Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDEKATAN MUSTHAFA BISRI DALAM TAFSIR Al IBRIZ

Untuk memenuhi
Dosen Pengampu : Drs. H. Bakharuddin Fanani M.A.,

Disusun Oleh:

Bella Nabila Mujahidah

210101210017

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia
yang diberikan sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin.
Makalah Pendekatan Musthafa Bisri dalam Tafsir Al Ibriz ini
dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-

Terlepas daripada itu, kami sangat menyadari kurangnya usaha kami dalam
menyempurnakan makalah ini, baik berupa susunan maupun isi didalamnya. Karenanya
alasan tersebut kritik serta saran dari pembaca sangat terbuka bagi kami.

Akhir kata, kami berharap agar makalah ini setidaknya bermanfaat bagi pribadi
penulis, yang sedang dalam proses belajar, serta bagi teman sejawat agar lebih mudah
dalam memahami atas makalah yang telah kami buat ini.

Lamongan, 22 November 2021

Bella Nabila Mujahidah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................3
A. Biografi KH Bisri Musthafa .............................................................................................3
1. Perjalanan pendidikan KH Bisri Musthafa ...................................................................3
2. Karya-karya KH. Bisri Musthafa ..................................................................................5
B. Latar Belakang Kepenulisan .............................................................................................6
C. Pendekatan KH. Bisri Musthafa dalam Tafsir Al-Ibriz. ...................................................7
1. Sistematika Penulisan Tafsir.........................................................................................8
2. Kelebihan Metode Tahlili .............................................................................................9
3. Kekurangan Metode Tahlili ........................................................................................10
4. Contoh Tafsir al-Ibriz .................................................................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................................14
A. Kesimpulan ....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para ulama di Indonesia sudah sejak lama menulis Kitab Tafsir, baik dalam
bahasa Melayu, Indonesia, bahasa Arab dan bahasa daerah. Tafsir Al-Ibriz adalah
karya KH. Bisri Musthafa yang cukup terkenal di jawa, khususnya di lingkungan
pesantren. Tafsir ini sengaja menggunakan bahasa Jawa dalam penyusunannya
karena K.H Bisri Musthafa menginginkan agar ilmu yang beliau peroleh dapat
bermanfaat. Telah sampai karya ini kepada kita (masa sekarang).1
Kitab tafsir Al Ibriz merupakan kitab tafsir Al Quran yang ditulis dengan
bahasa jawa (bahasa lokal) dan aksara arab yang diistilahkan dengan tulisan pegon.
Pemilihan bahasa oleh KH. Bisri Mustofa dalam kitab tersebut adalah penyesuaian
Dalam tradisi pesantren, terutama pesantren di Jawa Tengah dan
Jawa Timur, karya tafsir Kiai Bisri ini sama sekali tidak asing. Karya ini lumrah
dikaji dan diaji oleh para santri, dari sejak kemunculannya hingga kini. Seperti
dituturkan penulisnya, karya ini, antara lain, memang ditujukan untuk para santri
pesantren. Sehingga tidak aneh jika karya ini dikenal sangat luas di kalangan
pesantren dan tidak di luar pesantren. Dan dengan penggunaan bahasa Jawa yang
sangat kental, karya ini menjadi kian akrab dengan suasana pesantren di Jawa.Untuk
lebih bisa memahamkan isi kandungan Al Quran dengan bahasa lokal. Dengan
pendekatan budaya KH. Bisri Mustofa mampu membumikan Al Quran dengan

KH. Bisri Mustofa juga mampu atau memilih isi penafsiran yang relevan
dengan tekstur maupun konteks budayanya sendiri dan tidak cuma menjawakan
bahasa Arab saja. KH. Bisri Mustofa kerap kali mengomentari problem sosial
kemasyarakatan, bahkan kondisi negara Indonesia disela-sela menafsirkan teks Al

melulu berisi seputar hukum syariat, surga-neraka, atau kiamat dan malaikat. Maka

1
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Ciputat: Sejahtera Kita, 2013), vii.

