M. QURAISH SHIHAB
Dosen Pengampuh :
Kelompok 11
Hikmal Hamka30700120040
2021
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 11
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. Biografi M. Quraish Shihab..............................................................................................2
B. Pemikiran M. Quraish Shihab...........................................................................................4
1. Konsep Membumikan Al-Qur’an dari M. Quraish Shihab..................................................4
2. Metode Penafsiran al-Qur’an M. Quraish Shihab................................................................5
3. Pemikiran Quraish Shihab Tentang Ayat-Ayat Ekonomi....................................................9
BAB III.........................................................................................................................................14
PENUTUP....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................................14
B. Kritik dan Saran………………………………………………………………………...15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mata kuliah Sejarah Pemikiran Islam maka tidak lepas dari para tokoh-
tokoh pemikir dalam kemajuan islam, salah satu diantaranya ada M Quraish Shihab.
Beliau terkenal dengan ahli tafsir, banyak pemikiran dari beliau yang telah dibukukukan.
Kami disini akan membahas cuplikan dari pemikirannya antara lain konsep Membumikan
Manusia tidak bisa lepas dari aturan aturan dalam al Quran, dan ekonomi yang
menjadi kebutuhan pokok baginya. Maka hal itu akan kami bahas lebih jauh dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Rampang, Sulawesi Selatan. Beliau berasal dari keturunan Arab yang terpelajar. Shihab
guru besar dalam bidang tafsir, Ayahnya merupakan ulama yang sangat berpengaruh di
Makassar dan masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya. Beliau pernah menjabat
sebagai Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) pada 1959-1965 dan IAIN
1958 berangkat ke Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Pada
tahun 1967 ia meraih gelar Lc. (S.1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits
Universitas Al-Azhar. Lalu melanjukan S.2 pada fakultas yang sama di Universitas Al-
Azhar, dan memperoleh gelar Master (MA) pada tahun 1969 M, spesialisasi bidang
(Kemukjizatan Al-Qur’an dari Segi Hukum). Tahun 1980, M. Quraish Shihab kembali
5
Setelah kembali ke Indonesia, tahun 1984 M Shihab ditugaskan di Fakultas
Kebudayaan,
3. “Studi Kritis Tafsir Al-Manar, karya Muhammad Abduh dan M. Rasyid Ridha”
Desember 1994.
1
Atik Wartini, “Tafsir Feminis M.Quraish Shihab: Telaah Ayat-Ayat Gender dalam Tafsir al-Misbah”, Palastren,
Vol. 6, No. 2, 2013, hal. 477.
2
Nurkholijah Siregar, “Pemikiran M. Quraish Shihab Tentang Gender”, Hikmah, Vol. 14, No. 1, 2017, hal. 30.
6
B. Pemikiran M. Quraish Shihab
dengan upaya memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an sesuai dengan konteks
zamannya.
Gagasan ini menurut Ahmad Syafi'i Ma'arif bahwa al-Quran itu di samping
problema yang dihadapinya dalam hidup sehari-hari: politik, ekonomi, sosial dan lain
sebagainya. Dari perspektif ini, pembumian Al-Qur'an termasuk salah satu dimensi
dengan penerapan metode pemasyarakatan Al-Qur'an itu sendiri. Kedua makna ini,
kontekstual mengandung arti bahwa al-Quran harus dipahami dan diwujudkan sesuai
7
Oleh karena itu, pendekatan sosiologis dengan menggunakan analisis kultural
sangat penting untuk memahami suatu masyarakat yang menjadi obyek pembumian.
Sedangkan, metode yang digunakannya pun disesuaikan dengan kondisi sosial dan
Metode yang digunakan di sini, menjadikan sebagai salah satu altematif dari
berbagai altematif metode lainnya. Jelasnya, melalui kerangka inilah maka Al-Qur'an
ditafsirkan sesuai dengan latar belakang sejarah dan asas-asasnya yang kronologis.
sebagai orang yang hidup pada masa modern, dan bukan sebagai orang yang hidup
dengan Al-Qur’an.
3
M. Luthfi, “Membumikan Al-Qur'an: Peluang Dan Tantangan”, Al Qalam, Vol. 20, No. 98, 2003, hal. 25
8
kemungkinan pemahaman dan penafsiran baru tetapi dengan tetap sangat menjaga
Ijtima’i.
