Anda di halaman 1dari 16

Profil Mahmud Yunus sebagai Tokoh Pemikir Pendidikan

Islam
(Tipologi dan Karakteristik Pemikiran Mahmud Yunus
tentang Pendidikan Islam)
Dosen pengampu: Abu Bakar, M.Pd.I

Oleh :
1. Siti Nurhidayah (18110068)
2. Dina Nur Azizah (18110132)
3. Wardah Nabilah (18110140)

Pendidikan Agama Islam


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2019
Kata Pengantar

Pemikiran pendidikan Islam tentu lahir dari berbagai cara pandang dari banyak
tokoh-tokoh Islam, ulama-ulama muslim yang sampai saat ini pemikiran para beliau
masih ada dan digunakan untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam oleh Bapak
Abu Bakar, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang pemikiran pendidikan Islam menurut
salah satu tokoh muslim pengubah dunia dari pemikiran-pemikiran cerdasnya, yaitu
Mahmud Yunus. Beliau merupakan salah satu pemikir Islam yang akan kita bahas
pandangan-pandangannya tentang pendidikan Islam yang kemudian akan disajikan
dan menjadi obyek pembahasan dalam makalah ini. Pembahasan kita akan dimulai
dari biografi atau riwayat hidup Mahmud Yunus, pemikiran dan karakteristik
Mahmud Yunus dalam dunia pendidikan, sampai karya-karya beliau yang terkenal
dan sampai saat ini masih dijadikan acuan dalam pendidikan.

Harapannya, dengan tersusunnya makalah ini akan membuka wawasan kita


tentang dunia kependidikan khususnya pada dasar pemikirannya yang bersumber dari
ilmuwan-ilmuwan muslim, dan lebih khususnya lagi pemikiran dari Mahmud Yunus.
Dengan demikian pemikiran tersebut bisa digunakan sebagai acuan dalam pendidikan
dan lebih baik lagi apabila dapat dikembangkan untuk kemaslahatan umat.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi kebaikan makalah yang akan dibuat selanjutnya. Semoga makalah
yang disajikan dapat bermanfaat dan menjadi salah satu rujukan dalam dunia
pendidikan.

28 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................4
BAB II..................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................5
2.1 Biografi Mahmud Yunus............................................................................5
2.2 Tujuan Pembelajaran Islam........................................................................5
2.3Metode Pendidikan Islam ...........................................................................6
2.4Kurikulum Pendidikan Islam.......................................................................8
2.5 Kelembagaan Pendidikan Islam...............................................................10
2.6 Karya Mahmud Yunus..............................................................................13
BAB III...............................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejayaan dan perkembangan Islam tidak lepas daari kecerdasan pemikiran para
ilmuwan-ilmuwan muslim. Pemikiran-pemikiran para beliau tidak hanya bermanfaat bagi
dunia Islam saja, akan tetapi juga bermanfaat bagi keseluruhan umat manusia.
Hasil karya mereka berupa buku-buku yang sampai saat ini masih ada dan digunakan
merupakan bukti konkret bahwa pemikiran para ilmuwan muslim tersebut penting dan
sangat dibutuhkansampai sekarang. Dari berbagai bidang ilmu yang mereka wariskan
akan membuat hidup umat manusia menjadi lebih baik dalam berbagai bidang
diantaranya yaitu bidang kedokteran, sosial, sains, astronomi, ekonomi, dll.
Mahmud Yunus merupakan salah satu pemikir pendidikan islam yang sangat
mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia, hingga sampai sekarang. Mahmud Yunus
dapat dikelompokkan sebagai pembaharu dalam pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini
terlihat dari pendidikan dan gagasannya dalam melakukan perombakan sistem pendidikan
Islam yang ketika itu masih tradisional. Beliau lahir di Sungayang Batusangkar 10
Februari 1899.Mahmud Yunus termasuk orang yang mempelopori perlunya mengubah
pengajaran dari yang bercorak individual kepada sistem pegajaran yang klasikal,
Mahmud Yunus adalah penulis yang cukup produktif.
Banyak bukunya telah diterbitkan dan tersebar di tanah air. Buku-buku tersebut
meliputi berbagai bidang ilmu, di antaranya bidang pendidikan, hukum Islam(fiqh), tafsir,
akhlak, ilmu jiwa, sejarah Islam dan lain-lain. Sebagai seorang ahli pendidikan Islam,
konsep-konsep pendidikan Mahmud Yunus sangat komprehensif, karena sebagai seorang
ahli dan praktisi pendidikan, ia juga seorang pejabat Departemen Agama yang selalu
berpikir tentang kemajuan pendidikan Islam.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana biografi atau riwayat kehidupan Mahmud Yunus?
b. Bagaimana pemikiran serta karakteristik pemikirannya?
c. Apa saja karya-karya Mahmud Yunus yang termasyhur?
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan tentang masa hidup Mahmud Yunus
b. Menjelasan tentang pemikiran serta karakteristik pemikirannya
c. Memaparkan hasil karya-karya Mahmud Yunus
d. Memberikan wawasan baru terkait sejarah pemikiran pendidikan Islam

