani?
7. Bagaimana Sumber Tafsirnya?
8. Bagaiman Metode Tafsir?
9. Bagiamana Corak Tafsirnya?
10. Contoh penafsiran Imam al-Shaukani?
C. Tujuan
2
M. Yusron, dkk, Studi Kitab Tafsir Kontemporer (Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2006), h. iiv.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Muhammad bin ‘Ali al-Syaukani (w. 1250 H), al-Badr al-Tali‘ bi Mahasin man Ba‘da al-Qarn al-
Sabi‘, Jld. 1 (Cet. I; Kairo: Dar al-Kitab al-Islami, t.th.,), h. 478. Lihat juga: Husain bin ‘Abdullah
al-‘Umari(Ed.), Diwan al-Syaukani; Aslak al-Jauhar (Cet. II; Beirut: Dar al-Jil, 1986), h. 14.
4
Al-Syaukani (w. 1250 H), Fath al-Qadir; al-Jami‘ baina Fannai al-Riwayah wa alDirayah min ‘Ilm
al-Tafsir (Cet. IV; Lebanon: Dar Al-Marefah, 2007 M.), 5.
5
Al-Syaukani, al-Badr al-Tali‘. h. 481.
tahun, dia telah menghafalkan al-Qur’an dengan baik dan benar, serta
berbagai matan keilmuan. Kemudian, dia berguru ke berbagai guru besar, dan
menyibukkan diri dalam menela’ah tentang sejarah dan kesusasteraan. Beliau
tumbuh di bawah asuhan ayahandanya dalam lingkungan yang penuh dengan
keluhuran budi dan kesucian jiwa.
Tidak banyak informasi yang dapat diketahui tentang masa kecil al-
Shaukani. Tetapi, dengan kesibukannya dalam menghafalkan al-Qur’an dan
berbagai matan keilmuan menunjukkan bahwa masa kecilnya hanya
dihabiskan dalam belajar dan menghafal dan tidak dalam bermain
sebagaimana layaknya anak kecil lainnya. Tetapi, dari tanggal lahir dan
wafatnya diketahui bahwa Imâm al-Shaukânî (1173 H. / 1760 M. – 1250 H. /
1837 M. ) hidup antara periode pertengahan dalam zaman kemunduran (1700
– 1800 M.) dan masa modern (1800 M. - dan seterusnya). Sebagaimana di
wilayah dunia Islam lainnya, perkembangan ilmu pengetahuan di Yaman,
sekalipun tidak seburuk di wilyah lain, tidak dapat dikatakan telah mencapai
kemajuan yang berarti. Diakui oleh al-Shaukani bahwa kebekuan dan taklid
yang melanda kaum muslim sejak abad ke-4 yang mempengaruhi akidah
mereka, mereka telah banyak dibuai oleh bid’ah dan khurafat, sehingga
terjauh dari tuntunan Islam yang sebenarnya. Dalam situasi dan kondisi
seperti itulah al-Shaukani di lahirkan.6
6
Al-Syaukani, al-Badr al-Tali‘, Jilid. I, h. 215.
7
Ibid h. 215
Ia belajar fikih atas mazhab al-Imam Zaid, ia menulis dan berfatwa
sehingga menjadi pakar dalam mazhab tersebut. Kemudian beliau belajar ilmu
hadis sehingga melampaui para ulama di zamannya. beliau melepaskan diri
dari ikatan taklid kepada mazhab Zaidiyyah dan mencapai tingkat ijtihad.
Ilmu fikih pertama kali diterimanya dari Ahmad bin Muhammad bin al-
Harazi, dia mempelajarinya selama 13 tahun hingga dia menguasainya8.
Dia juga menerima sanad dan mempelajari kitab Sahih Muslim, Sunan
al-Tirmizi dan sebaagian dari kitab al-Muwatta’ dan kitab Syifa’ karya al-
Qadi ‘Iyad dari ‘Abd al-Qadir bin Ahmad. Dia juga menerima dan
mendengarkan seluruh isi kitab Sunan Abi Dawud yang ditakhrij oleh al-
Munzir dan kitab Bulug al-Maram beserta Syarh -nya dari al-Hasan bin
Isma‘il al-Magribi.9
bahwa al-Shaukani dalam prosesnya menimba ilmu-ilmu keislaman,
beliau tidak meninggalkan wilayah Yaman. Hal ini disebabkan adanya
larangan dari ayah beliau untuk meninggalkan Shaukan dan wilayah Yaman
dengan asumsi bahwa negeri Yaman adalah negeri yang di dalamnya
terkumpul para ulama dari berbagai bidang keilmuan, sebagaimana yang telah
ditegaskan oleh al-Shaukani sendiri. Meskipun demikian, secara individu
beliau terbentuk selain disebabkan hasil tempaan ayahnya dan pendidikan
para guru besar Islam yang ada di negaranya, beliau juga mendapat pengaruh
besar dari beberapa tokoh ulama yang tidak sezaman engannya seperti Imam
al-Dunya Ibn Hazm al-Andalusi (w. 456 H) dan Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah
(w. 728 H).
