Anda di halaman 1dari 23

KLIPING BIOGRAFI

“TOKOH-TOKOH AGAMA”

DISUSUN OLEH :
NAMA : FADHAN MUHNISA
NO : 11
KELAS : X TBSM 1

SMK MA’ARIF 2 TEMON


 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan kliping Biografi Tokoh-Tokoh Agama ini dengan baik. Karena dengan
izin-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan kliping ini, walaupun masih banyak
kekurangan.
Kami ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu guru yang telah membimbing
kami. Besar harapan kami, kehadiran kliping ini dapat memberikan kontribusi bagi
terselenggaranya pendidikan yang berkualitas serta mendorong siswa untuk menjadi
generasi berprestasi.
Kami menyadari dalam penyusunan kliping ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu dengan kerendahan hati, kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak
untuk/memperbaiki kliping ini sehingga menjadi lebih baik.

Temon, 18 Juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
1. Biografi K.H. Hasyim Asy’ari.............................................................................1
2. Biografi KH Maimun Zubair (Mbah Moen)........................................................4
3. Biografi KH Ma’ruf Amin...................................................................................7
4. Biografi KH Ahmad Dahlan ..............................................................................11
5. Biografi Habib Luthfi...........................................................................................16
Daftar Pustaka............................................................................................................19

iii
K.H. HASYIM ASY’ARI

K.H Hasyim Asy’ari merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia yang ditetapkan
langsung oleh peresiden pertama suekarno tahun 1964.
Beliau putra dari Kyai Asy’ari dan Ibu Halimah sebagai anak ke-3 dari 11 bersaudara.
Beliau juga merupakan kakek dari salah satu presiden Indonesia, yaitu K.H Abdurrahman
Wahid atau dikenal dengan nama Gusdur.
Beliau mempunyai empat orang istri dari keturunan para Ulama Indonesia, yang bernama,
Khadijah, Nafiqah, Nafisah, dan Masrurah.
Dari hasil pernikahannya itu, beliau dikaruniai 15 orang anak, diantaranya:
1. Wahid Hasyim. 9. Fatimah.
2. Muhammad Ya’kub. 10. Khadijah.
3. Mashrurah. 11. Aisyah.
4. Abdul Hakim. 12. Hannan.
5. Azzah. 13. Abdullah.
6. Ubaidillah. 14. Muhammad Yusuf.
7. Khoiriyyah. 15. Abdul Qodir.
8. Abdul Karim.

Beliau lahir di desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur
pada tanggal 14 Februari 1871 tepatnya tanggal 21 juli 1947.
Beliau wafat pada tanggal 25 Juli 1947 dan dikebumikan di Tebuireng, Jombang.

1
Semasa hidupnya, KH Hasyim Asy’ari dikenal sebagai orang yang cerdas, maka tak heran
jika di usianya yang masih 13 tahun, beliau sudah bisa memahami kitab-kitab klasik yang
diajarkan oleh sang ayah yaitu Kyai Asy’ari.
Di usianya tersebut, beliau juga dipercaya untuk membantu ayahnya mengajar santri-santri di
Pondok Pesantren Jombang.
Setelah beberapa tahun berselang, Hasyim Asy’ari muda mulai pergi belajar mencari ilmu ke
beberapa Pondok Pesantren di Indonesia.
Dan salah satu guru besar beliau adalah Kyai Kholil Bangkalan, Madura.
Selain mondok di beberapa pesantren di Indonesia, beliau juga pernah menempuh pendidikan
di luar negeri seperti di kota Makkah, Arab Saudi.
Di sana, beliau di bimbing langsung oleh Guru Besar Kyai Mahfudh At-tirmisi yang juga
mengajarkan ilmu talqin tarekat Qadiriah Wa Naqsabandiah.