Ditelaah dari segi bahasa kata al-adaby berasal dari bentuk masdar (infinitif),
sedang dari kata kerjanya (madhi) adalah aduba, yang berarti sopan santun, tata
krama dan sastra. Secara leksikal, kata tersebut bermakna norma-norma yang
dijadikan pegangan bagi seseorang dalam bertingkah laku dalam kehidupannya dan
dalam mengungkapkan karya seninya. Oleh karena itu, istilah al-Adaby bisa
tafsir al-Adaby al-Ijtima’i adalah tafsir yang berorientasi pada satra budaya dan
Dan dapat dikatakan bahwa corak tafsir al-Adab al-Ijtima’i adalah penafsiran
yang berorientasi pada sastra budaya kemasyarakatan, suatu corak penafsiran yang
kemudian menyusun kandungan ayat-ayatnya dalam suatu redaksi yang indah dengan
pembangunan dunia.
4
Wedra Aprison, “Pandangan M. Quraish Shihab Tentang Posisi Al-Qur’an Dalam Pengembangan Ilmu”, Madania,
Vol. 21, No. 2, 2017, hal. 185
9
Sedangkan menurut Manna’ Khalil Al-Qattan tafsir al-Adab al-Ijtima’i ialah
tafsir yang diperkaya dengan riwayat dari salaf dan dengan uraian tentang sunnatullah
yang berlaku dalam kehidupan sosial, menguraikan gaya ungkapan Al-Qur’an yang
makna-makna yang dimaksud oleh Alquran tersebut dengan gaya bahasa yang indah
nas-nas Alquran yang tengah dikaji dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang
ada6.
dapat memahami maksud Pemilik informasi Al-Qur’an tersebut (Allah Swt.), beliau
mengumpamakan bahwa kosa kata al-Qur’an diibaratkan sebagai gelas, dan gelas
tersebut hanya mampu diisi oleh air dan mempunyai keterbatasan maka bila kita
mengisinya dengan batu maupun besi, akan membuat gelas itu pecah demikian pula
ayat Al-Qur’an kita tidak boleh memahami kosakata jauh dari maksud lahir kosakata
5
Abd. Ghafir, “Sekilas Mengenal At-Tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i”, Al-Ahkam, Vol. 1, No. 1, 2016, hal. 27
6
Abdurrahman Rusli Tanjung, “Analisis Terhadap Corak Tafsir Al-Adaby Al-Ijtima’i”, Analytica Islamica, Vol. 3,
No. 1, 2014, hal. 164
10
tersebut, karena hal ini akan membuat penafsiran yang keliru terhadap maksud ayat
tersebut. Bagi Quraish, kaidah kebahasaan ini penting untuk mengurangi subjektivitas
penafsir terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini juga sangat membantu dalam
Qur’an.
menggunakan kosakata yang digunakan oleh orang-orang Arab pada masa turunnya
Al-Qur’an, pengertian kosakata tersebut tidak selalu sama dengan pengertian yang
populer di kalangan mereka, maka dalam hal ini seseorang tidak bisa bebas memilih
pengertian yang dikehendakinya atas dasar pengertian satu kosakata pada masa pra-
dikenal pada masa pra-Islam. Misalnya seperti menafsirkan kata sayyarah seperti
dalam surah Yusuf : 10 dan al-Ma’idah ayat : 96, maka M. Quraish Shihab tidak
membenarkan bila diartikan dengan Mobil, karena pada masa ayat Al-Qur’an
diturunkan, sayyarah dalam pengertian mobil yang kita bayangkan sekarang belum
ada.
