Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB

Makalah Ini Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Tafsir Indonesia

Dosen Pengampu :
Aisyah Abdul Hasib, MIRK

Disusun oleh :
Robiah Adawiyah

SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN Al-HIKMAH


KAMPUS DARUL QURAN
ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
BOGOR
2020 M/1442 H
ii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................. iii
BAB II .....................................................................................................................1
PEMBAHASAN .....................................................................................................1
A. Biografi M. Quraish Shihab .......................................................................1
1. Riwayat Hidup .........................................................................................1
2. Pendidikan (Rihlah Ilmiyah) ..................................................................2
3. Riwayat Karir M. Quraish Shihab ........................................................3
4. Karya-karya M. Quraish Shihab ...........................................................4
B. Mengenal Tafsir Quraish Shihab ..............................................................5
1. Latar Belakang Tafsir Al-Mishbah .......................................................5
2. Jenis Tafsir ...............................................................................................7
3. Corak Tafsir .............................................................................................8
4. Metodologi Penafsiran ............................................................................9
5. Sumber Penafsiran ..................................................................................9
6. Sistematika Penulisan ...........................................................................10
7. Contoh Penafsiran .................................................................................11
8. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir ......................................................13
BAB III ..................................................................................................................15
Penutup .................................................................................................................15
A. Kesimpulan ................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16
iii

BAB I
PENDAHULUAN
Alhamdulillah atas segala nikmat yang telah kami dapatkan sehingga masih
bisa diberikan kesempatan untuk bernafas sampai bisa mengerjakan serta
menyelesaikan tugas yang diamanahkan dengan pembahasan “Tafsir Al-Mishbah
Karya M. Quraish Shihab”. Tidak lupa shalawat serta salam yang dicurahkan dan
sampaikan kepada inspirator terberpengaruh di dunia kepada baginda alam Nabi
Muhammad Saw. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah Studi Tafsir Indonesia Usth Aisyah Abdul Hasib, MIRK yang
senantiasa selalu bersabar membimbing dan mengarahkan kami untuk mengerti
Studi Tafsir Indonesia ini yang digunakan sebagai salah satu penambah wawasan
sejarah tafsir di Indonesia.
Akhirnya kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, mudah-mudahan dengan adanya makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua orang, khususnya untuk diri pribadi dan umumya untuk
semua orang. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif
sangat diharapkan guna peningkatan penulisan makalah di waktu yang akan
datang.

Bogor, 3 Oktober 2020

Penulis
1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi M. Quraish Shihab
1. Riwayat Hidup
M. Quraish Shihab dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan pada
tanggal 16 Februari 1944. Ia merupakan anak kelima dari dua belas
bersaudara. M. Quraish Shihab berasal dari keluarga keturunan Arab yang
terpelajar. Ia adalah anak kelima dari 12 bersaudara. Putra dari
Abdurrahman Shihab (1905-1986). Pakar tafsir ini meraih MA untuk
spesialisasi bidang Tafsir Al-Quran di Universitas Al-Azhar Cairo Mesir
pada tahun 1969. Pada tahun 1982 meraih gelar doktor di bidang ilmu-ilmu
Al-Quran dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan Tinggi
Pertama di Universitas yang sama.1
Ayahnya adalah seorang ulama dan guru besar tafsir yang pernah
menjadi rektor di IAIN Alaudin Ujungpandang (sekarang UIN Makasar).
Seperti diketahui, IAIN ini termasuk perguruan tinggi Islam yang
mendorong tumbuhnya Islam moderat di Indonesia. Abdrurahman Shihab
juga salah seorang penggagas berdirinya UMI (Universitas Muslim
Indonesia) yaitu universitas Islam swasta terkemuka di Makassar. Selain
sebagai guru besar, ayahnya adalah praktisi pendidikan baik formal maupun
informal.2
Pengaruh ayahnya Abdurrahman Shihab begitu kuat. M. Qurasih Shihab
sendiri mengaku bahwa dorongan untuk memperdalam studi Al-Quran,
terutama tafsir adalah datang dari ayahnya, yang seringkali mengajak
dirinya bersama saudara-saudaranya yang lain duduk bercengkrama bersama
dan sesekali memberikan petuah-petuah keagamaan. Banyak dari petuah
yang kemudian ia ketahui sebagai ayat Al-Quran atau petuah nabi, sahabat
atau pakar-pakar Al-Quran. Dari sinilah mulai bersemi benih cinta dalam