1
dengan adanya kitab Al Ibriz karya KH. Bisri Mustofa inilah menjadi solusi untuk
2
memahamkan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, maka penyusun mencoba
untuk merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Biografi KH. Bisri Musthafa?


2. Bagaimana pendekatan KH. Bisri Musthafa dalam Tafsir Al-Ibriz?

C. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penyusunan makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui biografi KH. Bisri Musthafa
2. Untuk mengetahui pendekatan KH. Bisri Musthafa dalam Tafsir Al-
Ibriz

2
Khumaidi, Implementasi Dakwah Kultural dalam Kitab Al Ibriz Karya KH. Bisri Mustofa , An Nida, 2
(Juli-Desember 2018), 182.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi KH Bisri Musthafa


KH Bisri Musthafa Lahir pada tahun 1915 M atau bertepatan tahun 1334 H.
di kampung Sawahan Gang Palen Rembang Jawa Tengah. Beliau adalah anak dari
pasangan suami istri H. Zainal Mustofa dan Khatijah.3 KH. Bisri Musthafa, nama
kecilnya Mashadi, Nama Bisri ia peroleh setelah menunaikan ibadah haji ke tanah
suci Mekah - Madinah pada tahun 1923 M. Ia meninggal pada 16/24 Februari 1977.4
Mashadi adalah anak pertama dari empat bersaudara, yaitu Mashadi, Salamah
(Aminah), Misbah dan Khatijah.5

Sejak ayahnya wafat pada tahun 1923 merupakan babak kehidupan baru bagi
KH. Bisri Mustofa. Sebelumnya ketika ayahnya masih hidup seluruh tanggung
jawab dan urusan-urusan serta keperluan keluarga termasuk keperluan beliau
menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu sepeninggal H. Zainal Mustofa
(ayahnya), tanggung jawab keluarga termasuk berada di tangan H. Zuhdi.6 KH. Bisri

Kasingan Rembang yang berasal dari Sarang. Mereka dikaruniai delapan orang
anak.7

1. Perjalanan pendidikan KH Bisri Musthafa


H. Zuhdi mendaftarkan Bisri ke sekolah HIS (Hollans Inlands School) di
Rembang. Bisri Mustofa di terima di sekolah HIS, sebab beliau diakui sebagai
keluarga Raden Sudjono, Mantri guru HIS yang bertempat tinggal di Sawahan
Rembang Jawa Tengah merupakan tetangga keluarga Bisri Mustofa. Akan tetapi
setelah Kyai Kholil Kasingan mengetahui bahwa Bisri Mustofa sekolah di HIS,
beliau langsung datang ke rumah H. Zuhdi di Sawahan dan memberi nasehat untuk

3
, Karisma Ulama: Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU, (Bandung: Mizan,1998), 319.
4
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 124.
5
Islah Gusmian, Khasanah Tafsir Indonesia, (Jakarta Selatan: Teraju, 2003), 244.
6
Achmad Zainal Huda, Mutiara Pesantren Perjalanan Khidmah KH Bisri Mustofa, (Yogyakarta: PT.
LkiS Pelangi Aksara, 2005), 9.
7
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, 125.