Kontribusi K.H Hasyim Asy’ari Sebagai Tokoh Pendiri NU


Perjuangan beliau dalam mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama dan Nusantara tentu
tidaklah mudah, beliau menghabiskan waktu serta perjalanan yang cukup panjang dalam
perjuangannya.
Dengan berbagai pemahaman yang berbeda, pertimbangan-pertimbangan, serta menunggu
izin dari guru besarnya yang ada di Bangkalan, Madura (Kyai Kholil Bangkalan), merupakan
salah satu faktor yang menjadi tertundanya pendirian Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Setelah beliau menerima isyarat dari santri yang diutus oleh Kyai Kholil Bangkalan yang
juga merupakan salah satu jawaban dari istikharahnya beliau, akhirnya pada tanggal 31
Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) Jam’iyyah Nahdlatul Ulama resmi didirikan.
Sebagai tokoh pendiri NU dan juga merupakan Rais Akbar NU di tahun 1926 sampai 1947,
kontribusi KH Hayim Asy’ari sangat dirasakan oleh seluruh Nahdhliyyin.
Dan pada saat muktamar NU tahun 1930, kobstribusi beliau terhadap NU dibuktikan dengan
tulisannya tentang Anggaran Dasar NU yang dikenal dengan Qannun al-Asaasii Jami’iyat
Nahdlatul Ulama.
Dalam kitab tersebut dijelaskan beberapa hal terkait undang-undang dasar organisasi NU
dalam hal mempersatukan umat islam di Indonesia.
Adapun ringkasan dari Anggaran Dasar NU tersebut, meliputi tiga hal utama yang menjadi
catatan penting, antara lain:
1. Saling mengenal satu sama lain.
2. Adanya kemauan ingin bersatu.
2
3. Mempunyai sifat saling mengasihi, bersimpati, dan toleransi.
Pemikiran-pemikiran beliau kemudian dituangkan dalam wadah organisasi NU, yang
bertujuan untuk memperkuat Ukhuwah Islamiyah antar organisasi.
Mengutamakan saling toleransi, menghilangkan sifat fanatisme, serta menolak paham-paham
radikalisme yang berniat memecah belah bangsa, agama serta negara.
Kontribusi beliau terhadap NU, tidak lain adalah untuk menegakkan syariat Islam di
Indonesia tampa harus menghilangkan prinsip dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Beliau adalah ulamak yang mempunyai sifat patriotisme dan nasionalisme yang religius.
Dengan wadah organisasi NU, KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan sebuah fatwa untuk
perjuangan membela dan mempertahankan kemerdekaan NKRI.
Fatwa tersebut juga merupakan Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 oktober
1945 di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.
Dalam fatwa Resolusi Jihad tersebut, setidaknya ada tiga hal penting, yaitu:
 Hukum melawan penjajah demi membela Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), adalah suatu kewajiban (Fardlu’ain) bagi setiap umat Islam baik laki-laki
maupun perempuan dalam radius 90 km.
 Tingkatan derajat dalam berjihad melawan penjajah merupakan jihad fisabilillah, dan
bagi para pejuang yang gugur dalam melawan penjajah termasuk mati syahid.
 Dan jika ada salah seorang dari bangsa ini yang mengkhianati negara serta, maka
sama halnya dia telah menjadi kaki tangan penjajah (penghianat), dan bagi mereka wajib
hukumnya untuk dibunuh.

3
KH MAIMUN ZUBAIR (MBAH MOEN)

Ia dikenal sebagai kiai atau ulama kharismatik dari Indonesia. Selain menjadi seorang ulama,
ia juga dikenal sebagai seorang politikus. Berikut Profil dan Biografi KH Maimun Zubair
(Mbah Moen).

