Anda di halaman 1dari 15

RIWAYAT HIDUP SINGKAT HARUN NASUTION DAN

PEMIKIRAN TEOLOGINYA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Kalam

Disusun oleh:

Eri Febriani (22211927)

Eva Aulia M. Z (22211928)

Fitriah Mutmainnah (22211943)

Dosen Pengampu:

Mabda Dzikara, M. Ag.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
T.A 1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi
Maha Penyayang, Alhamdulillāh puji syukur kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesikan makalah Ilmu Kalam ini tepat
waktu, yang membahas mengenai “Riwayat Hidup Singkat Harun
Nasution dan Pemikiran Teologinya”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Ilmu Kalam yaitu Bapak
Mabda Dzikara, M.Ag yang telah memberikan bimbingan kepada
kami. Serta teman-teman yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dan memotivasi kami dari semua
pihak. Ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, atas keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khusunya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Tangerang Selatan, 22 Mei 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................3


A. Riwayat Hidup Harun Nasution ............................................3
B. Pemikiran Teologi Harun Nasution .......................................6

BAB III PENUTUP .........................................................................10


A. Kesimpulan ..........................................................................10
B. Saran ....................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam sejarah Islam, mulanya berkembang pemikiran rasional
kemudian berkembang pemikiran tradisional. Pemikiran rasional
berkembang pada zaman klasik Islam. Pemikiran rasional ini dipengaruḥ
oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang
terdapat dalam paparan Al-Qur’an dan ḥadiṡ. Sedangkan pemikiran
tradisional berkembang pada zaman pertengahan Islam hingga abad ke-
18 umat Islam berada di abad kejumudan. Baru pada akhir abad 18 atau
awal abad 19 munculah tokoh-tokoh pembaharu yang peduli akan Islam
saat ini. Munculnya pembaharu-pembaharu dalam Islam adalah karena
adanya ide-ide pembaharuan yang ingin dimunculkan agar Islam bisa
mendapatkan kejayaannya kembali.
Maka muncullah tokoh seperti Jamāl ad-dĪn Al-Afghani,
Muḥammad ‘Abduh, dan sebagainya sebagai penggerak pembaharu Islam.
Keadaan seperti ini tertular pula ke lingkungan Indonesia. Muncul
cendikiawan muslim Harun Nasution, ia adalah sosok ilmuan muslim dan
salah seorang tokoh pembaharu yang sangat terkenal dan cukup disegani
oleh kalangan intelektual muslim, baik di dalam maupun luar negeri.
Setiap kali orang mendengar namanya pasti akan terbayang sosok seorang
rektor IAIN Jakarta yang memiliki keahlian dalam bidang teologi dan
filsafat yang bercorak rasional bahkan liberal. Ia juga hadir karena ingin
memunculkan ide-idenya yang menurutnya selama ini terjadi
kesalahpahaman tentang Islam itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Harun Nasution?
2. Bagaimana pemikiran teologi Harun Nasution?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui riwayat hidup Harun Nasution
2. Mengetahui pemikiran teologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Harun Nasution


Harun Nasution lahir pada hari Selasa, 23 September 1919, lebih
tepatnya di Pematang Siantar, Sumatera Utara, putra dari Abdul Jabber
Ahmad, seorang pedagang Mandailing dan Qâdhî, (Penghulu) pada masa
pemerintahan Belanda di kabupaten Simalungn. Sedangkan ibunya
Maimunah adalah Boru di Mandailing Tapanul. Harun memulai
pendidikannya di sekolah Belanda Hollandsch Inlandsche School (HIS)
saat berumur tujuh tahun. Selama tujuh tahun Harun belajar bahasa
Belanda dan ilmu pengetahuan umum di HIS. Dia berada dalam
lingkungan disiplin yang ketat, mendapatkan pendidikan keluarga murni,
hampir tujuh tahun lamanya.1
Setelah umur tujuh tahun, ia mulai masuk sekolah. Pendidikan
sekolah dilaksanakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk
membahas latar belakang pendidikan sekolah Harun Nasution dapat
dikategorikan menjadi tiga kelompok. Pertama, pendidikan sekolah
dalam negeri. Kedua, pendidikan sekolah di Timur Tengah (Arab Saudi
dan Mesir). Ketiga, pendidikan Harun Nasution sekolah di Barat
(Kanada).2
Harun Nasution mulai menempuh pendidikannya pada Sekolah

