Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah "Studi Kitab Tafsir"

Dosen pengampu: Zulaikha Fitri, M.Ag

Disusun oleh:

Agustina K.P (18.01.0700)

Aniyati (18.01.0714)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

STAIA SYUBBANUL WATHON

MAGELANG

2019
PENDAHULUAN

Kesempurnaan Islam adalah karena bersumberkan kepada al-Quran dan Sunnah,


kedua sumber ini melahirkan peraturan atau popular dengan istilah syariat. Islam
menuntut umatnya untuk mendalami dan menghayati ayat-ayat yang terkandung didalam
kitab suci al-Quran. Oleh karenanya tafsir mengambil peranan yang strategis untuk
memahami dan mengungkap rahasia keagungan khazanah pada setiap ayat al-Quran.
Berdasar motivasi tinggi untuk memahami al-Quran, banyak ulama di Indonesia yang
berkosentrasi untuk menjelaskan dan menafsirkan al-Quran. Hal ini karena Indonesia
adalah Negara Islam yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, sehingga tentunya
memiliki kontribusi yang penting memunculkan tokoh-tokoh pembaharu yang sudah
mentradisi dalam perjalanan Islam selama berabad-abad di Negara ini. Dalam masyarakat
muslim Indonesia , proses pembaharuan selain terjadi pada tingkat pembangunan fisik
dengan berdirinya gedung-gedung pencakar langit, juga terjadi pada tingkat intelektual al-
Quran.
Dalam alur sejarah perkembangan penafsiran, pergesekan dan perubahan
paradigma serta epistemology pemahaman adalah suatu keniscayaan yang wajar,.
Berbagai faktor melatar belakanginya, baik itu sosial, politik, dan kebudayaan. al-Misbah
sebgai produk Tafsir berangkat dari dialektika antara teks, dan konteks yang di gagas oleh
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah merupakan tafsir al-Quran lengkap 30 juz
pertama dalam 30 tahun terakhir, yang ditulis oleh ahli tafsir terkemuka Indonesia, yakni
Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Ke-Indonesiaan penulis memberi warna yang menarik dan
khas serta sangat relevan untuk memperkaya khasanah pemahaman dan penghayatan kita
terhadap rahasia makna ayat-ayat Allah.

1
PEMBAHASAN

A. Biografi M. Quraish Shihab


Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada
tanggal 16 Februari 1944. Ia berasalh dari keturunan Arab terpelajar. Nama
Shihab merupakan nama keluarganya (ayahnya). Ayahnya bernama Abdurrahman
Shihab. Quraish Shihab dibesarkan di lingkungan keluarga muslim yang taat.
Sejak usia 6-7 tahun, ia sudah diharuskan untuk mendengar ayahnya mengajar al-
Quran. Dari situlah timbul kecintaan dan minatnya terhadap studi al-Quran. 1
Quraish Shihab memulai pendidikan dasarnya di Ujung Pandang.
Kemudian dia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, di Pondok
Pesantren Darul-Hadits alFaqihiyyah. Pada 1958, dia berangkat ke Kairo, Mesir,
dan diterima di kelas II Tsanawiyyah al-Azhar. Pada 1967, dia meraih gelar Lc.
(S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al-Azhar.
Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama pada tahun 1969
meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang tafsir al-Quran dengan tesis yang
berjudul "Al-I’z Al-Tasyri’iy AlQur’an Al-Karim".
Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercayakan untuk
menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN
Alauddin, Ujung Pandang. Selain itu, dia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik
di dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII
Indonesia Bagian Timur), maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan
Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung
Pandang ini, dia juga sempat melakukan berbagai penelitian; antara lain,
penelitian dengan tema “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia
Timur” (1975) dan “Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978).
Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo melanjutkan
pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas al-Azhar. Pada tahun
1982, dengan Disertasi berjudul "Nazhm Al-Durar Li AlBiqa’I, Tahqiq wa
Dirasah", Dia berhasil meraih gelar Doktor dalam ilmu-ilmu al-Qur’an dengan
yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (Mumtaz Ma’a
Martabat Al-Syaraf Al-‘Ula).