Nama Lengkap : KH Maimun Zubair


Dikenal : Mbah Moen
Lahir: Rembang, Jawa Tengah, 28 Oktober 1928
Agama: Islam.
Wafat : Mekkah, Arab Saudi, 6 Agustus 2019
Orang Tua : KH Maimun Zubair (ayah), Nyai Mahmudah (ibu).
Anak : KH Abdullah Ubab, KH Gus Najih, KH Majid Kamil, Gus Abdul Ghofur, Gus Abdur
Rouf, Gus Muhammad Wafi, Gus Yasin, Gus Idror, Sobihah, Rodhiyah
Pekerjaan : Ulama, Pimpinan Pondok Pesantren
Organisasi : Nahdlatul Ulama
Partai politik : Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Profil dan Biografi KH Maimun Zubair (Mbah Moen)


Beliau lahir dengan nama lengkap Maimun Zubair atau kemudian dikenal dengan nama
Mbah Moen. Ia dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Rembang, Jawa Tengah. Ayah
KH Maimun Zubair bernama KH Zubair Dahlan dan ibunya bernama Nyai Mahmudah.
4
Ia lahir dari keluarga yang memiliki latar belakang agama Islam yang kuat. Ayahnya
merupakan seorang ulama yang pernah berguru dengan Syekh Said Al-Yamani dan Syekh
Hasan al-Yamani al-Makky.

Riwayat Pendidikan KH Maimun Zubair (Mbah Moen)


Sejak usia kecil, ia dibimbing oleh orang tuanya dengan ilmu agama yang kuat. Ia belajar
agama dari ayahnya dan juga dari para ulama di Serang, Banten.
Dalam riwayat pendidikan KH Maimun Zubair diketahui bahwa ia pada tahun 1945, beliau
menimba ilmu ke Pesantren Lirboyo yang berada di Kediri, Jawa Timur hingga tahun 1949.
Setelah itu, ia kemudian kembali ke kampungnya, mengamalkan ilmu yang ia peroleh di
pesantren ke masyarakat. Kemudian pada tahun 1950, Ia berangkat ke Mekah untuk belajar
dengan ulama di Mekkah.
Salah satunya adalah Sayyid Alawi al-Maliki, Syekh al-lmam Hasan al-Masysyath, Sayyid
Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly. Disana ia
belajar selama 2 tahun.
Ia kemudian kembali ke Indonesia dan pergi belajar ke beberapa ulama di tanah Jawa.
Gurunya adalah Kiai Baidhowi, Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai
Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon),
Syekh Abui Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain.
Selama belajar ia juga menyusun kitab-kitab yang kemudian dijadikan rujukan untuk para
santri seperti kitab al-ulama al-mujaddidun.
Setelah lama belajar di Mekkah dan di wilayah lain di Jawa, ia kemudian kembali ke Serang,
Banten dan mengajar agama disana.

Mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar


Pada tahun 1965, Beliau kemudian mendirikan Pesantren al-Anwar. Pesantren inilah
kemudian menjadi destinasi para santri yang belajar kitab kuning dan turats. Karena ilmunya
yang banyak, masyarakat kemudian mengenal Kh Maimun Zubair sebagai ulama kharismatik
dan kharismatik.
Selain dikenal sebagai ulama yang aktif dalam mengajarkan ilmu agama ke Masyarakat, KH
Maimun Zubair juga dikenal aktif dalam dunia politik serta organisasi.

