Anda di halaman 1dari 16

KH.

Hasan Basri
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Dakwah

Dosen Pengampu : Prof.Dr.H. Murodi , M.A

Oleh: Kelompok 8

Zidan Ahmad Alfaien 11180530000035

Fajri Marhan 11180530000107

Konita Fazriah 11180530000106

Jihan Nabila 11180530000131

Andi M Fatah 11180530000137

Azmi Aditia 11180530000153

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya.
Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri judul ” Sejarah dan Biografi KH.Hasan
Basri’’Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka,
kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan,dan
kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.

Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa
memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi.
Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau
kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat
bagi semua pembaca.

Ciputat, 22 April 2020

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Biografi KH. Hasan Basri.....................................................................................................5
B. Pemikiran Pemikiran KH.Hasan Basri.................................................................................7
C. Karya Karya KH.Hasan Basri.............................................................................................10
D. Gerakan Dakwah KH.Hasan Basri.....................................................................................10
BAB III......................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai Orang yang ber pengetahuan,ulama tidak saja memiliki tanggung jawab
ilmiah dalam pengertian kesahihan dan validitas serta kredibilitas ilmiahnya,namun juga
tanggung jawab secara moral dan social budaya setempat,sebagaimana di tegaskan oleh
Nabi dalam sebuah hadis yang telah cukup di kenal bahwa ‘’ulama adalah sebagai
pewaris Nabi’’
Oleh karena itu,ulama dapat di artikan sebagai penjaga,penyebar dan
penginterpretasi ajaran ajara islam dan hukum islam,serta pemelihara kelanjutan
sejarah,spiritual keagamaan dan Intelektualitas Masyarakat islam.
Dalam hal ini,para ulama dan para kyai mempunyai pengaruh yang sangat besar
terlebih karena sifat pendidikan agama di pesantren,pondok,atau madarasah yang
mengarah pada orientasi vertical kalangan santri kepada gurunya,yang dalam filosofis di
artikan harus di ‘’gugu’’ dan di ‘’tiru’’. Menyebabkan pengaruh kewibawaan para ulama
dan kyai sangat besar.
Begitupun dengan KH.Hasan Basri yang sangat berpengaruh peranya terhadap
gerakan islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Biografi KH.Hasan Basri ?
2. Bagaimana Pemikiran KH.Hasan Basri ?
3. Apa saja Karya-Karya KH.Hasan Basri ?
4. Bagaimana Gerakan dakwah KH.Hasan Basri ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Biografi KH.hasan Basri
2. Mengetahui Pemikiran KH.Hasan Basri
3. Mengetahui Karya karya dari KH.Hasan Basri
4. Mengetahui Gerakan dakwah KH.Hasan Basri

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi KH. Hasan Basri

KH.Hasan Basri (lahir di Muara Teweh, Barito Utara, Kalimantan Tengah, 20 Agustus
1920 – meninggal di Jakarta, 8 November 1998 pada umur 78 tahun) beliau adalah Ketua
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1984-1990. juga seorang da’i dan pernah menjabat
Imam Masjid al-Azhar, Jakarta. Ia juga merupakan penggagas Bank Syariah di Indonesia.1

Sejak kecil, KH.Hasan Basri sudah gemar belajar membaca Alquran, serta
mempraktikkan ajaran dan ibadah Islam. ayahnya, Muhammad Darun, sudah meninggal dunia
saat Hasan Basri berusia tiga tahun,namun ia mendapatkan kasih dan sayang dari kakek nya yang
bernama haji Abdullah ayah dari ibunya. Sang ibu, Siti Fatmah membesarkannya bersama dua
saudaranya. Dia putra kedua dari tiga bersaudara.

