Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
ASMAUL FAUZI’AH (20210880260152)
2023
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas taufif dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “tokoh-tokoh nu (kh. bisri
syansuri, kh. rasnawi, kh. ridwan abdullah, kh. mas alwi). Shalawat serta salam
senantiasa kita dengung sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan sahabat serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita
termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Hanya kata syukur yang bisa penulis sampaikan sehingga makalah yang
menjadi tugas mata kuliah aswaja atau ke-nuan bisa terselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hatinya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Zainal Arifin M.pdi selaku ketua sekolah tinggi agama islam
miftahul’ula
2. Bapak Muhammad Umar Fauzi, M.Pd.I selaku dosen pengampu
mata kuliah Aswaja atau ke-nuan
3. Ayah dan bunda sebagai inspirasi serta motivasi bagi penulis.
4. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran senantiasa kami harapkan agar
makalah ini dapat lebih ditingkatkan kedepannya.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
A. KH. Bisri Syansuri.................................................................................................4
B. KH. Rasnawi..........................................................................................................9
C. KH. Ridwan Abbdullah........................................................................................12
D. KH. Mas Alwi......................................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kiai merupakan tokoh masyarakat atau ulama yang menjadi panutan
sebagai tempat bertanya serta belajar ilmu agama. keberadaan kiai sangat
esensial bagi pesantren maupun masyarakat. Kiai dalam pesantren
biasanya sebagai pengelola, pengasuh maupun figur tunggal pemilik suatu
pesantren.Menurut Zamakhsari Dhofir, kiai adalah gelar yang diberikan
oleh masyarakat kepada orang yang ahli agama Islam serta memilik atau
menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitabkitab klasih (kuning)
kepada santrinya.Sebagai sosok yang diberi predikat ahli agama oleh
masyarakat, keberadaan kiai laksana seorang pemimpin yang sentral.
Idealnya, kiai berperan sebagaiUlil Amri dan Khadimul Ummah. Sebagai
Ulil Amri, kiai bertanggungjawab penuh terhadap segala persoalan yang
muncul di tengah masyarakat, sehinggan harus berusaha bersikap adil
untuk melindungu masyarakat, terutama kaum mustadh’afin. Sementara
sebagai khadimul ummah, kiai memiliki orientasi melayani masyarakat
berkelindan melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Penulisan memiliki beberapa rumusan masalah yang akan di kaji
dalam makalah ini ialah :
C. Tujuan
Penulis juga memiliki beberapa tujuan yaitu :
3
1. Untuk mengetahui profil, sejarah dan pengalaman KH. Bisri
Syansuri
2. Untuk mengetahui profil, sejarah dan pengalaman KH. Rasnawi
3. Untuk mengetahui profil, sejarah dan pengalaman KH. Ridwan
Abdullah
4. Untuk mengetahui profil, sejarah dan pengalaman KH. Mas Alwi
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Syansuri dilahirkan di Kecamatan Tayu, Pati, Jawa Tengah, tanggal 18
September 1886. Ayahnya bernama Syansuri dan ibunya bernama Mariah.
Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ia memperoleh pendidikan
awal di beberapa pesantren lokal, antara lain pada KH Abdul Salam di
Kajen, KH Fathurrahman bin Ghazali di Sarang Rembang, Syaikhona
Muhammad Kholil di Bangkalan, dan KH Hasyim Asy'arie di Tebu
Ireng, Jombang. Saat belajar tersebut ia juga berkenalan dengan rekan
sesama santri, Abdul Wahab Chasbullah, yang kelak juga menjadi tokoh
NU.2
2. Pengabdian di NU
KH. Bisri Syansuri termasuk salah seorang Kiai yang hadir dalam
pertemuan 31 Januari 1926 di Surabaya, saat para ulama menyepakati
berdirinya organisasi NU. KH. Bisri Syansuri duduk sebagai A’wan
(anggota) Syuriah dalam susunan PBNU pertama kali itu. Sejak KH.