5
Karir Politik dan Organisasi KH Maimun Zubair (Mbah Moen)
Pada tahun 1971, KH Maimun Zubair terjun ke dunia politik menjadi anggota DPR wilayah
Rembang hingga tahun 1978. Kemudian pada tahun 1987, beliau menjadi Anggota MPR RI
utusan Jawa tengah hingga tahun 1999.
KH Maimun Zubair juga dikenal aktif dalam organisasi Nahdatul Ulama yang didirikan oleh
KH Hasyim Asyari. Dalam biografi KH Maimun Zubair (Mbah Moen) diketahui bahwa ia
pernah menjabat sebagai Ketua Syuriah NU Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1985 hingga
1990. Beliau juga pernah menjadi Ketua Jam’iyah Thariqah NU.
Selain itu ia juga aktif dalam organisasi partai seperti menjadi Ketua MPP Partai Persatuan
Pembangunan dari tahun 1995 hingga 1999, dan kemudian menjadi Ketua Majelis Syari’ah
PPP sejak 2004.
Dalam biografi KH Maimun Zubair (Mbah Moen) diketahui bahwa ia menikah dengan nyai
Hj Fatimah yang merupakan anak dari KH Baidhowi Lasem. Istrinya Hj Fatimah meninggal
dunia pada tanggal 18 Oktober 2011.
Dari pernikahannya ini, ia dikaruniai tujuh orang anak. Namun empat diantaranya meninggal
ketika masih kecil, sedangkan tiga orang anaknya yang lain diketahui bernama KH Abdullah
Ubab, KH Muhammad Najih dan Neng Shobihah.
KH Maimun Zubair (Mbah Moen) juga diketahui menikah dengan wanita bernama Nyai
Masthi’ah, anak dari KH Idris asal Cepu. Dari pernikahannya ini, ia dikaruniai 8 orang anak,
yakni KH Majid Kamil, Gus Ghofur Gus Ro’uf, Gus Wafi, Gus Yasin, neng Shobihah
(meninggal), serta neng Rodhiyah.
Ia juga diketahui menikah dengan seorang wanita bernama Nyai Maryam. Sosok KH
Maimun Zubair atau Mbah Moen sangat dihormati oleh masyarakat. Pendidikan Ilmu agama
yang didapat olehnya bukanlah dari pendidikan formal namun kebanyakan melalui nonformal
seperti pesantren dan belajar langsung dari pada ulama.

KH Maimun Zubair (Mbah Moen) Wafat


KH Maimun Zubair (Mbah Moen) yang dikenal sebagai ulama kharismatik ini wafat di
Mekkah pada tanggal 6 Agustus 2019 saat sedang menunaikan haji. Ia kemudian
dimakamkan di pemakaman Al Ma’la, Mekkah. yang dihadiri oleh ratusan orang

6
KH MA’RUF AMIN

KH Ma’ruf Amin. Beliau merupakan seorang ulama yang kini menjabat sebagai Wakil
Presiden Indonesia juga menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Ketua PBNU. Selain sebagai ulama beliau juga merupakan seorang politisi yang pernah
menjabat sebagai Anggota MPR dan DPR mewakili partai PKB. Berikut profil dan Biografi
Kiai Haji Ma’ruf Amin.

Nama : Prof. DR. Kiai Haji Ma’ruf Amin


Lahir : Tangerang, 1 Agustus 1943
Orang Tua : Mohamad Amin
Istri : Siti Churiyah, Wury Estu Handayani
Anak : Siti Haniatunnisa, Siti Makrifah
Profesi  : Ulama dan Politisi

Biografi KH Ma’ruf Amin


KH Ma’ruf Amin dilahirkan di Desan Kresek di wilayah Tangerang, Banten pada tanggal 1
Agustus 1943. Di kutip dari CNN Indonesia, Dari silsilah keluarga KH Ma’ruf Amin
merupakan keturunan dari ulama besar asal Banten yang pernah menjadi imam Masjidil
Haram bernama Syeikh An Nawawi Al Bantani.

Keluarga
KH Ma’ruf Amin menikah dengan Siti Huriyah yang juga berasal dari keluarga ulama pada
tahun 1963. Dari pernikahannya ini Ma’ruf Amin mempunyai dua orang anak.

7
Anak KH Ma’ruf Amin bernama Siti Haniatunnisa, Siti Makrifah. Pada tahun 2013, istri
beliau Siti Huriyah wafat. Setelah itu beliau menikah dengan Wury Estu Handayani pada
tahun 2014.

Masa Kecil
Masa kecil Ma’ruf Amin lebih banyak dihabiskan di desa Kresek, Tangerang. Ayahnya yang
bernama KH. Mohammad Amin merupakan seorang ulama besar Banten.