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Mahmud Yunus
Mahmud Yunus lahir pada hari Sabtu, 10 Februari 1899 M. atau 30 Ramadhan
1316 H. di desa Sungayang Batu Sangkar, Kabupaten Tanah Datar Sumatera
Barat.Ayahnya bernama Yunus bin Incek dan ibunya bernama Hafsah binti M.
Thahir.Ia berasal dari keluarga sederhana, ayahnya seorang petani biasa, namun
merupakan tokoh agama yang cukup terkemuka. Pekerjaan Ibunya sehari-hari adalah
bertenun. Ia ahli menenun kain yang dihiasi benang emas, yaitu kain tradisional
Minangkabau yang dipakai pada upacara-upacara adat.1
Mahmud Yunus di waktu kecil dikenal sangat kuat hafalannya. Sewaktu ia
berumur tujuh tahun, selain ia belajar mengaji dan menghafal Alqur’an di surau
kakeknya M. Taher bin M Ali,ia juga membantu kakeknya mengajarkan Alqur’an.Di
surau inilah ia tahu bagaimana cara solat, puasa, dan membaca Alqur’an dengan
benar.
Pada tahun 1908, Mahmud Yunus bersekolah di Sekolah Desa yang didirikan oleh
masyarakat Desa Sungayang. Namun, karena ia tidak puas dengan mata pelajaran di
sekolah Desa, maka pada saat kelas 4 ia pindah ke Madras School dibawah asuhan
H.M. Thaib Umar yang dikenal sebagai salah seorang ulama pembaharu
Minangkabau. Di sekolah ini ia mempelajari ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, Berhitung dan
Bahasa Arab. Meskipun sedang menempuh pendidikan di Madras School, ia tetap
menyempatkan diri membantu kakeknya mengajar Alqur’an di malam hari.2
Jenjang pendidikan selanjutnya yang dilalui Mahmud Yunus setelah di Madras
School ialah Al-Azhar, Mesir pada tahun 1924. Setelah menamatkan pendidikan di al
Azhar, ia melanjutkan ke Dar al-‘Ulȗm Mesir.3 Setelah menjalani masa pendidikan
dan menimba berbagai pengalaman di Mesir, ia kembali ke tanah air pada tahun
1931.4
Pada tahun 1982, Mahmud Yunus memperoleh gelar Doktor Honoris Causa di
bidang ilmu tarbiyah dari IAIN Jakarta atas karya-karya dan jasanya dalam
mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia. Pada 10 Januari 1982, Mahmud
Yunus meninggal dunia.5

1
Mahmud Yunus, Riwayat Hidup Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1982), 5
2
Fauza Masyhudi, “Pemikiran Mahmud Yunus tentang Konsep Pendidikan Islam”. Jurnal Tarbiyah, Vol. 21,
No.1 Januari-Juni 2014, 2.
3
Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Quantum Teaching, Jakarta, 2005, 349.
4
Asmi Yuni, Skripsi: “Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode Pendidikan Islam” (Pekanbaru: UIN Sultan
Syarif Riau), 26.
5
Fauza Masyhudi, “Pemikiran Mahmud Yunus tentang Konsep Pendidikan Islam”. Jurnal Tarbiyah, Vol. 21,
No.1 Januari-Juni 2014, 3.

5
2.2 Tujuan Pendidikan menurut Mahmud Yunus

Menurut Mahmud Yunus tujuan pendidikan Islam adalah (a) untuk kecerdasan
perorangan, (b) untuk kecakapan mengerjakan pekerjaan dengan kata lain tujuan
pendidikan Islam itu menyiapkan anak didik agar di waktu dewasa kelak mereka
cakap melakukan pekerjaan dunia dan akhirat sehingga tercipta kebahagiaan bersama
dunia akhirat. Agar anak-anak bahagia di akhirat maka harus diajarkan tentang
keimanan, akhlak, ibadah dan isi daripada Al Qur’an yang berhubungan dengan hal-
hal yang wajib dan haram dan lain-lainnya. Tetapi yang lebih utama dari itu semua
adalah pendidikan akhlak sebab Rasulullah diutus ke dunia ini adalah untuk
memperbaiki budi pekerti umatnya. Untuk mencapai kebahagiaan di dunia anak-anak
harus diajarkan berbagai macam profesi seperti bertani, berdagang, bertukang,
menjadi guru dan lain-lainnya sesuai dengan bakat dan minat anak.

Dalam hal tujuan disini beliau memiliki tujuan ganda agar setelah dewasa
anak mampu mempersiapkan anak hidup di dunia dan amal ibadah untuk akhirat
sehingga mereka menikmati kehidupan di dunia dan akhirat.

