Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU KALAM

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA MENURUT PEMIKIRAN


HARUN NASUTION

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Siti Muslifah, S.H.I.,M.S.I.

Disusun Oleh :

Balqis Salzabila Zakiya


(204102010049)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI KH ACHMAD SIDDIQ


2020/2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Kalam yang berjudul “PERKEMBANGAN ISLAM DI
INDONESIA MENURUT PEMIKIRAN HARUN NASUTION” tepat pada waktu yang telah
ditentukan.

Sebagai mahasiswa Institut Agama Islam Negri Jember khusunya fakultas syari’ah, kita
perlu mempelajari apa itu Ilmu Kalam dan hal apa saja yang perlu kita ketahui. Untuk itu kita
bahas materi tersebut dalam makalah ini.

Kami berharap bisa menambah pengetahuan pembaca umumnya dan bagi penulis
khususnya. Namun terlepas dari itu saya memahami bahwa makalah yang saya buat masih jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu saya berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jember, 03 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Biogarafi Harun Nasution………………………………………………………………..


2.2 Karya-Karya Harun Naution..…………………………………………………………..
2.3 Pemikiran Kalam Menurut Harun Nasution.……………………………………………
2.4 Pembaharuan Kalam Yang Dibicarakan Harun Nasution…………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………

DAFTAR PIUSTAKA……………………………………………………………………………
BAB 1

PEMBUKAAN

1.1 Latar Belakang


Harun Nasution adalah tokoh muslim Indonesia yang membawa pengaruh besar terhadap
Negara baik dibidang pemikiran islam, politik maupun pendidikan. Beliau juga sebagai
akademisi intelektual, pemikir dan filusuf. Harun Nasution lebih condong mengedepankan akal
dalam mengkaji suatu permasalahan. Dalam pengembangan di Indonesia, pemikirannya yang
condong rasionalis memberikan manfaat yang cukup besar.
Harun Nasution juga dikenal sebagai penulis. Meskipun Harun Nasution terkenal dengan
pemikirannya yang rasionalis, pemikirannya dibidang filsafat juga tidak bisa dipandang remeh,
karena dalam buah tulisannya juga terdapat karya yang membahas tentang filsafat. Akal tidak
pernah membatalkan wahyu dalam pemikiran islam baik dibidang politik, teologi maupun
filsafat. Akal hanya memberi interpretasi terhadap wahyu. Akal akan tetap tunduk pada teks
wahyu dan tidak menentangnya.
Pembaharuan dalam islam yang berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran yang
terdapat pada al-Qur’an dan Hadist. Harun Nasution mengemukakan ide-ide pembaharuan yaitu
dengan cara membuka pintu ijtihad, menghilangkan bid’ah yang ada pada ajaran islam dan
menghargai pendapat akal.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaiman biografi Harun Nasution ?
b. Apa saja karya-karya Harun Nasutiom ?
c. Bagaimana pemikiran islam menurut Harun Nasution ?
d. Bagaimana pembaharuan islam yang dibicarakan Harun Nasution ?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui biografi Harun Nasution
b. Mengetahui karya Harun Nasution
c. Mengetahui pemikiran kalam menurut Harun Nasution
d. Mengetahui pembaharuan kalam yang dibicarakan Harun Nasution
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Harun Nasution

Harun Nasution ialah guru besar filsafat islam, penyeru pemikiran rasional bagi umat
islam di Indonesia dan pembaharu. Ia lahir padal tanggal 23 September 1919 di Pematangsiantar,
Sumatra Utara. Harun Nasution merupakan anak dari lima bersaudara. Yang pertama yaitu
Mohammad Ayyub, kemudian Khalil, Sa’idah dan disusul oleh Hafshah adik perempuannya.
Ayahnya yang bernama Abdul Jabbar Ahmad adalah seorang ulama dan qadhi (prnghulu) di
Pematangsiantar. Dan ibunya yang bernama Maimunah merupakan anak dari seorang ulama
yang berasal dari Mandailing, yang pada saat gadis ia pernah tinggal di Mekkah dan pandai
berbahasa arab.1

