Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ULUMUL QURAN 3

“Mengkaji Muqoddimah Kitab Tafsir Mafatih Al-Ghaib”

Dosen Pengampu: Dr. H. Syamsu Syauqani, Lc.MA

Di Susun Oleh:

1. SRI RETNO CAHAYA AINI 200601077

2. SAKDA WAKIAH 200601064

JURUSAN ILMU QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UIN MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang menegakkan langit, membentangkan bumi,
dan mengurusi seluruh makhluk. Dzat yang mengutus Rosulullah SAW. Sebagai
pembawa petunjuk dan menjelaskan syariat agama kepeda setiap mukallaf secara jelas
dan terang . kami bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW Hamba dan Utusan-Nya yang
tercinta sosok yang paling utama diantara seluruh mahluk. Beliau di muliakan oleh Al
Quran yang merupakan mukjizat serta sunnah yang menjadi pembimbing bagi umat
manusia . Rahmat dan keselamatan yang di berikan oleh Allah SWT, sehingga kami
menyelesaikan tugas MAKALAH “Mengkaji Muqoddimah Kitab Tafsir Mafatih Al-
Ghaib” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas kuliah pada fakultas USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Corak, Metode, Sistematika
Penafsiran Dari Kitab Tafsir Mafatih Al-Ghaib Karya Imam Fakhruddinal-Razi yang
menjadi salah satu pemaparan materi yang memiliki daya pengetahuan, dan bisa
berguna bagi pembaca dan penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………........................i

DAFTAR ISI…………………………………………………......................................ii

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………..............................1

1. Latar Belakang………………………………………………….......................1
2. Rumusan Masalah…………………………………………………..................1
3. Tujuan Penulis…………………………………………………........................1

BAB II

PEMBAHASAN…………………………………………………................................2

1. Biografi Pengarang Kitab Mafatih Al-Ghaib……………………….................2


2. Latar Belakang Penulisan Kitab Mafatih Al-Ghaib…………..........................9
3. Corak Dan Metode Penulisan Kitab Mafatih Al-Ghaib……………................9
4. Sistematika Penulisan Kitab Mafatih Al-Ghaib………,,……........................11
5. Karakteristik Penafsiran Kitab Mafatih Al-Ghaib……………......................12

BAB III

PENUTUP………………………………………………….......................................13

1. Kesimpulan…………………………………………………...........................13
2. Saran………………………………………………….....................................13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….......................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Agama dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, karena
agama sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki pegangan hidup
sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Dengan
ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih
bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

Dari makalah yang disusun, penyusun berharap mampu memberikan kontribusi


yang positif akan gambaran tentang Tafsir Mafatih al-Ghoib karya Imam Ar-Razi yang
lebih dapat diaplikasikan dalam memperdalam kelimuan tentang tafsir Al Qur’an serta
mampu mengaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Biografi Pengarang Kitab Mafatih Al-Ghaib ?


2. Bagaimana Latar Belakang Penulisan Kitab Mafatih Al-Ghaib ?
3. Bagaimana Corak Dan Metode Penulisan Kitab Mafatih Al-Ghaib ?
4. Bagaimana Sistematika Penulisan Kitab Mafatih Al-Ghaib ?
5. Bagaimana Karakteristik Penafsiran Kitab Mafatih Al-Ghaib ?

TUJUAN MASALAH

1. Untuk Mengetahui Biografi Pengarang Kitab Mafatih Al-Ghaib


2. Untuk Mengetahui Latar Belakang Penulisan Kitab Mafatih Al-Ghaib
3. Untuk Mengetahui Corak Dan Metode Penulisan Kitab Mafatih Al-Ghaib
4. Untuk Mengetahui Sistematika Penulisan Kitab Mafatih Al-Ghaib
5. Untuk Mengetahui Karakteristik Penafsiran Kitab Mafatih Al-Ghaib

1
BAB III

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI PENGARANG KITAB MAFATIH AL-GHAIB

