ULUMUL QURAN 3
Di Susun Oleh:
UIN MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang menegakkan langit, membentangkan bumi,
dan mengurusi seluruh makhluk. Dzat yang mengutus Rosulullah SAW. Sebagai
pembawa petunjuk dan menjelaskan syariat agama kepeda setiap mukallaf secara jelas
dan terang . kami bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW Hamba dan Utusan-Nya yang
tercinta sosok yang paling utama diantara seluruh mahluk. Beliau di muliakan oleh Al
Quran yang merupakan mukjizat serta sunnah yang menjadi pembimbing bagi umat
manusia . Rahmat dan keselamatan yang di berikan oleh Allah SWT, sehingga kami
menyelesaikan tugas MAKALAH “Mengkaji Muqoddimah Kitab Tafsir Mafatih Al-
Ghaib” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas kuliah pada fakultas USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Corak, Metode, Sistematika
Penafsiran Dari Kitab Tafsir Mafatih Al-Ghaib Karya Imam Fakhruddinal-Razi yang
menjadi salah satu pemaparan materi yang memiliki daya pengetahuan, dan bisa
berguna bagi pembaca dan penulis.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………........................i
DAFTAR ISI…………………………………………………......................................ii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………..............................1
1. Latar Belakang………………………………………………….......................1
2. Rumusan Masalah…………………………………………………..................1
3. Tujuan Penulis…………………………………………………........................1
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………................................2
BAB III
PENUTUP………………………………………………….......................................13
1. Kesimpulan…………………………………………………...........................13
2. Saran………………………………………………….....................................13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….......................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Agama dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, karena
agama sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki pegangan hidup
sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Dengan
ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih
bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN MASALAH
1
BAB III
PEMBAHASAN
Pada masa mudanya, al-Razi dikenal sebagai seorang yang gigih menuntut ilmu
dan selalu melakukan musafir ilmu ke berbagai tempat yang terkenal, seperti
Khawarizm, Khurasan dan Mesir untuk berguru kepada ahli ilmu. Selain sebagai
seorang mufassir yang terkenal pada masanya, Imam Fakhruddin al-Razi juga dikenal
sebagai ilmuan yang menguasai beberapa disiplin ilmu, baik ilmu pengetahuan umum
maupun ilmu agama seperti: bidang ushuluddin, fiqih, ilmu al-Lughah, ahli teolog
(kalam) dari mazhab ahlus sunnah, ilmu sastra, filsafat, tasawuf, kedokteran,
matematika, fisika, astronomi dan sebagainya.3
2 IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambaran, 1992), h. 809
3 Fakhruddin al- Razi, Roh Itu Misterius, (terj. Muhammad Abdul Qadir al Kat: Cendekia
Jakarta, 2001), h. 18
2
yang sempat berguru kepada beberapa ulama, diantaranya Abi Muhammad Husein bin
Mas’ud al- Farra’ al-Baghawi, Husein al-Maruzi, alQaffal al-Maruzi, Abi Zaid al-
Maruzi, Abi Ishak al-Maruzi, Abi Abbas bin Sarij, Abi Qosim al-Amathi, Ibrahim al-
Mazri dan Imam Syafi’i.4
Berbekal ketekunan dan kegigihan beliau untuk terus mempelajari ilmu dengan
menempuh berbagai cara termasuk diantaranya mengadakan lawatan keberbagai daerah
untuk menemui pakar ilmu, sehingga Fakhruddin al-Razi dikenal sebagai tokoh
reformis yang sangat progresif di dunia Islam pada abad ke VI H. bahkan beliau sering
dijuluki sebagai tokoh pembangunan sistem teologi melalui pendekatan filsafat. Dan
dalam konteks ini, maka seorang pemikir mistik modren dari Iran yang bernama Sayyed
Husein Nasar mengemukakan dalam risalahnya Asrar al- Tanzil bahwa al-Razi telah
berhasil mengawinkan tema etika dengan pembahasan teologi.5
Begitulah diantara proses kehidupan yang dilalui oleh al-Razi dan senantiasa
menempatkan dirinya dalam suasana mencari ilmu pengetahuan. Bahkan ketika beliau
jatuh sakit dan hampir menemui ajalnya, ternyata beliau masih bisa menyempatkan diri
untuk memberikan wasiat kepada anak serta murid-muridnya, seraya berkata: “Aku
serukan kepada anak-anakku, murid-muridku, dan kepada siapa saja, bahwa apabila
aku meninggal nanti maka usahakanlah untuk tidak mengkhabarkannya kepada
siapapun. Kemudian kafankan aku, kuburkan aku, sesuai dengan syari’at Islam.