1
Atik Wartini, "Corak Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir AL-Mishbah", Hunafa: Jurnal
Studi Islamika Vol. 11 No. 1, Juni 2014, hlm. 114

2
Sekembalinya ke Indonesia, tahun 1984, Quraish Shihab ditugaskan di
Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta. Selain itu, di luar kampus, dia juga dipercayakan untuk menduduki
berbagai jabatan. Antara lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak
1984); Anggota Lajnah Pentashih Al-Quran Departemen Agama (sejak 1989);
Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989), dan Ketua
Lembaga Pengembangan. Dia juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi
profesional; antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmui-lmu Syari’ah; Pengurus
Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan
Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).2
Dari seluruh karya tulis Quraish Shihab yang dianalisis Kusmana
ditemukan kesimpulan bahwa secara umum karakteristik pemikiran keislaman
Quraish Shihab adalah bersifat rasional dan moderat. Sifat rasional pemikirannya
diabdikan tidak untuk, misalnya, memaksakan agama mengikuti kehendak realitas
kontemporer, tetapi lebih mencoba memberikan penjelasan atau signifikansi
khazanah agama klasik bagi masyarakat kontemporer atau mengapresiasi
kemungkinan pemahaman dan penafsiran baru tetapi dengan sangat menjaga
kebaikan tradisi lama. Beliau juga terkenal sebagai penulis yang sangat produktif
lebih dari 20 buku telah lahir di tangannya. Diantaranya yang paling legendaries
adalah Membumikan Al-Quran, Lentera Hati, Wawasan Al-Quran, dan Tafsir Al-
Misbah. Sosoknya juga sering tampil di berbagai media untuk memberikan
siraman ruhani dan intelektual. Aktivitas utamanya sekarang adalah Dosen (Guru
Besar) Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Direktur Pusat
Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta.3
B. Paradigma Kitab Tafsir Al-Mishbah
Tafsir Al-Mishbah merupakan kitab tafsir kontemporer berbahasa
Indonesia yang disusun oleh Mufassir dari Indonesia yakni Prof. Dr. M. Quraish
Shihab. Kitab ini ditulis dalam jangka waktu 4 tahun, dimulai di Mesir pada hari
Jum'at, 4 Rabiul Awwal 1420H/ 18 Juni 1999, saat beliau diutus Presiden B.J.

2
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 421
3
M.Quraish Shihab, Lentera Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2008), hlm. 5