Haji Abdullah yang berperan penting di masa kecil Hasan Basri punya andil yang sangat
besar dalam pembentukan kepribadian hasan basri,disamping memberikan keteladanan,ia juga
melakukan upaya nyata bagi kepentingan masa depan keluarganya,terlebih bagi cucunya yakni
Kh.Hasan Basri. Hasan Basri sering di latih oleh kakeknya untuk berpidato sehabis shalat
maghrib untuk menyampaikan kepada jamaah mengenai kegiatan yang di lakukan nya sepanjang
hari dan menceritakan pelajaran pelajaran yang di terima di sekolah pada hari itu secara
kronologis,dalam hal ini kakeknya senantiasa membimbing bagaimana bicara yang
sitematis,mudah di dengar,dam mudah di mengerti ,sama hal nya dengan mendidik hasan basri
untuk selalu mengingat atau menghafal pelajaran yang telah di terima.

Sebelum mulai sekolah,Kh.Hasan basri seperti hal nya anak anak di kampung pada
zaman dahulu,kala sore menjelang maghrib ramai ramai pergi ke masjid,dan setelah shalat
maghrib kemudian membaca al quran.Belajar membaca al quran merupakan pendidikan paling
Awal yang di terima oleh Kh.Hasan Basri.

1
KH Hasan Basri, Penggagas Bank Syariah di Indonesia Republika.co.id. Diakses 20 april 2020

5
Ketika hasan basri berusia 8 tahun ia di masukan oleh kakeknya ke sekolah yang pada
waktu itu bernama volkschool yaitu sekolah rakyat yang merupakan tingkat dasar di masa
colonial belanda.Di samping itu Hasan Basri juga di masukan oleh kakeknya ke Madrasah
Awaliyah Islamiyah (DAI)

Di sekolah DAI, dia belajar membaca Alquran, menulis dan membaca tulisan Arab, serta
mempraktikkan ajaran dan ibadah Islam. Dia murid yang cerdas, selalu menjadi yang terbaik.
Sehingga dia sangat disayang oleh gurunya yang memiliki nama sama dengan kakeknya, Haji
Abdullah. Bahkan ketika dia duduk di kelas tiga, gurunya mempercayainya mengajar di kelas
satu dan dua. Lulus dari Sekolah Rakyat. Hasan Basri meninggalkan desa kelahirannya untuk
melanjutkan sekolah di Banjarmasin. Ia melanjut ke Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah di
Banjarmasin (1935-1938).

Sekolah ini sudah menggunakan metode baru dalam sistem belajarnya.Dan di sini Hasan
basri mendapatkan latihan berpidato yang di sebut dengan Muhadhoroh. hal yang paling
mengesankan Bagi Hasan basri pada saat MTS ini adalah saat pertama kali nya ia bertemu
dengan Buya hamka.ulama yang sangat begitu terkenal pada saat itu dan sedang berkunjung ke
Banjarmasin.Dia sangat mengagumi ulama Muhammadiyah itu, apalagi setelah melihatnya
berceramah. Sejak itu lah, Hasan bercita-cita menjadi ulama seperti Buya Hamka.

Setamat MTs, dia melanjut ke Sekolah Zu'ama Muhammadiyah di Yogyakarta (1938-


1941). Sekolah ini bertujuan untuk mendidik kader ulama dan pemimpin.yang memiliki
pengetahuan agama dan umum sekaligus Mereka yang di didik di sini di harapkan setelah tamat
nanti selain memiliki pengetahuan agama juga mampu tampil menjadi pemimpin yang profesioal
.dan Kh.Hasan Basri telah menyelesaikan pendidikannya dengan baik.

Guru guru yang mengajar di sekolah zuama ini di antara nya adalah tokoh tokoh
terkemuka seperti KH.Mas Mansyur, KH.Farid Ma’ruf, Abdul kahar muzakir, KH.badawi dan
buya A.R.Sutan Mansur.2

Sesudah tamat, ia pun menikah di usia 21 tahun dengan Nurhani. Kendati masih
terbilang masih sangat muda, namun dia bersama sang istri, sudah berpikir lebih dewasa dari

2
Ramlan Mardjoned (ed).KH.Hasan Basri 70 tahun.hlm.16

6
usianya. Pasangan suami-isteri muda ini mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di
Marabahan,Kalimantan Selatan. Mereka berdualah yang menjadi gurunya. Namun,pada tahun
1944 madrasah itu ditutup karena situasi perang. Dia juga sempat mendirikan Persatuan Guru
Agama Islam di Kalimantan Selatan.