Apabila aku telah diletakkan di dalam liang lahat, bacakanlah kepada ku ayat-ayat al-
Qur’an.”6
Maka berselang beberapa bulan setelah wasiat itu tepatnya pada tahun 606 H,
beliau dipanggil oleh Allah (berpulang kerahmatullah) dan menjadikan anakanak,
murid-murid beliau serta kaum muslimin umumnya merasa kehilangan dengan
kepergiannya. Menurut beberapa sumber, yang menjadi penyebab dari meninggal al-
Razi adalah dipicu oleh perbedaan aqidah antara beliau dengan aliran Kiramiyah yang
5 Adalah Hafizh Dasuki et al, Ensiklopedi Islam, (PT. Ikhtiar Baru Van Houve: Jakarta 1994),
h. 327
6 Ibid
3
berakhir dengan perselisihan diantara keduanya. Dan pada akhirnya dari pihak
Kiramiyah berhasil meracuni beliau hingga menyebabkan datangnya ajal.7
Proses pendidikan yang ditempuh al-Razi pada awalnya beliau belajar kepada
ayahnya sendiri yang merupakan tokoh ulama sekaligus pemikir yang sangat dikagumi
ilmu keIslamannya, terutama berkenaan dengan ilmu fiqih dan ushul fiqih. Adapun
dalam bidang filsafat, al-Razi menimba ilmu kepada Muhammad al-Baghawi dan
Majdin al-Jilli. Sedangkan untuk ilmu kalam, al-Razi berguru kepada Kamaluddin al-
Samani.8
7 Muhammad Husain Az-Zahabi, Tafsir wa al- Mufassirun, (Maktabah Wahbah, Kairo: 1424
H), h. 206
8 Ibid
4
“Hamba tahu tidak ada suatu apapun yang hamba miliki kecuali engkau ya
Allah. Ya Allah, tiada yang bisa memperbaiki kecuali engkau. Aku ini adalah hamba-
Mu ya Allah, yang mengakui segala kekurangan dan kelemahan, segala noda dan dosa,
maka jangan engkau kecewakan harapan hamba dan engkau tolak do’a hamba.
Selamatkanlah hamba dari siksaan- Mu, waktu hidup di dunia dan setelah meninggal,
dan mudahkanlah hamba dalam mengetahui sakratul maut, dan ringankanlah atas
hamba datangnya kematian. Ya Allah, engkau maha pengasih dan maha penyayang.”9
Guru-guru beliau
• Salmān ibn Naṡ ir ibn Imrān ibn Muḥ ammad ibn Isma’īl ibn Isḥ āq ibn Zaid ibn
Ziyād ibn Maimun ibn Mahran, Abu Al-Qasīm al-Anṣ āri, salah seorang murid
imām al-Haramain.
• Abd Mālik bin Abdullah ibn Yusuf ibn’ Abdullah ibn Yusuf ibn Muhammad,
yang terkenal dengan nama Imām Al-Haramain Ḍiyauddin Abu Al-Ma’ali l-
Juwaini.
• Ibrahīm ibn Muḥ ammad ibn ibraḥ im ibn mahran, Al-Imam Ruknuddīn Abu
Isḥ ak Al-Isfirayani, seorang pakar teologi dan hukum islam dari Khurasan.