melihat konteks hubungan satu ayat dengan ayat lainnya. Quraish tidak setuju dengan
penafsiran yang hanya melihat ayat-ayat tertentu saja yang sedang ditafsirkan tanpa
11
menghubungkannya dengan ayat atau surah sebelum atau sesudahnya. Penafsiran
demikian akan membawa kekeliruan fatal dan tidak dapat memberi kita pemahaman
Quraish memberi contoh keliru penafsiran sebagian umat Islam dalam konteks
ayat-ayat kauniyah, misalnya seperti dalam surah al-Rahman ayat 33. Banyak umat
Islam yang menjadikan surah al-Rahman ayat 33 sebagai petunjuk Al-Qur’an bahwa
manusia ternyata bisa menjelajah ruang angkasa. Padahal, menurut Quraish, ayat ini
Konteks ayat ini berbicara tentang siksaan di akhirat terhadap jin dan manusia
yang kafir. Lalu Al-Qur’an “mengejek” mereka supaya berusaha melarikan diri dari
siksaan tersebut. Jadi menurut beliau, itu akibatnya kalau penafsiran Al-Qur’an
terlepas dari konteksnya. Akhirnya kita cenderung apologis dan bersikap reaktif maka
dengan metode inilah yang dikembangkan oleh Quraish dalam menafsirkan Al-
Qur’an.7
7
Muhammad Iqbal, “Metode Penafsiran al-Qur’an M. Quraish Shihab”, Tsaqafah, Vol. 6, No. 2, 2010, hal. 267
8
Muhammad Iswadi, “Pemikiran Quraish Shihab Tentang Ayat-Ayat Ekonomi”, Fenomena, Vol. 5, No. 2, 2013,
hal. 249
12
Menurut Quraish Shihab, Allah menyiapkan buat manusia dua sarana
perolehan manfaat. Pertama, materi yang disediakan-Nya untuk dimiliki, dan kedua,
tenaga dan pikiran yang harus diupayakannya. Materi yang dimaksud adalah
kepemilikan sesuatu yang dapat tumbuh dengan sendirinya, yaitu pepohonan yang
tumbuh dan binatang yang berkembang biak, sedangkan yang kedua, tenaga dan
pikiran adalah kegiatan yang mengantar kepada kepemilikan materi atau rekayasa
yang menghasilkan pemenuhan hajat / keinginan. Ini terdiri dari bisnis / perniagaan
jasa dan industri. Secara sederhana itulah yang dimaksud dengan kegiatan ekonomi.
Dari sini amat diperlukan peraturan serta etika yang mengatur kegiatan
ekonomi. Peraturan dan etika itulah yang membedakan antara ekonomi yang
Sunnah Nabi dan analisis para ulama dan cendekiawan mengemukakan sebagian dari
Pada dasarnya pengertian “Uang” antara lain diartikan sebagai “harta” kekayaan, dan
“nilai tukar bagi sesuatu”9, namun menurut pandangan al-Qur’an, beliau mengartikan
dengan mengutip dari surat Ali ‘Imran ayat 14 dan surat Al-Baqarah ayat 180 bahwa
yang dimaksud “Harta yang banyak” oleh Al-Qur’an, menurut Quraish Shihab,
disebut “khair” yang arti harfiahnya adalah “kebaikan”. Jadi bahwasanya harta atau
bisa disebut uang adalah sesuatu yang dinilai baik, yang juga untuk mengisyaratkan
9
M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 388.
13
Dalam pandangan Al-Quran, menurut Quraish Shihab, uang merupakan modal
serta salah satu faktor produksi yang penting, tetapi “bukan yang terpenting”.Jadi
urutan faktor produksi menurut Quraish Shihab adalah (1) manusia, (2) modal, dan
(3) sumber daya alam.Lebih lanjut menurut Quraish Shihab, pandangan ini berbeda
sebagai segala sesuatu, sehingga tidak jarang berimplikasi pada manusia atau sumber
Dalam ilmu ekonomi, modal sangatlah penting. Modal tidak boleh diabaikan,
tidak habis digunakan. Modal juga tidak boleh menghasilkan dari dirinya sendiri,
tetapi harus dengan usaha manusia. Dengan demikian, agama islam mensyariatkan
larangan riba dan perintah untuk berzakat. Adapun hikmahnya menurut beliau adalah
(dharuriyat), sekunder (hajiyat), dan tertier (kamaliyat). Jenis kebutuhan kedua dan
ketiga sangat beraneka ragam, dan dapat berbeda-beda dari seorang dengan lainnya,
namun kebutuhan primer sejak dahulu hingga kini dapat dikatakan sama dan telah
rumuskan sebagai kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang di dalam Al-Quran
Kata riba dari segi bahasa berarti "kelebihan". Sehingga bila kita hanya
berhenti kepada arti "kelebihan" tersebut, logika yang dikemukakan kaum musyrik di
dengan menyatakan :
Maka inilah kata kunci yang terpenting dalam persoalan riba, dan atas dasar
inilah kita dapat menilai transaksi hutang piutang dewasa ini, termasuk praktik-
praktik perbankan.