1
M.Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Hidup Bersama Al-Quran, (Bandung: Mizan,
2007), 9
2
Anshori, Penafsiran Ayat-ayat Jender Menurut M. Quraish Shihab, (Jakarta: Visindo Media
Pustaka, 2008), Cet 1, 31
2

diri M. Quraish Shihab terhadap studi Al-Quran3. Maka ketika belahar di


Universitas Al-Azhar Mesir, dia bersedia untuk mengulang setahun guna
mendapatkan kesempatan melanjutkan studinya di jurusan tafsir, walaupun
kesempatan emas dari berbagai jurusan di fakultas lain terbuka untuknya. 4
Ayahnya senantiasa menjadi motivator baginya untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih lanjut. Mengenang ayahnya M. Quraish Shihab
menuturkan “Beliau adalah pecinta ilmu, walau sibuk berwisata, beliau
selalu menyempatkan diri untuk berdakwah dan mengajar, Bahkan beliau
mengajar di masjid. Sebagian hartanya benar-benar dipergunakan untuk
kepentingan ilmu. Beliau menyumbangkan buku-buku bacaan dan
membiayai lembaga-lembaga pendidikan Islam di wilayah Sulawesi.5
2. Pendidikan (Rihlah Ilmiyah)
Sejak kecil ia tumbuh dan berkembang dalam keluarga dan suasana yang
dilungkupi Al-Quran. Ayahnya tidak jemu membacakan Al-Quran dan
mengajarkan kitab-kitab tafsir kepada anak-anaknya. Dari sinilah benih
kecintaan kepada studi Al-Quran mulai bersemi di jiwa pria kelahiran
Rappang, Sulawesi Selatan. yang kemudian diikutinya dengan pendidikan
formal pada bidang tafsir di Universitas Al-Azhar.6
Pengaruh akan pentingnya ilmu dan pendidikan selain datang dari
ayahnya, juga datang dari ibunya Asma Abu Risah (1924-1984) yang
senantiasa mendorong dirinya dan saudara-saudaranya untuk belajar dengan
rajin dan tidak segan dan bosannya mengingatkan mereka untuk
mengamalkan ajaran agama, baik sejak masih kecil maupun sudah besra atu
sudah menjadi doktor sekalipun.7
Serelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, dia
melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang sambil nyantri di pondok
pesantren Darul Hadits Al-Fiqhiyah. Pada tahun 1958 (14 tahun) dia
berangkat ke Kairo, Mesir dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar.
3
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Jakarta: Mizan, 1993), Cet II, 19-20
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 14
5
Anshori, Penafsiran Ayat-ayat Jender Menurut M. Quraish Shihab, Cet 1, 31
6
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung:Mizan, 1992), 14
7
Endad Musaddad, “Metode dan Corak M. Quraish Shihab telaah atas buku Wawasan Al-
Quran ”, jurnal Al-Qalam. Vol 21. No 100, 57
3

Pada tahun 1967 (23 tahun) dia meraih gelar Lc (S1) pada fakultas
Ushuluddin jurusan Tafsir Hadits Universitas Al-Azhar.8 Kemuliaan ia
melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama pada tahun 1969 meraih
gelar MA untuk spesialisasi bidah tafsir Al-Quran dengan tesis yang
berjudul Al-I‟jaz Al-Tasyri‟iy Al-Quran Al-Karim.9
Pada tahun 1980, M. Quraish Shihab kembali ke Kairo melanjutkan
pendidikannya di almamater yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada tahun
1982, dengan disertasi berjudul Nazhm al Durar lil Al-Biqai, Tahqiq wa
Dirosah, dia berhasil meraih gelar Doktor dalam ilmu-ilmu Al-Quran
dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat 1
(Mumtaz ma‟a Martabat Al-Syaraf Al-Ula).10 Dan ia tercatat sebagai orang
pertama di Asia Tenggara yang meraih gelar doktor dalam ilmu-ilmu Al-
Quran di Universitas Al-Azhar.
3. Riwayat Karir M. Quraish Shihab
Kepulangan ke Indonesia setelah membawa pulang gelar s2 ini, oleh
ayahnya ditarik sebagai dosen IAIN Alauddin Makasar, kemudian
mendampingi ayahny sebagai wakil rektor (1972-1980).Semasa
mendampingi ayahnya yang berusia lanjut, ia menjabat sebagai Koordinator
Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Kopertis) wilayah VII Indonesia
Timur.11
Karir yang dipake M. Quraish Shihab adalah menjabat sebagai rektor
IAIN Jakarta sejak awal 1993 lalu. Sebelum menjadi rektor, M. Quraish
Shihab pun telah mendapat kepercayaan untuk menduduki berbagai jabatan
di luar kampus, seperti Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak
198. Anggota Lajnah Pentashih Al-Quran Departemen Agama sejak 1989,
anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional sejak 1989 juga. Di
samping itu, ia juga banyak terlibat dalam berbagai organisasi professional,
sebut saja misalnya: Pengurus Perhimpunan Ilmu-Ilmu Syari‟ah; Pengurus