Selain itu, Hasan Basri juga sering pidato dan khutbah di masjid, serta ceramah di majlis
taklim. Hal ini yang membuatnya sangat dikenal luas di lingkungan masyarakatnya dan
mendorong Hasan Basri terjun ke gelanggang organisasi dan pergerakan politik. Sehingga Ia pun
aktif dalam partai Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang diikrarkan sebagai satu-
satunya partai politik Islam, kala itu.

Hasan Basri dan keluarga hijrah ke Jakarta, saat Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
terbentuk, dan dia terpilih menjadi anggota DPR mewakili provinsinya. Namun, tahun 1960
partai Masyumi dibubarkan oleh pemerintah.sehingga, dia sebagai anggota Pimpinan Pusat
Partai Masyumi tidak dapat lagi bergerak dalam politik. Gerak politik ulama dan pemimpin
Islam dipersempit, terutama setelah DPR-RI hasil pemilu yang pertama tahun 1955 dibubarkan
dengan Dekret Presiden Sukarno.

Setelah itu dia merasa tidak ada lagi organisasi politik yang cocok menyalurkan
pemikiran dan pandangan politik yang diyakininya. Maka, ia memutuskan untuk menekuni
pelayanan dakwah Langsung terjun ke tengah-tengah masyarakat, mengawal moral dan akidah
umat. Dan akhirnya Dia pun terpilih sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
pertama, sampai dia meninggal dunia dan digantikan oleh Prof KH Ali Yafie.

B. Pemikiran Pemikiran KH.Hasan Basri

Pemikiran-pemikran yang di maksud di sini adalah pemikiran K.H Hasan Basri dalam masalah
Aqidah, hukum Islam, Tasawwuf,dakwah,dan tentang ulama.

1. Tentang Akidah

Dari sejumlah tulisan nya  yang ada , tidak terdapat tulisan yang secara khusus membicarakan
masalah  aqidah. pemikiran K.H Hasan Basri mengenai masalah aqidah hanya terdapat dalam
bagian-bagian dari tulisan nya saja. Pemikran nya yang berkenaan  dengan masalah aqidah hanya

7
berkenaan dengan tiga hal, yaitu : tentang tauhid dan syirik, tentang hubungan iman dengan amal
dan pandangan nya terhadap ajaran aqidah ASWAJA (Ahlu Sunnah Wal Jama’ah).3

2. Tentang Hukum Islam

Dari sejumlah tulisan K.H Hasan Basri yang ada, hanya terdapat satu tulisan yang membicarakan
tentang hukum Islam.Tulisan tersebut berjudul “perlunya kompilasi hukum Islam”dalam tulisan
nya ini sebelum membicarakan tentang perlunya kompilasi hukum Islam di Indonesia,K.H Hasan
Basri mengatakan secara garis besar hukum Islam terbagi menjadi dua: 4

 Pertama hukum Islam yang secara jelas dan telah di jelaskan oleh nash Al-Qur’an atau
sunnah. Dimana nash-nash itu tidak mengandung pentakwilan.
 Kedua hukum Islam yang secara jelas dan tegas belum/ tidak di sebutkan oleh nash Al-
Qur’an atau sunnah, ia baru di ketahui setelah di gali melalui ijtihad para Imam mujtahid
hukum Islam kategori pertama terkenal dengan istilah syari’ah dan kategori hukum Islam
kedua di kenal dengan istilah fiqh.

3. Tentang Tasawwuf

Dalam berbagai tulisan K.H Hasan Basri yang ada, tidak terdapat tulisan nya yang secara khusus
membicarakan masalah tasawwuf. Yang terdapat hanya ia pernah menyinggung sepintas tentang
zuhud, Seperti yang di ketahui bahwa zuhud adalah termasuk Tasawuf,jadi dalam hal inilah
terdapat pembicaraan KH.Hasan Basri sepintas dalam masalah Tasawuf.