• Abu Ḥusain Muḥ ammad ibn Muḥ ammad ibn Abdurraḥ mān ibn As-Sa’īd Al-
Bahīli
• Ali ibn Isma’īl ibn Isḥ aq ibn Sālim ibn Isma’īl ibn Abdullah ibn Musa ibn Bilāl
ibn Abu Bard ibn Abu Musa, seorang teolog yang terkenal dengan nama As-
Syaikh Abu Ḥasan Al-Asy’ari Al-Baṣ ri.
• Muḥ ammad ibn Abdul Wahhāb ibn Salām Abu Ali Al-Jubbā’i, seorang tokoh
teolog mu’tazilah.
• Al-Ḥasān ibn Mas’ūd ibn Muḥ ammad abu Muḥ ammad al-Bagāwi. Dari tokoh
ini, Fakhruddīn Ar-Rāzi mendalami filsafat, disamping dari guru lainnya,
terutama Majduddīn al-Jilli.
5
• Al-Ḥusain ibn Muḥ ammad ibn Aḥ mad al-Qaḍ i, Abu „Ali al-Maruzī.
• Abdullah ibn Aḥ mād ibn Abdulāh al-Maruzī, Abu Bakār al-Qaffāl asShagīr.
• Muḥ ammad ibn Aḥ mād ibn Abdullāh.
• Ibrahīm ibn Aḥ mād Abu Isḥ āq al-Maruzī.
• Aḥ mād ibnu Umar ibn Sari’ al-Qaḍ i Abu al-Abbās al-Bagdādi.
• Usmān ibn Sa’īd ibn Baṣ r Abu al-Qasīm al-Anmati al-Bagdādi al-Aḥ wāl.
• Muḥ ammad ibn Idrīs ibn al-Abbās ibn Usmān ibn al-Syafī‟i ibn as-Sayb ibn
Ubaid ibn Abu Yazīd ibn Hasyīm ibn Abdul Muṭ ṭ alib kakek Rasulullah
SAW.10
Murid-murid beliau
Beliau memiliki murid yang banyak dari setiap penjuru, namun yang dianggap
paling populer adalah :
• Abd al-Hamīd ibn „Isa ibn Umrawiyah ibn Yusuf ibn Khalīl ibn Abdullāh, ibn
Yūsuf. Ia adalah seorang ulama ahli fiqh dan teologi Islam (Mutakallimin).
Nama kebesarannya adalah Al-„Allāmah Syamsuddīn atau Abu Muḥ ammad
Muḥ ammad al-Khasrusḥ āhi.
• Zaki ibn Ḥāsan ibn Umar, yang terkenal dengan nama Abu Aḥ mad alBiliqāni.
Ia adalah seorang ahli fiqh, teolog, ahli ushul dan muhaqqīq (ahli manuskrip).
• Ibrahīm ibn Abdul Wahhāb ibn Ali, nama sebutan lainnya adalah Imaduddīn
Abu Ma’āli atau Al-Anṣ arī al-Khuzrajī al-Zanjanī
• Ibrahīm ibn Muḥ ammad al-Sulamī al- Magrabī adalah seorang hakim yang
terkenal diwilayah pinggiran Mesir.
• Aḥ mād ibn Khālil ibn Sa’ādah ibn Ja’fār ibn Isa al-Mihlabi. Ia adalah ketua
hakim yang terkenal dengan nama Syamsuddīn Abu al-Abbās atau al-Khubi.11
Karya-karyanya
Selain sebagai mufassir dan pemikir, Fakhruddin al-Razi juga dikenal sebagai
penulis yang sangat produktif. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan oleh Mani’
11 Ibid
6
Abdul Halim menyatakan sebanyak 200 buah karya dari al-Razi, yang terdiri dari
beberapa disiplin ilmu. Diantara:
• Al-Ayatu al-Bayyinah.
• al-Akhlak Syarah al-Isyarah.
• wa at-Tanbisat li Ibnu Sina.
• aqsam li al-Zat.
• Syarah Uyun al-Hikmah li Ibni Sina.
