MAKALAH
BIOGRAFI IMAM HAJAR AL-ASQALANI
Disusun oleh:
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………..4
1.1Latar belakang…………………………………………………..4
1.2Rumusan masalah……………………………………………..4
1.3Tujuan……………………………………………………………....4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………5
2.1 Perjalanan hidup……………………………………………….5
2.2 Keluarga Ulama yang Kaya Raya……………………….7
2.3 Kedermawanan Ibnu Hajar……………………………….8
2.4 Ibadah Ibnu Hajar…………………………………………….8
2.5 Wafatnya………………………………………………………….8
BAB III PENUTUP…………………………………………………….9
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………….9
3.2 SARAN……………..……………………………………………….9
3.3 DAFTAR PUSAKA……………………………………………….9
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat سبحانه و تع الىyang telah melimpahkan rahmat kasih
sayang kenikmatan yang tiada habis- habisnya mulai dari bangun tidur sampai
mata tertutup untuk istirahat mengisi energi yang habis untuk melakukan aktivitas
serta rasa berterima kasih saya kepada Abah kyai,pembimbing,guru-guru yang
telah mendoakan dan membina saya untuk belajar di kelas KHOS tak lupa pula kita
bershowalat kepada Nabi Muhammad ﷺsemoga kelak mendapatkan syafaat
kelak di hari kiamat.Dengan ini penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul” BIOGRAFI IMAM HAJAR AL-ASQOLANI”.Makalah ini berefrensi pada
jurnal ilmiah dan juga sumber data yang valid juga terpercaya .Adapun makalah ini
terdiri atas 3 bab, yaitu bab pendahuluan,pembahasan, dan penutup ,serta daftar
pusaka.Setiap dari bab tersebut membahas secara detail serta terangkai secara
komprehensif untuk membahas mengenai biogrami Imam Hajar Al-Asqolani.
Makalah ini disusun sesuai dengan ketentuan teknis yang ada di progam S1 prodi
ilmu al-qur’an dan tafsir fakultas ushuluddin studi agama universitas al azhar.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat membawa kerberkahan serta
menambah wawasan tentang keilmuan agama islam khususnya bagi
mahasiswa.Kami menyadari atas dari kata kesempurnaan atas makalah ini.Untuk
itu, kami sangat terbuka atas kritik saran dan komentar positif bagi
mahasiswa/mahasiswi sekalian.
Terima kasih dan penghargaan kami selaku penulis sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. Pengasuh PONPES AMANATUL UMMAH PROF.DR.KH Asep Saifuddin
Chalim,MA.
2.Koordinator MUADALAH AMANATUL UMMAH PROF.Dr.H.Muhammad
Tabrani Basya,LC,MA.
3. Serta seluruh mahasiswa/mahasiswi Timur Tengah yang saya banggakan
Semoga سبحانه و تعالىmemberikan balasan sesuai dengan apa yang yang dilakukan
serta sehat selalu sukses terus barokah menyertai bahagia dunia akhirat.
Penulis
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rasulullah صلى ا هلل عليه وسلمbersabda:
ِإ َّن اَْأل ْنبِيا َ َء لَ ْم يُ َو ِّرثُوْ ا ِديْناَرًا َوالَ ِدرْ هَما ً ِإنَّ َما َو َّرثُوْ ا ْال ِع ْل َم فَ َم ْن َأخَ َذ،إن ْال ُعلُ َما ُء َو َرثَةُ اَْأل ْنبِيَا ِء
ظ َوافِ ٍر ٍّ بِ ِه فَقَ ْد َأخَ َذ بِ َح
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan
dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa
mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”
Biografi adalah suatu tulisan yang berisikan mengenai kisah tentang kehidupan suatu
orang. Biografi sendiri menceritakan berdasarkan dari kegiatan hidupnya seseorang
misalnya tanggal lahir, alamat, nama orang tua, riwayat pendidikan, peristiwa penting
dalam kehidupan seseorang atau peristiwa menarik dalam kehidupan sehari-hari, jasa,
hasil karya, sampai meninggalnya seseorang. Dengan adanya biografi ini dapat menambah
wawasan sejarah para pewaris nabi serta dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang telah
dipelajari beliau hingga akhir hayat semoga dengan belajar tentang biografi beliau
mendapatkan rahmat taufik serta berkah dari beliau.