Fakruddin Al-Razi adalah ulama besar yang memiliki beberapa gelar,


diantaranya Abu Abdullah, Abu Ma’ali, Abu Fadhal dan Ibnu Khatib al-Rayy Namun,
diantara gelar yang biasa dicantumkan dibeberapa literatur adalah Abu Abdullah seperti
yang tersemat di awal namanya. Beliau juga biasa dipanggil dengan beberapa nama,
seperti Imam, Fakhruddin, Al-Razi dan Syakh al-Islam. Nama lengkap beliau adalah
Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin al- Husain bin al-Hasan bin Ali at-Taimy al-
Bakri al-Tabrastani Al-Razi,1 Beliau dilahirkan di Rayy nama sebuah kota kecil di Iran
pada tanggal 25 Ramadhan 544 H bertepatan 1149 M. pada masa itu kawasan tempat
ia bermukim sebagian besar berada dibawah kekuasaan kesulthanan Khawarizam
syasiah dan sebagian lagi dibawah kekuasaan kesulthanan Guriah.2

Pada masa mudanya, al-Razi dikenal sebagai seorang yang gigih menuntut ilmu
dan selalu melakukan musafir ilmu ke berbagai tempat yang terkenal, seperti
Khawarizm, Khurasan dan Mesir untuk berguru kepada ahli ilmu. Selain sebagai
seorang mufassir yang terkenal pada masanya, Imam Fakhruddin al-Razi juga dikenal
sebagai ilmuan yang menguasai beberapa disiplin ilmu, baik ilmu pengetahuan umum
maupun ilmu agama seperti: bidang ushuluddin, fiqih, ilmu al-Lughah, ahli teolog
(kalam) dari mazhab ahlus sunnah, ilmu sastra, filsafat, tasawuf, kedokteran,
matematika, fisika, astronomi dan sebagainya.3

Pada awalnya, pengetahuan agama beliau peroleh dari ayahnya sendiri


khususnya tentang fiqih dan ilmu kalam. Ayahnya bernama Syaikh Dhiyauddin seorang
imam yang lebih populer dengan nama Khatib al-Rayy sehingga al-Razi pun biasa
digelar dengan Ibnu Khatib al-Rayy. Berkenaan dengan pilihan mazhab, al-Razi
memilih mazhab Imam Syafi’i dan itu memang sejalan dengan mazhab pilihan ayahnya

1 Fakhruddin al- Razi, Op. cit, h. 1

2 IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambaran, 1992), h. 809

3 Fakhruddin al- Razi, Roh Itu Misterius, (terj. Muhammad Abdul Qadir al Kat: Cendekia
Jakarta, 2001), h. 18

2
yang sempat berguru kepada beberapa ulama, diantaranya Abi Muhammad Husein bin
Mas’ud al- Farra’ al-Baghawi, Husein al-Maruzi, alQaffal al-Maruzi, Abi Zaid al-
Maruzi, Abi Ishak al-Maruzi, Abi Abbas bin Sarij, Abi Qosim al-Amathi, Ibrahim al-
Mazri dan Imam Syafi’i.4

Berbekal ketekunan dan kegigihan beliau untuk terus mempelajari ilmu dengan
menempuh berbagai cara termasuk diantaranya mengadakan lawatan keberbagai daerah
untuk menemui pakar ilmu, sehingga Fakhruddin al-Razi dikenal sebagai tokoh
reformis yang sangat progresif di dunia Islam pada abad ke VI H. bahkan beliau sering
dijuluki sebagai tokoh pembangunan sistem teologi melalui pendekatan filsafat. Dan
dalam konteks ini, maka seorang pemikir mistik modren dari Iran yang bernama Sayyed
Husein Nasar mengemukakan dalam risalahnya Asrar al- Tanzil bahwa al-Razi telah
berhasil mengawinkan tema etika dengan pembahasan teologi.5

Begitulah diantara proses kehidupan yang dilalui oleh al-Razi dan senantiasa
menempatkan dirinya dalam suasana mencari ilmu pengetahuan. Bahkan ketika beliau
jatuh sakit dan hampir menemui ajalnya, ternyata beliau masih bisa menyempatkan diri
untuk memberikan wasiat kepada anak serta murid-muridnya, seraya berkata: “Aku
serukan kepada anak-anakku, murid-muridku, dan kepada siapa saja, bahwa apabila
aku meninggal nanti maka usahakanlah untuk tidak mengkhabarkannya kepada
siapapun. Kemudian kafankan aku, kuburkan aku, sesuai dengan syari’at Islam.
Apabila aku telah diletakkan di dalam liang lahat, bacakanlah kepada ku ayat-ayat al-
Qur’an.”6