3
Habibie menjadi duta besar RI untuk Mesir, Somalia, dan Jibouti. Dan selesai di
Jakarta, pada hari Jum'at tanggal 5 September 2003.4
Melemahnya kajian terhadap al-Quran sehingga banyak orang yang tidak
memahami al-Quran dengan baik dan benar. Sebagian orang hanya berhenti dalam
pesona bacaan, seakan-akan al-Quran diturunkan hanya untuk dibaca. Quraish
Shihab berpendapat bahwa bacaan hendaknya disertai dengan kesadaran akan
keagungan akal dan kalbunya untuk berpikir dan menghayatai pesan-pesan Al-
Quran. Kendati demikian, kita harus mengakui bahwa tidak jarang orang yang
berminat mengenalnya menghadapi kendala yang tidak dapat diatasi, seperti
keterbatasan dari segi waktu dan ilmu dasar, maupun kelangkaan buku rujukan
yang sesuai, yakni sesuai dari segi cakupan informasi yang jelas dan cukup tetapi
tidak panjang. 5 Selain itu ada juga dorongan dari kelompok masyarakat agar ia
mengungkap kandungan al-Quran.6 Oleh sebab itu Quraish Shihab menulis kitab
Tafsir Al-Misbah.
Kata al-Mishbah sendiri memiliki arti "pelita" atau "lampu". Maka seakan-
akan Quraish Shihab ingin mengatakan bahwa karya tafsirnya berfungsi sebagai
"penerang" atau "pemberi cahaya" kehidupan bagi segenap pembacanya. 7Kitab
tersebut memiliki sub-judul "Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran" yang sesuai
dengan isinya, yakni menampilkan penafsiran atau kesan-kesan tertentu untuk
ayat-ayat tertentu. Hal ini bukan berarti memilah-milah al-Quran (menganggap
penting yang satu dan menggap kurang penting yang lain, tetapi semata-mata
karena demikian kesan atau informasi dan curah pikir yang diperoleh beliau ketika
menulisnya.
Selain itu, Quraish Shihab juga menyampaikan dalam sekapur sirih kitab
tafsirnya bahwa apa yang ada didalamnya bukan sepenuhnya ijtihad. Ada juga
hasil karya ulama terdahulu dan kontemporer yang banyak dinukil, khusunya
pandangan tafsir Ibrahim Ibn 'Umar al-Biqa'I (w. 885H/ 1480M) yang karya
tafsirnya ketika masih bentuk manuskrip menjadi bahan disertasi penulis.
Demikian juga karya Sayyid Muhammad Thanthawi, juga Syekh Mutawalli asy-
Sya'rawi, dan tidak ketinggalan Sayyid Quthub, Muhammad Thahir Ibn 'Asyur,
4
Muhammad Iqbal, "Metode Penafsiran Al-Quran M. Quraish Shihab", dalam Jurnal Tsaqafah
Vol.6 No.2, Oktober 2010, hlm. 258
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm.vi-vii
6
Muhammad Hasdin Has, "Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia: Analisis Metodologi
Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab", dalam Al-Munzir Vol.9 No.1, Mei 2016, hlm. 74
7
Muhammad Hasdin Has, "Konstribusi Tafsir Nusantara…, hlm. 75

4
Sayyid Muhammad Husein Thabathaba'i, serta beberapa pakar tafsir yang lain. 8
Kitab Al-Misbah terdiri dari 15 volume yang memuat 30 juz surat-surat
dan ayat-ayat dari al-Quran. Disusun sesuai dengan urutan surat dalam al-Quran
yang sering disebut dengan metode mushafi. Penyusunan ke-15 volume tersebut
diantaranya9:
1. Volume 1, berisi, penafsiran surat al-Fatihah s/d al-Baqarah
2. Volume 2, berisi penafsiran surat ali-Imran s/d an-Nisa'
3. Volume 3, berisi penafsiran surat al-Maidah
4. Volume 4, berisi penafsiran surat al-Anam
5. Volume 5, berisi penafsiran surat al-A'raf s/d at-Taubah
6. Volume 6, berisi penafsiran surat Yunus s/d ar-Rad
7. Volume 7, berisi penafsiran surat Ibrahim s/d al-Isra'
8. Volume 8, berisi penafsiran surat al-Kahf s/d al-Anbiya
9. Volume 9, berisi penafsiran surat al-Hajj s/d al-Furqan
10. Volume 10, berisi penafsiran surat asy-Syuara s/d al-Ankabut
11. Volume 11, berisi penafsiran surat ar-Rum s/d Yasin
12. Volume 12, berisi penafsiran surat ash-Shaffat s/d az-Zukhruf
13. Volume 13, berisi penafsiran surat ad-Dukhan s/d al-Waqiah
14. Volume 14, berisi penafsiran surat al-Hadid s/d al-Mursalat
15. Volume 15, berisi penafsiran surat an-Naba s/d an-Nas
Kitab Tafsir Al-Mishbah diterbitkan pertama kali pada tahun 2000.
Kemudian pada tahun 2009, tafsir ini muncul dengan wajah baru yakni dilengkapi
dengan navigasi rujukan silang dan dikemas dengan bahasa yang mudah
dipahami serta pengemasan yang lebih menarik.
Berikut ini merupakan uraian berdasarkan cara dan susunan penafsiran
dalam Tafsir al-Mishbah,
1. Menyebutkan nama-nama surat dan alasan penamaannya. Kemudian
ditambah keterangan-keterangan lain yang berkaitan dengan surat, misal
makkiy/ madaniy dan sebagainya.
2. Menafsirkan secara berurutan sesuai dengan susunan mushaf.