4. Tentang Dakwah

Pemikiran KH.Hasan Basri tentang Dakwah terdapat di dalam salah satu tulisan nya yang
berjudul “Proses dakwah dalam pembangunan islam di Indonesia” terdapat 3 hal yang ia
tekankan yaitu : Tentang metode Dakwah,tentang dakwah dalam menghadapi perubahan
Masyarakat,dan tentang dakwah masa depan.

5. Tentang Ulama

Sebagai orang yang banyak berkecimpung di Majlis Ulama Indonesia,KH.Hasan Basri banyak
mengemukakan pemikiran tentang ulama,di antara lain adalah :

3
DR.Hardriansyah.KH.Hasan basri,kajian biografis tokoh MUI Antasari press,Banjarmasin.2010.hlm.156
4

8
a) Tugas dan Fungsi Ulama
Ulama sebagai pewaris para nabi,menurut KH.Hasan basri ulama mempunyai tugas
tertentu ,di samping itu,ulama juga berkewajiban menjalankan fungsi keulamaan nya .
KH.Hasan Basri mempunyai pendapat dan pandangan tersendiri mengenai tugas dan
fungsi ulama .
b) Sifat Yang perlu di miliki ulama pemimpin umat
Menurut KH.Hasan basri ulama sebagai pewaris para nabi adalah merupakan pemimpin
umat dan ada beberapa sifat yang harus di miliki nya :
 Memiliki pengetahuan luas dan mendalan tentang ilmu agama
 Mampu mengamalkan ilmu nya (ajaran jaran islam) dan memiliki semangat
keagamaan islam yang tinggi
 Mempunyai pendirian yang tetap (istiqomah) terhadap imu dan keyakinan nya.
 Mampu mengajak dan mempengaruhi masyarakat agar penuh kesadaran dan
kemauan untuk memberikan sumbangan kepada Negara dan bangsanya
 Mampu memberikan jalan keluar dan kemudahan kepada masyarakat untuk
mengatasi permasalahan

Para ulama dan pemimpin umat juga harus memiliki sifat sifat kepemimpinan seperti kuat dalam
akidah,adil dan jujur,berpandangan luas,dan tidak fanatic golongan,mencintai dan
mengutamakan kepentingan umat dari pada kepentingan pribadi.mampu menumbuhkan kerja
sama dan solidaritas sesame umat, ikhlas dan bertanggung jawab serta memiliki sifat
sifatkepemimpinan lainya.

c) Peranan ulama dalam pembangunan

Menurut KH.Hasan Basri sejarah memberi petunjuk bahwa pergerakan dan perjuangan bangsa
indonesia tidak pernah lepas dari peranan ulama dan pemimpin umat.Dengan penuh ke ikhlasan
dan kesungguhan mereka membimbing dan memimpin umat agar menjadi insan yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah serta memperoleh kesejahteraan hidup lahir dan batin di dunia
maupun di akhirat

Dalam era pembangunan sekarang ini,menurut KH.Hasan Basri ada tiga hal penting yang harus
di perhatikan oleh pemimpin dan ulama yaitu :

9
 Memberikan bimbingan dan binaan kepada umat dalam melaksakan ajaran agama islam
dengan baik dan benar
 Memberikan penerangan dan motifasi keagamaan dalam pelaksanaan pembangunan
 Memeberikan petunjuk dan pengarahan kepada umay dalam menghadapi tantangan
zaman agar mereka tetap tegak secara islami di tengah tengah modernisasi.

C. Karya Karya KH.Hasan Basri

Menulis merupakan bagian aktivitas terpenting KH.Hasan Basri dalam


Hidupnya,melihat tulisan tulisan nya yang ada dapat di ketahui bahwa menulis adalah
aktivitas yang banyak di lakukan KH.Hasan Basri pada masa masa sesudah tahun 1975 an
sampai masa menjelang akhir hayatnya di tahun 1998.