Maka berselang beberapa bulan setelah wasiat itu tepatnya pada tahun 606 H,
beliau dipanggil oleh Allah (berpulang kerahmatullah) dan menjadikan anakanak,
murid-murid beliau serta kaum muslimin umumnya merasa kehilangan dengan
kepergiannya. Menurut beberapa sumber, yang menjadi penyebab dari meninggal al-
Razi adalah dipicu oleh perbedaan aqidah antara beliau dengan aliran Kiramiyah yang

4 Fakhruddin al- Razi, Op. Cit. h. 6

5 Adalah Hafizh Dasuki et al, Ensiklopedi Islam, (PT. Ikhtiar Baru Van Houve: Jakarta 1994),
h. 327

6 Ibid

3
berakhir dengan perselisihan diantara keduanya. Dan pada akhirnya dari pihak
Kiramiyah berhasil meracuni beliau hingga menyebabkan datangnya ajal.7

Latar belakang pendidikan dan kontek yang mempengaruhinya.

Proses pendidikan yang ditempuh al-Razi pada awalnya beliau belajar kepada
ayahnya sendiri yang merupakan tokoh ulama sekaligus pemikir yang sangat dikagumi
ilmu keIslamannya, terutama berkenaan dengan ilmu fiqih dan ushul fiqih. Adapun
dalam bidang filsafat, al-Razi menimba ilmu kepada Muhammad al-Baghawi dan
Majdin al-Jilli. Sedangkan untuk ilmu kalam, al-Razi berguru kepada Kamaluddin al-
Samani.8

Sejalan dengan latar belakang keluarga dan proses pendidikannya, maka


Fakhruddin al-Razi dapat digolongkan sebagai tokoh ahl al- Sunnah wal Jama’ah yang
fanatik. Hal demikian dapat dilihat dari produk pemikiran-pemikirannya yang cendrung
memberi justifikasi kepada aliran ahl al-Sunnah wal Jama’ah dan bahkan tidak jarang
secara apologis al- Razi membela ajaran aliran ahl al- Sunnah wal Jama’ah. Dalam
bidang fiqih, al-Razi dikenal sebagai ulama yang gigih mengembangkan dan
mempertahankan pemikiran ahl al-Sunnah wal Jama’ah yang dikembangkan oleh Abu
Hasan al-Ash’ari. Dan dalam bidang tasawuf beliau dikenal sebagai pengikut al-
Ghazali.

Dalam menjalankan proses kehidupannya, Fakhruddin al-Razi senantiasa


bekerja keras dengan penuh semangat serta kesungguhan yang kuat. Beliau meyakini,
bahwa setelah kehidupan yang fana ini berakhir maka kita tidak mungkin lagi untuk
berbuat sesuatu. Sehingga dalam hari-harinya beliau selalu bergelimang dengan ilmu
pengetahuan serta kenyang dengan pengalaman. Disisi lain, beliau juga dikenal sebagai
seorang yang zahid meskipun ia tergolong orang yang kaya raya. Kekayaan yang ada
tidak menghalang beliau untuk merendahkan diri, takut serta berharap keredhoan Allah
SWT. Hal ini beliau gambarkan dalam salah satu do’anya:

7 Muhammad Husain Az-Zahabi, Tafsir wa al- Mufassirun, (Maktabah Wahbah, Kairo: 1424
H), h. 206

8 Ibid

4
“Hamba tahu tidak ada suatu apapun yang hamba miliki kecuali engkau ya
Allah. Ya Allah, tiada yang bisa memperbaiki kecuali engkau. Aku ini adalah hamba-
Mu ya Allah, yang mengakui segala kekurangan dan kelemahan, segala noda dan dosa,
maka jangan engkau kecewakan harapan hamba dan engkau tolak do’a hamba.
Selamatkanlah hamba dari siksaan- Mu, waktu hidup di dunia dan setelah meninggal,
dan mudahkanlah hamba dalam mengetahui sakratul maut, dan ringankanlah atas
hamba datangnya kematian. Ya Allah, engkau maha pengasih dan maha penyayang.”9

