Oleh:
Pembimbing :
FAKULTAS USHULUDDIN
2023 M/ 1445 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini tidak akan
selesai tanpa dorongan-dorongan langsung, baik moral, maupun material. Untuk itu
penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang
sudah membantu.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tafsir karya Mahmud Yunus merupakan salah satu karya monumental pada
kelompok periodenya maupun generasinya. Karya tafsir Mahmud Yunus ini
mempermudah pembaca untuk berinteraksi dengan Al-Qur'an. Hal ini dicapai melalui
penyusunan tafsirnya yang bertujuan agar makna Al-Qur'an dapat dipahami oleh
1
Abdullah, M. (2009). Khazanah Tafsir di Malaysia. Bentong, Pahang: Book Pro Publishing Services.
m/s 45.
3
seluruh lapisan masyarakat. Karya ini dianggap sebagai salah satu inovator dalam tafsir
berbahasa Indonesia yang banyak dimanfaatkan oleh individu yang berbahasa Melayu,
terutama karena penggunaan huruf Latin dalam menerjemahkan dan menafsirkan Al-
Qur'an. Oleh karena itu, Mahmud Yunus diakui sebagai pelopor pola penulisan tafsir
Al-Qur'an yang baru di Indonesia, terutama dalam hal tafsir akademik. Oleh karena itu,
makalah ini akan membahas Tafsir Al-Qur'an al-Karim karya Mahmud Yunus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar Belakang Penafsiran dari Mahmud Yunus?
2. Bgaimana Biografi dari Mahmud Yunus?
3. Apa Kajian Metodologi Penafsiran Mahmud Yunus?
C. Tujuan Makalah
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah studi kitab tafsir melayu dalam
Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
4
BAB II
PEMBAHASAN
Penulisan kitab tafsir ini dimulai pada tahun 1922 M dan berhasil diterbitkan
untuk juz pertama, kedua dan ketiga. Selang dua tahun, pada 1924 M Mahmud Yunus
menghentikan penulisan karena ia ingin melanjutkan studi ke al-Azhar Kairo, Mesir.
Saat belajar di Mesir inilah, Mahmud Yunus mengetahui tentang kebolehan
menerjemahkan dan menafsirkan Al-Qur‟an ke dalam bahasa asing –selain bahasa
Arab. Hal ini boleh dilakukan dengan tujuan agar bangsa non-Arab yang tidak paham
dengan bahasa Arab juga dapat memahami dan mempelajarinya. Karenanya, setelah
Mahmud Yunus pulang dari Mesir, ia pun melanjutkan penulisannya pada tahun 1935
M. Pada saat itu, Mahmud Yunus pun berhasil menamai kitab ini dengan “Tafsir Al-
Qur‟an al-Karim”. Selanjutnya, penafsiran ini diterbitkan satu juz tiap dua bulan.
Adapun dalam penerjemahan juz tujuh sampai juz 18 dibantu oleh H. M. K. Bakry, dan
akhirnya pada bulan April 1938 M, 30 juz Al-Qur‟an pun khatam.3
Karya tafsir ini, seperti yang diakui Mahmud Yunus, berorientasi mulia, dalam
artian “menjelaskan petunjuk-petunjuk Al-Qur‟an agar diamalkan oleh kaum Muslimin
khususnya dan umat manusia pada umumnya, sebagai petunjuk universal.” Menurutnya
pula, tujuan dari penulisan tafsir ini adalah untuk memberikan keterangan dan
penjelasan tentang petunjuk-petunjuk Al-Qur‟an agar dapat dimengerti dengan mudah,
cepat, dan dapat dipraktikkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, karya
ini juga disuguhkan untuk kalangan pelajar dan mahasiswa sebagai bahan praktis
2
Lebih lanjut lihat Mahmud Yunus dalam mukadimah Tafsir Al-Qur‟an al-Karim, iii-vii. Lihat juga
Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir, 84.
3
Ibid hlm 84
5
mempelajari bahasa Al-Qur‟an dan juga untuk masyarakat umum yang ingin mendalami
isi kitab suci.4 Dari sini tersirat betapa Mahmud ingin menjadikan karyanya ini sebagai
tafsir yang bersahaja, praktis, dan dapat dipelajari semua orang.