Tulisa tulisan KH.Hasan basri hampir semuanya berupa Artikel,sebagian besar dari
tulisan tulisan nya di muat di majalah bulanan Mimbar Ulama yang di terbitkan oleh Majelis
Ulama Indonesia pusat.Dan sebgian lainya di muat di Koran harian merdeka ,majalah suara
masjid,Koran harian suara karya,majalah mihrab,serial khutbah jumat,Koran harian terbit,dan
Koran harian pikiran rakyat

Sebanyak 39 judul di temukan di majalah bulanan mimbar utama,12 judul di temukan


di harian merdeka,3 judul dalam majalah suara masjid,3 judul pada harian suara karya,1 judul
pada majalah mihrab,1 judul pada serial khutbah jumat,1 judul pada harian terbit,dan 1 judul
pada harian pikiran rakyat.

D. Gerakan Dakwah KH.Hasan Basri

Sebelum terjun ke politik, Hasan Basri sudah dikenal sebagai dai muda berbakat.
Pengetahuan dan pergaulannya bertambah luas lantaran sempat tinggal di Yogyakarta pada 1938
hingga 1941 untuk meneruskan studi sekaligus menimba ilmu dari ahli-ahli agama di kota
kelahiran Muhammadiyah .

Menjelang kedatangan Jepang, Hasan Basri pulang ke Borneo., Hasan bersama istrinya
mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di Marabahan, Kalimantan Selatan. Ia juga
sempat membentuk Persatuan Guru Agama Islam. Sayang, madrasah rintisannya itu ditutup oleh

10
pemerintah pendudukan Jepang.Pasca-kemerdekaan dan setelah masa perang revolusi fisik
mereda, Hasan hijrah ke Jakarta. 5

Di ibukota, ia bergabung dengan Masyumi dan kemudian terpilih sebagai anggota


parlemen pada 1950.Namun, Presiden Sukarno memerintahkan pembubaran Masyumi pada 1960
karena diduga memberikan dukungan terhadap PRRI yang melawan pemerintah pusat. Hasan
kecewa bukan kepalang. Ia merasa karier politiknya tamat saat itu juga.Hasan pun memutuskan
mundur dari gelanggang politik dan kembali ke jalur syiar Islam. Beberapa tahun kemudian, ia
mendirikan Ikatan Masjid Jakarta (IMJ) dan terpilih sebagai Ketua Ikatan Masjid Indonesia
(IKMI) pada 1984 Hasan Basri Ia sempat menjadi imam besar Masjid Agung Al-Azhar Jakarta,
posisi yang sebelumnya pernah diisi Buya Hamka.6

Dua ulama beda generasi ini juga pernah sama-sama menggawangi MUI. Ketika MUI
dibentuk pada 26 Juli 1975, Buya Hamka terpilih sebagai ketua, sementara Hasan Basri menjadi
salah satu pimpinan.Di masa itu, Hasan Basri ibarat perisai bagi Buya Hamka. Pada 1981,
misalnya, ketika MUI mengeluarkan fatwa bahwa haram hukumnya bagi umat Islam
mengucapkan selamat Natal dan ikut merayakannya. Tak pelak, pro-kontra segera
menyeruak.Hasan Basri langsung tampil ke muka untuk memberikan klarifikasi terkait fatwa
tersebut. Ia menjelaskan bahwa fatwa itu semata-mata untuk menjaga kerukunan hidup
beragama, sekaligus memurnikan akidah masing-masing agama.7

Publik tidak puas dengan penjelasan Hasan Basri tersebut. Ditambah lagi desakan dari
pemerintah Orde Baru kepada MUI agar segera mencabut fatwa dengan alasan berpotensi
mengancam stabilitas nasional. Namun, Buya Hamka tetap bersikukuh dan memilih mundur dari
posisi ketua umum

 Perintis Bank Tanpa Bunga

Posisi Buya Hamka kemudian digantikan sementara oleh K.H. Syukri Ghozali hingga masa
jabatannya usai. Setelah itu, giliran Hasan Basri yang terpilih sebagai Ketua MUI sejak 1984.