Guru-guru beliau

Perjalanan panjangnya kebeberapa daerah tersebut memungkinkannya untuk


menemui beberapa ulama yang kemudian dijadikan guru dalam berbagai disiplin ilmu,
utamanya dalam bidang tafsir. Diantara beberapa ulama yang kemudian menjadi
gurunya ialah:

• Salmān ibn Naṡ ir ibn Imrān ibn Muḥ ammad ibn Isma’īl ibn Isḥ āq ibn Zaid ibn
Ziyād ibn Maimun ibn Mahran, Abu Al-Qasīm al-Anṣ āri, salah seorang murid
imām al-Haramain.
• Abd Mālik bin Abdullah ibn Yusuf ibn’ Abdullah ibn Yusuf ibn Muhammad,
yang terkenal dengan nama Imām Al-Haramain Ḍiyauddin Abu Al-Ma’ali l-
Juwaini.
• Ibrahīm ibn Muḥ ammad ibn ibraḥ im ibn mahran, Al-Imam Ruknuddīn Abu
Isḥ ak Al-Isfirayani, seorang pakar teologi dan hukum islam dari Khurasan.
• Abu Ḥusain Muḥ ammad ibn Muḥ ammad ibn Abdurraḥ mān ibn As-Sa’īd Al-
Bahīli
• Ali ibn Isma’īl ibn Isḥ aq ibn Sālim ibn Isma’īl ibn Abdullah ibn Musa ibn Bilāl
ibn Abu Bard ibn Abu Musa, seorang teolog yang terkenal dengan nama As-
Syaikh Abu Ḥasan Al-Asy’ari Al-Baṣ ri.
• Muḥ ammad ibn Abdul Wahhāb ibn Salām Abu Ali Al-Jubbā’i, seorang tokoh
teolog mu’tazilah.
• Al-Ḥasān ibn Mas’ūd ibn Muḥ ammad abu Muḥ ammad al-Bagāwi. Dari tokoh
ini, Fakhruddīn Ar-Rāzi mendalami filsafat, disamping dari guru lainnya,
terutama Majduddīn al-Jilli.

9 al- Razi, Op. Cit, h, 15.

5
• Al-Ḥusain ibn Muḥ ammad ibn Aḥ mad al-Qaḍ i, Abu „Ali al-Maruzī.
• Abdullah ibn Aḥ mād ibn Abdulāh al-Maruzī, Abu Bakār al-Qaffāl asShagīr.
• Muḥ ammad ibn Aḥ mād ibn Abdullāh.
• Ibrahīm ibn Aḥ mād Abu Isḥ āq al-Maruzī.
• Aḥ mād ibnu Umar ibn Sari’ al-Qaḍ i Abu al-Abbās al-Bagdādi.
• Usmān ibn Sa’īd ibn Baṣ r Abu al-Qasīm al-Anmati al-Bagdādi al-Aḥ wāl.
• Muḥ ammad ibn Idrīs ibn al-Abbās ibn Usmān ibn al-Syafī‟i ibn as-Sayb ibn
Ubaid ibn Abu Yazīd ibn Hasyīm ibn Abdul Muṭ ṭ alib kakek Rasulullah
SAW.10

Murid-murid beliau

Beliau memiliki murid yang banyak dari setiap penjuru, namun yang dianggap
paling populer adalah :

• Abd al-Hamīd ibn „Isa ibn Umrawiyah ibn Yusuf ibn Khalīl ibn Abdullāh, ibn
Yūsuf. Ia adalah seorang ulama ahli fiqh dan teologi Islam (Mutakallimin).
Nama kebesarannya adalah Al-„Allāmah Syamsuddīn atau Abu Muḥ ammad
Muḥ ammad al-Khasrusḥ āhi.
• Zaki ibn Ḥāsan ibn Umar, yang terkenal dengan nama Abu Aḥ mad alBiliqāni.
Ia adalah seorang ahli fiqh, teolog, ahli ushul dan muhaqqīq (ahli manuskrip).
• Ibrahīm ibn Abdul Wahhāb ibn Ali, nama sebutan lainnya adalah Imaduddīn
Abu Ma’āli atau Al-Anṣ arī al-Khuzrajī al-Zanjanī
• Ibrahīm ibn Muḥ ammad al-Sulamī al- Magrabī adalah seorang hakim yang
terkenal diwilayah pinggiran Mesir.
• Aḥ mād ibn Khālil ibn Sa’ādah ibn Ja’fār ibn Isa al-Mihlabi. Ia adalah ketua
hakim yang terkenal dengan nama Syamsuddīn Abu al-Abbās atau al-Khubi.11