Harun Nasution belajar di HIS (Hollandsch Inlandsch School) selama 7 tahun dan lulus
di umur 14 tahun, tepat pada tahun 1934. Pada tahun 1935 ia melanjutkan studinya ke MIK
(Moderne Islamietche Kweekschool) di Bukit Tinggi selama 3 tahun. Kecerdasan dan daya
kritisnya mulai terlihat disekolah ini. Ia sangat menyukai pelajaran ilmu pengetahuan alam dan
sejarah. Harun Nasution sangat tertarik untuk belajar di Mesir, karena pada saat belajar di Bukit
Tinggi, pemikir muslim progresif yang ia temukan sebagian besar merupakan lulusan dari
universitas di Mesir. Pada tahun 1938 ia memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Ahliyah
Universitas al-Azhar. Dengan berbagai pertimbangan dari orangtua akhirnya ia diijinkan untuk
1
Muh.Said Nurhidayat, Pembaharuan Pemikiran Islam di Inodonesia Studi Pemikiran Harun Nadution, (Cet.I;
Jakarta: UI-Press, 1983), hal.9
mencari ilmu ke Mesir. Ia kuliah fakultas Ushuluddin di Universitas al-Azhar, Mesir. Pada saat
inilah Harun Nasution mulai mendalami Islam. Tetapi ia merasa kurang puas, dan akhirnya
memutuskan untuk pindah ke Universitas Amerika di Kairo dan memilih untuk mendalami ilmu
sosial. Pada tahun 1940 Harun Nasution tamat sekolah. Ia juga menjadi kandidat pada tahun
1942 di universitas yang sama. Pada tahun 1952, Harun Nasution telah menyelesaikan studinya
dengan gelar Bachelar of Art (BA) dalam bidang sosial dari Universitas Amerika di Kairo.

Pada tahun 1968, Harun Nasution kembali ke tanah air untuk mencurahkan perhatiannya
pada pengembangan pemikiran Islam di Indoneisa melalui Institut Agama Islam Negri (IAIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun kedatangan Harun Nasution belum bisa diterima
sepenuhnya pada tahun pertama. Tetapi ia selalu di dukung oleh para pejabat di lingkungan
Departemen Agama, khususnya Menteri Agama yaitu Mukti Ali. Pada masa (1973-1984) Harun
Nasution diangkat menjadi rektor. Setelah usai tugasnya sebagai rektor, diangkatlah ia sebagai
Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah selamanya. Dengan etos kerjanya yang bagus
dan tangggung jawabnya saat mengemban amanah.

2.2 Karya-Karya Harun Nasution

Selain dikenal dengan tokoh muslim Indonesia, Harun Nasution juga dikenal sebagai
penulis. Ia menulis pemikirannya dalam beberapa buku dan dijadikan karya ilmiah. Dengan
karya ilmiah yang dihasilkan, ia bisa menunjukkan sesuatu yang belum tersampaikan dalam
kajian islam di Indonesia. Juga dengan pendekatan dan perspektif baru ia dapat membawakan
dinamika pemikiran islam dalam sejarah. Maka dari itu karyanya tampak kontroversial. Dan dari
sanalah adanya “kekuatan” pada tulisan-tulisannya. Sehingga dapat dimengerti bahwa
sesungguhnya dalam islam tidak ada hal yang tabu untuk dipelajari dan dibicarakan.

Beberapa karya Harun Nasution :

1. Filsafat Agama ( Jakarta: Bulan Bintang 1973)

Buku ini membahas tentang wahyu dan epistemologi, Ketuhanan, argumen adanya Tuhan, roh
dan juga kejahatan serta kemutlakan Tuhan.

2. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran Dan Gerakan (Jakarta:Bulan Bintang


cet.I, 1974)
Buku ini merekam beberapa kumpulan ceramah dan cerita kuliah Harun Nasution di Jakarta
tentang aliran modern dalam Islam. Dan juga dalam buku ini kita dapat menemukan penjelasan
mengenai pemikiran dan gerakan pembaharuan dalam Islam di 3 negara Islam, diantaranya
Mesir, Turki, India-Pakistan.

