Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPEMIMPINAN DAKWAH

BIOGRAFI, PEMIKIRAN, KARYA, DAN GERAKAN DAKWAH KH. HASAN BASRI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Dakwah

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Murodi, M.A.

Disusun Oleh :

1. Hoiril Bariyati (11200530000017)

2. Muhammad Fauzi (11200530000012)

3. Nur Fadillah (11200530000053)

4. Putri Farhana (11200530000054)

5. Ahmad Sofiyandi (11200530000054)

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas tentang “Biografi, Pemikiran, Karya,
dan Gerakan Dakwah KH. Hasan Basri” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula sholawat serta
salam kami haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan
syafaatnya dikhirat kelak.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pada mata kuliah Kepemiminan Dakwah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai topik makalah yang kami buat bagi para pembaca dan khususnya
kami para penyusun makalah. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.

Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Murodi, M.A. selaku dosen mata kuliah
Kepemimpinan Dakwah yang telah memberikan tugas ini sehingga kami para penyusun makalah
dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan yang kami tekuni sekarang ini.

Tangerang, 19 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1

C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Biografi KH. Hasan Basri ...................................................................................... 3

B. Pemikiran KH. Hasan Basri ................................................................................... 4

C. Karya KH. Hasan Basri .......................................................................................... 5

D. Gerakan Dakwah KH. Hasan Basri ....................................................................... 8

BAB III : PENUTUP ........................................................................................................ 11

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11

B. Kritik dan Saran ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seseorang yang berpengetahuan, ulama tidak hanya memiliki tanggung jawab
ilmiah dalam pengertian kesahihan dan validitas serta kredibilitas ilmiahnya, namun juga
tanggung jawab secara moral dan social serta budaya setempat, sebagaimana ditegaskan oleh
Nabi dalam sebuah hadis yang telah cukup popular bahwa, “ulama adalah pewaris Nabi”.

Oleh karenanya, ulama dapat diartikan sebagai penjaga, penyebar, dan pengintreprestasi
ajaran-ajaran agama Islam dan hokum Islam, serta pemelihara kelanjutan sejarah keIslaman,
spiritual keagamaan dan intelektualitas masyarakat Islam.

Dalam hal ini, para ulama dan para kyai mempunyai banyak pengaruh yang sangat besar.
Terlebih karena sifat Pendidikan agama di pesantren, pondok atau madrasah yang mengarah
pada orientasi vertikal kalangan santri pada gurunya yang dalam filosofis diartikan harus di tiru
yang menyebakan pengaruh kewibawaan para ulama dan kyai sangat besar. Begitupun dengan
tokoh yang akan kami bahas dalam makalah ini yakni KH. Hasan Basri, yang sangat
berpengaruh perannya terhadap gerakan gerakan Islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah tokoh KH. Hasan Basri itu?

2. Bagaimana pemikiran KH. Hasan Basri?

3. Apa saja karya-karya KH. Hasan Basri?

4. Bagaimana gerakan dakwah KH. Hasan Basri?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui dan mengenal tokoh KH. Hasan Basri.

2. Untuk mengetahui pemikiran KH. Hasan Basri.

1
3. Untuk mengetahui karya-karya KH. Hasan Basri.

4. Untuk mengetahui gerakan dakwah yang dilakukan oleh KH. Hasan Basri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi KH. Hasan Basri

KH. Hasan Basri lahir di Muara Teweh, Barito Utara, Kalimantan Tengah pada 10
Agustus 1920 dan wafat di Jakarta pada 8 Nopember 1998 di usia 78 tahun. Beliau merupakan
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak tahun 1984 sampai tahun 1990. Beliau juga
merupakan seseorang Da’i dan sempat menjabat sebagai Imam Masjid Al-Azhar, Jakarta. Beliau
pula menjadi tokoh penggagas Bank Syariah di Indonesia.1

Sejak kecil, KH. Hasan Basri telah suka menuntut ilmu membaca Alquran, pun
mempraktekkan ajaran dan ibadah Islam. Kendati ayahnya, Muhammad Darun, telah meninggal
dunia disaat Hasan Basri berumur tiga tahun. Sang ibu, Siti Fatmah membesarkannya dengan
dua saudaranya. Beliau merupakan putra ke-2 dari tiga bersaudara.