Menurut Mahmud Yunus tugas yang utama dan pertama yang menjadi beban
para ulama, guru-guru agama dan pemimpin-pemimpin Islam adalah mendidik anak-
anak, para pemuda, putra-putri orang-orang dewasa dan masyarakat umumnya,
dengan tujuan agar mereka memiliki akhlak yang mulia dan berbudi pekerti mulia.
(Abuddin Nata, 2005:63). Mahmud Yunus juga menjelaskan bahwa lulusan
pendidikan Islam tidak kalah dengan lulusan pendidikan yang belajar di sekolah-
sekolah yang sudah maju, bahkan lulusan pendidikan Islam tersebut mutunya lebih
baik dari lulusan sekolah-sekolah yang sudah maju. Yaitu lulusan pendidikan Islam
yang selain memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam bidang ilmu-
ilmu umum juga memiliki wawasan dan kepribadian Islam yang kuat. (Herry
Mohammad dkk, 2006:89).6

Menurut beliau, pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan


paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-
anak dan mengangkat mereka ke derajat tinggi , serta berbahagia dalam hidup dan
kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan menyucikan jiwa serta
mendorong untuk mengerjakan perbuatan yang mulia.

2.3 Metode pembelajaran menurut Mahmud Yunus

Metode adalah salah satu komponen dalampembelajaran. Metode berarti


carayang dilakukan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam pendidikan Islam
banyak metode yang digunakan seperti metode keteladanan, nasehat, memberikan
pujian, peringatan dan hukuman, bercerita, latihan kebiasaan, menyalurkan bakat.
Mahmud Yunus juga menggunakan metode ini dalam proses belajar mengajar tentu
6
Fauza Masyhudi, PEMIKIRAN MAHMUD YUNUS TENTANG KONSEP PENDIDIKAN ISLAM, JURNAL TARBIYAH,
Vol. 21, No.1 Januari-Juni 2014 ISSN: 0854-2627 ,hal.101-102

6
saja penggunaannya disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan pengembangan
anak didik.

yang sering digunakan Mahmud Yunus khususnya pengajaran bahasa


Arab adalah metode langsung (thariqah al-mubasyarah) yaitu suatu metode yang
secara langsung mewajibkan siswa-siswanya bercakap-cakap dalam bahasa Arab.
Metode all in one system artinya seluruh cabang ilmu bahasa Arab diajarkan
secara integral sampai mempraktekkan dalam percakapan harian. Metode ini
merupakan khas pengajaran bahasa Arab di Al-Jami alIslamiyah dan Normal
Islam, di bandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan Islam lain yang ada
pada ketika itu.

Menurut Mahmud Yunus, metode lebih penting dari materi (al-tariqah


ahammu min al-maddat). Kata beliau metode adalah jalan yang akan ditempuh
oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran, jalan itu adalah Khittah (garis)
yang direncanakan sebelum masuk ke dalam kelas. Oleh sebab itu seorang guru
harus menggunakan metode yang efektif dan efisiensi sehingga tidak melelahkan
dan membosankan serta beragam dalam penggunaannya. Lebih lanjut ia
menjelaskan banyak guru yang menguasai materi, namun mereka kesulitan dalam
menyampaikannya. Oleh sebab itu menurutnya seorang guru harus pandai
memilih dan menguasai metode yang digunakannya dan mampu mendorong
murid berpikir bukan hanya hafalan.7

Dengan demikian, ada dua hal penting yang terkait metode sebagaimana
yang disebutkan oleh Mahmud Yunus yaitu:

a. Perencanaan sebelum masuk kelas, rencana ini mencakup keseluruhan


aspek yang direncanakan oleh guru, seperti lama pelajaran apa yang dipelajari,
waktu pelajaran, pendekatan-pendekatan dan azas-azasnya dan langkah-langkah
apa saja yang akan dilakukan mulai dari awal sampai habis pelajaran.

b. Saat pembelajaran dilaksanakan. Dalam hal ini ada tiga waktu yang
menjadi perhatian penting bagi guru.

1) Pra pembelajaran, yaitu beberapa hal yang harus diperhatikan seorang


guru saat masuk kelas sebelum pelajaran dimulai, misalnya memperhatikan
kondisi psikologi murid, membangkitkan gharizah (semangat murid),
meneguhkan hati murid, memberikan motivasi dalam diri murid. Pada saat inilah
yang paling penting bagi guru dalam memberikan motivasi sehingga mampu
meningkatkan minat belajar bagi murid.

2) Saat pembelajaran, jika pada pra pembelajaran telah berjalan dengan


lancar dan mendapat tanggapan yang positif, maka inti pelajaran yang akan

7
Zulmardi,MAHMUD YUNUS DAN PEMIKIRANNYA DALAM PENDIDIKAN,Ta’dib Volume 12, No.1 (Juni 2009),
hal.18

7
disampaikan akan mudah, pada saat inilah seorang guru menggunakan metode
atau strategi yang tepat guna dalam memberikan pelajaran.

3) Pasca pembelajaran, yaitu beberapa hal yang dilakukan oleh seorang


guru setelah dilakukannya pembalajaran sebelum guru meninggalkan kelas Seperti
menyimpulkan, memberikan pertanyaan, menyuruh murid mempelajari pelajaran
yang akan datang dan lainnya.

Dari uraian diatas tentang metode pendidikan Islam, bahwa metode


menurut Mahmud Yunus adalah kegiatan yang telah digariskan atau direncanakan
oleh guru sebelum masuk kelas dan rencana tersebut dilaksanakan di dalam kelas
pada saat pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam.