8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah… hlm. xiii
9
Diakses melalui http://store.lenterahati.com/id/home/8933-tafsir-al-mishbah-set-lengkap-vol-
115.html pada 25 Nopember 2019 pukul 09.28

5
3. Melakukan penafsiran secara berkelompok sesuai dengan pokok
pembahasan ayat. Misalkan dalam surat al-Fatihah, Quraish Shihab
membagi surat tersebut menjadi dua kelompok, kelompok I terdiri dari
ayat 1-4 dan kelompok II adalah sisanya. Kemudian dalam surat al-
Baqarah, Quraish Shihab membaginya menjadi 23 kelompok.
4. Menuliskan ayat dan menerjemahkannya. Terjemahan ditulis miring atau
italic untuk membedakannya dengan penjelasan dalam tafsirnya.
5. Dalam menjelaskan isi tafsirnya, Quraish Shihab mencantumkan hasil
ijtihadnya, nukilan dari pandangan beberapa mufassir dan terkadang
dilengkapai dengan hadis-hadis nabi, selain itu ada juga yang dijelaskan
dengan ayat lainnya atau yang sering disebut dengan tematik (maudhu'i).
6. Menjelaskan munasabah ayat (hubungan ayat sebelum dan atau
sesudahnya).
7. Menjelaskan asbabun nuzul ayat jika ada.
8. Kemudian Quraish Shihab tidak lupa menyertakan makna kosa kata.
9. Jika semua ayat dalam kelompok sudah selesai ditafsirkan, kemudian ia
mengakhirinya dengan kesimpulan.
Tafsir al-Mishbah ini cenderung diposisikan ke dalam corak sastra budaya
kemasyarakatan atau yang sering dikenal dengan adabi ijtima'i. Alasannya tafsir
ini dimasukkan ke dalam corak tersebut adalah karena sesuai dengan hasil
penelitian Quraish Shihab. Tafsir tersebut menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat al-
Quran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha
untuk menanggulangi penyakit atau masalah-masalah mereka berdasarkan
petunjuk ayat-ayat dengan mengemukakan petunjuk tersebut dalam bahasa yang
mudah dimengerti namun indah. Corak ini lah yang paling menonjol dalam Tafsir
al-Mishbah.
Metodologi yang digunakan dalam Tafsir al-Mishbah, dilihat dari sumber
penafsiran Quraish Shihab menggunakan metode al-iqtiran, yaitu metode yang
memadukan antara sumber bil ma'tsur (sumber tafsir riwayat) dan bil ra'yi
(sumber tafsir hasil ijtihad pikiran yang sehat). Meskipun demikian, dari kedua
sumber yang digunakan terlihat lebih menonjol penggunaan sumber bil ra'yi.
Dilihat dari pernyataan Quraish Shihab dalam pengantar tafsirnya, dapat
dipastikan bahwa Tafsir al-Mishbah ini menggunakan metode Tahlili. Hal ini
tampak juga dari caranya menjelaskan ayat-ayat al-Quran dari berbagai sisi yang
6
berkaitan dengan ayat yang ditafsirkannya. Dengan metode ini pula, kemudian
Quraish Shihab memasukka gagasan-gagasan intelektualnya. 10
C. Contoh Penafsiran
Berikut ini merupakan contoh penafsiran dari Quraish Shihab dalam Tafsir
al-Mishbah volume 4, yakni tafsir surat al-An'am (6) kelompok III ayat 17:11
١٧ ‫ِير‬ َ ‫ِف لَ ٓۥه ُ ِإ هَّل ه َۖ َُو َو ِإن يَمۡ سَ ۡسكَ بِ َخ ۡي ّٖر فَ ُه َو‬
ٞ ‫علَ ٰى كُ ِل ش َۡي ّٖء قَد‬ َ ‫ٱَّللُ بِض ُّٖر فَ ََل كَاش‬
‫س ۡسكَ ه‬
َ ‫َو ِإن يَ ۡم‬
"Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang
menghilangkannya melainkan Dia. Dan jika Dia menyentuhkan kebaikan
kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas setiap sesuatu"