3
membatalkan dan mencabut dari pendaftaran masuk sekolah di HIS. Hal ini
dilakukan karena Kyai Khalil mempunyai alasan bahwa HIS adalah sekolah milik
penjajah Belanda yang dikhususkan bagi para anak pegawai negeri yang
berpenghasilan tetap.
Sedangkan Bisri Mustofa sendiri hanya anak seorang pedagang dan tidak
boleh mengaku atau diakui sebagai keluarga orang lain agar bisa untuk belajar di
sana. Beliau juga sangat khawatir kelak Bisri Mustofa nantinya memiliki watak
seperti penjajah Belanda jika beliau masuk sekolah di HIS. Selain itu kyai Khalil
juga menganggap bahwa masuk sekolah di sekolahan penjajah Belanda adalah
haram hukumnya.8 Pada akhirnya kiai bisri melanjutkan studinya di sekolah Jawa
Ongko Loro di kabupaten Rembang, atas saran KH Khalil. beliau lulus pada tahun
1926. Kiai bisri juga pernah menjadi santri di pesantren Kajen selama tiga hari, juga
di pesantren Kasingan Rembang yang diasuh oleh KH. Khalil. Ia pulang ke
rumahnya setiap seminggu sekali untuk mengambil bekal. Ia juga belajar membaca
kitab suci al- di.9
Pada tahun 1930 M, ia kembali ke pondok pesantren Kasingan, yang waktu

Ibn Mâlik. Satu tahun kemudian, ia belajar kitab Fath al-


fiqh dan hukum Islam). Setelah ia hafal dan paham betul terhadap kedua kitab
tersebut, ia lalu belajar kitab kitab lainnya, antara lain; Tafsîr al-Jalâlain, Tafsîr al-
Baidawi, Tafsîr al-Manâr, Tafsîr al-Marâghi, Fath al-
Uqud al-Juman, Sahîh Muslim, Sahîh al-Bukhâri, Latâiful Iryâd, Sullâm al-
-Fikr dan lain sebagainya. Atas kegigihan dan ketekunannya
dalam belajar, ia lalu diangkat menjadi Buroh Pondok (ketua pondok pesantren dan
kaki tangan pengasuh kiai Khalil).10
KH Bisri juga pernah menuntut ilmu agama Islam di Mekkah selama dua
tahun, disana ia belajar kepada guru - gurunya secara langsung dan privat. Ia

8
Achmad Zainal Huda, Mutiara Pesantren Perjalanan Khidmah KH Bisri Mustofa, 10.
9
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, 126.
10
Izzul Fahmi, - , ISLAMIKA INSIDE: Jurnal
Keislaman dan Humaniora, No. 1, (Juni 2019), 100.

4
mengaji kepada Kiai Bakir, Syekh H
Muhaimin.11

2. Karya-karya KH. Bisri Musthafa


Hasil karya KH. Bisri Musthafa umumnya mengenai masalah keagamaan
yang meliputi berbagai bidang, diantaranya; ilmu tafsir dan tafsir, ilmu hadis dan
hadis, ilmu nahwu, sh
yang digunakan bervariasi, ada yang menggunakan bahasa Jawa bertulisan Arab
pegon, bahasa Indonesia menggunakan bahasa Arab pegon, ada yang berbahasa
Indonesia bertulisan huruf latin, dan ada juga yang berbahasa Arab.12
Adapun hasil karya-karyanya antara lain:13
a) Bidang Tafsir
Selain tafsîr al- - thofa
juga menyusun kitab Tafsîr Surat Yâsîn. Tafsir ini bersifat sangat
singkat dapat digunakan para santri
Termasuk karya beliau dalam bidang tafsir ini adalah kitab al-Iktsir
aja untuk para santri
yang sedang mempelajari ilmu tafsir.
b) Hadits
1) -Adillati al-Ahkâm fî Bulûgh al-
Marâm, terdiri atas 4 jilid, berupa terjamah dan penjelasan. Di
dalamnya memuat hadits-
dengan keterangan yang sederhana.
2) al-Azwâd al- -
Nawaiy untuk para santri pada tingkatan Tsanawiyah.
3) al-Mandomah al-Baiqûniyyah, berisi ilmu Mustalah al-Hadits
yang berbentuk nazam yang diberi nama.
c) Aqidah

11
Achmad Zainal Huda, Mutiara Pesantren Perjalanan Khidmah KH Bisri Mustofa, 20.
12
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, 124.
13
Ridhoul Wahidi, Karakteristik Penafsiran Bisri Musthofa dalam Al- -
Al-Azîz , (Tesis Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, 2013), 63.