1
Kasmiati Kasmiati, “Pembaharuan Pendidikan Islam Harun Nasution (Kajian
Filsafat Pendidikan),” Scolae: Journal of Pedagogy 2, no. 2 (December 4, 2019): h. 268.
2
“Isi Peran Harun Nasution Dalam Pendidikan Tinggi Islam.Pdf,” n.d., h. 143,
accessed May 19, 2023,
https://repository.uinsi.ac.id/bitstream/handle/123456789/2305/Isi%20Peran%20Harun%2
0Nasution%20dalam%20Pendidikan%20Tinggi%20Islam.pdf?sequence=2&isAllowed=y.
3
Dasar milik Belanda, Hollandsch Inlandsh School (HIS), selama 7 tahun
dan selesai tahun 1934 yang pada waktu itu ia sudah berumur 14 tahun.
Kemudian beliau meneruskan studinya ke Moderne Islamietische
Kweekschool ( MIK) di daerah Bukit Tinggi selama 3 tahun. Nasution
walaupun semula enggan belajar di sekolah ini karena ingin masuk
MULO, tapi akhirnya ia tertarik juga belajar di sekolah ini. Nasution
mengaku tertarik mempelajari Islam, kerena Islam tampak sangat modern
di tangan pengajar MIK. Di sinilah buat pertama kali Harun Nasution
berhubungan dengan pemikiran moderen Islam, seperti yang
dikembangkan oleh sejumlah sarjana Islam yang terkemuka seperti
Hamka, Zainal Abidin, dan Jamil Jambek.3
Setelah selesai dari sekolah MIK, orang tuanya berkeinginan untuk
melanjutkan studi ke Mekkah. Namun Harun memilih melanjutkan
studinya ke Mesir di Universitas Al-Azhar, Kairo. Di Universitas Al-
Azhar beliau mengambil fakultas ushuluddin. Menjelang akhir studinya
di Universitas Al-Azhar, beliau memutuskan untuk masuk ke Universitas
Amerika yang ada di Kota Kairo. Pada saat menjalankan studinya di
Universitas Amerika itu, meletus perang dunia yang menjadikan
hubungan Indonesia-Mesir terputus akibat peralihan penjajahan ke tangan
Jepang. Akibatnya studinya di Universitas Amerika terbengkalai, dan di
Universitas Al-Azhar harus di tinggalkannya.4
Setelah itu, Harun Nasution memasuki dunia diplomat selama
delapan tahun. Pada tahun 1960, ia kembali melanjutkan studinya, namun
kuliahnya tersendat-sendat karena kekurangan biaya. Bersamaan dengan
itu, ia mendapat tawaran beasiswa dari Prof. Dr. H. M. Rasjidi untuk

3
Muhammad Irfan, “Paradigma Islam Rasional Harun Nasution: Membumikan
Teologi Kerukunan,” Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama (JISA) 1 (December 30, 2018): h.
112.
4
Irfan, “Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama (JISA),” h. 112.
4
belajar pada Institute of Islamic Studies Mc. Gill, Montreal, Kanada.
Tawaran itu pun diterimanya. Dalam perjalanan studinya di institut di
atas, Harun Nasution menulis Pemikiran Negara Islam di Indonesia untuk
tingkat magister. Sedangkan untuk program doktor, ia menulis disertasi
yang berjudul Posisi Akal dalam Pemikiran Teologi Muhammad Abduh.
Setelah menyelesaikan program doktornya, pada tahun 1969, Harun
Nasution mendapat tawaran bekerja di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Pada tahun 1971, ia menjabat sebagai Pembantu Rektor I. Namun karena
Rektor Thaha Yahya menderita sakit lumpuh, akhirnya ia diusulkan
untuk menduduki jabatan Rektor. Jabatan ini dipangkunya sejak tahun
1973 sampai 1984.5