Karya-karyanya

Selain sebagai mufassir dan pemikir, Fakhruddin al-Razi juga dikenal sebagai
penulis yang sangat produktif. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan oleh Mani’

10 Abdul Qadir Atha, Al-imam, Kairo, 1998, h. 329

11 Ibid

6
Abdul Halim menyatakan sebanyak 200 buah karya dari al-Razi, yang terdiri dari
beberapa disiplin ilmu. Diantara:

a. Dalam Bidang Tafsir

• Kitab tafsir al-Kabir Mafatihul Ghaib terdiri dari 16 jilid


• Asraru at-Tanzil wa Anwaru at- Ta’wil
• Tafsir surat al-Ikhlas
• Tafsir surat al-Fatihah
• Tafsir surat al-Bayyinah
• Tafsir surat-surat yang menjelaskan tentang ketuhanan, kenabian dan
perjanjian.
• Tafsir surat-surat yang menjelaskan tentang amal-amal sholeh.

b. Dalam Bidang Ilmu Kalam

• Ma’alim Ushul al-din


• Arba’in fi Ushuluddin
• Irsyad al-Nizar ila Lathaif al-Asrar.
• Asasu at-Taqdis
• al-Isyarah fi Ilmi al-Kalam.
• Tahshilu al-Haq.
• Al-Qadha wa al-Qadhar.
• al-Jauhar al-Pard.

c. Dalam Bidang Ilmu Mantiq, Filsafah dan Akhlak.

• Al-Ayatu al-Bayyinah.
• al-Akhlak Syarah al-Isyarah.
• wa at-Tanbisat li Ibnu Sina.
• aqsam li al-Zat.
• Syarah Uyun al-Hikmah li Ibni Sina.
• mabahits al-Wujud wa Adam.
• Al-Mantiq al-Kabir.

d. Dalam Bidang Perdebatan dan Perbedaan.

7
• Syifau al- Aiy wa al- Akhlak.
• al- Jadal
• at- Thariqah fi al- Khilafi wa al- Jadal.

e. Dalam Bidang Fiqih dan Ushul Fiqih.

• Ibthal al-Qiyas
• syarah al-Wajiz fi al-Fiqhi li al-Ghazali
• al-Mahsul fi Ushul al-Fiqhi
• Muntakhib al-Mahsul fi Ushul al-Fiqhi
• Ahkam al-Ahkam
• Al-Mu’alim fi Ushul al-Fiqhi.

f. Dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

• Syarah Suqthu al-Zunud


• Syarah an-Nahju al-Balaghah
• Nihayah al-Ijaz fi Dirayah al-I’jaz
• Al-Masrur fi Haqaiq wa Daqaiq al-Nahwu.

g. Dalam Bidang Sejarah

• Fadhail al-Ashab wa ash-Shahabah al-Rasyidin


• Manaqib al-Imam asl-Syafi’i
• Risalah al-Shahabah
• Asma’ al-Ambiya’
• Risalah al-Nabawat.

h. Dalam Bidang Olah Raga dan Kedokteran

• Kitab al-Hindatsah
• Kitab Risalah fi Ilmi al-Haiaq
• Kitab al-Ahkam fi Ilmi Firasah
• Kitab Asyarabah
• Kitab at-Tasyrik min al-Ra’si ila al-Halqi.

i. Dalam Bidang Astronomi dan Lainnya

8
• Kitab al-Ahkam al-Alaiyah fi al-A’lam
• Kitab fi al-Ramli
• Kitab al-Sirr al-Makhtum fi Mukhathibah
• I’tiqad Parq al-Muslimin wa al-Musyrikin.12

B. LATAR BELAKANG PENULISAN KITAB MAFATIH AL-GHAIB

Fakhruddin ar-Razi hidup pada tahun keenam Hijriyyah. Masa ini adalah masa
kesempitan dalam kehidupan umat muslim, baik dalam hal politik, social, keilmuan dan
akidah. Dan kelemahan ini telah sampai pada puncaknya pada masa Daulah Abbasyiah.
Ada kabar tentang perang salib di Syam. Pada masa itu juga terjadi perselisihan mazhab
dan akidah, dan di Ray sendiri ada tiga golongan, yaitu Syafi’iyyah, Hanafi, dan Syi’ah.
Dan muncul pula banyak golongan kalam dan perdebatan-perdebatannya, diantaranya
yaitu golongan Syi’ah, Mu’tazilah, Murjiah, Bathiniyah dan Kurrasiyah.