• mabahits al-Wujud wa Adam.
• Al-Mantiq al-Kabir.
7
• Syifau al- Aiy wa al- Akhlak.
• al- Jadal
• at- Thariqah fi al- Khilafi wa al- Jadal.
• Ibthal al-Qiyas
• syarah al-Wajiz fi al-Fiqhi li al-Ghazali
• al-Mahsul fi Ushul al-Fiqhi
• Muntakhib al-Mahsul fi Ushul al-Fiqhi
• Ahkam al-Ahkam
• Al-Mu’alim fi Ushul al-Fiqhi.
• Kitab al-Hindatsah
• Kitab Risalah fi Ilmi al-Haiaq
• Kitab al-Ahkam fi Ilmi Firasah
• Kitab Asyarabah
• Kitab at-Tasyrik min al-Ra’si ila al-Halqi.
8
• Kitab al-Ahkam al-Alaiyah fi al-A’lam
• Kitab fi al-Ramli
• Kitab al-Sirr al-Makhtum fi Mukhathibah
• I’tiqad Parq al-Muslimin wa al-Musyrikin.12
Fakhruddin ar-Razi hidup pada tahun keenam Hijriyyah. Masa ini adalah masa
kesempitan dalam kehidupan umat muslim, baik dalam hal politik, social, keilmuan dan
akidah. Dan kelemahan ini telah sampai pada puncaknya pada masa Daulah Abbasyiah.
Ada kabar tentang perang salib di Syam. Pada masa itu juga terjadi perselisihan mazhab
dan akidah, dan di Ray sendiri ada tiga golongan, yaitu Syafi’iyyah, Hanafi, dan Syi’ah.
Dan muncul pula banyak golongan kalam dan perdebatan-perdebatannya, diantaranya
yaitu golongan Syi’ah, Mu’tazilah, Murjiah, Bathiniyah dan Kurrasiyah.
Tafsir ini termasuk dalam metode Tahlili. Adapun metode Imam ar-Razi dalam
tafsirnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
9
satu surat yang mengikutinya. Adakalanya beliau tidak mengemukakan satu
hubungan saja, melainkan lebih dari satu hubungan.
• Imam ar-Razi berbicara panjang lebar dalam menyajikan argumentasi. Sebagian
pembicaraan itu menjadikan kitabnya tak berbeda dengan kitab filsafat,
matematika dan ilmu eksakta, sampai-sampai Ibn ‘Atiyah berkata dalam kitab
Imam ar-Razi, “segalanya ada kecuali tafsir itu sendiri.” Namun sesungguhnya,
sekalipun Imam ar-Razi banyak berbicara tentang masalah-masalah ilmu kalam
dan tinjauan-tinjauan alam semesta, beliau berbicara tentang tafsir al-Quran.
• Mazhab alirannya, ialah Imam Nasir ar-Razi, dan menentang keras mazhab
Mu’tazilah dan membantahnya dengan segala kemampuannya. Sebab itu beliau
tidak pernah melewatkan setiap kesempatan untuk menghadapkan bantahan
terhadap mazhab Mu’tazilah itu. beliau bentangkan pendapat-pendapat mereka,
kemudian beliau serang pendapat-pendapat tersebut dan beliau bongkar
kelemahan-kelemahannya, walaupun adakalanya bantahan-bantahan beliau
tidak cukup memadai dan memuaskan. Beliau menyoroti mazhab-mazhab fiqh
dalam menafsirkan ayat-ayat hukum, dengan segala kemampuan beliau, dengan
tujuan menguatkan mazhab-mazhab Syafi’i karena beliau memang bermazhab
Syafi’i.
• Beliau juga kadang-kadang suka melantur dalam membahas masalah-masalah
ushul fiqh dan masalah-masalah yang berhubungan dengan ilmu nahwu dan
balaghah. Hanya saja beliau tidak berlebih-lebihan dalam hal-hal tersbut seperti
yang beliau lakukan dalam masalah-masalah eksakta dan ilmu-ilmu kealaman.