Pagi sampai siang hari, KH. Hasan Basri kecil menuntut ilmu di Sekolah Rakyat. Sore
harinya mencari ilmu di sekolah Diniyah Awaliyah Islamiyah (DAI). Di sekolah DAI, dirinya
mencari ilmu membaca Alquran, posting dan membaca tulisan Arab, juga mempraktekkan ajaran
dan ibadah Islam. Dirinya murid yang cerdas, senantiasa jadi yang paling baik. Maka beliau amat
sangat disayang oleh gurunya yang mempunyai nama sama dengan Kakeknya, Haji Abdullah.
Sehingga, selagi dirinya duduk di kelas tiga, gurunya mempercayainya mengajar di kelas satu
dan dua.

Lulus dari Sekolah Rakyat, KH. Hasan Basri meninggalkan desa kelahirannya untuk
menyambung sekolah di Banjarmasin. Dia melanjut ke Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah
di Banjarmasin (1935-1938). Waktu Buya Hamka berkunjung ke Banjarmasin. Ia amat
mengagumi ulama Muhammadiyah itu, lebih-lebih sesudah melihatnya berceramah. Sejak itu,
Hasan bercita-cita jadi ulama seperti Buya Hamka.

1
R. Toto Sugiarto, Hasan Basri (1923-1984) Hingga Ignatius Joseph Kasimo (1900-1986), (Jakarta: Hikam Pustaka, 2021), hlm.
1-3.
3
Setamat MTs, dirinya melanjut ke Sekolah Zu'ama Muhammadiyah di Yogyakarta (1938-
1941). Dirinya menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Setelah tamat, beliau juga menikah di
umur 21 thn bersama Nurhani. 

Kendati masihlah terbilang masihlah amat belia, beliau dengan sang istri, telah berpikir
lebih dewasa dari usianya. Pasangan suami-isteri bujang ini mendirikan Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah di Marabahan, Kalimantan Selatan. Mereka berdualah yang jadi gurunya. Tapi,
1944 madrasah itu ditutup dikarenakan situasi perang. Ia pernah mendirikan Persatuan Guru
Agama Islam di Kalimantan Selatan.

Tidak hanya itu, KH. Hasan Basri pula tidak jarang memberi pidato dan khutbah di
masjid, juga ceramah di majlis taklim. Elemen ini membuatnya teramat dikenal luas di
lingkungan masyarakatnya. Elemen ini serta yang mendorong Hasan Basri terjun ke gelanggang
organisasi dan pergerakan politik. Beliau serta aktif dalam partai Masyumi (Majelis Syura
Muslimin Indonesia) yang diikrarkan yang merupakan satu-satunya partai politik Islam, ketika
itu. Hasan Basri dan keluarga hijrah ke Jakarta, disaat Negeri RI Serikat (RIS) terbentuk, dan
beliau terpilih jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat mewakili provinsinya.

Tetapi, pada tahun 1960 partai Masyumi dibubarkan oleh pemerintah. Sehingga, dirinya
juga sebagai anggota Pimpinan Pusat Partai Masyumi tak bisa lagi bergerak dalam politik. Gerak
politik ulama dan pemimpin Islam dipersempit, terutama sesudah DPR-RI hasil pemilu yang
mula-mula tahun 1955 dibubarkan dengan Dekrit Presiden Sukarno. 

Juga Sebagai ulama dan zu'ama (pemimpin Islam), ia merasa tak ada lagi organisasi
politik yang pas menyalurkan pemikiran dan pandangan politik yang diyakininya. Sehingga,
dirinya memutuskan buat menekuni layanan dakwah. Serta-merta terjun ke tengah-tengah
penduduk, mengawal moral dan akidah umat. Beliau serta hasilnya terpilih sebagai Ketua Umum
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang perdana, hingga ia meninggal dunia dan digantikan Prof
KH. Ali Yafie.