Penelitian ini akan membahas seorang biografi ahli hadist dari mazhab imam syafi’I yang
terkemuka yakni Ibnu Hajar Al-Asqlani beliau lahir dari negara palestina yang bertempat
di “Askhelon” dengan kemasyuhran kota tersebut beliau dikenal di seluruh dunia dengan
istilah nama “Asqalani” beliau salah satu pengarang kitab terkenal adalah kitab “ Fathul
Bari”(kemenangan sang pencipta ) yang merupakan penjelasan dari kitab shahih milik
Imam Bukhari dan disepakati sebagai kitab penjelasan Shahib Bukhari yang paling detail
dibuat dan juga salah satu kitab yang dipelajari santri Amanatul Ummah yakni kitab
“Bulughul Maram”, selain itu karena semangat belajar beliau dalam menuntut ilmu beliau pernah
rihlah (perjalanan) dari berbagai negara untuk menuntut ilmu tempat tinggal serta yang
pernah jadi tempat singgah, di antaranya : Dua tanah haram (Al-Haramain),yaitu mekkah
dan Madinah,Damaskus,Baitul Maqdis,Palestina,Shana’a,Yaman.Di sisi lain beliau mulai
menulis pada usia 23 tahun menurut beberapa sumber beliau mengarang sebanyak 270
kitab.Kebanyakan karya beliau berkaitan dengan pembahasan hadits,secara riwayat dan
dirayat.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perjalanan hidup
Ibnu Hajar al-'Asqalani (773 H/1372 M – 852 H/1449 M) adalah seorang ahli hadits dari
mazhab Syafi'i yang terkemuka. Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad
bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar, tetapi
lebih dikenal sebagai Ibnu Hajar al-Asqalani dikarenakan kemasyhuran nenek moyangnya
yang berasal dari Ashkelon, Palestina. Salah satu karyanya yang terkenal adalah kitab
Fathul Bari (Kemenangan Sang Pencipta), yang merupakan penjelasan dari kitab shahih
milik Imam Bukhari dan disepakati sebagai kitab penjelasan Shahih Bukhari yang paling
detail yang pernah dibuat.
Dua tanah haram (Al-Haramain), yaitu Makkah dan Madinah. Ia tinggal di Makkah
al Mukarramah dan shalat Tarawih di Masjidil Haram pada tahun 785 H. Yaitu
pada umur 12 tahun. Dia mendengarkan Shahih Bukhari di Makkah dari Syaikh al-
Muhaddits ‘Afifuddin an-Naisaburi al-Makki. Dan Ibnu Hajar berulang kali pergi ke
Makkah untuk melakukan haji dan umrah.
Damaskus, Di negeri ini, dia bertemu dengan murid-murid ahli sejarah dari kota
Syam, Ibnu ‘Asakir. Dan dia menimba ilmu dari Ibnu Mulaqqin dan al-Bulqini.
Baitul Maqdis, dan banyak kota-kota di Palestina, seperti Nablus, Khalil, Ramlah
dan Ghuzzah. Dia bertemu dengan para ulama di tempat-tempat tersebut dan
mengambil manfaat.
Shan’a dan beberapa kota di Yaman dan menimba ilmu dari mereka.
Perjalanan ini dilakukan oleh al-Hafizh untuk menimba ilmu, dan mengambil ilmu
langsung dari ulama-ulama besar. Sehingga dikenal Ibnu Hajar memiliki banyak
guru yang besar dan masyhur.