3. Akal Dan Wahyu Dalam Islam ( Jakarta : UI Press 1982)

Di dalam buku ini menjelaskan tentang pengertian akal dan wahyu dalam islam, posisi akal
dalam al-Qur’an dan Hadist, peran akal dalam pemikiran agama islam, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dalam islam. Telah disimpulkan secara tegas oleh Harun Nasution bahwa
kedudukan akal itu tinggi dan sering dipakai dalam perkembangan ajaran agama. Bukan hanya
dalam perkembangan ajaran ilmu pengetahuan. Dan menurut Harun Nasution akal tak pernah
membatalkan wahyu.

4. Teologi Islam, Aliran-aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan (Jakarta: UI Press


1972)

Buku ini menjelaskan tentang aliran dan golongan teologi, bukan hanya yang ada pada saat ini,
tapi juga yang ada pada islam, seperti Khawarij, Murji’ah, Qdariyah dan Jabbariyah, Mu’tazilah
dan Ahli Sunnah wal Jama’ah. Telah diuraikan sedemikian rupa oleh Harun Nasution, sehingga
mencakup sejarah pekembangan dan ajaran penting dari tiap-tiap aliran serta analisa dan
perbandingan dari aliran tersebut.

5. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, Cet.I, 1974)

Buku inilah yang memberitahukan Islam dari bermacam-macam aspeknya, dan yang menolak
pemahaman bahwa islam hanya berputar pada ibadah, fiqh, tafsir, tauhid, akhlaq dan hadist saja.
Ia juga berkata bahwa Islam lebih luas dari sekedar itu, yang mana mencakup peradaban, filsafat,
teologi, hukum, sejarah dan masih banyak yang lainnya.

6. Muhammad Abduh Dan Teologi Rasional Mu’tazilah ( Jakarta: UI Press, 1987)

Buku ini memuat tentang riwayat M.Abduh, kekuatan akal, filsafat wujud, sifat-sifat Tuhan,
perbuatan Tuhan, fungsi wahyu, paham kebebasan manusia dan fitalisme serta konsep Iman.
Kesimpulan dari buku ini yaitu, bahwa pada penggunaan kekuatan akal, pemikiran M.Abduh
melebihi Mu’tazilah. Meskipun banyak persamaan pemikiran teologi M.Abduh dengan teologi
kaum Mu’tazilah.

7. Filsafat Dan Mistiisme Dalam Islam ( Jakarta: Bulan Bintang, 1973)

Terdapat 2 bagian pada buku ini. Yang pertama bagian filsafat Islam yang membahas tentang
kontak pertama antara islam dan ilmu pengetahuan juga falsafat Yunani yang akhirnya
melahirkan filusuf Islam seperti, al-Razi, al-Farabi, al-Kindi dan lain-lain. Yang kedua yaitu
bagian mistisme Islam yang membahas tentang upaya pendekatan diri kepada Tuhan dengan
tasawuf dalam Islam.

Sebagian besar bukunya diterbitkan oleh Bulan Bintang dan UI Press. Dan juga masih
banyak artikel, jurnal dan makalah ilmiah yang ia buat. Khas dari karya tulis Harun Nasution
ialah pola pikirnya yang rasional, padat dan mempunyai kandungan filosofi yang memudahkan
pembaca untuk memahami. Adapun karya tulisnya yang paling terkenal yaitu, Islam Rasional
terbit pada Mei 1995, yang mana dengan pemikirannya yang rasional dapat mengerti nash-nash
secara rasional, teologis sampai aspek pendidikan dan budaya.

“Pak Harun memang pantas diberi penghormatan karena “bekas”nya sangat nyata, yaitu
semacam tradisi intelektual yang ia rintis di IAIN Jakarta, yang menghasilkan suatu gejala umum
dimana orang berani berdiskusi secara terbuka, berani mempertanyakan pandanga atau doktrin
yang sudah mapan dan tidak melihat doktrin sebagai taken for granted.........,etosnya terhadap
ilmu pengetahuan sangat kuat”.2 Ucap Nurcholis Madjid lantaran pemikiran Harun Nasution
yang ia curahkan dalam buku tersebut (Islam Rasional).