5
Muh Rasywan Syarif, “Rational Ideas Harun Nasution Perspective Of Islamic
Law,” Al-Risalah Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum 21, no. 1 (June 22, 2021): h. 12.
5
B. Pemikiran Teologi Harun Nasution

Dalam Islam sebenarnya terdapat lebih dari satu aliran teologi. Ada
aliran yang bersifat liberal, ada yang bersifat tradisional. Hal seperti ini
mungkin ada hikmahnya. Bagi orang yang bersifat tradisional mungkin
lebih sesuai dengan jiwanya teologi tradisional, sedangkan orang yang
bersifat liberal dalam pemikirannya lebih dapat menerima ajaran-ajaran
teologi liberal. Kedua corak teologi ini, liberal dan tradisional, tidak
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam.6
Harun Nasution adalah seorang tokoh pembaharuan Islam di
Indonesia yang membawa sebuah ide cemerlang. Langkah dasar yang
diambil oleh Harun Nasution adalah membedakan antara ajaran yang
bersifat qath'i (absolut) dan zan'i (relatif). Berangkat dari pemikiran ini,
Harun Nasution memberikan gambaran tentang akal dan wahyu. Harun
Nasution membagi ajaran Islam menjadi dua, yaitu ajaran dasar dan ajaran
non-dasar. Ajaran dasar adalah ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
al-Hadis. Ajaran dasar dalam Islam menurut Harun Nasution hanya sedikit
dan hanya mengikat empat hal yang tidak dapat dipatahkan oleh akal
pikiran, yaitu iman kepada Allah SWT, Nabi, Al-Qur’an, dan hari akhir.7
Menurut Harun Nasution, teologi Islam atau ilmu kalam yang
diajarkan di Indonesia pada umumnya adalah teologi yang berbentuk
ilmu tauhid. Menurutnya, ilmu tauhid biasanya kurang mendalam dalam
pembahasan dan kurang bersifat filosofis. Selain itu, ilmu tauhid
biasanya memberi pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan
pendapat atau paham dari golongan-golangan lain. Ilmu tauhid yang
6
Harun Nasution, “Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan,” Universitas Indonesia Library (Penerbit Universitas Indonesia, 2018), h.
10, last modified 2018, accessed May 19, 2023, https://lib.ui.ac.id.
7
Furqan Furqan and Arham Hikmawan, “Reason and Revelation According to
Harun Nasution and Quraish Shihab and Its Relevance to Islam Education,” Al-Misbah
(Jurnal Islamic Studies) 9, no. 1 (April 3, 2021): h. 21.
6
diajarkan dan dikenal di Indonesia umumnnya adalah ilmu tauhid
menurut aliran Asy’ariyyah, sehingga timbullah kesan di kalangan
sementara umat Islam Indonesia, bahwa inilah satu-satunya teologi yang
ada dalam Islam. Maka dari itu salah satu tujuan Harun Nasution dalam
menulis buku “Teologi Islam” adalah untuk memperkenalkan aliran-
aliran yang berlainan kepada umat Islam agar mereka mempunyai
pemahaman yang kuat sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh
peredaran zaman.8
Jika suatu aliran memberikan kekuatan yang besar kepada akal,
maka aliran tersebut bercorak rasional dan yang bercorak rasionanl itu
ditampilkan oleh Mu’tazilah, maka Harun sering dituduh sebagai “Neo
Mu’tazilah” di Indonesia.9
Wahyu dan akal dalam teologi Islam menjadi permasalahan. Posisi
antara wahyu dan akal menjadi pemicu polemik terhadap aliran-aliran
teologi Islam (Mu’tazilah, Asy’ariah dan Maturidiah). Namun berbeda
dengan Harun, ia tidak turut ikut mempermasalahkannya, baginya wahyu
dan akal merupakan potensi. Wahyu dalam pandangannya ialah sebagai
penolong akal. Sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh akal, maka
wahyu yang akan menolongnya. Sementara akal merupakan daya yang
terdapat dalam diri manusia. Akal juga menjadi pembeda antara manusia
dan makhluk lain yang diciptakan oleh Tuhan. Bagi Harun, wahyu dan
akal tidak dapat dipisahkan.10
Ada tiga prinsip dasar (basic philosofhy) yang menjadi model
pemikiran Harun nasution, yaitu11 :