Al-Hafizh Ibnu Hajar mulai menulis pada usia 23 tahun, dan terus berlanjut sampai
mendekati ajalnya. Karya-karya dia banyak diterima umat islam dan tersebar luas,
semenjak dia masih hidup. Para raja dan Amir biasa saling memberikan hadiah
dengan kitab-kitab Ibnu hajar. Menurut murid utamanya, yaitu Imam As-Sakhawi,
karya dia mencapai lebih dari 270 kitab. Kebanyakan karyanya berkaitan dengan
6
pembahasan hadits, secara riwayat dan dirayat. Di antarakarya tulis Ibnu Hajar
tersebut:
Fathul Bari
Ad-Durar al-Kaminah, kamus biografi tokoh-tokoh abad ke-8
Tahdzib at-Tahdzib
Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, kamus biografi sahabat nabi.
Bulughul Maram
Al-Isti'dad Liyaumil Mii'aad
Nukhbatul Fikr, (tentang Musthalah hadits)2
Tidak hanya itu di Salah satu guru Ibnu Hajar al-Asqalani adalah Syamsuddin bin Al-Alaf, di
mana ia belajar menghafal Al-Quran sejak usia lima tahun. Pada usia sembilan tahun, ia
telah menghafal seluruh isi Al- Quran. Kemudian, menginjak usia 13 tahun, ia semakin
serius untuk belajar bahkan menamatkan sejumlah kitab, yaitu: Al-Umdah Al-Ahkaam
karya Abdulghani, Al-Maqdisi Al-Alfiyah fi Ulum Al-Hadits karya Al-Hafizh, Al-Iraqi Al-
Haawi Ash-Shaghi karya Al-Qazwinir. Ketika walinya meninggal pada 1386,
pendidikan Ibnu Hajar al-Asqalani di Mesir dipercayakan kepada sarjana hadits,
Syamsuddin bin al-Qattan. Selain itu, Ibnu Hajar al-Asqalani belajar tentang fikih (hukum
Islam) dan hadis dari Al-Hafizh Al-Iraqi. Saat belajar bersama Al-Hafizh Al-Iraqi inilah,
kemampuannya berkembang hingga menjadi pengajar hadis. Setelah itu, ia pindah ke
Syam, Hijaz, dan Yaman, di mana ia diberi izin oleh ulama setempat untuk mengajar hadis
dan fikih.
Beberapa cerita kiprah beliau ketika menuntut menuntut ilmu termotivasi dengan batu
yang dapat terbelah hanya karena dengan tetesan air. Ketika belajar di sebuah madrasah,
Ibnu Hajar dikenal sebagai murid yang bodoh dan selalu tertinggal dari teman-temannya.
Kondisi inilah yang membuatnya patah semangat dan memutuskan untuk pulang ke
rumah kakaknya.Sejak kecil Ibnu Hajar sudah yatim. Ayah dan ibunya meninggal ketika ia
masih balita. Ia pun diasuh oleh kakak kandungnya.Ketika berada di perjalanan dari
madrasahnya, ia kehujanan. Ibnu Hajar memutuskan meneduh di sebuah gua. Saat itulah
ia memandang ke tetesan air yang berhasil melubangi sebuah batu yang keras.Ia pun
terkejut dan bertanya-tanya bagaimana batu sekeras itu bisa dilubangi oleh tetesan air?
Setelah merenung, ia pun mendapatkan jawaban itu. Ia mengerti bahwa sekuat apa pun
batu itu akan terlubangi oleh air yang menetes terus menerus.Dari situ ia pun sadar,
bahwa kebebalannya dalam menuntut ilmu akan teratasi dengan usaha yang terus
menerus tanpa mengenal lelah.Ia pun kembali ke madrasahnya dan bertemu dengan
salah seorang gurunya. Ia menceritakan apa yang baru saja ia temui saat berada di
perjalanan menuju rumahnya.Karena semangatnya, Ibnu Hajar diizinkan kembali belajar di
madrasah itu.3
2
“Ibnu Hajar al-’Asqalani,” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, November 9, 2022,
accessed November 24, 2022, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Hajar_al-
%27Asqalani&oldid=21960754.
3
Kompas Cyber Media, “Siapa Ibnu Hajar al-Asqalani? Halaman all,” KOMPAS.com, last modified
January 14, 2022, accessed November 24, 2022,
https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/14/100000079/siapa-ibnu-hajar-al-asqalani-.