Aktifitas Ma’ruf Amin sewaktu kecil diwaktu pagi ia habiskan bersekolah di SD. Dan
sorenya, ia habiskan belajar mengaji di Madrasah Ibtidaiah. Diketahui  Ma’ruf Amin sempat
belajar agama selama beberapa bulan di Pesantren Citangkil, Silegon, Banten milik KH.
Syam’un Alwiah.

Belajar di Pesantren Tebu Ireng


Di usia 12 tahun, Ma’ruf Amin pergi belajar ke Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang,
Jawa Timur pada tahun 1955. Pesantren ini banyak melahirkan tokoh-tokoh ulama besar dari
kalangan NU. Pendidikan Ma’ruf Amin di pesantren Tebu Ireng dimulai dari dasar.
Setelah selesai menimba ilmu di pesantren Tebu Ireng, Ma’ruf Amin melanjutkan
pendidikannya di Jakarta tepatnya di SMA Muhammadiyah. Namun pendidikannya itu ia
tidak selesaikan.
Ma’ruf Amin memilih kembali ke Banten dan lebih mendalami agama islam di berbagai
pondok pesantren lagi. Mulai dari Pesantren Caringin, Labuan, Pesantren Petir, Serang, dan
Pesantren Pelamunan, Serang.

Pindah Ke Jakarta
Setelah menikah dengan Siti Churiyah, beliau Pindah ke Jakarta dan menetap di Jakarta
Utara. Disana Ma’ruf Amin melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di Universitas Ibnu
Khaldun Bogor di Fakultas Ushuludin. Beliau juga aktif di organisasi Gerakan Pemuda Ansor
Jakarta dan menjadi ketuanya pada tahun 1964.

8
Menjadi Anggota DPRD Jakarta
Berbekal pengalamannya sebagai ketua GP Ansor Jakarta, Karir Ma’ruf Amin di politik
menanjak. Ia berhasil menjadi anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi Golongan Islam pada
gelaran pemilu 1971.
Dalam Biografi KH Ma’ruf Amin diketahui pada tahun 1989, Nama Ma’ruf Amin mulai
masuk di lingkaran PBNU setelah didaulat sebagai Khatib Aam Syuriah PBNU dalam
sebuah Mukhtamar NU yang digelar di Pesantren Krapyak.

Ikut Mendirikan PKB


Pasca lengsernya Presiden Soeharto pada tahun 1998, KH. Ma`ruf Amin menjabat sebagai
ketua tim lima yang dibentuk oleh PBNU. Dari tim inilah kemudian lahir Partai Kebangkitan
Bangsa atau PKB.

Setelah Partai Kebangkitan Bangsa berdiri, KH. Ma`ruf Amin menjabat sebagai anggota
MPR RI dari perwakilan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia juga pernah menjadi Ketua
Komisi VI DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)


Setelah Gusdur lengser, KH. Ma`ruf Amin lebih banyak menghabiskan aktifitasnya di
Majelis Ulama Indonesia sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI dari tahun 2001 hingga 2007.
Dalam Biografi KH Ma’ruf Amin, beliau yang dikenal sebagai seorang ulama kemudian
membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu menunjuk KH. Ma`ruf Amin masuk
dalam Anggota Dewan Pertimbangan Presiden atau Watimpres.
Pengalamannya yang sangat banyak di bidang agama dan juga politik mengantarkan KH.
Ma`ruf Amin menjabat sebagai Rais ‘Aam atau ketua umum PBNU dari tahun 2015 hingga
2020. Selain itu beliau juga menjabat sebagai ketua MUI Pusat dari tahun 2015.
Dalam Biografi KH Ma’ruf Amin diketahui bahwa KH. Ma`ruf Amin tidak pernah
mengenyam pendidikan master hingga ke jenjang doktor di bidang agama.
Namun pengetahuannya yang sangat luas tentang agama membuat ia tidak berbeda jauh
dengan orang yang sudah bergelar doktor sehingga sangat wajar bila ia mendapat gelar
sebagai Professor Doktor.