5
1) Rawihât al- -Awwâm.
2) Durar al- -Îmân. Keduanya
merupakan karya terjemahan kitab tauhid/aqidah yang dipelajari
oleh para santri pada tingkat pemula (dasar) dan berisi aliran
Ahlu al-Sunnah wa al-Ja
terutama ditujukan untuk pendidikan tauhid bagi orang yang
sedang belajar pada tingkat pemula.
d)
1) -Adillati al-Ahkâm fî Bulûgh al-
Marâm.
2) Qawn -Bahîyah, Tuntunan Shalat dan Manasik Haji.
3) Islam dan Shalat.
e) Akhlak/Tasawuf
1) Wasâya al- -
2)
3) Mitra Sejati
4) Qasîdah al-T -Mufîdah (syarah dari Qasidah al-
Munfarijah karya Syeikh Yusuf al-Tauziri dari Tunisia).
f) Ilmu Bahasa Arab
1) Tarjamah Syarah al-Jurumiyah.
2) .

B. Latar Belakang Kepenulisan


Adapun nama kitab ini adalah Al- -Qur -
Al-Lughah Al-Jâwiyah. Tafsir ini terdiri dari 30 juz Al- -Karim, artinya
KH. Bisri Musthafa menafsirkan ayat al- dari surat
Al-Fâtihah sampai surat Al-Nâs.
Sebelum tafsir ini disebarluaskan kepada khalayak ramai, terlebih dahulu di-
taftisy (dikoreksi secara mendalam) oleh beberapa ulama terkenal, seperti al-
Allamah al-Hafidz KH. Arwani Amin, al- -Mukarram
al-Hafidz KH. Hisyam, dan al-Adib al- muanya

6
adalah ulama asal Kudus Jawa Tengah. Dengan demikian, kandungannya dapat

dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun ilmiah . Tujuan KH. Bisri


Mushthafa menulis Tafsir al-Ibrîz ini agar umat Islam dari berbagai latar belakang
bahasa yang berbeda, bisa lebih untuk memahami pesan maupun makna yang
terkandung di dalam al-
menyebarkan pesan dan makna dalam al- -
asa jawa, sebenarnya hal ini
juga tidak terlepas dari kultur di pesantren-pesantren tradisional di pulau.
KH. Bisri Musthafa berkata dalam mukaddimah kitabnya. - -
Karîm sampun katah dipun terjemah dineng poro ahli terjemah, wonten ingkang
mawi boso Walondi, Inggris, Jerman, Indonesia, lan sanes-sanesipun. Malah
ingkang mawi tembung daerah, Jawi, Sunda lan sak pinunggalanipun ugi sampun
katah. Kanti terjemah-terjemah wahu, umat Islam sangking sedoyo bongso lan suku
suku, lajeng katah ingkang sag
khidmah lan usaha ingkang sahe lan mulyo meniko, dumateng ngersanipun poro
mitro muslimin ingkang sami ngertos tembung daerah jawi, kawulo segahaken
terjamah tafsir al- - ro ingkang persojo, enteng, serto gampil

Begitulah ungkapan beliau dalam mukaddimah kitab al-Ibrîz. Dari


keterangan tersebut kita dapat mengetahui bahwa beliau ingin agar pembaca al-
- bagaimana
langkah penerjemahan ini sudah dilaksanakan oleh pendahulu pendahulunya, baik
dengan bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Indonesia, Jawa dan Sunda. Beliau ingin
menghadirkan penjelasan tafsir tersebut dengan bahasa yang ringan dan mudah
dipahami, terutama kepada rakyat Nusantara.14

C. Pendekatan KH. Bisri Musthafa dalam Tafsir Al-Ibriz.


Metode tafsir yang digunakan oleh kiai Bisri adalah metode tahlîli. Hal ini
dapat kita lihat ketika beliau mengungkapkan keseluruhan ayat al-
siran ini mengungkapkan kalimat yang praktis dan