Al-Shaukani adalah seorang ulama besar di San‘a, dan seorang ahli di
bidang tafsir, hadis, fikih, ushul al-fikih, sejarah, sastra, tata bahasa, ahli
mantiq, ahli kalam, dan seorang hakim (qadi). Dia menjabat sebagai hakim di
8
Muhammad Salim Muhaisin, Mu‘jam Huffaz al-Qur’an ‘Abra al-Tarikh, Jilid. II (Cet. I; Beirut: Dar
al-Jil, 1992), h. 379.
9
Muhaisin, Mu‘jam Huffaz al-Qur’an ‘Abra al-Tarikh, Jilid. II, h. 380
kota San‘a pada saat berumur antara 30-40 tahun 10. Menurut hemat penulis,
bahwa al-Shaukani menerima jabatan hakim agung tersebut untuk
dimanfaatkan sebagai media penyebaran dakwah Islam yang didasarkan pada
sunnah Rasulullah saw., dan media untuk menjauhkan para penduduk Yaman
dari sikap taqlid dan kebid‘ahan serta mengajak mereka untuk mengikuti jalan
yang benar. Beliau menjabat sebagai hakim selama 52 tahun.11sebagai seorang
hakim agung dan ulama yang tersohor di negeri Yaman, tidak terlepas dari
asuhan dan tempaan berbagai guru dari berbagai bidang keilmuan, di
antaranya:
1) Ayahnya, ‘Ali bin Muhammad bin ‘Abdullah (w. 1211 H.)
2) Abd al-Qadir bin Ahmad Syarf al-Din (1135-1207 H)
3) Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin al-Mutahir al Qabili
(1558-1227 H).
4) Ahmad bin Amir al Haddai (1127 1197 H).
5) Ahmad bin Muhammad al Haran (115 1227 H)
6) Ismail bin al Hasan at Mahdi bin Ahmad bin al Imam al-Qasim bin
Muhammad (1120-1206 H)
7) Hasan bin Ismail al-Magribi (1140-1208H)
8) Al Qasim bin Ahmad al-Khaulani (1162-1209 H)
9) Hadi bin Husain al-Qarini (1164 1247 H)
10) Yahya bin Muhammad al Hausi (1160-1247 H).12
13
Al-Syaukani, al-Tubal Mazahib al-Salaf, h. 34 al-Syaukini, Kayf al-Syubba an al-Marawabbir, b. 23-
24
dipertanggungjawabkan. Meskipun pilihannya tersebut menuai berbagai
bentuk pro dan kontra dari kaumnya bahkan dituduh berusaha menghancurkan
faham fikih mazhab, dia tetap berdiri tegak dan mempertahankan pilihannya,
sebab baginya taklid merupakan sikap yang tercela dan haram, dan mengikuti
dalil serta ijtihad adalah sikap mulia dan bahkan dianjurkan dalam Islam.
Dengan demikian, maka mazhab al-Syaukani dalam fikih adalah mazhab
ijtihad. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pemikiran kalam dan
mazhab fikih al-Syaukani merepresentasikan pemikiran kalam dan mazhab
fikih ahl al-sunnah wa al-jama'ah yang jauh dari sikap taqlid yang
diharamkan.14
D. Karya-Karya al –Shaukani
Imam Asy-Syaukani memiliki banyak karya-karya tulis, mayoritas
dari kitab tersebut telah tersebar pada masa hidupnya. Terdapat 240-an buku
yang masih berbentuk manuskrip, sedangkan yang sudah tercetak baru
mencapai sekitar 40-an judul.
Karyanya yang paling terkenal adalah:
1. Dalam Tafsir Al-Qur'an, Fathul Qadir al-Jami’ baina Fann ar-
Riwayat wad Dirayat fit Tafsir (5 jilid).
2. Dalam Fiqih, As-Sailul Jarar al-Mutadaffiq ala Hada’iqil Azhar (4
jilid), yaitu syarah al-Azhar fi Fiqhi aalil Bayti.
3. Dalam Hadits, Nailul Authar syarh Muntaqal Akhbar (4 jilid).
14
Al-Syaukani, al-Tuhaf fi Mazahib al-Salaf, h. 54.; al-Syaukani, Kasyf al-Syubhat ‘an al-
Mutasyabihat, h. 23-24.