8
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008). 237
9
Sri Tuti Rahmawati, Profil Para Mufasir, 237
10
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1993), 6
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 14
4

Komirsium Ilmu-Ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;


dan Asisten Ketum Ikamatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICIMI).
M. Quraish Shihab juga masih tetap aktif meneruskan kegiatan tulis-
menulisnya. Di harian umum Pelita, pada setiap rabu menulis rubric “Pelita
Hati”. Ia juga mengasuh rubric “Tafsir Al-Amanah” dalam majalah dua
mingguan yang terbit di Jakarta. Selain itu juga tercatat sebagai anggota
Dean Redaksi majalah Ulumul Quran Mesir dan Mimbar Ulama, keduanya
terbit di Jakarta. Selain kontribusinya untuk berbagai buku suntingan dan
jurnAl-jurnal ilmiah, hingga kini sudah menerbitkan karyanya. 12
Selanjutnya pada tahun 1998 menjabat sebagai Menteri Agama RI yang
kemudian dipercaya dan diangkat sebagai Duta Besar RI untuk Mesir,
Jabouti, dan Somalia. Pada tahun 1955-1999 ia dipilih untuk mengomandoi
proyek riset sebagai anggota Dewan Riset Nasional.
4. Karya-karya M. Quraish Shihab
Dengan keahlian dan keluasan ilmu pengetahuannya M. Quraish Shihab
mampu melahirkan dan menelorkan berbagai karyanya dalam bentuk
termasuk tafsir Al-Quran. Diantara karya ilmiah di bidang Ilmu Tafsirnya
yaitu :
a. Tafsir Al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya, (Ujung Pandang:
IAIN Alaudin, 1984)
b. Tafsir Surat Al-Fatihah, (Jakarta:Untagama, 1988)
c. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta:
Lentera Hati. 2003)
d. Membumikan Al-Quran, fungsi dan peran wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung:Mizan, 1996)
e. Studi Krisis Tafsir Al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996)
f. Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhuu‟I atas Berbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan, 1996)
g. Tafsir Al-Quran (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997)
h. Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentera Hati, 1999)

12
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011), 256-257
5

i. Al-Lubab; Tafsir Al-Lubab; Makna, Tjuan, dan Pelajaran dari Surat-


surat Al-Quran (Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta: Lentera Hati,
Agustus 2008)
j. Al-Quran dan Maknanya; Terjemag Makna disusun oleh M. Quraish
Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2010)
Adapun, karya tulis yang telah diterbitkan diantaranya :
a. Menabur Pesan Ilahi: Al-Quran dan Dinamika Kehidupan Masyarakat,
(Jakarta:Lentera Hati, 2006)
b. Menyingkap Tabir Ilahi, Asmaul Husna dan Perspektif Al-Quran,
(Jakarta:Lentera Hati, 2003)
c. Studi Krisis Tafsir Al-Manar Karya Muhammad Abduh dan Rasyid
Ridho (1994)13
d. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyrakat. Karya ini merupakan kumpulan makalah dan artikel
selama rentang waktu tahun 1976-1992. Isinya mengenai berbagai
persoalan kehidupan.
e. dan masih banyak karya-karya lainnya
B. Mengenal Tafsir Quraish Shihab
1. Latar Belakang Tafsir Al-Mishbah
Dalam ilmu jiwa, sesuatu yang dijiwai dilakukan secara berulang-
ulang dan direkam akan membentuk kesadarankognitif seseorang. Dari
sini dapat dilihat bahwa factor psikologis dan formal edukatif yang dialami
dan dilalui M. Quraish Shihab telah membentuk kesadarankognitifnya
lebih banyak didominasi oleh pemahaman Al-Quran. Sangat wajar jika
tutur kata dan tulisannya dalam merespon permasalahan yang timbul, baik
yang tersirat maupun tersurat, selalu merujuk kepada wawasan dan idiom
Al-Quran. Setiap tokoh hadir dengan penemuan di bidang keilmuwannya
dan menuliskan karya-karyanya dalam corak tertentu. Namun, berbeda
halnya dengan M. Quraish Shihab yang mampu memosisikan diri di
bidang fikih, fatwa hukum, sejarah, dan seterusnya.