8
Muh. Subhan Ashari, “Teologi Islam Persepektif Harun Nasution,” AN NUR:
Jurnal Studi Islam 12, no. 1 (September 30, 2020): h. 79-80.
9
Syarif, “Rational Ideas Harun Nasution Perspective Of Islamic Law,” h. 15.
10
Andi Rika Nur Rahma and Hanan Assagaf, “Teologi Islam Harun Nasution,”
no. 2 (2022): h. 123.
11
“Buku Teologi Rasional Persepktif Pemikiran Harun Nasition.Pdf,” n.d., h.
7
1) Ide tentang kemajuan (idea of progress), ini merupakan kebalikan
dari pandangan kejumudan/ statisnya pemikiran tentang Islam. Salah satu
asumsi metafisika Harun Nasution adalah perubahan (being as process-
being as progress). Oleh sebab itu, prinsip dasar pemikiran harus
mengarah kepada ide kemajuan, karena dinamika pengetahuan selalu
berkembang sesuai dengan perubahan zaman.
2) Koeksistensi antara wilayah absolut-tektual (qath’i) dan relativif-
kontekstual (zhanni) sebagai perkembangan ilmu pengetahuan dalam
Islam. Kategori qath’I (absolut) dan zhanni (relatif) bermula dari ushul
fiqh. Harun Nasution mengutip dan kemudian menambahkan muatannya
dengan unsur-unsur filosofis. Namun, Harun Nasution tidak selamanya
menggunakan istilah ini. Menurut Dawam Raharjo, di awal karier
intelektualnya, frekuensi Harun Nasution menggunakan istilah ini mulai
jarang dan lebih banyak menggunakan istilah absolut dan relatif.
3) Perlawanan entitas secara oposisi biner antara rasional dan
tradisional. Menurut Harun kalau ingin merubah masa depan maka yang
di format ulang adalah cara berpikirnya. Metode berpikir rasional
menyangkut cara kerja epistemology. Rasional yang dimaksudkan Harun
adalah rasional ilmiah bukan rasional dalam pengertian “masuk akal”.
Rasional, rasionalisme, rasionalis bukan semata percaya pada rasio saja,
tetapi harus mengutamakan sumber pokok ajaran Islam yaitu wahyu Al-
Qur’an dan Hadis. Pemikiran tradisional, adalah model berpikir
Indonesia yang dikontruksi oleh model berpikir dinamisme Indonesia
prasejarah.
Menurut Harun Hasution pemikiran tradisional adalah pemikiran
yang di dalamnya akal mempunyai kedudukan yang rendah. Sedangkan
rasional adalah sebaliknya. Menurut Harun Nasution, orang/ pihak yang

87-89.
8
pro terhadap kebebarasan berpikir disebut rasional, sedangkan yang pro
pada tekstual baik wahyu maupun Hadis disebut tradisional. Lebih lanjut
Harun nasution menegaskan bahwa pro kepada akal tidak termasuk
pemikir free thinkers, seperti Ibn al-Rawandi dan al-Razi. Dalam Islam,
pemakaian akal tidak diberi kebebasan mutlak tetapi tidak pula diikat
secara ketat sehingga menghambat pemikiran.12

12
Syaiful Dinata, “Pemikiran Harun Nasution (Religius-Rasional) Tentang
Pendidikan Islam,” An-Nida’ 45, no. 2 (December 31, 2021): h. 149.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23 September 1919 di