Dalam menerapkan metode pada suatu mata pelajaran Mahmud Yunus


sangat memperhatikan aspek psikologis siswa sesuai dengan prinsip pertumbuhan
dan perkembangan anak, ia juga menekankan pentingnya penanaman moral dalam
proses belajar mengajar, konsep yang disosialisasikannya itu mencakup ketiga
ranah tujuan pendidikan kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif terlihat
dalam kegiatan belajar mengajar yang menekankan pada pendalaman materi
sehingga anak menjadi kritis, aspek psikomotor dalam kegiatan belajar mengajar
menekankan pada pengembangan semaksimal mungkin kecakapan murid
sehingga ia terampil dalam mempraktekkan ilmunya dan aspek afektif dalam
kegiatan belajar mengajar ia tekankan bagaimana guru mampu menanamkan
moral pada murid.

2.4 Kurikulum Pendidikan Islam

Dalam hal kurikulum pendidikan, Mahmud Yunus memiliki pandangan dan


gagasan yang pada masa itu tergolong baru, dan di masa sekarang tampak masih
cukup relevan untuk digunakan. Beliau berusaha merefleksikan keseimbangan
antara ilmu agama dan ilmu umum yang saat itu belum dikenal di madrasah
tradisional. Namun demikian, prioritas pendidikan pada hakikatnya tetap pada
pembentukan kepribadian dan pendidikan moral.8
Selanjutnya, Mahmud Yunus, secara garis besar menggambarkan pokok-
pokok rencana pelajaran pada berbagai tingkatan pendidikan adalah sebagai
berikut: pertama, rencana pelajaran kuttab(pendidikan dasar) membaca al-Qur'an
dan menghafalnya, pokok-pokok agama Islam, seperti cara berwudhu, shalat,
puasa, menulis, kisah atau riwayat orang-orang besar Islam, membaca dan
menghafal syair-syair atau prosa, berhitung, pokok-pokok nahwu dan sharaf ala
kadarnya. karena sistem pengajaran pada masa itu belum dilaksanakan secara
klasikal sebagaimana umumnya sistem pengajaran sekarang ini, tetapi pada
umumnya, anak-anak menyelesaikan pendidikan dasar ini selama kurang lebih 5
tahun. (Zuhairini, 2010:102)
8
TM. Hasybi As-Shiddiqy, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, (1971),hal.21

8
Kedua, rencana pelajaran tingkat menengah: al-Qur'an, bahasa Arab dan
kesusastraan, fiqh,tafsir, hadits, nahwu, sharaf, balaghah, ilmu-ilmu pasti, mantiq,
ilmu falaq, tarikh, ilmu-ilmu alam, kedokteran, musik. Selain itu ada juga mata
pelajaran yang bersifat kejuruan misalnya untuk menjadi juru tulis di kantor-
kantor. Selain belajar bahasa, murid juga harus belajar surat menyurat, pidato,
diskusi, berdebat dan tulisan indah (Zuhairini, 2010: 104)

Ketiga rencana pelajaran pada pendidikan pada umumnya dibagi menjadi


dua jurusan antara lain: pertama: jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa serta sastra
Arab meliputi: tafsir al-Qur'an, Hadits, fiqh dan ushul fiqh, nahwu, sharaf, balaqah
bahasa Arab dan kesusastraannya, kedua: jurusan ilmuilmu umum, meliputi:
mantiq, ilmu-ilmu alam dan kimia, musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu falaq,
ilmu ilahiyah, ilmu hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan dan kedokteran. Terkait dengan
pemilihan jurusan Mahmud Yunus mengutip pendapat Ibnu Sina yang menyatakan
bahwa hendaknya dipertimbangkan bakat, kecenderungan hati dan kecerdasan anak
agar umur anak tidak terbuang percuma. (Zuhairini, 2010:104)

Dari aspek kurikulum pandangan dan berwawasan Mahmud Yunus pada


saat itu yang tergolong baru adalah yang berkaitan dengan kurikulum bahasa Arab,
bahwa pengajaran bahasa Arab itu dilakukan secara integral dari cabangcabang
ilmu bahasa Arab dengan tidak memisah-misahkannya satu persatu, seperti
mengajarkan muthala’ah di dalamnya juga dibahas tentang qawaid, insyak, qira’ah
dan lainnya dari cabang ilmu bahasa Arab.

Untuk penerapan kurikulum bahasa Arabnya tersebut Mahmud Yunus telah


mengarang buku pelajaran bahasa Arab sebanyak 4 jilid. Dalam buku tersebut
Mahmud Yunus menerapkan metode pengajaran bahasa Arab dengan memadukan
unsur membaca, menulis, memahami dan bercerita dengan menggunakan bahasa
Arab. Buku yang dikarangnya pada saat ia berada di Mesir itu mulai ia laksanakan
pada tahun 1931 ketika mengajar di Madrasah Al-Jami’ah Al-Islamiyah (1931-
1932) dan Normal Islam (1931-1946) yang diberi nama Kulliyatul Al-Muallimin
al-Islamiyah Normal Islam Padang.