9
Wakil Presiden Indonesia
Pada bulan Agustus 2018, Nama KH. Ma`ruf Amin ditunjuk sebagai calon wakil presiden
republik Indonesia mendampingi Joko Widodo sebagai calon presiden Indonesia pada
pemilihan presiden yang digelar pada tahun 2019.
Kemudian pada pemilihan presiden 2019, KPU (Komisi Pemilihan Umum) menetapkan KH.
Ma`ruf Amin sebagai Wakil Presiden Indonesia terpilih mendampingi Joko Widodo sebagai
Presiden Indonesia.
KH. Ma`ruf Amin menggantikan Jusuf Kalla yang sebelumnya menjabat sebagai wakil
presiden Indonesia. Ia dilantik secara resmi sebagai Wakil Presiden Indonesia pada tanggal
20 oktober 2019.

10
KH AHMAD DAHLAN

KH Ahmad Dahlan. Beliau dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi
islam terbesar di Indonesia.
Beliau juga merupakan seorang ulama dan salah satu tokoh pembaaharuan islam di
Indonesia. Berkat perjuangan jasa-jasa KH Ahmad Dahlan, Pemerintah Indonesia
menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.

Berikut Profil dan biografi KH Ahmad Dahlan dan sejarah perjuangan KH Ahmad Dahlan.
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH Ahmad
Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara
yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya.
Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama
Islam di Jawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul Yaqin,
Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig
(Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas,
Kyai Murtadla, KH Muhammad Sulaiman, KH Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy
(Ahmad Dahlan).

Riwayat Pendidikan KH Ahmad Dahlan


Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini,
Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam,
seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.

11
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun.

Menikah Dengan Nyai Ahmad Dahlan


Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri
NU, KH Hasyim Asyari. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya
sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan,
seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah.
Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak
yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Disamping itu KH Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah.
la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH Ahmad Dahlan juga
mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu)
Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman
Yogyakarta.

Bergabung Dengan Organisasi Budi Utomo 


Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo –
organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan
pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota.
Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para
anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar ia membuka sekolah sendiri yang diatur dengan
rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang
terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.

Mendirikan Muhammadiyah
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang
diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330).
Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah
beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.

12
Pemikiran KH Ahmad Dahlan
Pemikiran KH Ahmad Dahlan bahwa Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata
modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional.
Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur’an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak
hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur’an semata, melainkan dapat memahami
makna yang ada di dalamnya.
Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang
diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya
hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya.
Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati. Di bidang pendidikan, ia
mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu.
Yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran mengutamakan
menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum.
Maka KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran
pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah seperti
H.I.S. met de Qur’an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama pada sekolah-
sekolah umum.
Ia terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa hidupnya,
beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah
yatim piatu.
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah dengan
ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau mengajarkan bahwa
semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad SAW.
Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan yang berlebihan
terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan tombak.
Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari percampuran ajaran agama Hindu,
Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen.

Mendirikan Aisyiyah
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau bersama dengan istrinya yakni Nyai Ahmad
Dahlan membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus untuk kaum wanita. Pembentukan
organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan bagian dari Muhammadiyah ini.

13
Mendirikan Hizbul Wathan
Karena menyadari pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya sebagai
pendamping dan partner kaum pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk
Padvinder atau Pandu – sekarang dikenal dengan nama Pramuka – dengan nama Hizbul
Wathan disingkat H.W.
Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana pendek,
berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian seragam,
mirip Pramuka sekarang.
Pembentukan Hizbul Wathan ini dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para pemuda yang
merupakan bunga harapan agama dan bangsa. Sebagai tempat persemaian kader-kader
terpercaya.
Ini sekaligus menunjukkan bahwa Agama Islam itu tidaklah kolot melainkan progressif.
Tidak ketinggalan zaman, namun sejalan dengan tuntutan keadaan dan kemajuan zaman.