2. Ad-Dararil Mudhiyyah Syarah ad-Duraril Bahiyah (2 jilid), kitab
syarh dari kitab Ad-Durarul Bahiyyah.
3. Irsyadul Fuhul ila Tahqiqil Haq min Ilmil Ushul (1 jilid), sebuah
kitab tentang pembahasan Ushul fiqih.
4. Al-Badru ath-Thali’ bi Mahasin man ba’da al-Qarni as-Sabi’ (2
jilid).
5. Al-Fawa’idil Majmu’ah fil Ahaditsil Maudhu’ah (1 jilid), Koleksi
kumpulan hadits-hadits palsu.
6. Tuhfatudz Dzakirin bi ‘Iddatil Hishnil Hashin (1 jilid), Syarh dari
koleksi hadits Adzkar, karya Ibnul Jazari (w. 833H).
7. Adabu Thalib wa Muntahal Arib. Kitab tentang adab dalam
menuntut ilmu.
8. Al-Qaulul Mufid fi Adillatil Ijtihad wat Taqlid. Penjelasan
mengenai anggapan mazhab-mazhab tentang hukum Taqlid.
9. Risalah al-Bhugyah fi Masalati al-Ru'yati, yaitu tentang mazhab-
mazhab ahlussunnah mengenai perkara melihat Allah di akhirat.
10. Irsyadus Tsiqot ilaa Ittifaaqi al-Syara'ii 'alaa al-Tauhiidi wa al-
Ma'aadi wa al-Nubuwwati, berkenaan dengan Rabi besar Yahudi,
Maimonides,.
11. At-Tuhaf fil Irsyad ila Mazhab as-Salaf, dll.
E. Mengenai Kitab-Kitab Imam al-Shaukani
15
Mukarramah Achmad, FATH AL-QADIR SUATU KAJIAN METODOLOGI, 2015
16
Al-Shaukan (w. 1250 H), al-Badr al-Tali‘ bi Mahasin Man Ba‘d al-Qarn al-Sabi‘, Juz I (Beirut: Dar
al-Ma‘rifah, t. th.), h. 192
Dari uraian dan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa al-Shaukani
menyusun karya tafsirnya dengan judul Fath al-Qadir al-Jami‘ baina Fannay
alRiwayah wa al-Dirayah fi ‘Ilm al-Tafsir, disebabkan oleh keresahannya
terhadap berbagai karya tafsir yang pernah ada sebelumnya. Dari sini, dapat
diketahui pula tujuan dari penyusunan kitab tafsir ini, yaitu untuk
menggabungkan dua kutub metode penafsiran al-Qur’an yang tampak sangat
menonjol dan terkadang saling bertentangan yaitu, metode riwayah dan
dirayah. Selain itu, bertujuan pula untuk mengkaunter penafsiran-penafsiran
yang menyimpang dari maksud dan tujuan dari setiap ayat dalam al-Qur’an
dan bertentangan dari apa yang difahami oleh Rasulullah saw., para sahabat,
tabiin, dan atba‘ tabi‘in, serta ulama salaf . Untuk tujuan yang terakhir ini al-
Syaukani menyampaikannya melalui dasar periwayatan dari para sahabat dan
tabiin dan mufassirin seperti: ‘Ali bin Abi Talib, Ibn ‘Abbas, Mujahid,
‘Ikrimah, al-Sya‘bi, Iyas bin Mu‘awiyah, Fudail bin ‘Iyad, Ibn ‘Uyaynah, dan
al-Qurtubi.17
17
Al-Syaukani (w. 1250 H), Fath al-Qadir, h. 12
penisbatan hadis atau khabar dari Nabi saw. yang digunakan oleh al-Syaukani
dalam tafsirnya.
18
Mukarramah Achmad, FATH AL-QADIR SUATU KAJIAN METODOLOGI, 2015
pendekatan ilmu Balaghah untuk menafsirkan ayat –ayat Al-Qur’an. Dalam
ilmu balaghah ia menggunakan ilmu al-ma’ani dan al-bayyan.
G. Metode Penafsiran
kitab Fath al-Qadir karya al-Syaukani ini ditinjau dari sudut metode
penyusunannya, maka dapat dikatakan bahwa metode penyusunan Fath al-
Qadir oleh al-Syaukani adalah dengan menggunakan metode analitis yang
lebih dikenal dalam ilmu tafsir dengan istilah tafsir al-tahlili, yaitu suatu
bentuk penafsiran al-Qur’an yang berusaha menguraikan berbagai hal yang
berhubungan dengan ayat secar analitis mulai dari sisi kosa kata dan prosa
ayat, asbab al-nuzul, munasabah, menguraikan berbagai riwayat dan pendapat
baik yang berasal dari Nabi saw., para sahabat, tabiin, para ulama tafsir, dan
bahkan para ulama fiqh dan lainnya.