riba, bahwa riba yang dipraktikkan pada masa turunnya Al-Quran adalah kelebihan
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung:
11
beliau tidak menyatakan dengan tegas apakah praktik perbankan konvensional yang
terkait dengan bunga apakah sama dengan riba, berarti diharamkan, atau tidak karena
beliau cenderung untuk tidak menyamakan riba dan bunga. Dan menurut pendapat
beliau, unsur utama riba adalah kezaliman, yakni eksploitasi yang lemah oleh yang
kuat.12
12
Muhammad Iswadi, Op.Cit., hlm. 253.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
penafsirannya dalam ayat alquran yang mana penafsiran Al-Qur’an tidak boleh tidak jauh
dari makna kata aslinya, serta keterkaitannya antara ayat satu dengan yang lain. Beliau
tidak setuju dengan penafsiran ayat tertentu saja, tanpa ada hubungan dengan ayat
sesudah maupun sebelumnya. penafsiran yang demikian akan menjadi kekeliruan yang
fatal maka tidak bisa memahamkan pembacanya. Maka metode yang digunakan M.
Beliau pun juga mempunyai gagasan dalam penafsiran Al-Qur’an, gagasan beliau
ini adalah Membumikan Al-Qur’an. Bagi beliau penafsiran Al-Qur’an adalah upaya
tidak ada perbedaan derajat antara perempuan dan laki laki dalam islam baik dalam
pandangan peran, tugas, kewajiban yang membedakan hanyalah ketaqwaan kepada tuhan.
Dan adapun dalam kehidupannya manusia tidak bisa lepas ekonomi, hal ini
dijelaskan oleh Quraish Shihab dengan menyangkut banyak hal antara lain, uang, modal,
serta aturannya, proses produk. Faktor produksi menurut Quraish Shihab ada 3 yakni, (1)
manusia, (2) modal, dan (3) sumber daya alam. semuanya itu saling berkaitan untuk bisa
mencapai tujuannya.
17
B. Kritik dan Saran
yang dapat kami sampaikan, dan dalam penulisan makalah ini tentunya kami masih
banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun isi materinya, untuk itu kami mohon
maaf sebesar-besarnya, kritik dan saran dari teman-teman sangat berharga bagi kami
demi menunjang pengetahuan kami dan juga kami berterimakasih atas perhatian teman-
18
DAFTAR PUSTAKA
Ghafir, Abdul. 2016. “Sekilas Mengenal At-Tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i”. Al-Ahkam. Vol. 1, No.
1. Januari-Juni
Iqbal, Muhammad. “Metode Penafsiran al-Qur’an M. Quraish Shihab”. Tsaqafah. Vol. 6, No. 2.
2010. Oktober
Iswadi, Muhammad “Pemikiran Quraish Shihab Tentang Ayat-Ayat Ekonomi”. Fenomena. Vol.
5, No. 2. 2013
Luthfi, Muhammad. 2003. “Membumikan Al-Qur'an: Peluang Dan Tantangan”. Al Qalam. Vol.
20, No. 98. Juli-Desember
Shihab, M. Quraish. 1996. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Quran: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: Mizan
Siregar, Nurkholijah. “Pemikiran M. Quraish Shihab Tentang Gender”. Hikmah, Vol. 14, No. 1.
2017. Januari – juni
Tanjung, Abdurrahman Rusli. 2014. “Analisis Terhadap Corak Tafsir Al-Adaby Al-Ijtima’i”.
Analytica Islamica. Vol. 3, No. 1
Wartini, Atik. 2013. “Tafsir Feminis M.Quraish Shihab: Telaah Ayat-Ayat Gender dalam Tafsir
al-Misbah”. Palastren. Vol. 6, No. 2. Desember
19