Mahmud Yunus menambahkan dalam kurikulum Nasional Islam dan


AlJami’ah Al-Islamiyah ilmu-ilmu umum, seperti ilmu alam/ kimia, ilmu hayat/
biologi, ilmu pasti/ aljabar dan ilmu ukur, ekonomi, sejarah, ilmu falak, tata negara,
bahasa Inggris, bahasa Belanda, gerak badan, ilmu pendidikan, ilmu jiwa, ilmu
kesehatan dan khat. Pelajaran bahasa Arab lebih ditekankan pada penguasaan kosa
kata, sehingga kelas satu sudah diajarkan mengarang dengan bahasa Arab dengan
perbendaharaan kata yang dimiliki siswa. Begitu pula pelajaran Muthola’ah
(membaca), mahfhuzah (menghafal), qawaid (nahwu, saraf) dan adabullughah,
telah diajarkan di kelas satu, demikian pula dengan bahasa Inggris dan bahasa
Belanda.9

9
Nata, Abuddin,Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,(2005) hal.35

9
Dalam hal pemantapan kurikulum pada madrasah-madrasah yang beliau
pimpin, Mahmud Yunus juga berusaha mengembangkan penafsiran al-Qur`an pola
penafsiran Indonesia modern, yaitu karya-karya tafsir yang terbit mulai paruh ke 2
abad ke-20.32 Bahkan dalam catatan Howard Federspiel, Tafsir al-Qur`an al-
Karim karya Mahmud Yunus tergolong sebagai hasil karya terjemahan al-Qur`an
generasi pertama bersama Tafsir al-Furqan karya Ahmad Hasan.10

Mahmud Yunus juga menitikberatkan pada kajian pendalaman fiqh Islam


hal ini ditunjukkan dengan kemahiran Mahmud Yunus dalam menguasai
fiqh/hukum Islam terbukti ditemukan banyak hasil pemikiran dan karya-karya
beliau dalam bidang fiqh. Karya-karya fiqhnya setakat ini tetap digunakan sebagai
rujukan di pelbagai madrasah, pondok, bahkan juga institusi pengajian tinggi di
Indonesia. Sampai saat ini, jumlah karya-karya Mahmud Yunus dalam bidang fiqh
tersebut adalah sebanyak 17 buah.11

Mengkaji kurikulum yang ditawarkan oleh Mahmud Yunus, jika dilihat


pada sekolah normal Islam yang didirikannya, porsi ilmu pengetahuan umum lebih
banyak dari pada porsi ilmu pengetahuan agama. Akan tetapi ini bukan berarti ia
lebih mendahulukan ilmu pengetahuan umum. Namun ia mengambil kebijakan
demikian dengan pertimbangan bahwa kualitas keilmuan input pada sekolah
tersebut telah dibekali sebelumnya dengan ilmu pengetahuan agama. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa beliau juga mempertimbangkan prinsip
keberlanjutan dalam perumusan kurikulum. Selain itu, beliau jugamenggambarkan
secara garis besar pokok-pokok rencana pelajaran pada berbagai tingkatan
pendidikan. Dalam hal ini, kurikulum yang ditawarkan tetap menyeimbangkan
ilmu umum dan agama. Selanjutnya ia juga menawarkan kurikulum pengajaran
yang integrated dalam pengajaran bahasa Arab.

2.5 Kelembagaan Pendidikan Islam

Menurut Mahmud Yunus ada tiga kelembagaan yang memberikan


pengaruh dalam membentuk pribadi dan karakter seorang anak, yaitu:

Pertama, lembaga pendidikan pertama menurut Mahmud Yunus adalah


rumah tangga.12 Rumah tangga mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam
pembentukan watak dan karakter anak-anak. Pendidikan di rumah ini ditekankan
pada pembinaan watak, karakter, kepribadian, keterampilan mengerjakan pekerjaan
atau tugas keseharian yang biasa dikerjakan di rumah tangga. Mahmud Yunus
mengutip pendapat Hafiz Ibrahim: “Ibu itu bagai sekolah, mengeluarkan umat yang
baik budi. Ibu itu laksana taman, menghasilkan buah lezat rasanya. Ibu itu guru
segala guru, berpengaruh sampai ke ufuk langit.”

10
Howard Federspiel, Kajian al-Qur‟an di Indonesia, Terj. Tajul Arifin, (Bandung: Mizan, 1996), h. 137
11
Eficandra Masril, Mohd. Nasiran Mohamad, Muhammad Adib Samsudin, Anwar Fakhri Omar, “Pemikiran Fiqh
Mahmud Yunus (Fiqh Thought of Mahmud Yunus),” Islamiyat 35 (1), 2013, h. 7
12
Mahmud Yunus, Pokok-pokok ..., h. 27-28

10
Selanjutnya Mahmud Yunus, menekankan bahwa pendidikan di rumah
tangga ditekankan pada pembinaan budi bahasa dan tutur kata, pada adab dan
akhlak anak, dan pada penghalusan perasaan dan menumbuhkan nilai-nilai
keindahan dalam jiwa anak. Rumah tempat penanaman akidah, bimbingan
membaca dan menghafal al-Qur'an, praktik ibadah, dan praktek melakukan akhlak
mulia, baik terhadap ayah ibu, dan anggota keluarga lainnya.