Hasyim Asy’ari wafat pada tahun 1947, jabatan Rais Akbar dihapuskan,
diganti dengan Rais ‘Aam. Posisi itu dijabat oleh KH. Abdul Wahab
Chasbullah, di mana KH. Bisri Syansuri i ditetapkan sebagai wakilnya.
Tahun 1971 ia menggantikan KH. Abdul Wahab Chasbullah sebagai Rais
‘Aam sampai akhir hayatnya.3
6
beberapa pesantren lokal, antara lain pada KH Abdul Salam di Kajen, KH
Fathurrahman bin Ghazali di Sarang Rembang, Syaikhona Muhammad
Kholil di Bangkalan, dan KH Hasyim Asy'arie di Tebu
Ireng, Jombang. Saat belajar tersebut ia juga berkenalan dengan rekan
sesama santri, Abdul Wahab Chasbullah, yang kelak juga menjadi tokoh
NU.
3. Pendidikan
Semasa kecil, KH. Bisri Syansuri belajar pada KH. Abd Salam,
seorang ahlidan hafal al-Qur’an dan juga ahli dalam bidang fiqih. Atas
bimbingannya beliau belajar ilmu nahwu, saraf, fiqih, tasawuf, tafsir,
hadits. Gurunya itu dikenal sebagai tokoh yang disiplin dalam
menjalankan aturan-aturan agama. Watak ini menjadi salah satu
kepribadian Bisri yang melekat di kemudian hari. Sekitar usia 15 tahun,
KH. Bisri Syansuri mulai belajar ilmu agama kepad kedua tokoh agama
yang terkenal pada waktu itu yaitu KH. Kholil Kasingan Rembang dan
KH. Syu’aib Sarang Lasem. Kemudian ia melanjutkan berguru
kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Di pesantren inilah beliau kemudian
bertemu dengan KH. Abdul Wahab Hasbullah, seorang yang kemudian
menjadi kawan dekatnya. Setelah berguru kepada Syaikhona Kholil,
KH. Bisri Syansuri kemudian berguru kepada Hadratussyekh KH. Hasyim
Asy’ari di Tebuireng. Di pesantren itu, beliau belajar selama 6 tahun.
Beliau memperoleh ijazah dari gurunya untuk mengajarkan kitab-kitab
agama yang terkenal dalam literatur lama mulai dari kitab fiqih Al-Zubad
hingga ke kitab-kitab hadits seperti Bukhari dan Muslim. Ia kemudian
mendalami pendidikannya di Mekkah dan belajar ke pada sejumlah ulama
terkemuka antara lain Syekh Muhammad Baqir, Syekh Muhammad Sa'id
Yamani, Syekh Ibrahim Madani, Syekh Jamal Maliki, Syekh Ahmad
Khatib Padang, Syekh Syu'aib Daghistani, dan Kiai Mahfuz
Termas. Ketika berada di Mekkah, Bisri Syansuri menikahi adik
perempuan Abdul Wahab Chasbullah. Di kemudian hari, anak perempuan
7
Bisri Syansuri menikah dengan KH Wahid Hasyim dan menurunkan KH
Abdurrahman Wahid dan Ir.H. Solahuddin Wahid. Sepulangnya dari
Mekkah, dia menetap di pesantren mertuanya di Tambak Beras, Jombang,
selama dua tahun. Ia kemudian berdiri sendiri dan pada 1917 mendirikan
Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif di Denanyar, Jombang. Saat itu, Bisri
Syansuri adalah kiai pertama yang mendirikan kelas khusus untuk santri-
santri wanita di pesantren yang didirikannya.4
4. Riwayat
4
KH. Abdurrahman Wahid, Khazanah Kiai Bisri Syansuri: Pencinta Fiqh Sepanjang Hayat
(Jakarta: Pensil 324, 2010).