Mahmud Yunus lahir pada tanggal 10 Februari 1899 Masehi atau bertepatan
dengan 30 Ramadan 1316 Hijriyah, di desa Sungayang Batusangkar, Kabupaten Tanah
Datar, Sumatera Barat. Beliau meninggal pada hari Sabtu, 16 Januari 1982 Masehi atau
bertepatan dengan 20 Rabi‟ul Awal 1402 Hijriyah. Ayah Mahmud Yunus adalah
seorang petani bernama Yunus bin Incek dari suku Mandailing, yang menjabat sebagai
Imam Nagari, sementara ibunya bernama Hafsah bint M. Thahir dari suku Chaniago,
seorang pengrajin tenun.5 Ia merupakan satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya.
Mahmud Yunus mempunyai lima orang istri dan dengannya dikarunai 18 orang anak.6
4
Yunus, Tafsir Al-Qur‟an al-Karim, iii-vii.
5
Abdul Rouf, Mozaik Tafsir Indonesia, 153–63.
6
Malta Rina, Pemikiran dan Karya-Karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, 170-174.
7
Lebih lanjut lihat Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam, 85-86. Lihat juga Saiful Amin Ghofur,
Profil Para Mufasir al-Qur‟an, 197-199.
8
Lebih lanjut lihat Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam, 85-86. Lihat juga Saiful Amin Ghofur,
Profil Para Mufasir al-Qur‟an, 197-199.
6
Karir dan karya
C. Kajian Metodologi
Penulisan tafsir ini dimulai pada tahun 1922 M dan berhasil menerbitkan juz
pertama, kedua, dan ketiga. Namun, setelah dua tahun, pada tahun 1924 M, Mahmud
9
Lebih lanjut lihat Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam, 86-91. Lihat juga Saiful Amin
Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an, 199-200.
10
Lebih lanjut lihat Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam, 86-91. Lihat juga Saiful Amin
Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an, 199-200. Profil Para Mufasir al-Qur’an\, 200. Lihat
juga Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir; Kiprah
Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam, (Jakarta: LEKAS, 2011), 42.
11
Lebih lanjut lihat Mahmud Yunus dalam mukadimah Tafsir Al-Qur’an al-Karim, iii-vii. Lihat
juga Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir, 84.
7
Yunus menghentikan penulisannya karena ingin melanjutkan studinya di al-Azhar,
Kairo, Mesir. Di Mesir, ia mempelajari tentang kemungkinan menerjemahkan dan
menafsirkan Al-Qur'an ke dalam bahasa selain bahasa Arab. Ia melihat hal ini sebagai
upaya untuk memungkinkan bangsa non-Arab yang tidak memahami bahasa Arab dapat
memahami dan mempelajarinya. Oleh karena itu, setelah kembali dari Mesir, ia
melanjutkan penulisan pada tahun 1935 M. Pada tahun tersebut, Mahmud Yunus
menamai kitabnya "Tafsir Al-Qur'an al-Karim". Setelah itu, penafsiran ini diterbitkan
satu juz setiap dua bulan. Dalam menerjemahkan juz tujuh sampai juz 18, ia dibantu
oleh H. M. K. Bakry, dan pada bulan April 1938 M, keseluruhan 30 juz Al-Qur'an
selesai ditafsirkan.12
Karya tafsir ini, sesuai dengan pengakuan Mahmud Yunus, memiliki tujuan
yang mulia, yaitu "menjelaskan ajaran-ajaran Al-Qur'an agar dapat diamalkan oleh umat
Muslim secara khusus dan seluruh umat manusia secara umum, sebagai pedoman
universal." Mahmud Yunus juga menyatakan bahwa tujuan dari penulisan tafsir ini
adalah untuk memberikan penjelasan dan interpretasi tentang ajaran-ajaran Al-Qur'an
agar dapat dipahami dengan mudah, cepat, dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, karya ini juga disajikan bagi pelajar dan mahasiswa sebagai
sumber praktis dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, serta untuk masyarakat umum
yang ingin memahami lebih dalam isi kitab suci.13 Dari konteks ini, tampak jelas
bagaimana Mahmud Yunus berusaha menjadikan karyanya sebagai tafsir yang
sederhana, praktis, dan dapat diakses oleh semua kalangan.
1. Sistematika penyajian
12
Lebih lanjut lihat Mahmud Yunus dalam mukadimah Tafsir Al-Qur’an al-Karim, iii-vii. Lihat
juga Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir, 84.
13
Yunus, Tafsir Al-Qur’an al-Karim, iii-vii.