Tokoh Pembaharu Islam


Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini agak menyimpang dari tradisi yang
ada saat itu, maka segala gerak dan langkah yang dilakukannya dipandang aneh. Sang Kiai
sering diteror seperti diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan kotoran binatang.
Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan dituduh
sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari bahwa
melakukan suatu pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan gejolak dan
mempunyai risiko.
Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan menerima perubaban yang
diajarkannya. Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya.
Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat umat dan
bangsa ke taraf yang lebih tinggi.
Usahanya ini ternyata membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas
beragama Islam. Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang
dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota
Muhammadiyah.
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi massa
Islam terbesar di Indonesia. Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan ini.
14
Beliaulah ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di Indonesia yang
melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan um’mat, tidak dengan pesantren dan tidak
dengan kitab karangan, melainkan dengan organisasi.
Sebab selama hidup, beliau diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren seperti
halnya ulama-ulama yang lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga konon belum pernah
mengarang sesuatu kitab atau buku agama.
Muhammadiyah sebagai organisasi tempat beramal dan melaksanakan ide-ide pembaruan
Kiai Dahlan ini sangat menarik perhatian para pengamat perkembangan Islam dunia ketika
itu. Para sarjana dan pengarang dari Timur maupun Barat sangat memfokuskan perhatian
pada Muhammadiyah.
Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia. Dalam kancah perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan beliau sangatlah besar. Kiai
Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang diajarkannya merupakan saham yang sangat
besar bagi Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20.
Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH Muhammad Shaleh di
bidang ilmu fikih; dari KH Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH
Raden Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi).
Dari Kiai Mahfud dan Syekh KH Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan Sayid
Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu pengobatan
dan racun binatang.

KH Ahmad Dahlan Wafat


Pada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat
di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di kampung Karangkajen, Brontokusuman,
wilayah bernama Mergangsan di Yogyakarta.

Gelar Pahlawan Nasional


Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada beliau gelar
kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan tersebut dituangkan
dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961.
Kisah tentang KH Ahmad Dahlan juga diangkat ke layar lebar pada tahun 2010 dengan judul
film ‘Sang Pencerah‘ yang menceritakan tentang kisah KH Ahmad Dahlan dan terbentuknya
Muhammadiyah.
15
16
HABIB LUTHFI

Ia dikenal sebagai salah satu ulama yang terkenal di Indonesia. Ulama yang kini menjadi
ketua Majelis Ulama Indonesia ini berasal dari Pekalongan Jawa Tengah. Ia juga dikenal
sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Berikut Profil dan Biografi Habib
Luthfi.

Profil dan Biografi Habib Luthfi


Habib Luthfi sendiri lahir di Pekalongan pada hari senin pagi pada tanggal 10 November
1946. Jadi, kira-kira usia Habib Luthfi sekarang adalah 72 tahun.
Beliau adalah seorang putra dari ibu yang bernama Sayidah Al Karimah Syariefah Nur.
Ibunya yang dikenal sebagai seorang syarifah (keturunan Nabi) memberikan nama yang
sangat indah kepada beliau yaitu Habib Luthfi bin Yahya. Ayah Habib Luthfi bernama al
Habib al Hafidz Ali al Ghalib.

Pendidikan Habib Lufthfi


Habib Luthfi sejak kecil memang sudah dikenalkan dengan ilmu agama karena ayah beliau
terkenal sebagai ahli agama. Dan jika ditanya siapa guru dari Habib lufthi yaitu ayahnya
sendiri yang bernama Al Habib Al Hafidz Ali Al Ghalib.
Sedari kecil beliau sudah terbiasa belajar tentang agama islam dan tentunya ilmu agamanya
sudah tidak diragukan lagi. Namun, demi memperdalam ilmu agamanya, tidak cukup dari
ayahnya, Habib Luthfi juga menempuh pendidikan agama di Madrasah Salafiah di
Pekalongan.