14
Rizkiyatul Imtyas, Tafsîr Al- - H. Bisri Musthafa , 69.

7
mudah dipahami hingga makna yang terkandung dalam al-
diserap oleh pembaca. Maka metode seperti itu disebut metode tafsir Tahlîli
Ijmâli al-Wâjiz.15
Adapun sumber penafsiran dalam kitab tafsir ini ada dua macam; yaitu bi al-
-
menafsirkan ayat al- -
semua ayat terdapat suatu riwayat atau ada keterkaitan dengan ayat yang lain.
Sehingga langkah yang bisa ditempuh untuk memahami ayat tersebut adalah
16
dengan cara bi al-
Kiai Bisri dalam menafsirkan ayat al-
Hadis Nabi apa adanya, tanpa menyebutkan rangkaian sanadnya dan status
hadisnya. Selain itu kiai Bisri juga terkadang menampilkan qoul para sahabat,

bahwa manhaj yang dilakukan oleh beliau adalah al-

dari pemikiran Bisri Musthafa dalam penafsiran tafsir ini. Sehingga dapat
17
disimpulkan bahwa jenis tafsir ini adalah tafsir bi al-

1. Sistematika Penulisan Tafsir


Hal lain yang tak kalah menarik, yakni terkait penggunaan bahasa dalam
tafsir al-Ibrîz. Selain lokal, Jawa, bahasa ini juga memiliki unggah ungguh.
Ada semacam hirarki berbahasa yang tingkat kehalusan dan kekasaran diksinya
sangat tergantung pihak pihak yang berdialog. Ini adalah sebuah cita rasa
yang khas yang dimiliki oleh bahasa Jawa. Kesimpulannya, bahasa Jawa yang
digunakan oleh kiai Bisri berkisar pada dua hirarki; bahasa ngoko (kasar), dan
bahasa kromo (halus).
Berikutnya hirarki bahasa ini dipakai pada saat berbeda. Bahasa ngoko
digunakan tatkala kiai Bisri menafsirkan ayat secara bebas, karena tidak ada
keterkaitan dengan cerita tertentu dan tidak terkait dengan dialog antar dua
15
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, 136.
16
Muhammad Asif, Karakterisik Tafsir al-Ibriz Karya Bisri Musthafa , (Skripsi di STAIN Surakarta,
2010), 90.
17
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, 138.

8
orang atau lebih. Sementara bahasa kromo digunakan untuk
mendeskripsikan dialog antara dua orang atau lebih, yang masing masing
pihak memiliki status sosial yang berbeda. Satu hina dan lainnya mulia.
Misalnya, deskripsi dialog yang mengalir antara Ashâb al-Kahf dengan Raja
Rumania yang dzalim, Diqyanus antara Qitmîr dengan Ashâb al Kahf,
antara Nabi Muhammad SAW dengan seorang konglomerat Arab Quraisy
bernama Uyainah bin Hishn, antara Allah SWT dengan inlis yang enggan
menuruti perintah-Nya untuk bersujud pada Adam AS., juga anatara Khidir
AS, dengan Musa AS.
Berikut beberapa bagian dalam sistematika penulisan tafsir Al Ibriz:
a) Bagian pertama, ayat al-
menggunakan makna gundhul, yang merupakan tarjamah al
dari kata per-kata dalam bahasa Jawa yang ditulis miring ke bawah
dengan menggunakan huruf pegon. Cara penerjemahan ini hampir
sukar ditemukan kecuali di pesantren pesantren tradisional Jawa.
b) Bagian kedua, terjemahan tafsirnya ditulis ditepi halaman dengan
menggunakan nomor sebagaimana dalam sistematika kitab terjemah.
Nomor ayat al- emah
ayatnya diletakkan di awal.
c) Bagian ketiga, Keterangan keterangan lain yang terkait dengan
penafsiran ayat dimasukkan dalam sub kategori tanbîh, faîdah,
muhimmah, al-Qissah dan lain lain.