8
awal tafsir, Mahmud Yunus memulai dengan pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang dan sedikit informasi revisi di beberapa tempat.
Pendahuluan ini hanya berkisar kurang lebih lima halaman. Yang membedakan
tafsir ini dengan tafsir-tafsir lainnya yaitu di bagian paling akhir penyajian tafsir, beliau
menyertakan 32 halaman khusus yang terdiri dari kesimpulan isi al-Quran. Dimana
kesimpulan itu memuat hukum-hukum, etika (akhlak), ilmu pengetahuan, ekonomi
sejarah dan lain sebagainya.
2. Metodologi Penafsiran
14
Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an, 200-201.
15
Yunus, Tafsir Al-Qur’an al-Karim, iii-vii.
16
Tri Hermawan, Putri Rafa Salihah, Muhammad Hafizh, “The Concept of Women‟s Dress in
Tafsir Nusantara: A Comparative Study of Four Indonesian Exegeses,” Ulumuna: Journal of Islamic
Studies 21, no. 2 (2017): 370-390.
17
Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur’an al-Karim, h. iii-vii. Khader Ahmad dkk, “Ketokohan Mahmud
Yunus dalam Bidang Tafsir Al-Qur‟an: Kajian terhadap Kitab Tafsir Quran Karim,” The 2nd Annual
International Qur’anic Conference, Centre of Quranic Research (CQR), Tahun 2012,
202-207.
9
8) Menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan mengemukakan kisah nabi-nabi dan
umat-umat terdahulu.
3. Validitas Penafsiran
a. Secara Koherensi, pada teori koherensi ini dapat diambil dari teori tafsir
yang ada pada Tafsir Qur`an Karim yaitu teori asbab alnuzul dan
munasabah. Dimana kedua teori tersebut sesuai atau koheren dengan
pendapat mufasir terdahulu meskipun terdapat riwayat-riwayat yang masih
diragukan serta ada pula hadis-hadis sahih seperti Bukhari dan Muslim.
Seperti dalam penafsiran Al-Fatiḥah ayat 2, Mahmud Yunus menafsirkan
ayat dengan ayat Al-Qur‟an lainya (munasabah), lalu menganalisis mufradat
(kosa kata) dan memaparkan kandungan ayat tersebut secara umum dan
memaparkan maksudnya (ijtihadnya), juga menerangkan ayat tersebut
dengan pendapat ulama tafsir dan hadis Nabi Muhammad saw.
b. Secara Korespondensi, Penafsiran yang terkait dengan ayat-ayat kauniyah
dikatakan benar apabila ia sesuai dengan hasil penemuan teori ilmiah yang
sudah sesuai. Mahmud Yunus membuat kesimpulan dan pengelompokan
terhadap ayat-ayat kauniyah berkaitan dengan penciptaan langit dan bumi
dan fenomena di dalamnya.
c. Secara Pragmatisme, penafsiran itu tidak diukur dengan teori atau penafsiran
lain, tetapi diukur dari sejauh mana ia dapat memberikan solusi atas problem
yang dihadapi manusia sekarang ini. Seperti yang diketahui, bahwa corak
dari Tafsīr Qur`ān Karīm mengacu pada metode ijmāli namun dalam
beberapa ayat, ia lebih memperhatikan hingga terlihat corak penafsiran
taḥlīli, Hal ini telah dijelaskan sebelumnya.
a. Corak Ilmi
Adanya corak ilmiah dalam kitab tafsir Mahmud Yunus ini sesuai dengan tujuan
dalam penulisan karyanya, yaitu untuk menggali hubungan harmoni antara Al-Qur‟an
sebagai sumber pokok ajaran Islam dan mengelaborasinya dengan ilmu pengetahuan
10
dan teknologi yang menjadi ciri utama modernitas yang semakin hari semakin
meningkat. Untuk mempertegas corak ini, pada bagian kitab juga terdapat indeksindeks
ayat yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi18
Faktor lain yang mendukung kehadiran pendekatan ilmiah dalam Tafsir Al-
Qur'an al-Karim ini mencakup hal berikut: pertama, Mahmud Yunus memberikan
penjelasan mengenai ayat-ayat Al-Qur'an sesuai dengan perspektif teori ilmiah modern.