Kemudian, Fakhruddin ar-Razi yang ahli dalam berbagai bidang keilmuan,


menulis kitab tafsir ini dengan berjumlah 8 jilid besar. Ar-Razi yang bermazhab Syafi’i
dalam penulisan kitab tafsirnya beliau selalu membantah Mu’tazilah ketika ada
kesempatan atau cela. Tafsir ini ditulis oleh Fakhruddin ar-Razi sebagai tanggapan
terhadap tafsir ideologi karangan Zamakh syari (Kitab Tafsir al-Kasysyaf). Dimana
Fakhruddin ar-Razi yang beraliran Asy’ariyah berusaha mempertahankan alirannya
(mazhab Syafi’i) dan mencari-cari jalan untuk membenarkannya. Zamakh syari dalam
tafsirnya menyebutkan bahwa yang selain Mu’tazilah (khususnya Asy’ariyah) adalah
pembuat bid’ah, musuh-musuh Allah. Dia menafsirkan ayat untuk mendukung
alirannya, bahkan menjelek-jelekkan aliran lain.

C. CORAK DAN METODE PENULISAN KITAB MAFATIH AL-GHAIB

Tafsir ini termasuk dalam metode Tahlili. Adapun metode Imam ar-Razi dalam
tafsirnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Imam ar-Razi telah mencurahkan perhatian untuk menerangkan hubungan-


hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya dan hubungan satu surat dengan

12 Mani’ Abdul Halim, Op. Cit, h. 320

9
satu surat yang mengikutinya. Adakalanya beliau tidak mengemukakan satu
hubungan saja, melainkan lebih dari satu hubungan.
• Imam ar-Razi berbicara panjang lebar dalam menyajikan argumentasi. Sebagian
pembicaraan itu menjadikan kitabnya tak berbeda dengan kitab filsafat,
matematika dan ilmu eksakta, sampai-sampai Ibn ‘Atiyah berkata dalam kitab
Imam ar-Razi, “segalanya ada kecuali tafsir itu sendiri.” Namun sesungguhnya,
sekalipun Imam ar-Razi banyak berbicara tentang masalah-masalah ilmu kalam
dan tinjauan-tinjauan alam semesta, beliau berbicara tentang tafsir al-Quran.
• Mazhab alirannya, ialah Imam Nasir ar-Razi, dan menentang keras mazhab
Mu’tazilah dan membantahnya dengan segala kemampuannya. Sebab itu beliau
tidak pernah melewatkan setiap kesempatan untuk menghadapkan bantahan
terhadap mazhab Mu’tazilah itu. beliau bentangkan pendapat-pendapat mereka,
kemudian beliau serang pendapat-pendapat tersebut dan beliau bongkar
kelemahan-kelemahannya, walaupun adakalanya bantahan-bantahan beliau
tidak cukup memadai dan memuaskan. Beliau menyoroti mazhab-mazhab fiqh
dalam menafsirkan ayat-ayat hukum, dengan segala kemampuan beliau, dengan
tujuan menguatkan mazhab-mazhab Syafi’i karena beliau memang bermazhab
Syafi’i.
• Beliau juga kadang-kadang suka melantur dalam membahas masalah-masalah
ushul fiqh dan masalah-masalah yang berhubungan dengan ilmu nahwu dan
balaghah. Hanya saja beliau tidak berlebih-lebihan dalam hal-hal tersbut seperti
yang beliau lakukan dalam masalah-masalah eksakta dan ilmu-ilmu kealaman.