2. Kelebihan Metode Tahlili


a. Memiliki ruang lingkup yang luas; metode analisis mempunyai ruang
lingkup yang termasuk luas. Para mufassir membagi metode ini ke
dalam dua bentuk, yakni :
dalam berbagai penafsiran sesuai dengan keahlian masing-masing
mufassir.
b. Memuat berbagai ide: metode ini relative memberikan kesempatan
yang luas kepada mufassir untuk mencurahkan ide-ide dan gagasannya

9
dalam menafsirkan al-
menampung berbagai ide yang terpendam. Dengan dibukanya pintu
kebebasan dalam mengemukakan pemikiran selebar-lebarnya bagi
mufassir dalam menafsirkan al-
berjilid-jilid seperti kitab Tafsir al-Thabari (15 jilid), Tafsir Ruh al-
-Fakhr al-Razi (17 jilid), Tafsir al-Maraghi
(10 jilid), dan lain-lain.

3. Kekurangan Metode Tahlili


a. Menjadikan petunjuk al- bersifat parsial: metode analitis juga
dapat membuat petunjuk al- -pisah sehingga
seakan-akan terasa seperti memberikan petunjuk tidak secara utuh serta
tidak konsisten karena penafsiran yang diberikan pada suatu ayat
berbeda dari penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat lain yang sama
dengannya. Mengapa bisa terjadi perbedaan? Hal ini dikarenakan
adanya ketidaktelitian dalam memperhatikan ayat-ayat lain yang mirip
atau sama dengannya.
b. Melahirkan penafsir yang subyektif; metode tahlili (analisis) ini dapat
memberikan peluang yang luas kepada mufassir dalam mengemukakan
ide-ide dan pemikirannya, sehingga terkadang para mufassir tidak sadar
dengan penafsirannya mengikuti nafsunya tanpa mengindahkan kaidah-
kaidah atau nora-norma yang berlaku.
c. Termasuk ke dalam pemikiran Israilliyat; metode Tahlili ini tidak
membatasi mufassir dalam mengemukakan pemikiran-pemikiran
tafsirnya, sehingga memudahkan masuknya berbagai pemikiran
Israilliyat.
d. Kelemahan dari segi kebahasaan ialah : kemungkinan terabaikannya
makna-makna yang dikandung oleh Al-
menggunakan pendekatan kebahasaan menjadikan para mufassir
terjebak pada diskusi yang panjang. Dan seringkali terjadi pengabaian
terhadap asbabun nuzul serta urutan turunya ayat, termasuk ayat nasikh-

10
mansukh. Sehingga menimbulkan kesan seakan-akan Al-
turun dalam kurun waktu tertentu. 18

4. Contoh Tafsir al-Ibriz


1. Surat al-Anisa ayat 3

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Beliau menafsirkan;
wong wong Islam ing zaman awal, yen ana kang ngerumat
yatimah ing mangka kebeneran ora mahram (anak dulur
upamane) iku akeh akehe nuli dikawin pisan. Nalika iku
nganti kedadeyan ana kang ndue bojo wolu utawa sepuluh.
Bareng ayat nomer loro mahu tumurun, wong wong mahu nuli
pada kuatir yen ora bisa adil, nili akeh kang pada sumpek, nuli
Allah SWT nurunake ayat kang nomer telu iki, kang surasane;
yen sira kabeh kuatir ora bisa adil ana ing antarane yatim
yatim kang sira rumat, iya wayoh loro loro bahe, utawa telu
telu bahe utawa papat papat, saking wadon wadon kang sira
senengi, ojo nganti punjul saking papat. Lamun sira kabeh
kuatir ora bisa adil nafaqah lan gilir, mangka nikaha siji bahe,

Hujair A. H. Sanaky. Metode Tafsir (Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau Corak
18