7
Ibnu Hajar menikah di usia 25 atas saran gurunya, Ibnu Qattan. Dari istri pertamanya (Unsu Allah
binti Al-Qadli Nazir Al-Jaisy), dia tidak memiliki keturunan. Tapi yang mencengangkan bahwa istri
pertamanya ini kemudian menjadi ulama sekaligus muhaddis. “Sekarang kamu sudah menjadi
syeikhah (seikh wanita),” puji Ibnu Hajar. Kita bisa mendapat padanan cerita yang serupa seperti
bagaimana Kiai Hamid Pasuruan mendidik istrinya hingga jadi ulama, atau Gus Miek yang juga
demikian. Pada masanya, Ibnu Hajar juga memiliki seorang budak perempuan bernama Khas Turk
yang cantik. Karena dicurigai Ibnu Hajar naksir pada budak ini maka oleh istrinya dijual. Tapi Ibnu
Hajar tidak kalah cerdik; dia membeli kembali budak tersebut dengan cara mewakilkan pada
seseorang. Dari Khas Turk inilah lahir seorang putra Ibnu Hajar bernama Muhamad dan 6 putri
lainnya. Sayang 3 dari keenam putrinya wafat karena wabah. Dari putri-putrinya ini kelak lahir
ulama-ulama besar di masanya.Abu Al-Ma’ali Muhammad sendiri kemudian menjadi ulama besar
di masanya. Menempati jabatan-jabatan penting ayahnya: pimpinan di Khanaqa Baybars, mengajar
di masjid Al-Husainiyah dan masjid Bin Thulun. Namun semua jabatan ini ditinggalkan karena
alasan pribadi. Konon, karya Ibnu Hajar yang berjudul Bulughu Al-Maram Fi Adillati Al-Ahkam
yang tesohor itu didedikasikan untuk puteranya ini. Abu Al-Ma’ali kemudian mempublikasikan
karya-karya ayahnya ditemani murid kesayangan Ibnu Hajar, As-Sakhawi, dan sempat
mengomentari (syarah) karya terbaik ayahnya yang berjudul Nukhbat Al-Fikr, dengan judul Natijat
An-Nazar Syarh Nukhbat Al-Fikr.
Ibnu Hajar tak pernah melewatkan malam tanpa sembahyang, baik saat di rumah maupun
dalam perjalanan. Ini disaksikan sendiri oleh imam As-Sakhawi, muridnya. Al-Qur’an
8
menjadi kawannya siang malam. Dia juga memiliki tasbih yang disembunyikan dalam
sakunya supaya tak ada yang mengetahui zikirnya di tengah keramaian kecuali Allah.
Keberadaan tasbih yang sesekali jatuh dan bisa mengubah muka Ibnu Hajar karena malu ibadahnya
diketahui orang lain, menjadi bukti bahwa dia sejalan dengan mayoritas ulama Ahlussunnah Wal
Jama’ah, yang menganggap tasbih sebagai bid’ah hasanah (baik).
Di sini harus ditegaskan supaya tak ada Wahabi Salafi yang mengklaim Imam Ibnu Hajar sebagai
salafi secara akidah. Manipulasi kepada imam-imam yang ahli hadits sering dilakukan oleh mereka
demi menguatkan akidah yang destruktif dan takfiri (suka mengafirkan) itu. Kita juga harus tegas
bahwa muhaditsin, seperti Imam Ibnu Hajar, tidak sama dengan Wahabi, meski mereka berusaha
menempelkan diri pada kuam muhaditsin. Apalagi muhadits yang dibanggakan hanya sekelas Al-
Albani yang belajarnya hanya di perpustakaan.4
2.5 Wafatnya
Setelah melalui masa-masa kehidupan yang penuh dengan kegiatan ilmiah dalam khidmah kepada
ilmu dan berjihad menyebarkannya dengan beragam sarana yang ada. Ibnu Hajar jatuh sakit
dirumahnya setelah ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai qadhi pada tanggal 25 Jamadal
Akhir tahun 852 H. Dia adalah seorang yang selalu sibuk dengan mengarang dan mendatangi
majelis-majelis taklim hingga pertama kali penyakit itu menjangkit yaitu pada bulan Dzulqa’dah
tahun 852 H. Ketika ia sakit yang membawanya meninggal, ia berkata, “Ya Allah, bolehlah engkau
tidak memberikanku kesehatan, tetapi janganlah engkau tidak memberikanku
pengampunan.” Beliau berusaha menyembunyikan penyakitnya dan tetap menunaikan
kewajibannya mengajar dan membacakan imla’. Namun, penyakit tersebut semakin bertambah
parah sehingga para tabib dan penguasa (umara) serta para Qadhi bolak balik menjenguk beliau.