2.3 Pemikiran Kalam Menurut Harun Nasution

a. Peranan Akal

Bila Harun Nasution memilih persoalan akal dalam sistem M.Abduh sebagai bahan
kajian di Universitas McGill, Montreal dan Kanada, itu bukan berarti kebetulan. Dinamis atau
tidaknya pemahaman dan penguasaan seseorang tentang ajaran islam dapat diketahui dari besar
atau kecilnya peranan dalam sistem teologi sebuah aliran. “Kekuatan manusia dapat
dilambangkan dengan akal. Manusia memiliki kemampuan untuk menaklukkan kekuatan

2
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran Harun Nasution (Cet.III; Bandung: Mizan,1995), sampul.
mahkluk lain. Dengan bertambahnya akal manusia, maka bertambah tinggi pula kesanggupannya
dalam menghadapi kekuatan lain”.3

Pada ajaran islam pemakaian akal diperintahkan dari al-Qur’an sendiri. Jadi jika ada
penulis baik dari kalangan islam maupun non-islam yang berargumentasi bahwa islam adalah
agama rasional, itu tidak salah. Maka dari itu akal memiliki kedudukan yang tinggi, bukan hanya
di ilmu pengetahuan dan budaya saja, tetapi juga pada ajaran agama islam. Harun Nasution telah
menerangkan bahwa hubungan antara wahyu dan akal dapat menimbulkan pertanyaan akan
tetapi tidak bertentangan. Karna akal mempunyai kedudukan tinggi dalam al-Qur’an. Bagi orang
mukmin wahyu tidak mengandung segalanya bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan
tentang keagamaan.

Akal digunakan untuk memahami teks wahyu bukan untuk menentang wahyu. Yang
dipermasalahkan dalam sejarah pemikiran islam bukan akal dan wahyu, tetapi pemahaman dan
penafsiran tertentu dari teks wahyu dan penafsiran lain dari teks wahyu juga. Pada intinya, yang
sebenarnya bertentangan ialah pendapat akal ulama satu dengan ulama yang lain.4

b. Pemikiran dalam Teologi

Seperti yang kita ketahui, teologi membahas ajaran dari dasar agama. Memahami teologi
akan memberikan keyakinan pada seseorang yang berdasarkan landasan kuat. Dalam teologi,
mucul 5 aliran, yaitu Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Matrudiyah dan Asy’ariyah. Dan dalam
hukum islam, ada 4 madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Ada 3 aliran pada
politik yaitu, Sunni, Khawarij dan Syi’ah. Maka dapat disimpulkan bahwa semuanya berada
pada kebenaran, tidak membenarkan dan tidak menyalahkan satu madzhab dan yang lain salah. 5
Ada dua aspek ajaran islam, yaitu aspek lahiriah, diantaranya adalah teologi (ilmu kalam) dan
aspek batiniah yaitu, hukum (ilmu fiqh). Ilmu sangat penting dalam teologi pada pembahasan
ketuhanan. Dan dengan ilmu kita dapat mengetahui siapa Tuhan kita. Dengan ilmu juga kita
dapat memperoleh ma’rifah tentang Tuhan melalui penalaran akal. Maka dari itu, teologi telah
membahas tentang seluk-beluk yang berkaitan dengan ketuhanan.

3
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1983) hal.56
4
Nasution, Akal dan.......op.cit, hal.101-102
5
Harun Nasution, Islam Rasional Gaggasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1995), hal.33
Salah satu aspek penting pada pada pemikiran islam rasional Harun Nasution ialah
teologi. Yang mana teologi menjelaskan tentang ajaran dasar dari agama. Al-tawhid (kesatuan)
ialah sebutan lain dari teologi dalam islam.6 Dan teologi juga sebagai pengetahuan paling tinggi.

c. Pemikiran dalam Filsafat

Aspek terpenting dari pemikiran Harun Nasution sesudah teologi ialah filsafat.
Aristoteles ialah orang yang pertama kali mensistemasikan filsafat. Adapun yang dibahas filsafat
dalam lingkup cabang tradisional yaitu, logika, metafisika, epistemologi, dan etika. Filsafat juga
membahas kumpulan objek yang teratur dari prinsip dan asumsi tentang persoalan tertentu seprti,
filsafat pendidikan, filsafat sains, filsafat agama, filsafat hukum dan filsafat sejarah. Setiap ilmu
yang dipahami dapat menghasilkan bahwa didalam ada problem filsafat.7

Ada tiga kategoti filsafat menurut Harun Nasution, yakni berpikir secara logika, berpikir
secara bebas dan berpikir secara mendalam.8 Inilah filsafat yang berarti berfikir tertib, teratur dan
sistematis tanpa bergantung pada tradisi, dogma dan agama untuk memahami sesuatu secara
menyeluruh, sehingga dapat menyelesaikan inti masalah dengan baik.