Tafsir Mafātīh al-Ghaib atau yang dikenal sebagai Tafsir al-Kabir dikategorikan
sebagai tafsir bi al-ra’y, yaitu tafsir yang dalam menjelaskan maknanya mufassir hanya
berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan yang didasarkan oleh ra’y
semata; dengan pendekatan Mazhab Syafi’iyyah dan Asy’ariyah. Tafsir ini merujuk
pada kitab Az-Zujaj fi Ma’anil Quran, Al-Farra’ wal Barrad dan Gharibul Quran, karya
Ibnu Qutaibah dalam masalah gramatika. Riwayat-riwayat tafsir bil ma’tsur yang jadi
rujukan adalah riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Sudai, Said bin Jubair,
riwayat dalam tafsir At-Thabari dan tafsir Ats-Tsa’labi, juga berbagai riwayat dari Nabi
saw, keluarga, para sahabatnya serta tabi’in. Sedangkan tafsir bir ra’yi yang jadi rujukan
adalah tafsir Abu Ali Al-Juba’i, Abu Muslim Al-Asfahani, Qadhi Abdul Jabbar, Abu

10
Bakar Al-Ashmam, Ali bin Isa Ar-Rumaini, Az-Zamakhsyari dan tafsir Abul Futuh Ar-
Razi.

Menurut Ibn Hajar al-Asqalani, pengarang, Fakhruddin ar-Razi tidak


menyempurnakan kitab tafsirnya ini. Sebagaimana yang juga dikatakan oleh Ibn
Khalkan di dalam kitab Wafiyatul A’yaan. Dalam kitab Kasyfu al-Dhunun dijelaskan
bahwa Fakhruddin ar-Razi hanya menulis kitabnya sampai pada surat al-Anbiya’,
kemudian diteruskan oleh Syihabuddin al-Khauyi. Akan tetapi beliaupun belum
menyelesaikannya dengan sempurna. Akhirnya dilanjutkan oleh Najmuddin al-Qamuli
sampai sempurna.

Pendapat lain mengatakan bahwa Fakhruddin ar-Razi telah menyelesaikan kitab


tafsirnya. Yaitu yang dikemukakan oleh Dr. Ali Muhammad Hasan al-‘Imariz dalam
kitabnya. Selain itu, pada dasarnya ar-Razi enulis kitab tafsirnya tidak sesuai urutan
sebagaimana mushaf al-Qur'an (mulai al-Fatihah sampai dengan an-Nas), hal ini bisa
dilihat dari tanggal yang dituliskan oleh ar-Razi dalam menafsirkan surat-surat al-
Qur'an. Jadi, surat al-Anbiya’ merupakan akhir tulisan beliau, bukan karena belum
selesai akan tetapi memang surat terakhir yang beliau tafisrkan adalah surat al-Anbiya’.

D. SISTEMATIKA PENULISAN KITAB MAFATIH AL-GHAIB

Adapun sistematika penulisan Tafsir aar-Razy, yaitu menyebut nama surat,


tempat turunnya, bilangan ayatnya, perkataan-perkataan yang terdapat didalamnya,
kemudian menyebut satu atau beberapa ayat, lalu mengulas munasabah antara satu ayat
dengan ayat sesudahnya, sehingga pembaca dapat terfokus pada satu topic tertentu pada
sekumpulan ayat. Namun ar-Razi tidak hanya munasabah antara ayat saja, ia juga
menyebut munasabah antara surat.

Setelah itu ar-Razi mulai menjelaskan masalah dan jumlah masalah tersebut,
misalnya ia mengatakan bahwa dalam sebuah ayat al-Qur’an terdapat beberapa yang
jumlahnya mencapai sepuluh atau lebih. Lalu menjelaskan masalah tersebut dari sisi
nahwunya, ushul, sabab al-nuzul, dan perbedaan qiraat dan lain sebagainya.

Sebelum ia menjelaska suatu ayat, ar-Razi terlebih dahulu mengungkapkan


penafsiran yang bersumber dari Nabi, Sahabat, tabi’in ataupun memaparkan masalah
antara nasikh dan mansukh, bahkan jarh wat’ta’dil barulah ia menafsirkan ayat disertai

11
argumentasi ilmiyahnya dibidang ilmu pengtahuan, filsafat, ilmu alam maupun yang
lainnya.