Setelah menjelaskan kekuasaan-Nya menjauhkan siksa dari siapa pun,


pada hari yang amat besar - Kiamat - apalagi di dunia, maka ayat ini menjelaskan,
Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, baik di dunia ini apalagi
di akhirat, maka tidak menghilangkanya, yakni menghindarkan mudharat itu
dalam bentuk apa pun, melainkan dia sendiri. Dan sebaliknya, jika Dia
menyentuhkan, yakni menganugerahkan, kebaikan kepadamu kapanpun Dia
menghendakinya, maka tidak satupun yang dapat menghalangi datangnya
anugrah itu kepadamu, karena Dia Maha Kuasa atas setiap sesuatu.
Kata (‫ )ضر‬dhurr/ mudharat adalah segala sesuatu yang menyakitkan,
menyedihkan, menakutkan, atau mengantar kepada salah satu yang disebut di
atas. Lawanya adalah (‫ )نفع‬naf'/ manfaat yang merupakan segala sesuatu yang
menyenangkan atau mengantar kepada kesenangan.
Sementara pakar tafsir menggaris bawahi ketelitian redaksi ayat ini yang
memperhadapkan antara mudharat dan kebaikan, padahal bahasa
mempehadapkan mudharat dengan manfaat, dan yang kedua dengan kejahatan.
Pemilihan redaksi seperti ini untuk mengisyaratkan bahwa mudharat yang
bersumber dari Allah pada hakikatnya tidak dapat dinilai buruk, tetapi itu dapat
merupakan pendidikan kejiwaan, pembersihan dosa, dan tangga menuju
ketinggian derajat. Atas dasar itu, ia tidak dapat dinamai buruk. Memang, tidak
ada yang buruk bila bersumber dari Allah, dan demikian itulah seharusnya sikap
manusia terhadap Allah Swt.
Ayat ini tertuju kepada semua makhluk, sejalan dengan sejumlah firman-
Nya, antara lain: "Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa
rahmat, maka tidak ada satupun yang dapat menahannya; dan apa saja yang

10
Muhammad Hasdin Has, "Konstribusi Tafsir Nusantara…, hlm. 78.
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah… hlm. 40-41.

7
ditahan oleh Allah maka tidak satu pun yang sanggup melepaskannya sesudah
itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS. Fathir [35]: 2).
Diriwayatkan bahwa Rasul Saw. setiap selesai shalat menghadapkan diri
kepada Allah sambil berdoa: La> ila>ha illa> Alla>h, Tiada Tuhan selain Allah,
Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kekuasaan, dan untuk-Nya
segala puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang dapat
mencegah apa yang Engkau anugerahkan, tiada juga yang memberi apa yang
Engkau cegah, tiada pula yang dapat menolak apa yang Engkau tetapkan. Tidak
berguna dan tidak pula dapat menyelamatkan seseorang, kekayaan, kedudukan,
anak, pengikut, dan kekuasaannya, Yang menyelamatkan dan berguna baginya
hanyalah anugerah dan rahmat-Mu.
Di sisi lain perlu dicatat, walaupun menghalangi atau mencegah
pemberian dapat dinilai atau berkesan sebagai sesuatu yang negatif, namun
terhadap Allah Swt. penilaian dan kesan itu harus dihindari. Karena pemberian
apa pun kepada yang tidak dapat menggunakannya secara baik bukanlah sesuatu
yang terpuji, bahkan mencegah pemberian harta kepada yang boros atau tidak
pandai menggunakannya adalah sesuatu yang baik dan dianjurkan oleh al-Quran
(baca QS. An-Nisa' [4]:5).
Salah satu sifat Allah yang diperkenalkan oleh hadis Asma' al-Husna
adalah al-Mani' yang bisa diartikan yang mencegah atau yang menghalangi;
dalam arti Dia yang menghalangi apa yang dikehendaki-Nya untuk dihalangi, dan
memberi apa yang dikehendaki-Nya untuk diberikan, bila memberi Dia
melebihkan dan memperbaiki, dan bila mencegah maka karena hikmah dan
kebaikan.
Betapapun, ayat ini menegaskan bahwa tidak satu kekuatan pun yang
dapat menghalangi kehendak Allah Swt. baik sesuatu itu disembah sebagai Tuhan
maupun upaya sungguh-sungguh dari manusia.
D. Analisis
Tafsir merupakan upaya manusia untuk mengungkap dan memahami
kandungan ayat dari al-Quran sesuai kemampuannya masing-masing. Dalam
Tafsir al-Mishbah, Quraish Shihab berusaha memberikan penjelasan tentang
'pesan' yang tersurat, 'kesan' yang tersirat, dan keserasian kandungan ayat-ayat al-
Quran. Dengan ke dalaman ilmu yang dimiliki Quraish Shihab, tidak terasa jika ia
memaksakan pendapatnya, apalagi sampai terkesan menggurui. Sebagai karya
tafsir berbahasa Indonesia dan dengan kemampuan Quraish Shihab menguraikan
makna dalam bahasa yang tidak sulit dimengerti, membuat Tafsir al-Mishbah