Kedua, lembaga pendidikan kedua menurut Mahmud Yunus, adalah


sekolah (madrasah). Sekolah adalah tempat mendidik dan mengajar anak-anak,
yang mempunyai peraturan dan ketentuan yang harus ditaati murid-murid
(formalisasi). Menurut Mahmud Yunus, sekolah merupakan rumah tangga terbesar,
karena di sana berkumpul seluruh komponen pendidikan ada guru, murid, proses
pembelajaran, peralatan pembelajaran.13

Tugas sekolah bukan semata-mata mengajar anak membaca, menulis dan


berhitung, tetapi jauh lebih penting dari itu sekolah berusaha mempersiapkan anak
untuk mengisi kebutuhan masyarakat tempat tinggalnya dan menempuh kehidupan
yang sempurna. Untuk mewujudkan dan melahirkan anak didik seperti yang
disebutkan di atas, maka perlu mempersiapkan guru-guru yang cakap dan ahli,
mempunyai minat dan kemauan mendidik yang kuat, mempunyai pengetahuan
tentang ilmu jiwa peserta didik, pengetahuan dan keterampilan cara mendidik
dengan pendekatan pendidikan modern.

Ketiga, lembaga pendidikan yang berpengaruh dalam pendidikan anak-anak


adalah lingkungan dan pergaulan masyarakat.Menurut Mahmud Yunus, lingkungan
dan alam sekitar anak-anak, serta teman sejawatnya mempunyai pengaruh yang
besar sekali dalam pembentukkan akhlak anak. Lingkungan yang baik akan
melahirkan anakanak yang berhati mulia, dan sebaliknya lingkungan yang jahat
akan melahirkan anak-anak yang melakukan tindakan terpuji.14

Selanjutnya dalam hal kelembagaan ini, terlihat bahwa Mahmud Yunus


termasuk orang yang mempelopori perlunya merubah sistem pengajaran dari yang
bercorak individual kepada sistem pengajaran klasikal. Diketahui bahwa pada
sistem individual sebagaimana diterapkan di pesantren-pesantren menggunakan
metode sorogan atau weton (bandungan). 15

sebagaimana diterapkan di pesantren-pesantren menggunakan metode


sorogan atau wetonan kepada sistem pengajaran klasikal. Dalam metode sorogan

13
Ibid., h. 33
14
39 Ibid., h. 33
15
Istilah sorogan berasal dari kata sorog yang berarti menyodorkan. Sebagai setiap menyodorkan kitabnya di
hadapan kiai atau para asistennya. Dalam metode ini memungkinkan guru dapatmengawasi dan membimbing
kemampuan muridnya secara maksimal. Metode ini menuntut kesabaran murid dan guru. Tidak terdapat
aturan formal dalam pola ini termasuk soal waktu. Biasanya banyak atau sedikitnya waktu yang digunakan
tergantung pada kemampuan murid menangkap dan mencerna. Lihat Manfred Oepen dan Walfgang Karcher
(ed.), The Impact of Pesantren in Education and Community Development in Indonesia, (Jakarta: P3M, 1998),
h. 21

11
ini biasanya murid satu-persatu mendatangi guru dengan membawa kitab yang
akan dipelajarinya. Kiai atau guru membacakan kitab yang berbahasa Arab, kata
demi kata, dilanjutnya dengan menerjemahkan dan menerangkan maksudnya.
Selanjutnya murid menyimak dan mengulangi bacaan berikut makna yang
terkandung di dalamnya untuk membuktikan apakah bacaannya itu sudah benar
atau belum. Dalam metode sorogan ini belum dikenal adanya sistem kelas.

Sehubungan dengan kelembagaan pendidikan tersebut di atas, Mahmud


Yunus memperkenalkan Kulliyah al-Muallimin al-Islamiyah (KMI) atau Normal
Islam pada tanggal 1 April 1931, di mana pelaksanaan pengajaran dilaksanakan di
kelas-kelas dengan jadwal dan kurikulum yang sudah ditetapkan Namun pada
pelaksanaannya rencana pengajaran madrasah-madrasah mu‟allimin, tidak sama
bagi madrasah-madrasah itu. Jadi ada yang mengajarkan semua ilmu-ilmu tersebut
dan ada pula yang mengajarkan hanya sebagian saja, tergantung kebijakan guru
yang sedang mengajar.

kitab lama diganti denga bahanbahan yang sudah diolah sesuai dengan
silabus, di antaranya diktat yang ditulis oleh Mahmud Yunus. Pelajaran umum dan
agama dimasukkan seimbang dalam kurikulum dan murid-murid diharuskan
berbicara dalam bahasa Arab. Lembaga pendidikan ini yang banyak berpengaruh
pada perkembangan pendidikan Islam modern di Indonesia, salah satunya melalui
alumninya KH. Imam Zarkarsyi, salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam
Gontor Ponorogo Jawa Timur. Di tahun 1936 Pesantren Gontor sudah mengikuti
kurikulum dan sistem pendidikan normal Islam (modern), dan pada perkembangan
selanjutnya popularitas Pondok Modern Gontor itu melebihi Normal Islam sampai
sekarang.Masuknya materi pengetahuan umum dalam kurikulum yang diajarkan
juga merupakan suatu bentuk modernisasi ketika itu.16