17
Waktu yang diperlukan beliau untuk menyelesaikan sekolahnya di madrasah tersebut hanya 3
tahun saja. Untuk dapat menjadi ulama seperti sekarang, tentu saja tidak hanya pendidikan
salafiah saja yang sudah ditempuhnya.
Ada beberapa pesantren dan sekolah yang menjadi tempat menimba ilmu habib lutfi. Saat
Habib Luthfi berusia 12 tahun, ayahnya Habib Ali meninggal dunia.
Ia kemudian belajar pada pamannya, Habib Muhammad bin Hasyim. Setelah itu ia
menempuh pendidikan pesantren di pondok Bondokereo Cirebon dibawah asuhan KH.
Muhammad Kaukab. KH. Muhtadi dan KH. Arsyad.
Setelah nyantri di Jawa Barat, ternyata habib lutfi mendapat kesempatan untuk menempuh
ilmu di luar negeri, tepatnya di Hadramaut.
Di sana kira-kira tiga tahun, habib lutfi kembali ke Indonesia dan melanjutkan pendidikannya
di beberapa pondok pesantren ternama, seperti Pondok pesantren Kliwet, Pondok pesantren
Tegal, dan Pondok pesantren di Purwokerto.
Bahkan demi menyempurnakan ilmu agamanya, beliau pernah berguru pada ulama besar,
Kyai Ma’shum yang berasal dari Lasem, Rembang.

Keluarga Habib Luthfi


Demi memperdalam ilmu agamanya, habib luthfi pernah berguru ke ulama asal Rembang.
Ketika itu, beliau dikenalkan dengan seorang wanita yang kini menjadi istrinya. Istri dari
habib luthfi merupakan saudara dari Syariefah Salma Binti Yahya.
Habib Luthfi membuktikan bahwa lewat perjodohan, beliau tetap dapat mempertahankan
pernikahannya sampai sekarang. Dari hasil pernikahannya tersebut, habib luthfi dikaruniai 5
putra, orang laki-laki dan 3 orang perempuan.
Putra-putri dari Habib Luthfi bernama, SyArief Muhammad Bahauddin, SyAriefah Zaenab,
SyAriefah Fathimah, SyAriefah Ummi Hanik, dan SyArief Husain. Putra-putrinya tentu saja
memiliki paras yang tampak dan cantik serta semua hampir pintar dalam ilmu agama.

Pengajian dari Habib Luthfi


Seorang ulama besar seperti Habib Luthfi tentu saja memiliki rutinitas yang padat. Bahkan
beberapa rutinitasnya sudah memiliki jadwal yang tetap.
Adapun beberapa pengajian yang dipimpinnya adalah Pengajian Thariqah tiap Jumat Kliwon
Pagi, Pengajian Ilya’ Ulumudin tiap selasa malam, Pengajian Fath Qorib tiap Rabu pagi dan
santrinya adalah para ibu-ibu, Pengajian tiap bulan ramadhan, dakwah di berbagai daerah di

18
seluruh Indonesia, dan rangkaian mauled kanzus yang bertempat di 60 daerah secara
bergiliran, khususnya di daerah Pekalongan dan sekitarnya.

Peran Habib Luthfi di Organisasi


Selain aktif dalam pengajian, Habib Lutfi juga bergabung dengan beberapa organisasi islam.
beberapa jabatan yang pernah diduduki oleh beliau adalah Rais Am Jamiyyah Ahlith ath-
Thariqoh al-Mutabaroh An Nahdliyyah.
Ia juga saat ini dikenal sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Tengah,
Ketua Majelis Ulama Indonesia di Pekalongan, dan Paguyupan Antar Umat Beriman di Kota
tempat kelahirannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://toriqa.com/tokoh-pendiri-nu/
https://www.biografiku.com/profil-dan-biografi-kh-maimun-zubair-mbah-moen.
https://www.biografiku.com/biografi-kh-maruf-amin.
https://www.biografiku.com/biografi-kh-ahmad-dahlan.
https://www.biografiku.com/biografi-habib-luthfi-ulama-paling-low-profile-di-kalangan-
masyarakat.

20

Anda mungkin juga menyukai