8
layak sebagai bacaan orang-orang yang awam dengan Ulumul Quran tapi
memiliki keinginan untuk mempelajari dan mendalami al-Quran, seperti yang
tercantum dalam pengantar kitabnya.

9
LAMPIRAN

Gambar 1. Tafsir Al-Mishbah Edisi Lama

(Sumber: https://m.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/buku/agama-kepercayaan/iyzb31-jual-tafsir-al-mishbah-
1set-1-15)

Gambar 2. Tafsir Al-Mishbah Edisi Baru

(Sumber: http://bukubalitacerdas.blogspot.com/2011/03/tafsir-al-misbah-edisi-baru.html)

10
PENUTUP

1. Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal


16 Februari 1944.
2. Tafsir Al-Mishbah merupakan kitab tafsir kontemporer berbahasa Indonesia
yang disusun oleh Mufassir dari Indonesia yakni Prof. Dr. M. Quraish Shihab.
Kitab ini mulai ditulis di Mesir pada hari Jum'at, 4 Rabiul Awwal 1420H/ 18
Juni 1999 Dan selesai di Jakarta, pada hari Jum'at tanggal 5 September 2003.
3. Kitab Al-Misbah terdiri dari 15 volume yang memuat 30 juz surat-surat dan
ayat-ayat dari al-Quran. Disusun sesuai dengan urutan surat dalam al-Quran
yang sering disebut dengan metode mushafi. Tafsir al-Mishbah ini cenderung
diposisikan ke dalam corak sastra budaya kemasyarakatan atau yang sering
dikenal dengan adabi ijtima'i.
4. Metodologi yang digunakan dalam Tafsir al-Mishbah, dilihat dari sumber
penafsiran Quraish Shihab menggunakan metode al-iqtiran, akan tetapi
terlihat lebih menonjol penggunaan sumber bil ra'yi. Dilihat dari pernyataan
Quraish Shihab dalam pengantar tafsirnya, dapat dipastikan bahwa Tafsir al-
Mishbah ini menggunakan metode Tahlili.

11
DAFTAR PUSTAKA

Has, Muhammad Hasdin. 2016. "Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia: Analisis
Metodologi Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab". Jurnal Al-Munzir 9:1.

http://bukubalitacerdas.blogspot.com/2011/03/tafsir-al-misbah-edisi-baru.html

http://store.lenterahati.com/id/home/8933-tafsir-al-mishbah-set-lengkap-vol-115.html

https://m.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/buku/agama-kepercayaan/iyzb31-jual-tafsir-al-
mishbah-1set-1-15

Iqbal, Muhammad. 2010. "Metode Penafsiran Al-Quran M. Quraish Shihab". Jurnal


Tsaqafah 6:2.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M.Quraish. 1994. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan.

Shihab, M.Quraish. 2008. Lentera Al-Quran. Bandung: Mizan.

Wartini, Atik. 2014. "Corak Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir AL-Mishbah",
Hunafa: Jurnal Studi Islamika 11:1.

12

Anda mungkin juga menyukai