Kedua, dia menggunakan temuan dan kemajuan ilmiah modern untuk memperkuat
mukjizat Al-Qur'an dan mengangkat nilai-nilai ajaran Islam. Ketiga, ia juga menyajikan
temuan ilmiah modern sebagai materi perbandingan dalam memahami fenomena dan
pesan-pesan ajaran Al-Qur'an untuk menyesuaikannya dengan konteks kekinian.19
Beberapa contoh penafsiran ilmiah yang terdapat dalam kitab tafsir Mahmud Yunus ini
adalah sebagai berikut:
علَ ْي ِه ْم
َ س َل ْ َ اَلَ ْم َي ْج َع ْل َك ْيدَ ُه ْم فِ ْي ت١ ة ْال ِف ْي ِۗ ِل
َ َّوا َ ْر٢ ض ِل ْي ٍۙ ٍل ِ ٰصح ْ َ ْف فَ َع َل َرت َُّك ِتا َ اَلَ ْم ت َ َز َكي
٥ ࣖ صفٍ َّمأ ْ ُك ْى ٍل َ ت َ ْز ِم ْي ِه ْم تِ ِح َج٣ طي ًْزا اَتَاتِ ْي ٍۙ َل
ْ َ فَ َجعَلَ ُه ْم َكع٤ ارةٍ ِ ّم ْه ِس ِ ّج ْي ٍۙ ٍل َ
18
Arif Iman Mauliddin, Unsur Lokal dalam Tafsir Al-Qur‟an Karim , h. 43-44. Lebih lanjut lihat M.
Anwar Syarifuddin dan Jauhar Azizy, “Mahmud Yunus: Pelopor Pola Baru Penulisan Tafsir Al-Qur‟an
Indonesia”, Jurnal Ilmu Ushuluddin , Vol. 2, No. 3, Januari-Juni 2015, 331-332.
19
Arif Iman Mauliddin, Unsur Lokal dalam Tafsir Al-Qur‟an Karim , 44. Lebih lanjut lihat M. Anwar
Syarifuddin dan Jauhar Azizy, “Mahmud Yunus: Pelopor Pola Baru Penulisan Tafsir Al-Qur‟an
Indonesia,” 332.
11
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?
4. yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar,
b. Corak Sosial
Suatu karakteristik tambahan yang terlihat dalam kitab ini, yang memberikan
kesan akademis, adalah pola sosial. Mahmud Yunus secara signifikan menonjolkan
penekanan pada nilai-nilai sosial dalam karya tafsirnya. Ini adalah metode yang
diambilnya untuk mewujudkan tujuan penulisannya, yaitu menyampaikan dakwah Islam
dan menjadikan ajaran dasar Al-Qur'an sebagai panduan universal.21
20
Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur‟an al-Karim , 6.
21
Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir , 117. Lebih lanjut lihat Iskandar, “Tafsir Qur‟an Karim
Karya Mahmud Yunus,” 8-10.
12
Minangkabau, tempat kelahirannya. Ia menggunakan ungkapan-ungkapan adat
Minangkabau sebagai sumber penafsiran untuk menjelaskan makna ayat-ayat Al-
Qur'an. Selain itu, dalam penafsirannya, Mahmud Yunus juga melakukan kritik
terhadapnya.22
ِ صدَ ٰق
ت َوالَّ ِذيْهَ ََل يَ ِجد ُْونَ ا ََِّل ُج ْهدَ ُه ْم َّ ط ّ ِى ِعيْهَ ِمهَ ْال ُمؤْ ِمنِيْهَ فِى ال َّ اَلَّ ِذيْهَ يَ ْل ِم ُز ْونَ ْال ُم
٩٧ اب ا َ ِل ْي ٌم َ ّٰللاُ ِم ْن ُه ْم ۖ َولَ ُه ْم
ٌ َ عذ س ِخ َز ه َ ِۗ فَيَ ْسخ َُز ْونَ ِم ْن ُه ْم
22
Arif Iman Mauliddin, Unsur Lokal dalam Tafsir Al-Qur‟an Karim , 79-81.
23
Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur‟an al-Karim , 280-281.