13
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2002), Cet VII,
166
6

Dilihat dari judulnya, Al-Mishbah berarti “Lampu, Pelita atau


Lentera”. Tampaknya M. Quraish Shihab menginginkan kehidupan dan
berbagai persoalan umat diterangi oleh cahaya Al-Quran yang merupakan
cahaya langit itu diharapkan membumi dan dapat dipahami. Jika yang
meneranginya adalah cahaya ilahi, maka wawasan berfikir dan berprilaku
manusia di bumi menjadi terjuluki. Inilah benang merah yang menyatukan
pemikiran M. Qurasih Shihab dalam beberapa karya tafsirnya dengan para
pembaharu di dunia Islam yang menjadikan Al-Quran sebagai sumber
hidayah, petunjuk keagamaan dan spiritual.
Tafsir ini seperti tertulis dalam muqaddimahnya, mulai di tulis pada
hari Jum‟at 4 Rabi‟ul Awal 1420H/18 Juni 1999 M bertetapatan saat
penulisnya menjabat sebagai Duta Besar RI di Kairo. Karya ini merupakan
obsesi penulisnya untuk dapat menafsirkan secara utuh dan komperensif
mengikuti jejak ulama Indonesia sebelumnya, seperti Nawawi Al-Bantani
dengan Marah Labid dan Hamka dengan Tafsir Al-Azharnya. Aktivitas
kesehariannya yang tidak terlalu padat dibanding ketika ia masih
bermukim di Tanah Air memungkinkannya untuk menyusun karya
tersebut.
Hal tersebut juga didasari oleh kecenderungan masyarakat Indonesia
yang tertarik dengan keindahan kata dan senang dengan lantunan merdu
yang dilagukan dalam berbagai acara, kendati tidak mampu memahami
kedalaman makna dan luasnya ilmu yang bisa membawa keluar dari
berbagai masalah.
Selain itu tidak sedikit umat Islam di Indonesia memiliki ketertarikan
luar biasa terhadap makna-makna Al-Quran, namun dihadapkan pada
kendala waktuyang tidak cukup untuk terlebih dahulummembekali diri
dengan ilmu pendukung guna memahami Al-Quran secara langsung dan
langkanya buku-buku rujukanmyang memadai dari segi cakupan
informasi, kejelasan dan bahasa yang tidak bertele-tele mengenai Al-
Quran.
Inilah yang menjadikan M. Quraish Shihab ingin menjadikan Al-
Quran sebagai sandaran hidup bagi masyarakat Indonesia, tafsir ini salah
7

satau kekuatannya terletak pada kemampuannya menjelaskan tema pokok


surat-surat Al-Quran dan tujuan utama dari pesan-pesan yang terdapat
dalam ayat-ayatnya, dengan harapan bisamenjadi penerang bagi mereka
yang mencaripetunjuk dan pedoman hidup.14
2. Jenis Tafsir
Tafsir ini adalah jenis tafsir yang didasarkan pada karya-karya ulama
modern kontemporer, sebut saja misalnya Sayyid Tanthowi (Pemimpin
Tertinggi Al-Azhar), Syaikh Mutawalli asy-Sya‟rowi (Ulama kharismatik
Mesir), Sayyid Quthb, Muhammad Thahir bin Asyur, Sayyid Muhammad
Husein ath-Thababathaba‟I, dan beberapa tasfirnya.
Hal ini bisa dilihat ketika beliau menjelaskan tentang posisi basmalah
misalnya, beliau mengutip panjang Al-Biqai.
Al-Biqai, pengarang tafsir Nazm ad-Durar itu menguraikan lebih
lanjut dengan tulisannya yang menjelaskan mengapa Basmalah yang
membuka mushaf Al-Quran. Segala persoalan kembali kepada Allah swt.
Semata, itulah kesimpulan Basmalah dan itu pula yang terinci dalam surat
Al-Fatihah. Selanjutnya ayat-ayat Al-Quran yang merupakan rincian dari
ketujuh ayat Al-Fatihah. Dalam konteks ini, menurut M. Quraish Shihab,
Al-Biqai merinci dengan memberi contoh ayat Al-Hamdulillah yang
dibaca setelah basmalah pada surat Al-Fatihah. Ada empat surat yang
dimulai setelah Basmalah dengan Al-Hamdulillah. Setiap surat
mengisyaratkan nikmat-nikmat Allah swt. Sesuai dengan urutannya
demikian tulis Al-Biqai.15
Dalam bukunya yang lain ketika menjelaskan tentang Surat Al-
Fatihah, pandangan Al-Biqai ini beliau jelaskan secara gambling. Bahwa
terkait surat yang dimulai dengan Al-Hamdulillah itu ada empat surat.
Keempat surat tersebut adalah Al-An‟am, Al-Kahfi, Saba‟, dan Fathir.
Selain itu penafsiran yang dilakukan oleh M. Quraish Shihab ini juga
berdasar pada pemikiran beliau. Dalam Tafsir ini M. Quraish Shihab ini
menggunakan kedua jenis tafsir , meski yang lebih menonjol adalah tafsir