Menurut pandangan Harun Nasution, dengan perantara filsafat Yunani yang ditemui oleh
para ahli pikir islam di Suria, Mesopotamia, Mesir dan Persia, secara tidak langsung pemikiran
filosofis itu masuk ke dalam Islam. Pengaruh kebudayaan Yunani baru terlihat pada masa Bani
‘Abbas, sebab yang berpengaruh pada pemerintahan bukan lagi orang Arab tetapi bangsa Persia
seperti keluarga Baramikah.

e. Pemikiran dalam Mistisme

Dalam islam atau tasawuf aspek terpenting setelah teologi dan filsafat ialah mistisme.
Pandangan dari istilah tasawuf dan mistisme menggunakan istilah sufisme. Yang mana tidak
digunakan untuk mistisme yang ada dalam agama lain. Mistisme ialah dunia batin, yang bersifat
personal dan bergantung pada kebutuhan ketenangan secara psikologis dan spiritual.9 Nasution
berpendapat bahwa sufisme atau tasawuf sama halnya dengan mistisme di luar agama Islam,
yang memiliki tujuan agar bisa interaksi langsung dan disadari oleh Tuhan. Pada intinya,
6
Risa Agustin, Kamus Ilmiah Populer lengkap, (Surabaya: Serba Jaya), hal.433
7
Haroald H.Titus, Persoalan-Persoalan Filsafat, terj, H.M.Rasyidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hal.8
8
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1995), hal. 354
9
R.C.Zaehner, Mistisme Hindu Islam (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2004), hal.V
mistisme ialah adanya kesadaran pada komunikasi dan dialog antara Tuhan dengan roh manusia.
Dengan mengasingkan diri dan bersemedi kita dapat menempuh tujuan tersebut.

2.4 Pembaharuan Kalam yang dibicarakan Harun Nasution

Dalam memajukan masyarakat Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan oleh Harun
Nasution ialah pembaharuan pemikiran Islam. Salah satu penyebab kemunduran Islam di
Indonesia yaitu adanya penganut teologi Asy ‘ariyah dengan sifat jabbariyah yang mana tidak
ada kemerdekaan pada manusia dalam menentukan apa yang ingin diperbuat dan melakukan
perbuatannya secara terpaksa karena dalam hal ini manusia tergantung pada kehendak mutlak
Tuhan. Maka dari itu agar supaya merubah teologi tradisional menjadi rasional (Mu’tazilah)
untuk memajukan masyarakat Islam Indonesia.10 Itulah pandangan Harun Nasution yang
disampaikan oleh Nurcholis Madjid.

Harun Nasution berkata “untuk mewujudkan pemikiran rasional yang agamis diperlukan
uasaha untuk memahami ayat-ayat dan hadist sedemikian mungkin, sehingga diterima oleh akal
dengan tidak bertentangan dengan ajaran al-Qur’an dan Hadist”. 11 Maka sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam yaitu “mencerdaskan akal dan membentuk jiwa yang islami hingga terwujud
sosok pribadi muslim sejati yang berakal dan berpengetahuan luas dalam aspek kehidupan”.12

Salah satu ajaran organisasi islam modern yang diminta sebagai pelanjut M.Abduh ialah
Muhammadiyah. Tetapi Muhammadiyah belum bisa membawa perubahan dan pembaharuan
seperti yang dilakukan oleh M.Abduh. Ia hanya membandingkan pendapat para ulama zaman
dahulu dan memilih yang paling kuat serta berpusat pada tarjih saja. Adanya gerakan
modernisasi sebagai wujud pembaharuan dalam bentuk gerakan yang dilakukan oleh Hamka,
K.H. Ahmad Dahlan, H.A. Agus Salim, Muhammad Nasir dan beberapa tokoh lainnya. Tidak
seperti yang dilakukan Harun Nasution yang membawa pembaharuan pada pola pikir masyarakat
Indonesia. Sehingga menjadikan orang-orang berani berdiskusi secara terbuka dan
mempertanyakan doktrin sebagai taken for granted.