8
Persinggungannya dengan politik praktis diawali ketika KH. Bisri
Syansuri bergabung dengan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
mewakili Masyumi, KH. Bisri Syansuri menjadi anggota Dewan
Konstituante dan puncaknya ketika dipercaya menjadi Ketua Majelis
Syuro PPP. Hasil pemilu 1955 mengantarkan dirinya menjadi anggota
Konstituante, sampai lembaga itu dibubarkan oleh Presiden Soekarno
lewat dekrit Presiden 5 Juli 1959. Hasil Pemilu 1971 mengantarkan
KH. Bisri Syansuri kembali duduk sebagai anggota DPR RI dari unsur
NU. Jabatan itu dipegangnya sampai beliau wafat.5
B. KH. Rasnawi
1. Profil
KH. M. Arwani Amin Said lahir pada hari Selasa Kliwon pukul
11.00 siang tangga l5 Rajab 1323 H bertepatan dengan 5 September 1905
M di kampung Kerjasan Kota Kudus Jawa Tengah. Beliau merupakan
putra dari pasangan H. Amin Said dan Hj.Wanifah. Nama asli beliau
sebenarnya Arwan. Tambahan “I” di belakang namanya menjadi “Arwani”
itu baru dipergunakan sejak kepulangannya dari Haji yang pertama pada
1927. Sementara Amin bukanlah nama gelar yang berarti “orang yang bisa
dipercaya”. Tetapi nama depan Ayahnya; Amin Sa’id. KH. Arwani Amin
adalah putera kedua dari 12 bersaudara. Saudara-saudara beliau secara
berurutan adalah Muzainah, Arwani Amin, Farkhan, Sholikhah, H. Abdul
Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in, Ahmad Malikh, I’anah, Ni’mah,
Muflikhah dan Ulya. Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan
Mbah Arwani dan saudara-saudaranya adalah berkat orangtuanya yang
5
KH. Abdussalam Shohib, dkk, Kiai Bisri Syansuri; Tegas Berfiqih, lentur bersikap (Surabaya:
Pustaka Idea, 2015).
6
Abdurrahman, Syarif (2021-10-23). ‘’Makam Ulama Jombang, Nomor Dua Tokoh Hebat’’
9
senang membaca al-Qur’an. Di mana orangtuanya selalu menghatamkan
membaca al-Qur’an meski tidak hafal. Selain barokah, orang tuanya yang
cinta kepada al-Qur’an, KH. Arwani Amin sendiri adalah sosok yang
sangat haus akan ilmu. Ini dibuktikan dengan perjalanan panjang beliau
berkelana ke berbagai daerah untuk mondok, berguru pada ulama-
ulama.Semasa hidupnya beliau juga mengajarkan Thariqat Naqsabandiyah
Kholidiah yang pusat kegiatannya bertempat di mesjid Kwanaran. Beliau
memilih tempat ini karena suasana di sekeliling cukup sepi dan sejuk.
Disamping itu tempatnya dekat perumahan dan sungai Gelis yang airnya
jernih untuk membantu penyediaan air untuk para peserta kholwat.7
2. Pendidikan
7
silsilah sanad guru KH. M. Arwani Amin Said (Mbah Arwani Kudus)
10
Pada masa remajanya dihabiskan untuk menuntut ilmu mengembara dari
pesantren ke pesantren. Tidak kurang dari 39 tahun hidup beliau
dihabiskan untuk menuntut ilmu dari kota ke kota yang dimulai dari
kotanya sendiri yaitu Kudus. Kemudian dilanjutkan ke Pesantren Jam
saren Solo, tebuireng jombang" Pesantren TebuIreng Jombang, Pesantren
al-Munawir Krapyak Yogyakarta dan diakhiri di Pesantren Popongan
Klaten.