Ketika menjabat sebagai Ketua Umum MUI, pemerintah lewat Menteri Keuangan
mengeluarkan Pakto (Paket Oktober) 1988, yang mendorong berdirinya bank. Tidak Sedikit
umat Islam yang tanya kepadanya berkaitan bunga bank yang oleh sebahagian kalangan
4
dianggap haram. Selaku ketua umum MUI, beliau mendengar keluhan umat Islam tersebut.
Beliau merespon bersama menggelar seminar “Bank Tidak Dengan Bunga” di Hotel Safari
Cisarua Agustus 1991 dihadiri para pakar ekonomi, petinggi Bank Indonesia, menteri terkait,
pula para ulama. Disaat itu ada tiga opini; ada yang menyebut bunga bank haram, bunga bank
halal & ada serta yang berpendapat bunga bank syubhat. Dulu, seminar itu merekomendasikan
biar KH Hasan Basri, selaku Ketua Umum MUI membawakan masalah itu ke Munas MUI yang
diadakan akhir Agustus 1991. Munas MUI itu memutuskan supaya MUI membawa prakarsa
mendirikan bank tidak dengan bunga. Untuk itu, dibentuk grup kerja yang diketuai oleh Sekjen
MUI diwaktu itu HS Prodjokusumo. Dilakukan lobi lewat BJ Habibie hingga hasilnya Presiden
Soeharto menyetujui didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI).

Resminya, BMI lahir tanggal 1 November 1991. Kepada 3 November 1991, atas prakarsa
Presiden Soeharto, dilakukan penghimpunan dana di Istana Bogor. Setelah Itu sesudah
seluruhnya perangkatnya di lengkapi, BMI beroperasi 1 Mei 1992.

B. Pemikiran KH. Hasan Basri

Pemikiran-pemikran yang di maksud di sini adalah pemikiran K.H Hasan Basri dalam
masalah Aqidah, hukum Islam, Tasawwuf,dakwah,dan tentang ulama.

1. Tentang Akidah
Dari sejumlah tulisan nya  yang ada , tidak terdapat tulisan yang secara khusus
membicarakan masalah  aqidah. pemikiran K.H Hasan Basri mengenai masalah aqidah
hanya terdapat dalam bagian-bagian dari tulisan nya saja. Pemikran nya yang berkenaan
dengan masalah aqidah hanya berkenaan dengan tiga hal, yaitu : tentang tauhid dan
syirik, tentang hubungan iman dengan amal dan pandangan nya terhadap ajaran aqidah
ASWAJA (Ahlu Sunnah Wal Jama’ah).2
2. Tentang Hukum Islam
Dari sejumlah tulisan K.H Hasan Basri yang ada, hanya terdapat satu tulisan yang
membicarakan tentang hukum Islam.Tulisan tersebut berjudul “perlunya kompilasi
hukum Islam”dalam tulisan nya ini sebelum membicarakan tentang perlunya kompilasi

2
DR.Hardriansyah.KH.Hasan basri,kajian biografis tokoh MUI Antasari press,Banjarmasin.2010.hlm.156
5
hukum Islam di Indonesia,K.H Hasan Basri mengatakan secara garis besar hukum Islam
terbagi menjadi dua:
 Pertama hukum Islam yang secara jelas dan telah di jelaskan oleh nash Al-Qur’an
atau sunnah. Dimana nash-nash itu tidak mengandung pentakwilan.
 Kedua hukum Islam yang secara jelas dan tegas belum/ tidak di sebutkan oleh nash
Al-Qur’an atau sunnah, ia baru di ketahui setelah di gali melalui ijtihad para Imam
mujtahid hukum Islam kategori pertama terkenal dengan istilah syari’ah dan kategori
hukum Islam kedua di kenal dengan istilah fiqh.
3. Tentang Tasawwuf
Dalam berbagai tulisan K.H Hasan Basri yang ada, tidak terdapat tulisan nya yang secara
khusus membicarakan masalah tasawwuf. Yang terdapat hanya ia pernah menyinggung
sepintas tentang zuhud, Seperti yang di ketahui bahwa zuhud adalah termasuk
Tasawuf,jadi dalam hal inilah terdapat pembicaraan KH.Hasan Basri sepintas dalam
masalah Tasawuf.
4. Tentang Dakwah
Pemikiran KH.Hasan Basri tentang Dakwah terdapat di dalam salah satu tulisan nya yang
berjudul “Proses dakwah dalam pembangunan islam di Indonesia” terdapat 3 hal yang ia
tekankan yaitu : Tentang metode Dakwah,tentang dakwah dalam menghadapi perubahan
Masyarakat,dan tentang dakwah masa depan.
5. Tentang Ulama
Sebagai orang yang banyak berkecimpung di Majlis Ulama Indonesia,KH.Hasan Basri
banyak mengemukakan pemikiran tentang ulama,di antara lain adalah :
a) Tugas dan Fungsi Ulama
Ulama sebagai pewaris para nabi,menurut KH.Hasan basri ulama mempunyai tugas
tertentu, di samping itu, ulama juga berkewajiban menjalankan fungsi keulamaan nya.
KH. Hasan Basri mempunyai pendapat dan pandangan tersendiri mengenai tugas dan
fungsi ulama .
b) Sifat Yang perlu di miliki ulama pemimpin umat
Menurut KH.Hasan basri ulama sebagai pewaris para nabi adalah merupakan
pemimpin umat dan ada beberapa sifat yang harus di miliki nya :