Pembaharuan dalam Islam yang berarti upaya untuk menyamakan antara paham
keagamaan dan perkembangan baru yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
10
Harun Nasution, Teologi Islam;Aliran-Aliran Sejarah Analisis Perkembangan (Jakarta:UI Press, 1972), hal.31-38
11
Nasution, Islam Rasional, hal.9
12
Abdurrahman Al-Baghdadi, Sistem Pendidikan di Masa Khalifah Islam, (Jakarta: Al-Izzah, 1996), hal.30
teknologi modern. Maka dari itu, pembaharuan dalam islam bukan berarti mengurangi,
menambah atau mengubah teks yang ada pada al-Qur’an dan Hadist. Akan tetapi hanya
menyamakan paham antara keagamaan dan ilmu pengetahuan sesuai perkembangan zaman.
Sehebat-hebatnya paham ulama, pasti ada kekuarangan yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan
dan situasi sosia. Diantara paham-paham tersebut mungkin masih banyak yang relevan dan bisa
digunakan, dan mungkin juga banyak yang sudah tidak sesuai lagi.

Karena tejadi ketidakseimbangan anatara yang ada pada al-Qu’ran dan yg yang terjadi di
masyarakat, maka pembaharuan dalam islam juga bisa diartikan dengan mengubah keadaan
kaum agar mengikuti ajaran al-Qur’an dan Hadist. Hdal ini sangat perlu untuk dilakukan. Contoh
: dalam al-Qur’an sudah dijelaskan agar manusia mempelajari dan memahami pengetahuan
moderrn dan teknologi dengan seimbang,hidup rukun, damai, menyukai kebersihan dan bersikap
dinamis. Akan tetapi perbedaan itu muncul pada keadaan umat yang mana mereka hanya
memahami salah satu nya saja bahkan hidupnya bertentangan dengan apa yang sudah dijelaskan
di al-Qur’an. Maka dari itu adanya pandangan dan sikap umat yang tidak sejalan dengan 2
sumber ajaran islam, harus diperbaharui agar kembali kepada 2 sumber ajaran utama islam, yaitu
al-Qur’an dan Hadist. Dan dengan begitu, maksud dari adanya pembaharuan dalam islam yaitu
untuk memperbaiki sikap dan pandangan umat agar sejalan dengan 2 sumber ajaran Islam.

Pembaharuan dalam islam terjadi pada abad modern, dimulai pada abad ke-18 M yang
mana pada saat itu bagian dunia timur yang banyak islam dikuasai oleh dunia Barat. Bersamaan
dengan bidang politik dan ekonomi, umat islam harus menerima pengaruh dari kebudayaan Barat
yang diberikan kepada mereka. Karna pada umumnya kebudayaan umat islam masih mengalami
penururnan, maka tidak salah jika di dominasi oleh kebudayaan Barat bahkan dalam sektor
kehidupan sekalipun.

Ide–ide pembaharuan yang dikemukakan Harun Nasution dalam buku “Pembaharuan


Dalam Islam” antaralain dengan cara : menghilangkan bid’ah yang ada pada ajaran islam,
dibukanya pintu ijtihad, menghilang sikap bertentangan dalam bidang pendidikan, menhargai
pendapat akal dan kembali kepada ajaran islam yang benar.13

13
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam,(Jakarta: Bulan Bintang,1975), hal.10
Harun Nasution terkenal sebagai intelektual muslim yang mempehatikan masalah
pembaharuan dalam islam seluas-luasnya. Khususnya pada bidang teologi, filsafat dan masalah
muslim lainnya. “Dengan dilakukannya nasionalisasi ajaran agama dan islamisasi ilmu umum,
semua ilmu dan pengetahuan serta pengalamannya berusaha ia alirkan dalam aplikasi melalui
bidang akademisi sebagai dosen, dekan dan rektor IAIN”. 14 Kepercayaan Harun Nasution pada
kemampuan manusia dalam melakukan sesuatu yang baik. Ia benar-benar menekankan
tanggungjawab pada manusia, sehingga apa yang dilakukannya bukan karna terpengaruh oleh
orang lain, dan hanya bisa dituntut jika memang berdasarkan kemampuan dan kemauan diri.
Pemikiran dan penafsiran itu tidak bersifat mutlak, menurut Harun Nasution. Maka dari itu
semuanya masih dipandang dalam kebenaran selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan
Hadist.15