E. KARAKTERISTIK PENAFSIRAN TAFSIR MAFĀTĪH AL-GHAIB

• Mencantumkan asbabun nuzul jika ada riwayatnya. Misalnya asbabun nuzul


surat al-Masad.
• Kajian kebahasaan, baik nahwu maupun balaghah. Misalnya untuk kajian
balaghah, lafadh lam yalid wa lam yulad dalam surat al-Ikhlash ayat 2.
• Ikhtilaf al-Qira’ah, apabila ayat tersebut dibaca oleh para qari’ dengan cara
berbeda. Pengungkapan ini disertai dengan penjelasan mengenai perbedaan asal
kata, kedudukan maupun pemahaman yang berbeda karenanya. Contohnya
dalam perbedaan qiraat lafadh maaliki dalam surat al-Fatihah
• Kajian penafsiran dari ilmu fiqh dan ushul fiqh. Misalnya kajian tentang sholat
qashar dalam surat al-Nisa’ ayat 101.
• Penggunaan kata wallaahu a’lam dan semacamnya, kemudian doa penutup serta
shalawat.Misalnya dalam mengemukakan perbedaan antara suratmu’awidzatain
yang diakhiri dengan wallaahu subhaanahu wa ta’ala a’lam.
• Mengemukakan keutamaan surat, apabila terdapat riwayatnya.Misalnya
mengemukakan keutamaan surat al-Fatihah.
• Menekankan aspek munasabah antarayat dan antarsurat. Fakhruddin ar-Razi
tidak hanya meyebutkan satu munasabah akan tetapi beberapa munasabah.
Misalnya ketika menafsirkan kata wa yuqiimuuna ash-shalaata (iqamatu ash-
shalah) dalam surat al-Baqarah ayat 3. Beliau mengaitkannya dengan ayat-ayat
al-Qur'an yang lain.

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Nama kitab yaitu mafatih al-ghoib, Nama lengkap dari pengarang kitab adalah
Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin al- Husain bin al-Hasan bin Ali at-Taimy al-
Bakri al-Tabrastani Al-Razi, Beliau dilahirkan di Rayy nama sebuah kota kecil di Iran
pada tanggal 25 Ramadhan 544 H bertepatan 1149 M. Beliau juga biasa dipanggil
dengan beberapa nama, seperti Imam, Fakhruddin, Al-Razi dan Syakh al-Islam, Beliau
wafat pada tahun 606 H

Latar belakang penulisan kitab ini yaitu dimana Fakhruddin ar-Razi hidup pada
tahun keenam Hijriyyah. Yang dimana Masa ini adalah masa kesempitan dalam
kehidupan umat muslim, baik dalam hal politik, social, keilmuan dan akidah.
Kemudian, Fakhruddin ar-Razi yang ahli dalam berbagai bidang keilmuan, menulis
kitab tafsir ini

Tafsir ini termasuk dalam metode Tahlili dan Tafsir Mafātīh al-Ghaib atau yang
dikenal sebagai Tafsir al-Kabir dikategorikan sebagai tafsir bi al-ra’y, yaitu tafsir yang
dalam menjelaskan maknanya mufassir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan
penyimpulan yang didasarkan oleh ra’y semata, dengan pendekatan Mazhab
Syafi’iyyah dan Asy’ariyah.

SARAN

Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu dalam penyusunan makalah
ini Penulis mohon kritikan dan saran dari Bapak Dosen dan para pembaca agar makalah
ini menjadi lebih baik

13
DAFTAR PUSTAKA

Mani Abdul Hakim, Mahud. 2006. Metodologi Tafsir. Jakarta : Pt. Raja Grafindo
Persada.

Iain Syarif Hidayatullah. 1992. Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta : Djambaran.

Al- Razi, Fakhruddin. 2001. Roh Itu Misterius. Jakarta : Cendekia.

Dasuki, Hafiz. 1994. Ensiklopedia Islam. Jakarta : Pt. Ikhtiar Baru Van Houve.

Husain Az-Zahabi, Muhammad. 1424. Tafsir Wa Al- Mufassirun. Kairo : Maktabah


Wahbah

Mu’im An-Namir, Abd. 1985. Ilmu At-Tafsir. Kairo : Dar Kutub

Al- Shobuni. 1987. Pengantar Studi Al-Qur’an. Bandung : Al-Ma’arif

As-Siddiqie, Habsi. 1989. Pengantar Ilmu Al- Qur’an Dan Tafsir. Jakarta : Bulan
Bintang

14

Anda mungkin juga menyukai