6
 Memiliki pengetahuan luas dan mendalan tentang ilmu agama
 Mampu mengamalkan ilmu nya (ajaran jaran islam) dan memiliki semangat
keagamaan islam yang tinggi
 Mempunyai pendirian yang tetap (istiqomah) terhadap imu dan keyakinan nya.
 Mampu mengajak dan mempengaruhi masyarakat agar penuh kesadaran dan
kemauan untuk memberikan sumbangan kepada Negara dan bangsanya
 Mampu memberikan jalan keluar dan kemudahan kepada masyarakat untuk
mengatasi permasalahan

Para ulama dan pemimpin umat juga harus memiliki sifat sifat kepemimpinan seperti
kuat dalam akidah,adil dan jujur,berpandangan luas,dan tidak fanatic
golongan,mencintai dan mengutamakan kepentingan umat dari pada kepentingan
pribadi.mampu menumbuhkan kerja sama dan solidaritas sesame umat, ikhlas dan
bertanggung jawab serta memiliki sifat sifatkepemimpinan lainya.

c) Peranan ulama dalam pembangunan


Menurut KH.Hasan Basri sejarah memberi petunjuk bahwa pergerakan dan
perjuangan bangsa indonesia tidak pernah lepas dari peranan ulama dan pemimpin
umat.Dengan penuh ke ikhlasan dan kesungguhan mereka membimbing dan
memimpin umat agar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta
memperoleh kesejahteraan hidup lahir dan batin di dunia maupun di akhirat.
Dalam era pembangunan sekarang ini,menurut KH.Hasan Basri ada tiga hal penting
yang harus di perhatikan oleh pemimpin dan ulama yaitu :
 Memberikan bimbingan dan binaan kepada umat dalam melaksakan ajaran agama
islam dengan baik dan benar
 Memberikan penerangan dan motifasi keagamaan dalam pelaksanaan pembangunan.
 Memberikan petunjuk dan pengarahan kepada umay dalam menghadapi tantangan
zaman agar mereka tetap tegak secara islami di tengah tengah modernisasi.

C. Karya KH. Hasan Basri

7
Menulis merupakan bagian aktivitas terpenting KH. Hasan Basri dalam hidupnya,melihat
tulisan tulisan nya yang ada dapat di ketahui bahwa menulis adalah aktivitas yang banyak di
lakukan KH. Hasan Basri pada masa masa sesudah tahun 1975 an sampai masa menjelang akhir
hayatnya di tahun 1998.

Tulisan-tulisan KH. Hasan Basri hampir semuanya berupa artikel, sebagian besar dari
tulisan tulisan nya di muat di majalah bulanan Mimbar Ulama yang di terbitkan oleh Majelis
Ulama Indonesia pusat dan sebagian lainya di muat di Koran harian merdeka ,majalah suara
masjid,Koran harian suara karya, majalah mihrab, serial khutbah jumat,Koran harian terbit,dan
Koran harian pikiran rakyat.

Sebanyak 39 judul di temukan di majalah bulanan mimbar utama, 12 judul di temukan di


harian merdeka, 3 judul dalam majalah suara masjid, 3 judul pada harian suara karya, 1 judul
pada majalah mihrab, 1 judul pada serial khutbah jumat, 1 judul pada harian terbit, dan 1 judul
pada harian pikiran rakyat.

D. Gerakan Dakwah KH. Hasan Basri

Sebelum terjun ke politik, Hasan Basri sudah dikenal sebagai dai muda berbakat.
Pengetahuan dan pergaulannya bertambah luas lantaran sempat tinggal di Yogyakarta pada 1938
hingga 1941 untuk meneruskan studi sekaligus menimba ilmu dari ahli-ahli agama di kota
kelahiran Muhammadiyah .