Sekelompok umat islam yang menghendaki supaya ajaran islam bisa memberikan
konstribusi yang benar dan nyata dalam memecahkan berbagai masalah sosial kapanpun dan
dimanapun masalah tersebut harus diselesaikan sepanjang zaman. Karena sesuai dengan misi
islam yaitu untuk memberi rahmat untuk seluruh alam sepanjang zaman dan dimanapun. Maka
dari itu tiap zaman perlu adanya pengecekan ulang secara kritis pada ajaran islam yang diambil
dari al-Qur’an dan Hadist, apakah pemikiran tersebut masih sesuai atau tidak.

14
Hamid dan Ahza, Seratus Tokoh, hal.355
15
Nasution, Refleksi Pembaharuan, hal.94
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Harun Nasution lahir di Pematang Siantar Sumatra Utara, pada 18 September 1919.
Harun Nasution adalah seorang keturunan ulama, meski demikian pemikiran Harun sendiri
condong moderat. Semasa hidupnya ia menempuh pendidikan di berbagai jenjang pendidikan,
baik pendidikan Islam maupun pendidikan yang berifat umum. Dari sanalah kemudian ia
bersentuhan dengan para pemikir Islam modern, diantaranya Hamka dan sebagainnya. Hal
tersebut kemudian diperkuat dengan Institute of Islamic Studies McGill, Monteral Kanada saat ia
menjadi mahasiswa disana. Dari berbagai pengalaman hidupnya itulah kemudian ia berinisiatif
untuk memajukan Islam di Indonesia melalui IAIN.

Upaya yang dilakukan Harun Nasution dalam pengembangan Islam di Indonesia yang
pertama yaitu dalam bidang pemikiran Islam. Dalam hal ini, upaya yang Harun Nasution lakukan
yakni dengan cara menerbitkan berbagai macam buku dan karya ilmiah yang erat kaitannya
dengan Islam diantaranya yaitu buku dengan judul Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, yang
kemudian buku tersebut dijadikan buku wajib di berbagai IAIN di Indonesia. kemudian dalam
bidang pendidikan, yakni dengan cara menjadi Rektor IAIN pada 1973. Pada masanya telah
banyak perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan, diantaranya yaitu pembaharuan
kurikulum dan peningkatan tenaga kerja dosen, yang tujuannya yaitu memajukan IAIN.
Kemudian dalam bidang politik usaha yang dilakukan Harun Nasution yakni dengan cara
menjadi Diplomat, pada masanya ia berhasil mempengaruhi Liga Arab untuk mengakui
kemerdekaan Indonesia, dalam bidang HAM, usaha yang ia lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Risa. Kamus Ilmiah Populer lengkap, Surabaya, Serba Jaya

Al-Baghdadi, Abdurrohman. Sistem Pendidikan di Masa Khalifah Islam, Jakarta, Al-Izzah, 1996

Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta,


Universitas Indonesia, 1986

_____________. Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran Harun Nasution,Bandung,


Mizan,1995)

_____________.Pembaharuan Dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang,1975

_____________. Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta,


Universitas Indonesia, 1986

_____________. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran ,Bandung, Mizan, 1995

Nurhidayat, Muh Said. Pembaharu Pemikir di Indonesia “Studi Pemikiran Harumn Nasution”,
Jakarta, Pustaka Mapan, 2006

Titus, Haroald H. Persoalan-Persoalan Filsafat, terj, H.M.Rasyidi, Jakarta: Bulan Bintang, 1984

Zaehner. R.C, Mistisme Hindu Islam, Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2004


http://rizkyel-guaje.blogspot.com/2013/06/ilmu-kalam-masa-kini-harun-nasution-
dan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai