Anda di halaman 1dari 19

Tafsir Al Qur’an Al Karim Karya Mahmud Yunus

Mata Kuliah:
Kajian Tafsir Indonesia

Dosen Pengampu:

Dr. Saifuddin, M.Ag.

Oleh:
Imamal Qari’ah : 180103020294
Rijal Ali : 180103020169
Norlatipah : 180103020124
Khadijah : 180103020170
Muhammad Hasbianor : 180103020058

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA


ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

2020
PENDAHULUAN

Al-Qur‟an merupakan kitab suci umat Islam sekligus menjadi pedoman dalam
menjalani hidup. Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang kaya akan makna, hikmah dan
rahasia. Maka dari itu, ada sebagian umat Islam yang mencoba menggali rahasia tersebut
dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an. Salah satunya adalah Mahmud Yunus lewat
kaya tafsir nya yaitu Tafsir Qur‟an Karim.

Di makalah ini akan dijelaskan secara khusus mengenai Tafsir Qur‟an Karim karya
Mahmud Yunus dan hal-hal yang berkaitan dengannnya baik berupa corak, karakteristik
kekurangan serta kelebihan tafsir tersebut.
A. Riwayat Hidup Mahmud Yunus

Riwayat hidup Mahmud Yunus dapat dibagi menjadi 8 fase, di antaranya:

1. Dari tahun 1906-1909 (masa mengaji al-Qur`an dan Sekolah Desa)


2. Dari tahun 1910-1916 (masa belajar di madrasah)
3. Dari tahun 1917-1923 (masa mengajar di madrasah dan pergi haji ke tanah suci)
4. Dari tahun 1924-1930 (masa belajar di Kairo Mesir)
5. Dari tahun 1931-1946 (masa mengajar di Indonesia)
6. Dari tahun 1947-1956 (masa bertugas di Departemen Agama) merangkap dosen.
7. Dari tahun 1957-1970 (masa jadi rektor pada Perguruan Tinggi Islam-pensiun)
8. Usaha dan kegiatan setelah pensiun.1

Mahmud Yunus lahir di desa Sungayang, Batusangkar, Sumatera Barat, hari Sabtu 10
Februari 1899. Keluarganya adalah tokoh agama yang cukup terkemuka. Ayahnya bernama
Yunus bin Incek menjadi pengajar surau yang dikelola sendiri. Ibundanya bernama Hafsah
binti Imam Samiun merupakan anak Engku Gadang M Tahir bin Ali, pendiri serta pengasuh
surau di wilayah itu. Sejak kecil, Mahmud Yunus di didik dalam lingkungan agama. Dia
tidak pernah masuk ke sekolah umum. Ketika menginjak usia tujuh tahun (1906), beliau
mulai belajar Al-quran serta ibadah lainnya. Gurunya adalah kakeknya sendiri. 2

Mahmud Yunus diberikan pemahaman oleh kakeknya sekaligus sebagai guru


mengajinya bahwa pelajaran yang sangat penting dipelajari adalah membaca dan memahami
al-Qur`an serta mempelajari cara shalat secara sempurna, dan bagaimana tuntunan
melaksanakan ibadah puasa. Pada masa itu orang kampung masih percaya kepada khurafat
dan dongeng-dongeng. Misalnya, hari Rabu yang akhir di bulan Safar dikatakan hari yang
naas.3

Mahmud Yunus sempat selama tiga tahun menimba ilmu di sekolah desa, tahun 1908.
Namun saat duduk di kelas empat, dia merasa tidak betah lantaran seringnya pelajaran kelas
sebelumnya diulangi. Dia pun memutuskan pindah ke madrasah yang berada di Surau

1
Edi Iskandar, “Mengenal Sosok Mahmud Yunus dan Pemikirannya Tentang Pendidikan Islam”,
POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3, No. 1, Januari-Juni 2017, hal 30
2
M. Amursid dan Amaruddin Isra, “Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus”, Jurnal
Syahadah, Vol III, No.2, Oktober 2015, hal 2-3
3
Edi Iskandar, “Mengenal Sosok Mahmud Yunus dan Pemikirannya Tentang Pendidikan Islam”, hal
31.
Tanjung Pauh bernama Madras School, asuhan H.M Thaib Umar, seorang tokoh pembaru
Islam di Minangkabau.4

Sejarah mencatat HM. Umar Thaib amat berpengaruh terhadap pembentukan


keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu, Mahmud dapat menyerap
semangat pembaharuan yang dibawa. Misalnya dalam karya Al-Munir, ditekankan
penguasaan pengetahuan umum serta bahasa Eropa. Karenanya para santri di surau/pesantren
HM. Umar Thaib diwajibkan mempelajari ilmu agama, bahasa Eropa maupun ilmu
pengetahuan umum. Maksudnya agar para santri dapat juga memanfaatkan ilmu-ilmu
tersebut bagi peningkatan kesejahteraan umat dan perkembangan Islam.5

Mahmud Yunus mulai terlibat di gerakan pembaruan saat berlangsung rapat besar
ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang Panjang. Dia diminta untuk mewakili gurunya.
Pertemuan itu secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pola pemikiran
pembaruan beliau, terutama berkat pandangan-pandangan yang dikemukakan sejumlah tokoh
pembaru seperti Abdullah Ahmad serta Abdul Karim Amrullah.

Bersama staf pengajar lainnya yang bergiat di gerakan pembaruan, tahun 1920
Mahmud Yunus membentuk perkumpulan pelajar Islam di Sungayang bernama Sumatera
Thawalib. Salah satu kegiatan kelompok ini adalah menerbitkan majalah al-Basyir dengan
Mahmud Yunus menjadi pemimpin redaksinya. Interaksi yang kian intens dengan gerakan
pembaru, mendorongnya untuk menimba pengetahuan lebih jauh di Mesir. Tidak mudah
untuk mewujudkan hasratnya itu, berbagai kendala dihadapi. Namun pada akhirnya kegigihan
Mahmud Yunus dapat mengantarkannya ke al-Azhar, Kairo, tahun 19246 dan di Darul Ulum
Ulya (Cairo) sampai tahun 1930.

Di bidang politik ia ikut memperjuangkan dan mempertahankan Kemerdekaan RI.


Dan tahun 1943 ia terpilih sebagai penasehat residen mewakili Majelis Islam Tinggi dan pada
tahun yang sama menjadi anggota Chu Sangi Kai. Ia termasuk tokoh pendidikan Islam
Indonesia yang gigih memperjuangkan masuknya pendidikan agama ke sekolah umum dan
ikut berusaha memperjuangkan berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).

4
M. Amursid dan Amaruddin Isra, “Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus”, hal 3.
5
Arijulmanan, “Biografi Intelektual Prof. DR. H. Mahmud Yunus”, Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan
Islam, Vol I, No. 02, Juli 2012, hal 2.
6
M. Amursid dan Amaruddin Isra, “Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus”, hal 4.
Ia memperbaharui sistem kegiatan belajar mengajar dengan menambah sistem halaqah
(belajar secara melingkar di sekitar guru).7

Pada bidang pengajaran bahasa Arab, pembaruan Mahmud Yunus tak hanya
menekankan penguasaan bahasa Arab, namun juga menunjukkan bagaimana secara didaktis-
metodis modern para siswa menguasai bahasa tersebut dengan cepat dan mudah. Dia
memimpin Normal Islam selama 11 tahun, mulai 1931-1938, dan 1942-1946. Pada tahun 30-
an, dia juga aktif di organisasi Islam antara lain menjadi salah satu anggota Minangkabau
Raad. Lantas tahun 1943 dipilih menjadi Penasehat Residen mewakili Majelis Islam Tinggi.
Demikian pula di kementerian agama yakni dengan menjabat selaku Kepala Penghubung
Pendidikan Agama.

Awal tahun 1970 kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik masuk rumah
sakit. Tahun 1982, dia memperoleh gelar doctor honoris causa di bidang ilmu tarbiyah dari
IAIN Jakarta atas karya-karyanya dan jasanya dalam pengembangan pendidikan Islam di
Indonesia. Sepanjang hidupnya, Mahmud Yunus menulis tak kurang dari 43 buku. Pada
tahun 1982, Mahmud Yunus meninggal dunia.8

B. Karya Mahmud Yunus

Mahmud Yunus adalah penulis yang cukup produktif. Banyak buku beliau yang telah
diterbitkan dan tersebar di tanah air. Buku-buku tersebut meliputi berbagai bidang ilmu, di
antaranya bidang pendidikan, hukum Islam (fiqh), tafsir, akhlak, ilmu jiwa, sejarah Islam dan
lain-lain. Bukunya itu antara lain:9

1. Bidang Pendidikan Sejarah

Pendidikan Islam di Indonesia (Penerbit Mutiara Jakarta, 1997), Pendidikan di Negara


negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat (CV. Al-Hidayah Jakarta, 1968), Pengetahuan
Umum dan Ilmu Mendidik: Methodik Khusus Pendidikan Agama (PT. Hidakarya Agung
Jakarta, 1980), Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia; Pokok-pokok Pendidikan dan
Pengajaran (PT. Hidakarya Agung Jakarta, 1978), Al-Tarbiyah wal Ta‟lim (Pendidikan dan
Pengajaran).

2. Bidang Bahasa Arab

7
Arijulmanan, “Biografi Intelektual Prof. DR. H. Mahmud Yunus”, hal 2.
8
M. Amursid dan Amaruddin Isra, “Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus”, hal 5-6.
9
M. Amursid dan Amaruddin Isra, “Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus”, hal 7-10.
Pelajaran Bahasa Arab I, Pelajaran Bahasa Arab II, Pelajaran Bahasa Arab III,
Pelajaran Bahasa Arab IV, Durus Al-Lughat Methodik Khusus Bahasa Arab: Kamus Arab
Indonesia:Contoh Tulisan Arab, (17) Muthall‟ah wa Mahfuzhar (Bedah Buku dan Kata
Mutiara): Darus Al-Lughat al-‟Arabiyah II (PT. Hidakarya Agung Jakarta, 1980): Durus Al-
Lughat Al-Arabiyah III (PT. Hidakarya Agung Jakarta, 1980): Muhadatsat Al-Arabiyah/
Percakapan: Bahasa Arab (PT. Hidakarya Agung Jakarta, 1981):Al-Muktarat Lil Muthalla‟ah
wal Mahfuzhat (Kapita Selekta Bedah Buku dan Kata Mutiara).

3. Bidang Fiqh (Hukum Islam)

Bukunya Antara lain: Marilah Sembahyang I (Hidakarya Agung, Jakarta, 1979),


Marilah Sembahyang II (Hidakarya Agung Jakarta, 1979), Puasa dan Zakat (Hidakarya
Agung Jakarta, 1979), Haji ke Mekkah (Hidakarya Agung Jakarta, 1979), Hukum Warisan
dalam Islam (Hidakarya Agung, Jakarta 1974), Hukum Perkawinan dalam Islam 4 Mazhab
(Hidakarya Agung, Jakarta, 1979), Pelajaran Sembahyang untuk Orang Dewasa: Soal jawab
Hukum Islam: Fiqh Al-Wadhih I: Al-Fiqh Al-Wadhih II (Hidakarya Agung, Jakarta, 1935),
Al- Fiqh Al-Wadhih III (Hidakarya Agung Jakarta,1936), Mabadi‟ al- Fiqh Al-
Tsanawiy:Tarikh Al-Fiqh Al-Islamiy (Sejarah Fiqh Islam), Al-Masail Al-Fiqhiyah ‟ala
Madzahib Al-Arab‟ah (Masalah Masalah Fiqh Empat Madzhab).

4. Bidang Tafsir

Tafsir Al-Qur‟an Karim 30 Juz Tafsir Al-Fatihah (Sa‟adiyah Putra, Padang Panjang
Jakarta, 1971), Tafsir Ayat Akhlak (Al-Hidayah Jakarta, 1975), Juz ‟Amma dan Terjemahnya
(Hidakarya Agung, Jakarta, 1978), Tafsir Al-Qur‟an Juz 110-, Pelajaran Huruf Al-Qur‟an I-
II, 1973: Kesimpulan Isi Al-Qur‟an, Tahun 1978, Alif Ba Ta wa Juz ‟Amma Muhadharat Al-
Israiliyat fi Tafsir wal Hadits (Cerita Israiliyat dalam tafsir dan hadist), Tafsir Al-Qur‟an
Karim Juz II 20, 1973, Tafsir Al-Qur‟an Karim juz 211973 ,30-, Kamus Al-Qur‟an I: Kamus
Al-Qur‟an II Kamus Al-Qur‟an Juz 130- (Hidakarya Agung Jakarta, 1978: Surat Yasin dan
Terjemahannya, 1977).

5. Bidang Akhlak

Keimanan dan Akhlak I (1979): Keimanan dan Akhlak II (1979): Keimanan dan
Akhlak III (1979): Keimanan dan Akhlak II (1979): Beriman dan Berbudi Pekerti (Hidakarya
Agung, Jakarta 1981): Lagu-lagu Baru Pendidikan Agama/ Akhlak Bahasa Indonesia: Moral
Pembangunan dalam Islam: Akhlak (1978).
6. Bidang Sejarah Islam

Sejarah Islam di Minangkabau tahun 1971: Tarikh Al-Islam (Hidakarya Agung,


Jakarta, 1971).

7. Bidang Perbandingan Agama

Ilmu Perbandingan Agama (Hidakarya Agung, Jakarta, 1978), Al-Adyan (agama-


agama).

8. Bidang Dakwah

Pedoman Dakwah Islamiyah (Hidakarya Agung, Jakarta, 1978).

9. Bidang Ushul Fiqh

Mudzakarat ushul Al-Fiqh.

10. Bidang Tauhid

Durus Al-Tauhid (pelajaran tauhid).

11. Bidang Ilmu Jiwa

Buku Tentang Doa seperti: Kumpulan Do‟a (Hidakarya Agung Jakarta, 1976), Doa-
doa Rasulullah (Hidakarya Agung, Jakarta, 1979).

12. Buku tentang Pemikiran

Mari Kembali ke Al-Qur‟an (Hidakarya Agung Jakarta, 1971) dan Al-Syuhur Al-
Arabiyah fil Bilad Al-Islamiyah.

13. Buku tentang Kisah

Beberapa Kisah Nabi dan Khalifahnya (Hidakarya Agung, Jakarta, 1980), Khulashah
Tarikh Hayat Al-Ustadz Mahmud Yunus (Ringkasan Biografi Mahmud Yunus).

14. Buku tentang Pelajaran Agama

Pemimpin Pelajaran Agama I: Pemimpin Pelajaran Agama II: Pemimpin Pelajaran


Agama III (Al-Hidayah Jakarta).
C. Latar Belakang Penulisan

Minat Mahmud Yunus terhadap studi Al Qur‟an serta bahasa Arab telah menimbulkan
hasrat besar dalam dirinya. Sehingga Pada tahun 1922, beliau mulai menterjemahkan Al
Qur‟an dan diterbitkan dengan huruf Arab-Melayu untuk memberi pemahaman bagi
mayarakat yang belum begitu paham bahasa Arab. Meskipun waktu itu umumnya ulama
Islam mengatakan haram menterjemah Al-Qur‟an, tetapi beliau sekali tidak terpengaruh
bantahan tersebut dan beliaupun tetap melanjutkan usahanya menterjemahkan Al Quran Al
Karim tersebut.10

Karya ini merupakan salah satu pemula bagi karya dalam kajian Al Qur‟an di Indonesia
dalam bentuk baru, yaitu dilihat dari sudut keberanian menampilkan terjemahan Al Qur‟an di
tengah-tengah masyarakat yang masih menganggap haram menterjemahkan Al Qur‟an di luar
bahasa Arab. Karena menurut gagasan mayoritas dalam ortodoksi Islam, bahwa terjemahan
Al Quran dalam pengertian yang sebenarnya dari kata tersebut adalah suatu kemustahilan.
Gagasan ini terutama didasarkan pada karakter i‟jaz (keunikan) Al Quran yang tidak bisa
diimitasi atau ditandingi manusia dengan cara apapun. Menurut sudut pandang ini,
karakteristik tersebut akan hilang dalam terjemahan Al Quran, karena terjemahan dibuat oleh
manusia.11

Namun usaha Mahmud Yunus tersebut terhenti, karena beliau pergi melanjutkan
studinya ke Mesir pada tahun 1924 M. Ketika belajar di Darul „Ulum beliau mendapatkan
pelajaran dari Syaikh di sana, bahwa menterjemahkan Al-Qur‟an itu hukumnya adalah mubah
(boleh), bahkan dianjurkan atau termasuk fardhu kifayah dengan tujuan untuk menyampaikan
dakwah Islamiyah kepada bangsa asing yang tidak mengetahui bahasa Arab. Karena
bagaimana mungkin dapat menyampaikan kitabullah kepada mereka, jika tidak
diterjemahkan ke dalam bahasa mereka.12

Dengan menerima pelajaran tersebut membuat Mahmud Yunus merasa berbesar hati,
karena hal itu sesuai dengan usaha menterjemahkan Al Qur‟an yang selama ini beliau tekuni.
Setelah kembali ke Indonesia, maka dengan berbagai ilmu yang telah diserap pada bulan
Ramadhan tahun 1354 H (Desember 1935) beliau mulai kembali menterjemahkan Al Quran
dan disertai tafsir ayat-ayatnya yang dianggap penting yang kemudian beliau beri nama :

10
Nasrul Fatah, Skripsi, Metode dan Corak Al-Qur’an Al-Karim, (Riau:UIN SUSKA, 2014) hal 38-41
11
Taufik Adnan Kamal, Rekontruksi Sejarah Al- Qur’an, (Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2011),
hlm. 395.
12
Nasrul Fatah, Skripsi, Metode dan Corak Al-Qur’an Al-Karim, hal 38-41
Tafsir Al Quran Al Karim. Dengan susah payah karya tafsir tersebutpun di terbitkan 2 juz
setiap bulan. Sedang dalam menterjemahkan juz 7 sampai dengan 18 Mahmud Yunus dibantu
oleh almarhum H.M.K. Bakry. Sehingga pada bulan April 1938 dengan pertolongan Allah
Ta‟ala selesailah terjemahan Al Qur‟an dan tafsirnya lengkap 30 juz dan didistribusikan ke
seluruh Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1950 dengan petunjuk menteri Agama pada
waktu itu Almarhum Wahid Hasyim, salah seorang penerbit Indonesia berkeinginan untuk
menerbitkan Tafsir Al Quran Al Karim ini dengan mendapatkan fasilitas kertas dari Menteri
Agama dan di cetak sebanyak 200.000 eksemplar. Lalu ditunjuk percetakan bangsa Indonesia
untuk mencetaknya. Namun kabarnya ada bantahan dari Ulama Yogyakarta, supaya
pencetakan Tafsir Al Quran Al Karim ini dihentikan. Bantahan itu dikirim kepada Menteri
Agama RI, akan tetapi beliau sendiri tidak menerima bantahan tersebut. Boleh jadi karena
bantahan itu karena sebab-sebab yang lain, pemilik percetakan itu tidak mau melanjutkan
mencetak Tafsir Al Quran Al Karim ini, padahal pada waktu itu sudah mulai dicetak dengan
jumlah yang cukup banyak. Akhirnya diambil alih oleh M. Baharata direktur percetakan Al
Ma‟arif Bandung, kemudian Tafsir ini dicetak dan di terbitkan sebanyak 200.000 eksemplar
dan dijualnya dengan harga Rp. 21 per eksemplar.

Pada tahun 1953 seorang ulama dari Jatinegara memberikan bantahan pula, bantahan itu
dikirim kepada Presiden RI dan Menteri Agama, salinannya disampaikan oleh Menteri
Agama kepada Mahmud Yunus, lalu beliau memberikan balasan terhadap surat itu dengan
lebar panjang. Tembusannya dikirimkan kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Akhirnya
orang yang membantah itu tidak berkomentar lagi dan hanya diam saja. Kemudian setelah
hasil percetakan itu habis, Mahmud Yunus bersama istrinya, Darisah binti Ibrahim
meneruskan penerbitkan Tafsir Al Quran Al Karim ini beberapa kali tanpa ada perubahan
yang besar. Hanya ada perubahan sedikit demi sedikit. Ditegaskan oleh Mahmud Yunus
bahwa tafsir ini yang juga disertai dengan kesimpulan isi Al Quran, bukanlah merupakan
tejemahan dari kitab bahasa arab, melainkan hasil penyelidikan pengarang sejak berusia 20
tahun sampai saat itu berumur 73 tahun. Sebab itu tafsir ini berlainan dengan tafsir-tafsir
yang lain. Dalam tafsir ini yang paling dipentingkan ialah menerangakan dan menjelaskan
petunujuk-petunjuk yang termaktub dalam Al Quran untuk diamalkan kaum Muslimin
khususnya dan seluruh umat manusia pada umumnya sebagai petunjuk universal.13

D. Karekteristik Tafsir Qur'an Karim.

Karya tafsir Alquran Alkarim memiliki komposisi sederhana. Ia memuali dengan


pendahuluan yangberisi latar belakang dan sedikit informasi revisi di beberapa tempat. Hal
ini sedikit berbeda dengan karya-karya tafsir lain, yang biasanya pada bagian pendahuluan
memuat sejarah turunnya al-Qur‟an, sejarah kodifikasi al-Qur‟an, serta cara baca (qira’ah)
dan keutamaannya.

Ketika menerjemahkan suatu kata, Mahmud Yunus cenderung menekankan pada


pengertian lesikal dan semantik sesuai pekembangan bahasa pada saat Al-Qur‟an diturunkan.
Selain itu, karakteristik lain yang terdapat pada tafsir Qur‟an Karim adalah adanaya sub bab
“Kesimpulan Isi Al-Qur‟an” pada bagian akhir kitab tafsirnya, yang berjumlah 32 halaman.
Pada bagian tersebt, berisi penjelasan mengenai persoalan hukum, etika, ilmu pengetahuan,
ekonomi sejraha dan lain-lain.14

E. Metodologi Dan Corak Penulisan

Segi cara penulisan Tafsir Qur‟an Karim ialah ayat demi ayat dan surah demi surah sesuai
urutan mushaf dan dilakukan secara rigkas dan gobal tanpa ada urutan yang panjang lebar.
Selain itu tafsir ini juga memuat uraian tentang asbabun nuzul dan keterangan ringkas makna
ayat al-Qur‟an. Sehingga secara umum tafsir Qur‟an Karim karya Mahmud Yunus dapat
dikategorikan tafsir yang menggunakan metode global (Ijmali).15 Namun pada beberapa ayat,
Mahmud Yunus memberikan penafsiran yang lebih panjang dan rinci. Jadi walaupun secara
umum tafsir Qur‟an Karim ini menggunakan metode global (ijmali), namun di beberapa
tempat terdapat ayat-ayat ang dijelaskan dengan rinci atau tahlili. 16

Dalam Tafsir Mahmud Yunus, aspek kosa kata dan penjelasan global tidak selalu
dijelaskan, kedua aspek tersebut hanya dijelaskan jika dianggap perlu, kadang suatu ayat

13
Nasrul Fatah, Skripsi, Metode dan Corak Al-Qur’an Al-Karim, hal 38-41
14
Iskandar, “Kajian atas Karya Tafsir Nusantara”, Jurnal Suhuf,Vol. 3, No. 1, 201hal. 10, 2010 hal 4-
8
15
Hasrul, Sejarah dan Prekembangan Tafsir di Indonesia, (Jakarta: IPTIA, 2012), hal 11.
16
Filzah Syazwana, Skripsi, Corak Penafsiran Mahmud Yunus Dalam Tafsir Qur’an Karim,hal 45-46.
dijelaskan arti kosa-katanya, sedangkan di ayat lain kadang dijelaskan secara terperinci
dengan memperlihatkan penggunaan istilah tu pada ayat-ayat yang lain.17

Sumber materi yang digunakan oleh Mahmud Yunus lebih cenderung bercorak campuran,
yaitu memkai metode penafsiran gabungan antara penafsiran bi al-ma’tsur dan penafsiran
rasional (bi al-ra’yi). Meskipun sumber penafsiran ini menggunakan dua metode gabungan,
namun dapat dikatakan bahwa kecenderunagn corak penafsiran didalamnya didominasi oleh
upaya rasionalisasi ayat-ayat al-Qur‟an dan pesan-pesan yng terkandung didalamnya dengan
uraian-uraian yang bersifat rasional dan akademik, namun tanpa mengurangi penggunaan
argumentasi tradisional berupa hadits dan yang lainnya.18

Setiap karya tafsir memunyai corak penafsirannya masing-masing. Begitu pun juga
dengan Tafsir Qur‟an Karim Mahmud Yunus ini. Setidaknya ada tiga corak penafsiran yang
sangat menonjol pada tafsir ini, yaitu:

1. Corak Sosial

Salah satu misi Mahmud Yunus dalam penulisan tafsirnya adalah untuk
menyampaikan dakwah Islamiyyyah dan menjadikan ajaran-ajaran dasar al-Qur‟an
sebagai petunjuk universal. Latar belakang inilah yang membedakan Tafsir karya Mahmud
Yunus dengan karya tafsir yang lain. Tafsir Mahmud yang sangat menonjol dalam
menyampaikan nilai-nilai sosial berbeda dengan tafsir-tafsir sebelumnya yang lebih
banyak membahas aspek kebahasaan dari Al-Qur‟an.