Mahmud Yunus berkeinginan untuk mendirikan sekolah Islam Tinggi di


Padang. Keinginan Mahmud Yunus tersebut terwujud dengan didirikannya Sekolah
Tinggi tersebut pada 7 November 1940. Mahmud Yunus sekaligus menjabat
sebagai Direkturnya. Namun, Sekolah Tinggi ini tidak berumur panjang karena
pada tanggal 1 Maret 1942 pemerintahan Jepang melarang adanya Sekolah Tinggi
tersebut.Setelah Sekolah Tinggi Islam dibubarkan Mahmud Yunus kemudian
mendirikan SGHA ( Sekolah Guru Hakim Agama ) di kota Raja Bukit Tinggi dari
Bandung juga mendirikan PGA ( Pendidikan Guru Agama ) di 8 kota.17

Menurut Saiful Sarifuddin, jika diperhatikan, konsep pemikiran Mahmud


Yunus ini menunjukan bahwa Mahmud Yunus mempunyai keinginan menerapkan
konsep pendidikan Link and Match yaitu konsep pendidikan yang berorientasi
bagaimana para lulusanya atau alumni Sekolah Islam selain memiliki kemampuan
akademis juga memiliki kemampuan profesional atau keahlian sesuai dengan
16
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama; Metode Mengajarkan Pendidikan Agama di Sekolah
Dasar, SMP, SMA, dan Fakultas Umum, Serta Metode Mengajarkan Ilmu Agama di PGAN 6 Tahun, (Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 1980), cet. Ke-10
17
Mahmud Yunus, Pokok-pokok ..., h. 95-96

12
tuntutan lapangan kerja. Kaitannya dengan konsep Link and Match ini Mahmud
Yunus ingin menerapkan sistem pengajaran ganda ( Double Sistem Of Learning )
yakni sistem pengajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
melakukan praktek kerja lapangan sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya,
hal ini dapat dilihat dari tujuan pendirian SGHA ( Sekolah Guru Hakim Agama )
dan PGA ( Pendidikan Guru Agama ) dimana lulusan dari lembaga pendidikan ini
diharapkan dapat bekerja sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya.18

2.6 Karya Mahmud Yunus

Mahmud Yunus adalah penulis yang cukup produktif. Banyak bukunya telah
diterbitkan dan tersebar di tanah air. Buku-buku tersebut meliputi berbagai bidang
ilmu, di antaranya bidang pendidikan, hukum Islam(fiqh), tafsir, akhlak, ilmu jiwa,
sejarah Islam dan lain-lain. Selama hidupnya ia telah menghasilkan 75 karya, 49
karya tulis berbahasa Indonesia dan 26 karya berbahasa Arab.

Diantara karya-karyanya adalah sebagai berikut :


Sejarah Pendidikan Islam, Metode Khusus Pendidikan Agama, Pokok-Pokok
Pendidikan dan Pengajaran, Riwayat Hidup Prof. Dr. Mahmud Yunus, Juz Amma dan
Terjemahannya, Pelajaran Huruf alquran 2 jilid, Marilah Sembahyang 4 jilid,
Keimanan dan Akhlak 4 jilid, Puasa dan Zakat, Haji Ke Makkah, Beberapa Kisah
Nabi dan Khalifah-Khalifahnya, Beriman dan Berbudi Pekerti,
Lagu-Lagu Baru Pendidikan Agama/ Akhlak, Pemimpin Agama jilid 3, Pelajaran
Bahasa Arab 4 jilid, Hukum Warisan dalam Islam, Ilmu Perbandingan Agama, Kamus
Alquran 2 jilid, Kamus Alquran 30 juz, Doa-doa Rasulullah Saw, Akhlak Bahasa
Indonesia, Moral Pembangunan dalam Islam, Marilah Ke al-Quran, Pedoman Dakwah
Islamiyah, Contoh Tulisan Bahasa Arab Tsuluts/ Nasakh/ Riq’ah, Metodik Kusus
Bahasa Arab, Pendidikan dalam Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat,
Hukum Perkawinan dalam Islam Menurut 4 Mazhab, Pelajaran Sembahyang untuk
Orang Dewasa/ Pelajar/ Mahasiswa, Soal Jawab Hukum Islam, Tafsir Ayat Akhlak,
Sejarah Islam di Minangkabau, Tafsir al-Quran al-Karim 30 juz, Kamus Arab
Indonesia, Al-Adyan, Tafsir Al-Fatihah, Ilmu Mustolah Hadis, Riwayat 25 Rasul,
Kesimpulan Isi al-Quran, Pengetahuan Umum Ilmu Mendidik, Dasar-dasar Negara
Islam, Manasik Haji untuk Orang Dewasa, Ilmu Jiwa Kanak-Kanak, Pengembangan
Pendidikan Islam di Indonesia.
Dalam bahsa Arab karyanya antar lain: Ta’lim Huruf Al-Quran 2 jilid, Alif Ba Ta
dan Juz Amma, Juz Amma dan Terjemahannya, Durus al Lughah al Arabiyah 4 jilid,
Almuhatsah al Arabiyah 2 jilid, Al mukhtar lil Almuthala’ah wa Mahfudzt 2 jilid,
Durus al Tauhid, Mabadi al Fiqh al Wadhih, Al Fiqh al Wadhih 3 jilid, Al Fiqh al
Wadhih al Tsani, Al Mazahib al Arba’ah, Muzakirah Ushul al Fiqh al Islami, Ilmu
Musthalah al Hadis, Al Madsil fi Tafsir al-Quran, Tafsir al-Fatihah, Muhadharah,
Israiliyah fi Tafsir wa al Hadis, Tafsir Ayat Akhlak, Kamus al-Quran 3 jilid, Kamus
Arab Indonesia, Al bakhs al Tauhid Mabda’, Al syuhur al Arabiyah fi al Bilad al