Menjelang kedatangan Jepang, Hasan Basri pulang ke Borneo., Hasan bersama istrinya
mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di Marabahan, Kalimantan Selatan. Ia juga
sempat membentuk Persatuan Guru Agama Islam. Sayang, madrasah rintisannya itu ditutup oleh
pemerintah pendudukan Jepang.Pasca-kemerdekaan dan setelah masa perang revolusi fisik
mereda, Hasan hijrah ke Jakarta.3

Di ibukota, ia bergabung dengan Masyumi dan kemudian terpilih sebagai anggota


parlemen pada 1950.Namun, Presiden Sukarno memerintahkan pembubaran Masyumi pada 1960
karena diduga memberikan dukungan terhadap PRRI yang melawan pemerintah pusat. Hasan
kecewa bukan kepalang. Ia merasa karier politiknya tamat saat itu juga.Hasan pun memutuskan
3
M.yunan yusuf Ensiklopedia muhamadiyah (2005) hlm.59
8
mundur dari gelanggang politik dan kembali ke jalur syiar Islam. Beberapa tahun kemudian, ia
mendirikan Ikatan Masjid Jakarta (IMJ) dan terpilih sebagai Ketua Ikatan Masjid Indonesia
(IKMI) pada 1984 Hasan Basri Ia sempat menjadi imam besar Masjid Agung Al-Azhar Jakarta,
posisi yang sebelumnya pernah diisi Buya Hamka.4

Dua ulama beda generasi ini juga pernah sama-sama menggawangi MUI. Ketika MUI
dibentuk pada 26 Juli 1975, Buya Hamka terpilih sebagai ketua, sementara Hasan Basri menjadi
salah satu pimpinan.Di masa itu, Hasan Basri ibarat perisai bagi Buya Hamka. Pada 1981,
misalnya, ketika MUI mengeluarkan fatwa bahwa haram hukumnya bagi umat Islam
mengucapkan selamat Natal dan ikut merayakannya. Tak pelak, pro-kontra segera
menyeruak.Hasan Basri langsung tampil ke muka untuk memberikan klarifikasi terkait fatwa
tersebut. Ia menjelaskan bahwa fatwa itu semata-mata untuk menjaga kerukunan hidup
beragama, sekaligus memurnikan akidah masing-masing agama.

Publik tidak puas dengan penjelasan Hasan Basri tersebut. Ditambah lagi desakan dari
pemerintah Orde Baru kepada MUI agar segera mencabut fatwa dengan alasan berpotensi
mengancam stabilitas nasional. Namun, Buya Hamka tetap bersikukuh dan memilih mundur dari
posisi ketua umum. Posisi Buya Hamka kemudian digantikan sementara oleh K.H. Syukri
Ghozali hingga masa jabatannya usai. Setelah itu, giliran Hasan Basri yang terpilih sebagai
Ketua MUI sejak 1984.

Salah satu gebrakan yang dilakukan Hasan Basri semasa memimpin MUI adalah gagasan
pendirian bank syariah. Banyak umat Islam yang bertanya kepadanya mengenai bunga bank
yang oleh sebagian kalangan dianggap haram. Mendengar keluhan tersebut hasan basri langsung
menindak lanjuti nya dengan menggelar seminar bertajuk “ Bank tanpa bunga “ acara ini di
hadiri oleh para pakar ekonomi,pejabat bank Indonesia,menteri serta kaum ulama.Hasil seminar
ini di bawa ke Munas MUI yang di gelar di Jakarta pada tanggal 22-25 agustus 1990 munas ini
sekaligus memilih kembali hasan basri untuk terus memimpin MUI salah satunya agar rencana
pendirian bank islam dapat terwujud.5

4
Risalah islamiyah.rahmat bagi alam semesta.(1989:210)

5
Nur hidayat sardini ,60 tahun jimly Asshidiqie :sosok kiprahdan pemikiran 2016:ix
9
Dan dari sinilah perjuangan hasan basri lewat sosial kemasyarakatan dimulai. beliau
sangat prihatin melihat kondisi perbankan yang marak dengan ‘bunga riba’, sehingga timbulah
sebuah gagasan untuk menanggulangi masalah ini. Meski tanpa latar belakang politik lagi,
melalui dakwah-dakwahnya beliau selalu menghimbau tentang larangan renternir, riba, serta
bunga bank yang diharamkan dalam Islam.