2. Corak Intelektual

Seperti yang disampaikan oleh Mahmud Yunus sendiri bahwa tafsir karyanya ini
merupakan hasil penyelidikan mendalam selama bertahun-tahun. Karya ini lahir ditengah-
tengan masyarakat yang belum banyak mengerti bahasa kitab sucinya, yakni al-Qur‟an..

Tafsir ini menjadi rujukan utama pada zaman penulisannya. Hal ini menunjukkan
bahwa tafsir ini menjadi perantara untuk membentuk generasi intelektual dan sebuah

17
M. Amursid dan Amaruddin Asra, “Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus”, hal
11.
18
M. Anwar Syarifuddin dan Jauhar Azizy, “Mahmud Yunus: Pelopor Pola Baru Penulisan Tafsir Al-
Qur’an Indonesia”, Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol 2, No. 3, Januari-Juni 2015, hal 328-329.
perubahan yang besar dalam membimbing umat manusia mengamalkan ajaran-ajaran
Islam.19

3. Corak „Ilmi

Keberadaan corak ilmiah dalam kitab tafsir merupakan ciri-ciri bentuk penafsiran
modern, seperti yang ditemui dalam tafsir Qur‟an Karim karya Mahmud Yunus. Corak
ilmiah ini merupakan efek dari pengaruh besar gagasan Muhammad „Abduh yang diterima
Mahmud Yunus melalui Rasyid Ridha dan murid-murid „Abduh lainnya. Baik melalui
interaksi langsung keduanya selama Mahmud Yunus menimba ilmu di Mesir atau lewat
tulisan-tulisan dalam majalah Al-Manar.

Mahmud Yunus lewat tafsir nya berupaya untuk menggali hubungan harmonis antara
al-Qur‟an sebagai sumber pokok ajaran Islam dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menjadi ciri utama modernitas. Bahkan di bagian akhir kitab tafsirnya,
Mahmud Yunus sengaja membuat indeks ayat-ayat yang terkait dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Ada tiga klasifikasi corak ilmiah yang terdapat dalam tafsir Qur‟an Karim, yaitu:

 Memberikan intrepretasi terhadap ayat-ayatAl-Qur‟an sesuai dengan penjelasan yang


sesuai dengan teori-teori ilmiah modern.
 Menggunakan temuan-temuan ilmiah untuk memperkuat ketinggian nilai ajaran
Islam dan kemukjizatan al-Qur‟an.
 Memakai temua-temuan ilmiah modern sebagai bahan perbandingan dengan
kandungan al-Qur‟an yang dicoba diselaraskan dengan kondisi kekinian.

Tiga klarifikasi corak ilmiah diatas tidak ditemukan dalam karya-karya tafsir ulama
Indonesia sebelum abad ke-20, seperti Marah Labid Tafsir al-Nawawi karya Syeikh
Nawawi al-Bantani dan Tarjuman al-Mustafid karya Abdur Rauf Singkel. Begitupun
juga dengan karya-karya tafsir tradisional setelahnya, seperti Tafsir al-Ibriiz karya K.H
Bisri Mustofa pada tahun 1960 dan Raudhah al-‘Irfan karya K.H Ahmad Sanusi, yang
bagian pertama tafsirnya diterbitkan pada tahun 1950 dan bagian yang kedua pada tahun
1990. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa corak ilmiah dalam Tafsir Qur‟an

19
Hasrul, Sejarah dan Prekembangan Tafsir di Indonesia, hal 11
Karim karya Mahmud Yunus ini merupakan bentuk baru tafsir dalam khazanah
penafsiran Indonesia pada saat itu. 20

F. Sumber-Sumber Tafsir Qur’an Karim

Ada beberapa rujukan kitab yang digunakan Mahmud Yunus dalam penulisan kitab
tafsir nya, yakni sebagai berikut:21