Pemantang Siantar, Sumatera Utara. Awalnya ia disuruḥ oleh orang
tuanya untuk masuk sekolah Belanda, HIS. Setelah selesai di HIS lalu ia
melanjutkan pendidikannya ke Modern Islamietische Kweekschool (MIK),
semacam MULO, di Bukit Tinggi, yakni sekolah guru menengah pertama
swasta modern milik Abdul Ghaffar Jambek. Karena sekolah swasta saat
itu masih miskin, akhirnya tidak dilanjutkan. Lalu Harun diperintahkan
orang tuanya untuk belajar di Arab Saudi. Tidak lama dari Arab, ia pergi
ke Meṣir hingga akhirnya diterima sebagai mahasiswa Universitas Al-
Azhar dan Universitas Amerika. Setelah mendapat gelar BA di
Universitas Amerika, ia mendapat tawaran kuliah di Universitas McGill
dan akhirnya mendapat gelar MA hingga doctor.
Setelah itu ia bekerja di beberapa tempat hingga akhirnya pulang ke
Indonesia dan menjadi dosen di IAIN. Selang beberapa waktu ia diangkat
menjadi rector. Harun meninggal pada 18 September 1998 di Jakarta.
Harun memfokuskan dirinya pada aspek filsafat dan teologi walaupun
aspek-aspek lain juga tidak dilupakan seperti mengenai politik, dan isu-isu
internasional. Menurutnya umat Islam di Indonesia perlu meningkatkan
kualitasnya dengan cara berfikir rasional. Ia menyatakan bahwa
paham jabariyah yang telah subur di Indonesia menjadi salah satu
penyebab stagnansi dinamika pemikiran umat Islam. Untuk itu Harun

10
memberi solusi berupa membangun kembali pemikiran rasional mu'tazilaħ
supaya umat muslim di Indonesia dapat maju di era modern.
B. Saran
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami memohon kepada pembaca untuk memberikan
saran kepada kami sebagai perbaikan sehingga makalah ini dapat
disempurnakan di kemudian hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dinata, Syaiful. “Pemikiran Harun Nasution (Religius-Rasional) Tentang


Pendidikan Islam.” An-Nida’ 45, no. 2 (December 31, 2021): 151.

Furqan, Furqan, and Arham Hikmawan. “Reason and Revelation According


to Harun Nasution and Quraish Shihab and Its Relevance to Islam
Education.” Al-Misbah (Jurnal Islamic Studies) 9, no. 1 (April 3,
2021): 17–30.

Irfan, Muhammad. “Paradigma Islam Rasional Harun Nasution:


Membumikan Teologi Kerukunan.” Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
(JISA) 1 (December 30, 2018): 103.

Kasmiati, Kasmiati. “Pembaharuan Pendidikan Islam Harun Nasution


(Kajian Filsafat Pendidikan).” Scolae: Journal of Pedagogy 2, no. 2
(December 4, 2019): 266–271.

Muh. Subhan Ashari. “Teologi Islam Persepektif Harun Nasution.” AN


NUR: Jurnal Studi Islam 12, no. 1 (September 30, 2020): 73–96.

Nasution, Harun. “Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa


Perbandingan.” Universitas Indonesia Library. Penerbit Universitas
Indonesia, 2018. Last modified 2018. Accessed May 19, 2023.
https://lib.ui.ac.id.

Rahma, Andi Rika Nur, and Hanan Assagaf. “Teologi Islam Harun
Nasution,” no. 2 (2022).

Syarif, Muh Rasywan. “Rational Ideas Harun Nasution Perspective Of


Islamic Law.” Al-Risalah Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum 21, no. 1
(June 22, 2021): 10–25.

“Buku Teologi Rasional Persepktif Pemikiran Harun Nasition.Pdf,” n.d.

“Isi Peran Harun Nasution Dalam Pendidikan Tinggi Islam.Pdf,” n.d.


Accessed May 19, 2023.
https://repository.uinsi.ac.id/bitstream/handle/123456789/2305/Isi%
20Peran%20Harun%20Nasution%20dalam%20Pendidikan%20Ting
gi%20Islam.pdf?sequence=2&isAllowed=y.

12

Anda mungkin juga menyukai