18
Juwariyah, “Perbandingan Pendidikan Islam Perspektif Mahmud Yunus dan Muhammad „Athiyah al-Abrasyi,”
Jurnal Pendidikan Islam: Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436, h. 199

13
Islamiyah, Tarikh Islam, Khulashah Tarikh Hayat al Ustadz Mahmud Yunus, Al
Adyan Al Tarbiyah w Ata’lim 3 jilid, dan Ilmu al Nafs.19

Ahmad Ghozali Harahap, “Konsep Pendidikan Islam Prespektif Mahmud Yunus”. Jurnal Pendidikan dan
19

Kependidikan, Vol.1 No.1 Desember 2016, 38.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang tersebut dapat disimpulkan bahwa Mahmud Yunus dapat
dikelompokkan sebagai pembaharu dalam pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini
terlihat dari pendidikan dan gagasannya dalam melakukan perombakan sistem
pendidikan Islam yang ketika itu masih tradisional. Pemikiran Mahmud Yunus dapat
dilihat dari ketiga aspek pembaharuannya yaitu; dalam aspek kelembagaan, aspek
metode dan sistem pendidikan serta aspek tujuan pendidikan Islam dan kurikulum.
Begitu juga di Normal Islam dan Kulliyatul Mua’allimin Al-Islamiyah. Pada aspek
metode Mahmud Yunus melakukan metode yang bervariasi dengan menggunakan
sistem klasikal. Dia mempelopori penggunaan metode all in one system dan thariqah
al mubasyarah dalam pengajaran bahasa Arab.

Dapat dikatakan bahwa ide-ide Mahmud Yunus merupakan indikator dari


pembaruan konsepnya tentang pendidikan. Sebagai seorang ahli pendidikan Islam,
konsep-konsep pendidikan Mahmud Yunus sangat komprehensif, karena sebagai
seorang ahli dan praktisi pendidikan, ia juga seorang pejabat Departemen Agama
yang selalu berpikir tentang kemajuan pendidikan Islam. Dengan demikian konsep-
konsep pendidikan Mahmud Yunus selalu berangkat dari idealitas empiris.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ghozali Harahap, “Konsep Pendidikan Islam Prespektif Mahmud Yunus”. Jurnal
Pendidikan dan Kependidikan, Vol.1 No.1 Desember 2016

Asmi Yuni, Skripsi: “Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode Pendidikan Islam”
(Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Riau)

Eficandra Masril, Mohd. Nasiran Mohamad, Muhammad Adib Samsudin, Anwar Fakhri
Omar, “Pemikiran Fiqh Mahmud Yunus (Fiqh Thought of Mahmud Yunus),” Islamiyat 35
(1), 2013

Fauza Masyhudi, “Pemikiran Mahmud Yunus tentang Konsep Pendidikan Islam”. Jurnal
Tarbiyah, Vol. 21, No.1 Januari-Juni 2014

Howard Federspiel, Kajian al-Qur‟an di Indonesia, Terj. Tajul Arifin, (Bandung: Mizan,
1996)

Juwariyah, “Perbandingan Pendidikan Islam Perspektif Mahmud Yunus dan Muhammad


„Athiyah al-Abrasyi,” Jurnal Pendidikan Islam: Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama; Metode Mengajarkan Pendidikan


Agama di Sekolah Dasar, SMP, SMA, dan Fakultas Umum, Serta Metode Mengajarkan Ilmu
Agama di PGAN 6 Tahun, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1980)

Mahmud Yunus, Riwayat Hidup Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, (Jakarta: Hidakarya Agung,
1982)

Manfred Oepen dan Walfgang Karcher (ed.), The Impact of Pesantren in Education and
Community Development in Indonesia, (Jakarta: P3M, 1998)

Nata, Abuddin,Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,(2005)

Ramayulis dan Samsul Nizar, 2005, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum
Teaching

TM. Hasybi As-Shiddiqy, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, (1971)

Zulmardi, “Mahmud Yunus Dan Pemikirannya dalam Pendidikan”,Ta’dib Volume 12, No.1
(Juni 2009)

16

Anda mungkin juga menyukai