14
Anshori, Penafsiran Ayat-ayat Jender Menurut M. Quraish Shihab, 28
15
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, , 258
8

bir-ra‟yi. Adapun terkait tafsir bi;l matsur terlihat ketika menafsirkan QS.
An-Naba:9 yang ditafsirkan dengan dari QS. Al-Infithor:1 dan QS. Al-
Insyiqoq:116
3. Corak Tafsir
Seorang peneliti menyatakan bahwa corak atau aliran tafsir yang
diikuti oleh M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah adalah adab
ijtima‟I yang tekanannya lebih pada kebutuhan sosial masyarakat. Tafsir
dengan corak ini digunakan agar Al-Quran lebih dekat dengan masyarakat,
dan juga untuk menjawab problematika yang mereka alami.
Al-Quran dalam pandangan M. Quraish Shihab memiliki 3 aspek yaitu
akidah, syariah, dan akhlak. Dalam upaya pencapaian ketiga aspek ini, Al-
Quran memiliki 3 cara :
a. Perintah untuk meperhatikan terhadap alam raya
b. Perintah untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangan
manusia
c. Kisah-kisah (sebuah pelajaran, uswah, ibrah dan sekaligus
peringatan lembut)
d. Janji serta ancaman baik duniawi ataupun ukhrawi 17
Corak tersebut sangat jelas sebagai contoh ketika menafsirkan kata ‫هوان‬

dalam QS. Al-Furqan:63 “dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha


Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
Kata ‫ هوان‬berarti lemah lembut dan halus. Patron kata yang di sini

adalah masdar nun yang mengandung makna “kesempurnaan”. Dengan


demikian, maknanya adalah penuh dengan kelemah lembutan. Kini, pada
masa kesibukan dan kesemerawutan lalu lintas, kita dapat memasukan
dalam pengertian kata ‫ هوان‬, disiplin lalu lintas dan penghormatan terhadap

16
Muhammad Hasdin Has, “Kontribusi Tafsir Nusantara untuk Dunia (analisis Metodologi
Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab)”, jurnal Al-Munzir. Vol 9.No 1 Mei 2016, 78
17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 19
9

rambu-rambunya. Tidak ada yang melanggar peraturan lalu lintas kecuali


orang yang angkuhatau ingin menang sendiri hingga dengan cepat dan
melecehkan kiri dan kanannya. Penggalan ayat ini bukan berarti anjuran
berjalan perlahan atau larangan tergesa-gesa. Karena Nabi Muhammad
saw. Dilukiskan sebagai orang yang berjalan dengan gesit penuh
semangat, bagaikan turun dari dataran tinggi.
Orientasi kemasyarakatan dalam tafsir ini Nampak jelas pada
sorotannya atau masalah yang terjadi di masyarakat. Penjelasan yang
dihidangkan hampir selalu relevan dengan persoalan yang berkembang di
tengah kehidupan masyarakat. Pada akhirnya, penjelasan tersebut sebagai
upaya menangani atau sebagai jalan keluar dari masalah-masalah
tersebut.18 Contoh lain ada dalam QS. Al-Baqarah : 43
4. Metodologi Penafsiran
Dilihat dari pernyataan M. Quraish Shihab dalam pengantar Tafsir Al-
Mishbah dipastikan menggunakan bentuk penyajian tahlili, meski dari segi
pengumpulan ayat persurat ia menggunakan metode maudhui, karena ia
bermaksud menyampaikan tema pembahasan dari surat tersebut, agar
membantu meluruskan kekeliruan serta menciptakan kesan yang benar.19
Meskipun demikian, yang paling menonjol adalah tahlili. Hal ini
tampak sekali mulai dari volume pertama sampai dengan yang terakhir
(vol 15), dimana ia berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran
dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat Al-Quran
sebagaimana tercantum dalam mushaf. Ia tidak pindah ke ayat berikutnya
sebelum menjelaskan segala segi yang berkaita dengan ayat yang
ditafsirkannya itu. Denagn metode ini, ia memasukan ide-ide
20
intelektualnya.
5. Sumber Penafsiran
Adapun kitab yang dijadikan sumber rujukan dalam Tafsir Al-
Mishbah:

18
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad M. Quraish Shihab, 29
19
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad M. Quraish Shihab, 30
20
Muhammad Hasdin Has, “Kontribusi Tafsir Nusantara untuk Dunia (analisis Metodologi
Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab)”, jurnal Al-Munzir. Vol 9.No 1 Mei 2016, 78
10

a. Al-Kasyaf „an Haqaiq Al-Tanzil wa „Uyun Al-Aqadud Fi Wujuh Al-


Ta‟wil karya Al-Zamakhsyari
b. Tafsir Al-Quran Al-Adzim karya Ibn Katsir
c. At-Tafsir Al-Kabir wa Mafatih Al-Ghayb karya ar-Razi
d. Nazhm ad-Durar karya Ibrahim bin Umar Al-Biqai
e. Tafir Surat Al-Ma‟un, Al-Kautsar, Al-Kafirun, karya Muhammad
Mutawalli Sya‟rowi
f. Tafsir Al-Quran Al-Karim Juz „Amma karya Muhammad Abduh
g. Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran karya Sayyid Muhammad Husein Thaba‟
Thaba‟i21
h. Tafsir Fi Dzilalil Quran karya Sayyid Quthb
i. Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir karya Ibn Asyur
j. Jawahir fi Tafsir Al-Quran Al-Karim karya Tanthawi Jauhari
k. Tafsir Ibrahim Ibnu Umar Al-Biqai (karya tafsir yang berbentuk
manuskrip dan sekaligus bahan tesi M.M. Quraish Shihab)
l. dll
6. Sistematika Penulisan
a. Ditulis oleh M. Quraish Shihab selama kurang lebih 4 tahun (dimulai
di Mesir Jumat, 4 Rabiul Awal 1420H/18 Juni 1999 M dan selesai di
Jakarta Jum‟at, 5 September 2003)
b. Berjumlah 15 Volume, mencakup keseluruhan isi Al-Quran sebanyak
30 juz
c. Cetakan pertama volume satu tafsir adalah tahun 2000
d. Cetakan pertama juz terakhir tahun 2003
e. Tartib mushafi
f. Menjelaskan penjelasan sebagai pengantar surat sebelum ditafsirkan
ayat pada setiap surat (nama surat/nama lain surat, jumlah ayat,
Makki/Madani, tema/tujuan surat, keserasian ayat, nomor urut surat,
dan asbabun nuzul)
g. Mengelompokan ayat dalam satu surat ke dalam kelomppok kecil yang
dianggap memiliki keterkaitan ayat

21
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003), 189-193
11

h. Dicantumkan terjemah harfiah dalam bahasa Indonesia yang dicetak


miring
i. Ayat Al-Quran dan sunnah Nabi saw. Yang dijadikan penguat
tafsirnya ditulis dalam bahasa Indonesia22
j. Penafsirannya dijelaskan dan dikuatkan dengan mufasir lainnya
k. Menjelaskan kosa kata
l. Diakhir surat dicantumkan kesimpulan sebagai penjelas kandungan
pokok surat tersebut
m. Menyebutkan kata “wallahu alam” diakhir penafsirannya
7. Contoh Penafsiran
a. Ayat Akidah di QS. Al-Baqarah:29 “Dialah Allah yang menciptakan
segala yang ada di bumi untuk kamu kemudian. Dia berkehendak
menuju langit, lalua djadikan-Nya tujuh langit, Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu”
Kata ‫ استوى‬berarti tegak, lurus, tidak bengkok. Kemudian kata itu