5
M.yunan yusuf Ensiklopedia muhamadiyah (2005) hlm.59
6
Risalah islamiyah.rahmat bagi alam semesta.(1989:210)
7
M.fuad nasar islam dan muslim di Negara pancasila (2017) hlm.115

11
Salah satu gebrakan yang dilakukan Hasan Basri semasa memimpin MUI adalah gagasan
pendirian bank syariah. Banyak umat Islam yang bertany a kepadanya mengenai bunga bank yang
oleh sebagian kalangan dianggap haram.8 Mendengar keluhan tersebut hasan basri langsung
menindak lanjuti nya dengan menggelar seminar bertajuk “ Bank tanpa bunga “ acara ini di
hadiri oleh para pakar ekonomi,pejabat bank Indonesia,menteri serta kaum ulama.Hasil seminar
ini di bawa ke Munas MUI yang di gelar di Jakarta pada tanggal 22-25 agustus 1990 munas ini
sekaligus memilih kembali hasan basri untuk terus memimpin MUI salah satunya agar rencana
pendirian bank islam dapat terwujud.9
Dan dari sinilah perjuangan hasan basri lewat sosial kemasyarakatan dimulai. beliau
sangat prihatin melihat kondisi perbankan yang marak dengan ‘bunga riba’, sehingga timbulah
sebuah gagasan untuk menanggulangi masalah ini. Meski tanpa latar belakang politik lagi,
melalui dakwah-dakwahnya beliau selalu menghimbau tentang larangan renternir, riba, serta
bunga bank yang diharamkan dalam Islam.
Hasan Basri,selaku KetuaUmum MUI membawakan masalah itu ke Munas MUI yang di
adakan akhir Agustus 1991.Munas MUI itu memutuskan agar MUI mengambil prakarsa
mendirikan bank tanpa bunga.Untuk itu, di bentuk kelompok kerja yang diketuai oleh Sekjen
MUI waktu itu HS Prodjokusumo. Dilakukan lobi melalui BJ Habibie sampai akhirnya Presiden
Soeharto menyetujui didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI).Bank Islam yang terbentuk
disepakati bernama Bank Muamalat Indonesia (BMI). "Muamalat" dalam istilah fiqih berarti
hukum yang mengatur hubungan antar manusia. Nama alternatif lain yang muncul pada masa
pembentukan itu adalah Bank Syariat Islam. Namun mengingat pengalaman pemakaian kata
'syariat islam' pada Piagam Jakarta, akhirnya nama itu tidak dipilih. Nama lain yang diusulkan
adalah Bank Muamalat Islam Indonesia. Presiden Soeharto kemudian menyetujui nama terkahir
dengan menghilangkan kata "Islam”
Akhirnya pada tanggal 1 November 1991, lahirlah bank yang benar-benar bersih tanpa
bunga dan mengikuti aturan syariah dalam Islam yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI).
Dari sinilah KH. Hasan Basri mengabdikan dirinya ditengah - tengah masyarakat yang
membutuhkan kebenaran dan perkara yang tidak dilarang oleh agama. Hingga saat ini Bank
Pakto berkembang dengan pesat serta tidak kalah dengan bank-bank lainnya.

8
Mimbar ulama (2017:17)
9
Nur hidayat sardini ,60 tahun jimly Asshidiqie :sosok kiprahdan pemikiran 2016:ix

12
Hasan Basri juga ditunjuk menjabat sebagai Presiden Direktur BMI .Selain aktif di
MUI dan BMI, Hasan Basri juga menjadi anggota Komisi Nasional untuk Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) sejak 1993. Posisi ini masih diemban sang kiai hingga wafat pada
8 November 1998 pada usia 78 tahun.