Mufassrin) Al-Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008. Hal. 275-278

11
utawa terima ngalap cukup jariyah kang sira miliki, nikah papat
utawa siji, utawa ngalap cukup jariyah iku sejatine luwih
menjamin keadilan (ora mlempeng)
Terjemahan; Orang orang Islam zaman awal, ketika merawat
anak yatim perempuan yang kebetulan bukan mahram
(seumpama anak saudara) kebanyakan dinikahi juga. Ketika itu
sampai ada peristiwa ada yang mempunyai isteri delapan atau
sepuluh. Ketika ayat nomor dua turun (maksudnya surat al-
ayat kedua), orang orang tadi lalu khawatir tidak bisa berbuat
adil, lalu banyak yang galau. Kemudian Allah SWT
menurunkan ayat nomer tiga (maksudnya surat al-
ketiga) yang isinya; ketika kalian semua khawatir tidak dapat
berlaku adil terhadap anak anak yatim yang kalian pelihara,
maka nikahilah dua dua, tiga tiga, atau empat empat
wanita yang kamu senangi, jangan sampai lebih dari empat.
Ketika kalian semua khawatir tidak dapat berlaku adil dalam hal
nafaqah dan menggilir, maka nikahilah satu wanita saja, atau
merasa cukup dengan jariyah yang kamu miliki, menikahlah
empat atau satu, atau merasa cukup jariyah itu sebenarnya lebih
menjamin keadilan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Metode penafsiran yang digunakan dalam penafsiran tafsir al-Ibriz ialah
metode tahlili (analitik). Metode tahlili adalah sebuah metode yang berusaha
untuk menerangkan arti ayat-ayat Al-
urutan-urutan ayat atau surah dalam mushaf, relasi antar surah-surahnya,
sabab- musabab turunnya al- -hadis yang berhubungan
dengannya, lalu pendapat para mufassirin terdahulu dan para mufassirin.
2. Kelebihannya adalah menerjemahkan secara harfiah dengan tulisan gantung
di bawah tulisan ayat. Tidak menguatkan/memihak terhadap salah satu
pendapat. Kekurangan, Hadis dalam tafsirnya tidak disertai sanad yang
lengkap. Terdapat Isrâiliyat. Dalam pengutipan terkadang tidak di sertai yang
jelas penyebutan siapa ulama yang dikutif. Sukar di pahami orang luar jawa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sanaky. Hujair A. H. 2008 .Metode Tafsir (Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti


Warna atau Corak Mufassrin) Al-Mawarid Edisi XVIII.

Khumaidi, 2018 Implementasi Dakwah Kultural dalam Kitab Al Ibriz Karya KH. Bisri
Mustofa , Jurnal An Nida, Vol. 10, No. 2, Juli-Desember

, Saifullah, 1998, Karisma Ulama: Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU,


(Bandung: Mizan)

Amir, Mafri dan Lilik Ummi Kultsum, 2011, Literatur Tafsir Indonesia, (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Gusmian, Islah, 2003, Khasanah Tafsir Indonesia, (Jakarta Selatan: Teraju)

Zainal Huda, Achmad, 2005, Mutiara Pesantren Perjalanan Khidmah KH Bisri


Mustofa, (Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara).

Wahidi, Ridhoul, 2013 Karakteristik Penafsiran Bisri Musthofa dalam Al-


rifati Tafsîr Al- -Azîz , (Tesis Pascasarjana IAIN Imam Bonjol
Padang).

Muhammad Asif, 2010 Karakterisik Tafsir al-Ibriz Karya Bisri Musthafa , (Skripsi di
STAIN Surakarta)

Izzul Fahmi, 2019 - ",


ISLAMIKA INSIDE: Jurnal Keislaman dan Humaniora, Vol. 5, No. 1, Juni

Imtyas, Rizkiyatul, Tafsîr Al- - H. Bisri


Musthafa

15

Anda mungkin juga menyukai