dipahami secara majazi yang berarti menuju ke sesuatu dengan cepat


dan penuh tekad bagaikan yang berjalan tegak lurus tidak menoleh
ke kiri dank ke kanan. Makna Allah swt. menju ke langit adalah
kehendak-Nya untuk mewujudkan sesuatu seakan-akan kehendak
tersebut seperti seseorang yang sedang menuju sesuatu untuk
mewujudkannya dalam bentuk seanggun mungkin dan sebaik
mungkin. Karena itu potongan kalimat setelahnya ‫ فسواهن‬akni lalu

dijadikan-Nya dalam bentuk sebaik mungkin tanpa aib atau


kekurangan sedikitpun. Beliau lalu mengutip pendapat Sayyid Quthb
dan menyimpulkannya bahwa tidak ada tempat untuk
mempersoalkan hakikat maknanya, karena kata itu adalah lambing
yang menunjukan „kekuasaan‟, demikian nuga halnya dengan
berkehendak menuju penciptaan sebagaiamana tidak ada tempat
membahas apa yang dimaksud dengan „tujuh langit‟ serta bentuk
jaraknya. Maka bisa difahami bahwa ayat ini mengecam orang-orang

22
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad M. Quraish Shihab, 31
12

kafir yang mempersekutukan Allah swt. padahal Dia Maha Pencipta


Yang Menguasai alam raya. 23
b. Ayat Fiqh di QS. Al-Baqarah:125 “Beberapa hari yang ditetntukan
itu adalah bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan
permulaan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang haq dan
batil. Karena itu barangsiapa diantar kamu hadir diantara tempat
tinggalnya bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,
dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka
wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu
pada hari-hari lain. Allah swt. Maha Menghendaki kemudahan bagi
kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu, Dan hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah swt. atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu, supaya
kamu bersyukur.
Beberapa hari yang ditentukan yakni 29 atau 30 hari saja selama
bulan Ramadhan, bulan ini terpilih karena bulan yang mulia. Al-
Quran merupakan petunjuk bagi manusia terkait akidah dan juga
penjelasan-penjelasan petunjuk itu dalam rincian hukum-hukum
syariat. Banyak nilai universalnya, namun ilia-nilai itu dilengkapi
dengan penjelasan mengenai petunjuk, keterangan dan rinciannya.
Penegasan Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan
mengisyaratkan sangat dianjurkan untuk membaca dan mempelajari
Al-Quran selama bulan Ramadhan. M. Quraish Shihab kemudian
menerangkan tentang kawasan-kawasan melihat bulan sabit. Ia juga
menerangkan jarak waktu antara terlihatnya bulan di berbagai benua
dengan Indonesia. Ia menjelaskan kajian ilmiah tentang fenomena
dan proses awal perhitungan awal bulan Ramadhan dan juga kajian
selisihnya bulan Hijriyah dan Masehi.
Terkait keringanan qadha puasa di hari lain, M. Quraish Shihab
berpandangan bahwa tujuannya agar puasa 29/30 hari tersebut

23
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 138-139
13

terpenuhi. Ia melanjutkan ayat tersebut sebagai penjelasan tentang


hukum berpuasa Ramadhan, keistimewaan, manfaat, waktu dan
bilangannya. Kewajiban berpuasa sangat jelas, karena jika ada
halangan yang menundanya wajib baginya menggantikannya.
Kemudian M. Quraish Shihab menutup penafsirannya dengan hadits
qudsi.24
c. Ayat Israiliyat di QS. Al-Kahfi :65 “Lalu mereka berdua bertemu
dengan seorang hamba diantaranya hamba-hamba Kami yang telah
kami anugerahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah
Kami ajarkan kepadanya dari sisi Kami ilmu”
Siapakah abd/hamba dalam ayat di atas? M. Quraish Shihab
berpendapat bahwa hamba Allah swt. Yang dimaksud ialah nabi
yang bernama Al-Khidr. Tetapi riwayat tentang beliau sangat
beragam dan seringkali dibumbui dengan hAl-hal yang bersifat
irrasional.Apakah beliau Nabi atau bukan, dari Bani Israil atau
bukan, masih hidup atau telah wafat, M. Quraish Shihab hanya
menyebutkan rinciannya bisa dibaca di buku Tafsir. Kata Al-Khidr
sendiri bermakna hjiau. Nabi saw. bersabda bahwa penamaan itu
disebabkan karena suatu ketika ia duduk di atas bulu yang berwarna
putih, tiba-tiba bulunya berubah menjadi hijau. (HR. Bukhari melalui
Abu Hurairah). M.M. Quraish Shihab menambahkan agaknya
penamaan warna itu adalah symbol keberkahan yang menyertai
hamba Allah swt. yang istimewa ini.
8. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir
Kelebihan :
a. Penafsirannya yang bersifat konstektual didasarkan pada pendekatan
sosiologis-antropologis yang memberikan kemudahan kepada
pembacanya untuk memhamai maknayang tersirat di dalamnya
b. Dalam menganalisis hal kebahasaab sanagt bagus karena ditampilkan
juga menurut para ulama
c. Menjelaskan munasabah secara rinci dan jelas