19
Mukarramah Achmad, FATH AL-QADIR SUATU KAJIAN METODOLOGI, 2015
menjadi aliran yang bermacammacam dengan berbagai metode yang berbeda-
beda. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan corak tafsir adalah
nuansa atau sifat khusus yang mewarnai sebuah penafsiran dan merupakan
salah satu bentuk ekspresi intelektual seseorang mufassir, ketika ia
menjelaskan maksud-maksud ayat al-Qur’an. Artinya bahwa kecenderungan
pemikiran atau ide tertentu mendominasi sebuah karya tafsir.
حتى تقيم الخيل سوق طعان.... واذا يقال القيمو الم تبرحوا: وقال اخر
20
Ibid, h.38
Dari uraian contoh di atas, menjelaskan bahwa penguasaan
bahasa Arab dan kemampuan pemahaman terhadap karakteristik bahasa Arab
menjadi salah satu perkara yang wajib dimiliki oleh seorang mufassir. Hal ini
ditunjukkan oleh al-Syaukani dalam karya tafsirnya Fathul-Qadir dengan
menyuguhkan berbagai bentuk ijtihad dalam menjelaskan makna kosa kata
ayat al-Qur’an.
21
Mukarramah Achmad, FATH AL-QADIR SUATU KAJIAN METODOLOGI, 2015
22
Al-Qadi Ismail bin All al-Akwa, Hijar al-Alim wa Ma'agilihi f al-Yaman, Jilid IV (Cet. 1, Beirut Dar
al-Fikr al-Mu'aşir, 1995 M), h 2251
Husain 'Abdullah al-'Umari mengatakan, al-Syaukani adalah seorang
ulama besar ('allamah), ahli fiqih (faqih), ahli uşul (ugu), ahli hadis
(muhaddis), ahli tafsir (mufassir), kritikus (nagid), peneliti dan editor
(mahaqqiq), ahli bahasa (Jagawi), sejarawan (muarrikh), sastrawan (adib),
hakim (qad), pembawa perubahan (muyallih), politikus, seorang ulama yang
mujtahid, memerangi kebodohan dan fanatisme, penyeru kepada kebebasan
dan pembebasan dari ikatan mal hab yang sempit, memerangi sikap tklid buta,
mencela dan membenci sikap melampaui batasan syari'at bagi para hakim,
kejahatan pemimpin, sogokan dan koripsi para hakim, dan kerusakan moral
para pegawai negeri.23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir Fathul Qadir merupakan suatu karya dari seorang ulama yang
bernama Muhammad bin Ali bin Abdullah al –Shaukani. Dalam menafsirkan
ayat beliau memadukan dua sumber pernafsiran yakni penafsiran bil ma’tsur
23
Husain bin Abdullah al-'Umari, Diwan al-Syaukani "Asták al-Jabar" Tabaig wa Deisab (Cet 2 Beirat
Dar al-1, 1956 M), h 13
24
Muhammad Salim Muhaisin, Maja Huffäz al Quran Abra al-Tarikh, h. 379
dan bi ra’yi. Dan memiliki kecenderungan tersendiri dalam menafsirkannya
baik dari pengaruh pendidikan intelektual, biografi maupun dari keadaan
sosial. Al-Syaukani merupakan ulama yang terkenal dengan ilmu
pengetahuannya yang luas karena beliau terlahir dari keluarga yang bergelut
dalam ilmu agama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qadi Ismail bin All al-Akwa, Hijar al-Alim wa Ma'agilihi f al-Yaman, Jilid IV
(Cet. 1, Beirut Dar al-Fikr al-Mu'aşir, 1995 M)
Al-Syaukani (w. 1250 H), Fath al-Qadir; al-Jami‘ baina Fannai al-Riwayah wa
alDirayah min ‘Ilm al-Tafsir (Cet. IV; Lebanon: Dar Al-Marefah, 2007 M.)
HarifuddinCawidu, Konsep Kufur dalam al-Qur’an: Suatu Kajian dengan
Pendekatan Tafsir Tematik(Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1991).
Husain bin ‘Abdullah al-‘Umari(Ed.), Diwan al-Syaukani; Aslak al-Jauhar (Cet. II;
Beirut: Dar al-Jil, 1986).
M. . Yusron, dkk, Studi Kitab Tafsir Kontemporer (Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2006).
Muhammad bin ‘Ali al-Syaukani (w. 1250 H), al-Badr al-Tali‘ bi Mahasin man
Ba‘da al-Qarn al-Sabi‘, Jld. 1 (Cet. I; Kairo: Dar al-Kitab al-Islami, t.th.,).