Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Pemikiran Pendidikan KH. Hasyim Asy’ari


Dosen pengampu : Dr. Rosichin Mansur, S.Fil., M.Pd 

Disusun oleh :
M. Idris Ainul Yaqin (22201011015)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telahmelimpahkan rahmat dan hidayah-


Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah kami
yang membahas mengenai "Pendidikan Islam dalam Pemikiran KH. Hasyim Asy'ari" ini kami
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat ilmu Pendidikan Islam. Kami mengucapkan
terimakasih kepada bapak pembimbing Dr. Rosichin Mansur, S.Fil., M.Pd yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khusunya, dan bagi para pembaca umumnya. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran agar kedepannya kami bisa menyusun makalah yang lebih baik lagi.

Malang, 26 April 2023


Penulis
Daftar isi

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
Pendahuluan..............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Biografi KH. Hasyim Asy’ari...............................................................................................................5
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
dengan umat Islam, terutama di Indonesia, karena ia adalah pendiri NU
(Nahdlatul Ulama), salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Karakter dan
ketenaran namanya tidak hanya karena kegiatan pengabarannya sebagai pendiri
NU, tetapi ia juga salah satu pemikir dan pembaharu pendidikan
Dalam sejarah indonesia, sejak masa pra- kemerdekaan hingga saat ini, posisi dan peranan
ulama sangat penting terhadap proses perubahan sosial kemasyarakatan, karena ulama
merupakan tokoh panutan bagi umat islam yang merupakan agama terbesar di indonesia. Agama
pada dasarnya bersifat independen, yang secara teoretis dan dogmatis saat mungkin terlibat
dalam saling mempengaruhi dengan kenyataan sosial, ekonomi dan politik sebagai unit
independen, maka bagi penganutnya, agama mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk
menentukan pola prilaku manusia dan bentuk structur social, dengan memiliki ajaran agama
(aspek kultural dari agama) mempunyai potensi untuk mendorong atau bahkan menahan proses
perubahan sosial dimana dalam agama islam yang strategis untul melakukan hal itu adalah ulama
dan pendidikan (pesantren).

Jika ditelusuri lebih jauh tentang peranan ulama dalam mewarnai proses perubahan sosial di
indonesia, maka akan tercatat beberapa tokoh penting dari berbagai golongan dan kelompok
masyarakat salah satunya adalah KH. Hasyim Asy’ari. KH. Hasyim Asy’ari adalah seorang
ulama yang terkemuka dizaman nya, karena ia adalah pendiri pondok pesantren Tebu Ireng dan
ikut serta mendorong untuk ikut perlawanan terhadap jajahan, disisi lain dia adalah
tokoh  penting dalam berdirinya Nahdlatul Ulama yang kelak dalam sejarah Indonesia akan
menjadi ormas Islam terbesar dan memainkan peranan yangcukup signifikan dalam berbagai
perubahan sosial dan politik di Indonesia. Berangkat dari pemikiran yang demikian maka dalam
makalah ini penulis akan menyajikan secara singkat tentang KH. Hasyim Asy’ari dan Nahdatul
Ulama perkembangan awal dan kontemporer, hal ini tentunya dimaksudkan untuk membedah
pemikiran serta pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran modern dalam islam khususnya
di indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi KH. Hasyim Asy’ari ?
2. Apa sajakah pemikiran- pemikirannya dalam pendidikan islam ?
3.
4.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Biografi KH. Hasyim Asy’ari
2 Mengetahui pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dalam pendidikan islam
3.
4.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi KH. Hasyim Asy’ari

KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan di Desa Gedang salah satu desa di Kabupaten Jombang, Jawa
Timur, pada Selasa Kliwon, 24 Dzulqa’dah 1287 H atau bertepatan dengan tanggal 25 Juli 1871
M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy’ari bin Abdul Al- Wahid bin Abdur
Rohman yang dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir Hadiwijaya Ibn Abdullah Ibn Abdul Al Aziz
Ibn Abdul Al Fatah Ibn Mulana Ishaq dari Raden Ainul Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.

Secara genealogi, KH. Hasyim Asy’ari merupakan keturunan Kiai, karena kakek buyutnya
adalah Kiai Sihah yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, sedangkan
Kakeknya Kiai. Sedangkan Ayahnya Asy’ari adalah pengasuh Pondok Pesantren Keras di
Jombang. Dari silsilah ini dapat dilihat maka KH. Hasyim Asy’ari lahir dan dibesarkan
dilingkungan Pondok Pesantren. Bahkan pada usia 13 tahun beliau sudah menguasai kitab- kitab
islam klasik dan diangkat menjadi badal ( asisten pengajar) di pondok pesantren ayahnya. Pada
usia 15 tahun, Hasyim Asy’ari mulai mengembara ke berbagai pesantren di pulau Jawa untuk
memperdalam ilmu agama, seperti Pesantren Wonocolo Jombang, Pesantren Probolinggo,
Pesantren Langitan, Pesantren Tranggilis, dan berguru kepada Kiai Kholil di Bangkalan,
Madura.