24
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 403-407
14

d. Tafsir ininsangat konstektual dengan kondisi ke-Indonesiaan,


dalamnya banyak merespon beberapa hal yang actual di dunia Islam
Indonesia atau Internasional
e. M. Quraish Shihab meramu tafsir ini dengan sangat baik dari berbagai
tasfir pendahulunya, dan meraciknya dalam bahasa yang mudah
dipahami dan dicerca, serta dengan sistematika pembahasan yang enak
diikuti oleh para penikmatinya.
f. M. Quraish Shihab orang yang jujur dalam menukil pendapat orang
lain, ia sering menyebutkan pendapat pada orang yang berpendapat
g. Dalam menafsirkan ayat M. Quraish Shihab tidak menghilangkan
korelasi antar ayat dengan surat
Adapun kekurangannya :
a. Dalam berbagai riwayat dan beberapa kisah yang dituliskan oleh M.
Quraish Shihab dalam tafsirnya, terkadang juga tidak menyebutkan
perawinya sehungga sulit bagi pembaca, terutama penuntut ilmu untuk
merujuk dan berhujjah dengan kisah atau riwayat tersebut. Sebagai
contoh dan kisah Nabi Shaleh dalam tafsir QS. Al-A‟raf : 78
b. Menurut sebagian sementara Islam di Indonesia beberapa
penafsirannya diangap keluar batas Islam, sehingga tidak jarang
digolongkan dalam pemikir liberal Indonesia. Sebagai contoh
penafsirannya mengenai jilbab, takdir, dan isu-isu keagaman lainnya.
c. Banyaknya menampilkan pendapat para ulama tetapi tidak
menyimpulkan pendapat yang unggul sehingga membingungkan
orang-orang awam.
15

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Tafsir Al-Mishbah merupakan karya monumental yang terdiri dari 15
volume yang ditulis di Mesir Jumat, 4 Rabiul Awal 1420H/18 Juni 1999 M
dan selesai di Jakarta Jum‟at, 5 September 2003. Tafsir ini merupakan salah
satu karya anak bangsa Muhammad M. Quraish Shihab, tafsir ini
menggunakan jenis tafsir bir-ra‟yi, menggunakan metode tahlili dan cara
pengumplan ayatnya menggunakan metode maudhui. Adapun corak yang
menonjol pada tafsir ini adalah adab ijtimai yang mana lebih mengedapankan
kemasyarakatan serta tafsir ini ditulis dengan sistematika tartib mushafi.
16

DAFTAR PUSTAKA
Amir, Mafri. 2011. Literatur Tafsir Indonesia. Tangerang: Lembaga PEnelitian
UIN Syarif Hidayatullah
Anshori. 2008. Penafsiran Ayat-ayat Jender Menurut M. Quraish Shihab.
Cetakan I. Jakarta: Visindo Media Pustaka
Ghofur, Saiful Amin. 2008. Profil Para Mufasir Al-Quran. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani
Gusmian, Isnan. 2003. Khazanah Tafsir Indonesia. Jakarta: Teraju
Hes, Muhammad Hasdin. 2016. Kontribusi Tafsir Nusantara untuk Dunia
(Analisis Metodologi Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab. Al-
Mundzir. Volume 9 No.1
Musaddad, Endad. Metode dan Corak M. Quraish Shihab telaah atas buku
Wawasan Al-Quran. Al-Qalam. Volume 21 No.100
Nata, Abuddin. 2002. Metodologi Studi Islam. Cetakan VII. Jakarta: PT Raja
Gafindo Persada
Shihab, Muhammad M. Quraish Shihab. 2017. Secercah Cahaya Ilahi, Hidup
bersama Al-Quran. Bandung: Mizan
Shihab, Muhammad Quraish. 1993. Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peran
Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Cetakan II. Jakarta: Mizan

Anda mungkin juga menyukai