Tafsir Mafātīh al-Ghaib atau yang dikenal sebagai Tafsir al-Kabir dikategorikan
sebagai tafsir bi al-ra’y, yaitu tafsir yang dalam menjelaskan maknanya mufassir hanya
berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan yang didasarkan oleh ra’y
semata; dengan pendekatan Mazhab Syafi’iyyah dan Asy’ariyah. Tafsir ini merujuk
pada kitab Az-Zujaj fi Ma’anil Quran, Al-Farra’ wal Barrad dan Gharibul Quran, karya
Ibnu Qutaibah dalam masalah gramatika. Riwayat-riwayat tafsir bil ma’tsur yang jadi
rujukan adalah riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Sudai, Said bin Jubair,
riwayat dalam tafsir At-Thabari dan tafsir Ats-Tsa’labi, juga berbagai riwayat dari Nabi
saw, keluarga, para sahabatnya serta tabi’in. Sedangkan tafsir bir ra’yi yang jadi rujukan
adalah tafsir Abu Ali Al-Juba’i, Abu Muslim Al-Asfahani, Qadhi Abdul Jabbar, Abu
10
Bakar Al-Ashmam, Ali bin Isa Ar-Rumaini, Az-Zamakhsyari dan tafsir Abul Futuh Ar-
Razi.
Setelah itu ar-Razi mulai menjelaskan masalah dan jumlah masalah tersebut,
misalnya ia mengatakan bahwa dalam sebuah ayat al-Qur’an terdapat beberapa yang
jumlahnya mencapai sepuluh atau lebih. Lalu menjelaskan masalah tersebut dari sisi
nahwunya, ushul, sabab al-nuzul, dan perbedaan qiraat dan lain sebagainya.
11
argumentasi ilmiyahnya dibidang ilmu pengtahuan, filsafat, ilmu alam maupun yang
lainnya.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Nama kitab yaitu mafatih al-ghoib, Nama lengkap dari pengarang kitab adalah
Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin al- Husain bin al-Hasan bin Ali at-Taimy al-
Bakri al-Tabrastani Al-Razi, Beliau dilahirkan di Rayy nama sebuah kota kecil di Iran
pada tanggal 25 Ramadhan 544 H bertepatan 1149 M. Beliau juga biasa dipanggil
dengan beberapa nama, seperti Imam, Fakhruddin, Al-Razi dan Syakh al-Islam, Beliau
wafat pada tahun 606 H
Latar belakang penulisan kitab ini yaitu dimana Fakhruddin ar-Razi hidup pada
tahun keenam Hijriyyah. Yang dimana Masa ini adalah masa kesempitan dalam
kehidupan umat muslim, baik dalam hal politik, social, keilmuan dan akidah.
Kemudian, Fakhruddin ar-Razi yang ahli dalam berbagai bidang keilmuan, menulis
kitab tafsir ini
Tafsir ini termasuk dalam metode Tahlili dan Tafsir Mafātīh al-Ghaib atau yang
dikenal sebagai Tafsir al-Kabir dikategorikan sebagai tafsir bi al-ra’y, yaitu tafsir yang
dalam menjelaskan maknanya mufassir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan
penyimpulan yang didasarkan oleh ra’y semata, dengan pendekatan Mazhab
Syafi’iyyah dan Asy’ariyah.
SARAN
Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu dalam penyusunan makalah
ini Penulis mohon kritikan dan saran dari Bapak Dosen dan para pembaca agar makalah
ini menjadi lebih baik
13
DAFTAR PUSTAKA
Mani Abdul Hakim, Mahud. 2006. Metodologi Tafsir. Jakarta : Pt. Raja Grafindo
Persada.
Dasuki, Hafiz. 1994. Ensiklopedia Islam. Jakarta : Pt. Ikhtiar Baru Van Houve.
As-Siddiqie, Habsi. 1989. Pengantar Ilmu Al- Qur’an Dan Tafsir. Jakarta : Bulan
Bintang
14