Hasan Basri,selaku Ketua Umum MUI membawakan masalah itu ke Munas MUI yang di


adakan akhir Agustus 1991.Munas MUI itu memutuskan agar MUI mengambil prakarsa
mendirikan bank tanpa bunga.Untuk itu, di bentuk kelompok kerja yang diketuai oleh Sekjen
MUI waktu itu HS Prodjokusumo. Dilakukan lobi melalui BJ Habibie sampai akhirnya Presiden
Soeharto menyetujui didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI).Bank Islam yang terbentuk
disepakati bernama Bank Muamalat Indonesia (BMI). "Muamalat" dalam istilah fiqih berarti
hukum yang mengatur hubungan antar manusia. Nama alternatif lain yang muncul pada masa
pembentukan itu adalah Bank Syariat Islam. Namun mengingat pengalaman pemakaian kata
'syariat islam' pada Piagam Jakarta, akhirnya nama itu tidak dipilih. Nama lain yang diusulkan
adalah Bank Muamalat Islam Indonesia. Presiden Soeharto kemudian menyetujui nama terkahir
dengan menghilangkan kata "Islam”.

Akhirnya pada tanggal 1 November 1991, lahirlah bank yang benar-benar bersih tanpa
bunga dan mengikuti aturan syariah dalam Islam yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Dari
sinilah KH. Hasan Basri mengabdikan dirinya ditengah - tengah masyarakat yang membutuhkan
kebenaran dan perkara yang tidak dilarang oleh agama. Hingga saat ini Bank Pakto berkembang
dengan pesat serta tidak kalah dengan bank-bank lainnya.

Hasan Basri juga ditunjuk menjabat sebagai Presiden Direktur BMI .Selain aktif di MUI
dan BMI, Hasan Basri juga menjadi anggota Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) sejak 1993. Posisi ini masih diemban sang kiai hingga wafat pada 8 November
1998 pada usia 78 tahun.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

11
Hasan Basri (lahir di Muara Teweh, Barito Utara, Kalimantan Tengah, 10 Agustus 1920
–wafat di Jakarta, 8 Nopember 1998 terhadap usia 78 th) yaitu Ketua Majelis Ulama Indonesia
(MUI) kepada thn 1984-1990. Beliau yaitu seseorang da’I dan sempat menjabat Imam Masjid
Al-Azhar, Jakarta. Beliau pula yakni penggagas Bank Syariah di Indonesia.

Sebagai intelektual dalam pengertian banyak mengeluarkan dan menyumbangkan


pemikiran pemikiranya tertama melalui sejumlah tulisan yang di hasilkan nya,sebagai pemimpin
dalam pengertian seorang tokoh yang banyak menduduki posisi pimpinan di beberapa organisasi
atau lembaga baik keagamaan maupun kemasyarakatan dan terutama di majelis Ulama
Indonesia.

KH.Hasan basri memiliki karakteristik keulamaan,pemikiran,kepemimpinan


tersendiri,dalam hal keulamaan ia tidak menempatkan diri sebagai ulama golongan atau
kelompok tertentu,ia merupakan figur ulama yang dapat berada di semua golongan terutama
umat islam yang berada di tanah air ini ,dalam pemikiran terutama keagamaan ia selalu
berfikiran yang moderat,selalu menghargai,menghormati,pemikiran dan pendapat orang lain
meskipun berbeda dengan pendapat nya sendiri.

B. Kritik dan Saran

Penulis berharap dengan ditulisnya makalah tentang Biografi, Pemikiran, Karya, dan
Gerakan Dakwah KH. Hasan Basri ini, pembaca dapat menerima dan memahami serta
mempelajari lebih dalam lagi mengenai latar belakang kehidupan KH. Hasan Basri agar dapat
diterapkan segala kebaikannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat memberikan kesadaran khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca akan
pentingnya mematuhi perintah Allah dan Rasul dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang
sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, Aamiin. Penulis juga dengan senang hati menerima
saran dari pembaca agar makalah yang kami buat kedepannya dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

12
DR. Hardriansyah, KH.Hasan basri,kajian biografis tokoh MUI Antasari press,Banjarmasin.
2010.

M.yunan yusuf Ensiklopedia muhamadiyah (2005) hlm.59

Nur hidayat sardini ,60 tahun jimly Asshidiqie :sosok kiprahdan pemikiran 2016:ix

R. Toto Sugiarto, Hasan Basri (1923-1984) Hingga Ignatius Joseph Kasimo (1900-1986),
(Jakarta: Hikam Pustaka, 2021), hlm. 1-3.

Risalah islamiyah.rahmat bagi alam semesta.(1989:210)

13
14

Anda mungkin juga menyukai