3. Riwayat
Sa’id dan Hj. Wanifah pada Selasa Kliwon, 5 Rajab 1323 H., bertepatan
11
tanggal 10 Oktobrr 1957 M. Dan dalam Muktamar NU 1979 di Semarang
nama tersebut diubah menjadi Jam’iyyah Ahl ath-Thariqat al-Mu’tabarah
an-Nahdliyyah (JATMAN).
1. Profil
12
2. Pendidikan
3. Riwayat
Selain dikenal sebagai kiai yang alim, KH. Ridwan Abdullah juga
dikenal sebagai ulama yang memiliki keahlian khusus dibidang seni lukis
dan seni kaligrafi. Salah satu karya beliau adalah bangunan Masjid
13
Kemayoran Surabaya. Kelak, dari tangan beliau, lambang Nahdlatul
Ulama’ yang kita kenal sampai hari ini lahir dan melegenda.
1. Profil
KH. Mas Alwi Abdul Aziz lahir pada sekitar tahun 1890-an di
Surabaya. Beliau merupakan putra dari KH. Abdul Aziz yang masuk
dalam keluarga besar Ampel, Surabaya.
2. Pendidikan
3. Riwayat
14
kemudian pindah ke Muhammadiyah. Kiai Mas Alwi Abdul adalah salah
satu pendiri Nahdlatul Ulama bersama Kiai Abdul Wahab
Hasbullah dan Kiai Ridlwan Abdul dan lainnya, yang ketiganya bergerak
secara aktif sejak NU belum didirikan. Beliaulah yang pertama
mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. Kiai Mas Alwi Abdul merupakan
putra Kiai besar kala itu, yaitu KH. Abdul Aziz yang masuk dalam
keluarga Ampel, Surabaya. Beliau pernah belajar di pesantren Syikhona
Kholil Bangkalan, Madura. Kemudian melanjutkan ke pondok pesantren
Siwalan Panji, Sidoarjo lalu kemudian di Mekkah.
Tidak ditemukan data pasti mengenai kapan wafatnya Kiai Mas Alwi.
Namun di batu nisan makam tertulis bahwa Beliau wafat di 55 tahun.
Beliau dimakamkan di pemakaman Rangkah, Surabaya. Berada di gang
kecil seberang makam pahlawan Nasional pencipta lagu kebangsaan yaitu
W.R Supratman.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam proses pembuatan makalah penulis menggunakan sumber-
sumber yang relevan dan mengandalkan ilmu yang penulis dapatkan, maka
menyimpulkan bahwa Kyai adalah gelar kehormatan yang diberikan oleh
masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi
pemimpin disuatu pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada
para santrinya. Selain gelar kyai, ia juga disebut seorang 'alim. Peran Kyai
menggunakan fungsinya dengan baik saling memberikan manafaat kepada
sesama, dimana sebagai tokoh agama sering memberikan pengajaran
pengajian dan ceramah agama sehingga tidak menutup kemungkinan
seorang kyai menjadfi sentral perhatian dan dijadikan panutan oleh
keluarga santri alumni dan masyarakatnya.
B. Saran
Dari pembahasan diatas, Penelitian terbagi menjadi dua aspek yaitu
aspek teoritis dan aspek akademis. Manfaat secara aspek teoritis berguna
untuk memberikan kontrbusi terhadap teori dan perkembangan ilmu
pengetahuan di dunia akademik. Sementara manfaat secara praktis yaitu
berguna untuk memberikan kontribusi praktis dari peneliti kepada objek
yang diteliti.
16
DAFTAR PUSTAKA
KH. Abdussalam Shohib, dkk, Kiai Bisri Syansuri; Tegas Berfiqih, lentur
bersikap (Surabaya: Pustaka Idea, 2015).
https://www.laduni.id/silsilah/58582/biografi-kh-ridwan-abdullah.html?
relasi=guru di akses pada tangaal 14 Mei 2023
https://www.laduni.id/silsilah/58197/biografi-kh-mas-alwi-abdul-
aziz.html?relasi=guru di akses pada tanggal 14 Mei 2021
17