 Fatwa yang di keluarkan KH. Hasan Basri


Fatwa MUI tentang HIV, AIDS, dan ODHA. Mungkin kita bisa memaklumi bahwa
fatwa MUI tentang AIDS yang dikeluarkan pada 30 November 1995 di Bandung sudah tidak
up to date lagi. Namun faktanya, fatwa ini masih dipublikasikan hingga saat ini dan masih
layak kita rujuk sebagai referensi. Memang, hingga saat ini belum ada lagi fatwa MUI yang
lebih baru mengenai isu ini.
Pada 1995, Departemen Agama (DEPAG) Republik Indonesia bersama dengan
UNICEF dan MU yang saat itu dipimpin oleh K.H. Hasan Basri mengeluarkan beberapa
butir fatwa terkait dengan pencegahan AIDS di Indonesia, termasuk pendirian forum yang
diberi nama Mudzakarah Nasional Ulama Tentang Penanggulangan Penularan HIV-AIDS.
Secara keseluruhan, fatwa ini bernama Tadzkirah Bandung yang terdiri dari tiga poin
utama. Pertama, mengenai dasar teologi HIV & AIDS yang dipahami oleh MUI. Kedua,
mengenai peran MUI untuk mendidik masyarakat sehubungan dengan HIV & AIDS. Ketiga,
beberapa rekomendasi MUI untuk komisi fatwa.

 Kritik Konstruktif terhadap MUI


Majelis Ulama Indonesia merupakan mitra spesial Pemerintah dalam pembangunan
terutama pembangunan moral masyarakat. Majelis ulama Indonesia MUI merupakan organisasi
mitra spesial Pemerintah sehingga kami senantiasa membuka pintu, baik kritik maupun saran
konstruktif dari MUI untuk kemajuan  daerah.   
MUI menjadi salah satu bukti komitmen organisasi yang dinamis dan inovatif sekaligus
wahana silaturrahmi yang dapat meningkatkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan pengurus
MUI dan alim ulama. Situasi di era globalisasi sekarang ini, pengetahuan dan teknologi telah
menimbulkan berbagai dampak negatif terutama kepada generasi muda.
Nilai-nilai agama telah mengalami penyusutan, moralitas generasi menurun sehingga
para ulama mendapat tantangan besar untuk dapat meluruskannya kembali. Menghadapi

13
tantangan ini perlu dilakukan pembinaan dan bimbingan lebih intensif terhadap segenap umat
beragama terutama generasi muda agar tidak terjerumus pada kesesatan hingga kehilangan masa
depan.
Terhadap hal tersebut saya rasa tugas MUI jauh lebih besar terutama  bertanggung jawab 
menciptakan umat berkualitas yang diwujudkan dalam cara bersikaf dan berperilaku sesuai
norma agama dan keluhuran budaya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

KH.Hasan basri yang dimana hidupnya di kenal sebagai tokoh ulama nasional
terkemuka di kalangan ulama pada Majelis Ulama Indonesia,sosok ulama yang memiliki
beberapa keistimewaan di antaranya yang paling nampak adalah ia sebagai ulama serta
keulamaan nya mendapakatkan pengakuan dari masyarakat,ia termasuk kategori ulama
yang memanfaatkan ilmunya bagi dirinya sendiri sendiri dan juga bagi orang lain.

Sebagai intelektual dalam pengertian banyak mengeluarkan dan menyumbangkan


pemikiran pemikiranya tertama melalui sejumlah tulisan yang di hasilkan nya,sebagai
pemimpin dalam pengertian seorang tokoh yang banyak menduduki posisi pimpinan di
beberapa organisasi atau lembaga baik keagamaan maupun kemasyarakatan dan terutama
di majelis Ulama Indonesia.

KH.Hasan basri memiliki karakteristik keulamaan,pemikiran,kepemimpinan


tersendiri,dalam hal keulamaan ia tidak menempatkan diri sebagai ulama golongan atau
kelompok tertentu,ia merupakan figur ulama yang dapat berada di semua golongan
terutama umat islam yang berada di tanah air ini ,dalam pemikiran terutama keagamaan
ia selalu berfikiran yang moderat,selalu menghargai,menghormati,pemikiran dan
pendapat orang lain meskipun berbeda dengan pendapat nya sendiri..

15
DAFTAR PUSTAKA

DR.Hadariansyah,(2010).KH.Hasan basri kajian biografis tokoh MUI.Antasari


press,Banjarmasin.

Ramlan Mardjoned (ed).(1990) KH.Hasan Basri 70 tahun

Biodata KH.Hasan Basri dalam bukunya Risalah islamiyah bagi alam semesta

M.fuad nasar islam dan muslim di Negara pancasila (2017)

16

Anda mungkin juga menyukai