13
Dalam penafsiran ayat ini, Mahmud Yunus juga memasukkan ungkapan lokal,
yaitu "lancar dikaji karena disebut, pasar jalan karena diturut", yang berarti bahwa
keahlian dan keterampilan didapat melalui latihan. Ungkapan ini merupakan bagian dari
budaya Minangkabau pada masa itu. Dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
konteks sosial saat itu, Mahmud Yunus bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai sosial
yang terkandung dalam ayat Al-Qur'an tersebut sehingga lebih mudah dipahami oleh
masyarakat.24
c. Corak Intelektual
١٤١ ع ِل ْي ًما
َ س ِم ْيعًا ُ س ْۤ ْى ِء ِمهَ ْالقَ ْى ِل ا ََِّل َم ْه
ظ ِل َم ِۗ َو َكانَ ه
َ ُّٰللا ُّ ّٰللاُ ْال َج ْه َز تِال
۞ ََل ي ُِحةُّ ه
“Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang, kecuali
oleh orang yang dizalimi. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Mahmud Yunus menjelaskan arti ayat tersebut dalam kitab tafsirnya dengan
menyampaikan bahwa Allah tidak menyukai perkataan jahat yang diucapkan oleh
seseorang, seperti gosip, fitnah, atau celaan terhadap orang lain. Perkataan semacam itu
dapat menimbulkan konflik, perpecahan, pertikaian, bahkan kekerasan, sementara
dalam ajaran Islam, penting untuk menjaga persatuan dan hubungan baik antar individu,
24
Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur‟an al-Karim , 405.
25
Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir , h. 117. Lebih lanjut lihat Iskandar, “Tafsir Qur‟an Karim
Karya Mahmud Yunus,” h. 8-10.
14
kelompok, dan partai untuk memelihara kepentingan bersama. Oleh karena itu, sangat
penting bagi kita untuk menjaga ucapan dan memilih kata-kata dengan bijak. Hanya
orang yang benar-benar dirugikan yang diizinkan mengucapkan perkataan jahat, untuk
melaporkan perlakuan tidak adil yang dialaminya kepada pengadilan, dengan harapan
mendapat keadilan.26
26
Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur‟an al-Karim , h. 138-139.
15
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Tafsir Al-Qur‟an al-Karim karya Mahmud Yunus dapat dianggap sebagai tafsir
yang memiliki ciri akademik karena mencakup banyak sisi akademis yang dijelaskan
dalam penafsirannya. Terlihat dengan jelas adanya aspek-aspek akademis ini dalam pola
penafsiran yang digunakan. Baik corak ilmiah, corak sosial, maupun corak intelektual
menjadi tampak dalam tafsir ini. Tiga corak inilah yang memberikan nuansa akademis
pada tafsir Mahmud Yunus. Corak ilmiah dalam penafsirannya terlihat dari keterkaitan
yang dijelaskan antara bagian yang ditafsirkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang
sedang berkembang. Ini mengindikasikan bahwa penafsiran Mahmud Yunus
menekankan hubungan yang erat antara Al-Qur‟an dan perkembangan ilmu
pengetahuan serta teknologi. Sementara corak sosial dan corak intelektual tercermin
dalam penggunaan unsur ungkapan umum atau bahasa, serta pengakuan tradisi, adat,
dan fenomena sosial budaya masyarakat Indonesia dalam penafsirannya.
B. Saran
Penulis menyadari banyaknya kekurangan pada penulisan makalah ini, baik dari
segi penetahuan, referensi dan kekurangan dalam menganalisis. Penulis harap agar
pembaca dapat mengkaji lebih dalam terkait isi makalah ini dengan referensi yang
relevan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Rina, Malta. Pemikiran dan Karya-Karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang
Pendidikan Islam (1920-1982). Padang: Ilmu Sejarah Pascasarjana UNAND,
2011.
Mohammad, Herry dkk. Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta:
Gema Insani, 2008.
Ahmad, Khader dkk. “Ketokohan Mahmud Yunus dalam Bidang Tafsir Al Qur‟an:
Kajian terhadap Kitab Tafsir Quran Karim. ” The 2nd Annual International
Qur‟anic Conference , Centre of Quranic Research (CQR), 2012: 195-211. Asra,
Amaruddin dan M. Amursid. “Studi Tafsir al-Qur‟an al-Karim Karya Mahmud Yunus.”
Jurnal Syahadah 3, no. 2, (2015)
Nurus Syarifah, “Tafsir akademik karya mahmud yunus corak ilmiah, sosial, dan
intelektual dalam tafsir al-quran al-karim”. Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu
Alqur‟an dan Tafsir, (2020)
Matsna Afwi Nadia, Epistemologi Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus, Jurnal
studi Al-Qur‟an, No.2,April 2023
17