Pada 1893, KH. Hasyim Asy'ari berangkat ke Mekah untukmemperdalam ilmu agama dan
berguru kepada Syekh Mahfudh At-Tarmisiyang berasal dari Tremas, Jawa Timur. Syekh
Mahfudh At-Tarmisi mebjadi pengajar di Masjidil Haram dan merupakan Ulama Ahli Hadist di
Makkah, beliau adalah murid Syekh Nawawi Al- Bantany yang menjadi murid Syekh Ahmad
Khatib Al- Minangkabau. Namun dari sekian banyaknya gurunya tersebut, yang paling banyak
mempengaruhi jalan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari adalah Syekh Mahfudh At- Tarmisi. Dari
gurunya inilah dia memperoleh ijazah tarikat Qadariyah dan Naqsabandiah. Setelah 7 tahun
belajar di Makkah, KH. Hasyim Asy’ari pulang ke Jawa mendirikan Pondok Pesantren Tebu
Ireng di Jombang pada 26 Rabiul Awal 1217 H / 1899 M. Di dalamnya terdapat Madrasah
Salafiyah Syafi’iyah, yang mana ia juga menjadi pengajar.
Sebagai pemimpin pesantren KH. Hasyim Asy’ari melakukan pengembangan Institusi
pesantrennya, termasuk mengadakan pembaruan sistem dan kurikulum pesantren. Selain
menggunakan sistem halaqah sebagaiamana terdapat dipesantren sebelumnya, Hasyim Asy’ari
juga memperkenalkan sistem belajar madrasah (klasikal) dan memasukkan mata pelajaran ilmu-
ilmu umum ke dalam kurikulumnya yang pada waktu itu termasuk hal baru. Kegiatan mengajar
dimulai pagi hari, selepas memimpin shalat shubuh, ia mengajarkan kitab kepada seluruh santri
hingga menjelang matahari terbit. Diantara kitab yang diajarkan setelah shubuh adalah al- Tahir
dan al- Syifa fi Huquq al Mustafa Karya al Qadhi ‘Iyadh. Kemudian setelah menunaikan shalat
dhuha, Kiai Hasyim kembali memberi pengajaran kitab kepada para santrinya. Namun pada sesi
pelajaran ini untuk santri senior. Kitab yang diajarkannya antara kitab al- Muhaddzab karya al
Syairazi dan al- Muwatta karya Imam Malik. Di pondok pesantren inilah KH. Hasyim Asy’ari
mengajarkan kitab- kitab klasik kepada para santrinya yang oleh kalangan NU dikenal sebagai
kitab kuning. Dari pesantren ini pula kemudian banyak kiai dan ulama terkemuka yang mewarnai
pemikiran islam di Indonesia.
Ustman adalah kiai terkenal pendiri Pondok Pesantren Gedang, riwayat pendidikannya dimulai
dari mempelajari Ilmu Al- Qur’an dan dasar- dasar ilmu agama pada orang tuanya sendiri.
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya pada bebagai pondok pesantren khususnya di pulau
Jawa, seperti Pondok Pesantren Shona, Siwalan Bunduran, Langitan Tuban, Demangan,
Bangkalan, dan Sidoarjo. Selama belajar di Pesantren Sidoarjo, Kiai Ya’kub yang memimpin
tersebut melihat kesungguhan dan kebaikan budi pekerti KH. Hasyim Asy’ari, hingga kemudian
menjodohkannya dengan putrinya, Khadijah. Pada 1892 tepatnya ketika Hasyim Asy’ari berusia
21 tahun, ia menikah dengan Khadijah putri KH. Ya’kub. Tidak lama kemudian, ia beserta istri
dan mertuanya berangkat haji ke Makkah yang dilanjutkan belajar di sana. Akan tetapi, setelah
istrinya meninggal setelah melahirkan, disusul kemudian putranya, menyebabkan kembali lagi ke
tanah air lama kemudian, ia berangkat lagi ke tanah suci, tidak hanya menunaikan ibadah haji,
tetapi juga untuk belajar. Ia menetap disana kurang lebih tujuh tahun dan berguru kepada
sejumlah ulama.
Pada 16 Rajab 1344, ia mendirikan Jami’iyyah Nahdhatul Ulama beserta sahabat- sahabatnya
diantaranya Syaikh Abdul Wahab Hasbullah dan Syaikh Basri Syamsuri serta ulama- ulama
besar di Jawa. Jami’iyah ini atau Jami’iyah Diniyah Ijtima’iyah di bawah naungan muslimin
yang diharapkan dapat berpegang teguh pada kitab dan sunnah serta menjauhi dari kesesatan dan
bid’ah. Pondok Tebu Ireng dan Jami’iyah NU keduanya adalah peninggalan yang baik.
KH. Hasyim Asy’ari wafat pada 7 Ramadhan 1366 H/ 25 Juli 1947. Hal ini terjadi setelah ia
mendengar berita dari Jendral Sudirman dan Bung Tomo, bahwa pasukan Belanda dibawah
Jendral Spoor telah kembali ke Indonesia dan menang dalam pertempuran di Singosari Malang
dengan meminta korban yang banyak dari rakyat biasa. Ia sangat terkejut dengan peristiwa ini
sehingga terkena serangan stroke yang menyebabkan meninggal dunia. Ia dinakamkan
dirumahnya Tebu Ireng, Jombang dipesantren yang telah dibangunnya.

DAFTAR PUSTAKA
Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Rajawali Press,1983), hal. 1
Greg Barton, Biografi Gus Dur: Biografi Resmi Abdurrahman Wahid, (Yogyakarta: LKIS,
2002), hal. 15.
Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai: Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng, (Malang: Kalimasada
Press, 1983), hal. 71.
 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di indonesia (Jakarta:
RajaGrafindo, 2005), hlm. 114.
 Kuniawan, Syamsul dan Mahrus Erwin, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam (Yogyakarta:
AR Ruzz Media, 2016), hlm. 209.
Hasyim Asy'ari, Etika Pendidikan Islam, Terjemahan (Yogyakarta: Titian Wacana, 2007),hlm. 2.
Arifin, Kepemimpinan Kyai , hlm. 72
 Abidin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, hlm. 114
 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta: QuantumMengajar,
2005), hlm. 215,
Mukhrizal, Arif, Dkk, Pendidikan Pos Modernisme, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016),hlm.
157,

Anda mungkin juga menyukai