Sakit ini berlangsung lebih dari satu bulan kemudian beliau terkena diare yang sangat parah
dengan mengeluarkan darah. Imam As-Sakhaawi berkata, “Saya mengira Allah telah memuliakan
beliau dengan mati syahid, karena penyakit tha’un telah muncul. Kemudian pada malam sabtu
tanggal 18 Dzulhijjah tahun 852 H. berselang dua jam setelah shalat isya’, orang-orang dan para
sahabatnya berkerumun didekatnya menyaksikan hadirnya sakaratul maut.”
Hari itu adalah hari musibah yang sangat besar. Orang-orang menangisi kepergiannya sampai-
sampai orang nonmuslim pun ikut meratapi kematian beliau. Pada hari itu pasar-pasar ditutup
demi menyertai kepergiannya. Para pelayat yang datang pun sampai-sampai tidak dapat dihitung.
Semua para pembesar dan pejabat kerajaan saat itu datang melayat dan bersama masyarakat yang
banyak sekali menshalatkan jenazah beliau. Diperkirakan orang yang menshalatkan beliau lebih
dari 50.000 orang dan Amirul Mukminin khalifah Al-Abbasiah mempersilahkan Al-Bulqini untuk
menyalati Ibnu Hajar di Ar-Ramilah di luar kota Kairo. Jenazah beliau kemudian dipindah ke Al-
Qarafah Ash-Shughra untuk dikubur di pekuburan Bani Al-Kharrubi yang berhadapan dengan
masjid Ad-Dailami di antara makam Imam Syafi’i dengan Syaikh Muslim As-Silmi. 5
4
“Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ulama Hadits Kaya Raya Dengan Ratusan Karya,” accessed November 24,
2022, https://sanadmedia.com/post/ibnu-hajar-al-asqalani.
5
5“Biografi Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani - Cerita Kisah Cinta Penggugah Jiwa,” July 27,
2011, accessed November 24, 2022, https://kisahmuslim.com/1255-ibnu-hajar.html.
9
3.2 SARAN
Untuk itu selalu baca buku-buku tentang ulama agar selalu mendapatkan keterbukkan keilmuan dari
berbagai aspek percayalah bahwa ilmu Nya Allah itu luas dan banyak yang harus dipelajari tidak
hanya formal nonfomal ilmu kehidupan ilmu akhirat dan masih banyak lagi.
Media, Kompas Cyber. “Siapa Ibnu Hajar al-Asqalani? Halaman all.” KOMPAS.com. Last modified
January 14, 2022. Accessed November 24, 2022.
https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/14/100000079/siapa-ibnu-hajar-al-asqalani-.
“Biografi Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani - Cerita Kisah Cinta Penggugah Jiwa,” July 27, 2011.
Accessed November 24, 2022. https://kisahmuslim.com/1255-ibnu-hajar.html.
“Ibnu Hajar al-’Asqalani.” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, November 9, 2022.
Accessed November 24, 2022. https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Hajar_al-
%27Asqalani&oldid=21960754.
“Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ulama Hadits Kaya Raya Dengan Ratusan Karya.” Accessed November
24, 2022. https://sanadmedia.com/post/ibnu-hajar-al-asqalani.