1. Tafsir Ath-Thabary
2. Tafsir Ibnu Katsir
3. Tafsir Al-Qasimy
4. Fajrul Islam
5. Zhuhurul Islam.

G. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Qur’an Karim


1. Kelebihan
a. Tafsir ini merupakan karya terjemahan yang terbilang utuh pada masanya.
Keutuhan ini dikarenakan dua hal. Pertama, terjemahan tidak lagi berupa bagian-
bagian terpisah dari ayat atau surah tertentu sebagaimana corak penafsiran pada
generasi pertama. Kedua, adanya keterangan-keterangan dalam bentuk catatan
kaki sebagai pelengkap untuk memberikan pemahaman atas arti ayat-ayat tertentu.
b. Tidak hanya memuat terjemahan harfiyah, tetapi juga memuat terjemahan
ma’nawiyah serta keterangan lain dalam bentuk catatan kaki. 22
c. Kelebihan yang dimiliki kitab ini yang tidak ada pada kitab-kitab lain di
periodenya adalah adanya pemikiran ulama Indonesia yang juga dilibatkan oleh
Mahmud Yunus dalam menafsirkan ayat Alquran tepatnya pada penafsiran ayat
tentang kewajiban menutup aurat bagi perempuan.23
d. Teks Alquran terjemahannya disusun sejajar dan setentang. Dengan demikian
mudah mengetahui nomor-nomor ayat Alquran dalam teks bahasa arab dan
terjemahnya dalam bahasa Indonesia.

20
M. Anwar Syarifuddin dan Jauhar Azizy, “Mahmud Yunus: Pelopor Pola Baru Penulisan Tafsir Al-
Qur’an Indonesia”, hal 321-322.
21
M. Amursid dan Amaruddin Asra, “Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus”, hal 16
22
Iskandar, “Kajian atas Karya Tafsir Nusantara”, Jurnal Suhuf,Vol. 3, No. 1, 201hal. 10, 2010 hal 6
23
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al Qur’an di Indonesia, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2003), hal. 91-92.
e. Keterangan-keterangan ayat ditaruh dan diletakkan didalam ayat yag
bersangkutan, sehingga mudah mempelajarinya tanpa memeriksa ke halaman-
halaman yang lain.
f. Keterangan-keterangan ayat ditambah dan diperluas, dengan adanya pembahasan
tentang masalah-masalah ilmiah.24
g. Tafsir Qur’an Karim karya Mahmud Yunus yang dianggap sebagai pelopor bagi
pengenalan pola dan bentuk baru penulisan karya tafsir Indonesia modern.
Pertama, pemakaian huruf latin menggantikan pemakaian huruf arab melayu yang
umumnya digunakan dalam tradisi penulisan karya-karya terjemahan dan tafsir
Alquran pada generasi sebelumnya. Kedua, keberadaan corak penafsiran ilmiah,
yang mendapat perhatian khusus dari Mahmud Yunus dengan upayanya untuk
menyajikan tabel ayat-ayat Alquran dan ragam disiplin ilmu yang dikandungnya.25

2. Kekurangan
a. Di bagian pendahuluan hanya memuat latar belakang dan sedikit informasi revisi
di beberapa tempat. Berbeda dengan kebanyakan tafsir Alquran yang lain, yang
biasanya pada bagian pendahuluan menyertakan sejarah turunnya Alquran, sejarah
kodifikasi, serta tata cara baca (qira’ah).
b. Jika dilihat dari paparannya, karya ini belum bisa sepenuhnya tergolong sebagai
karya tafsir. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keterangan-keterangan
yang diberikan dalam tafsir ini hanya sebatas keterangan kata-kata yang sulit
diterjemahkan. Padahal, menurut Az-Zarkasyi, karya tafsir tidak hanya sekadar
mengungkapkan pengertian-pengertian kata-kata sulit (Musykil), tetapi lebih jauh
dari itu, mengungkap maksud ayat-ayat Alquran, baik yang tersurat maupun yang
tersirat.26

H. Penafsiran Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus

Berikut beberapa contoh penafsiran ayat pada Tafsir Qur‟an Karim karya Mahmud
Yunus:

1. Q.S Al-Fiil ayat 1-5

24
M. Amursid dan Amaruddin Asra, Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus, hal. 17.
25
M. Anwar Syarifuddin dan Jauhar Azizy, Mahmud Yunus: Pelopor Pola Baru Penulisan Tafsir Al-
Qur’an Indonesia,hal 342.
26
Iskandar, Kajian atas Karya Tafsir Nusantara, hal. 10.
              

            

(1). Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap
tentara bergajah ? (2). Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk
menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? (3). dan Dia mengirimkan kapada mereka burung
yang berbondong-bondong, (4). yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari
tanah yang terbakar, (5). lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan
(ulat).

Adapaun bala tentara nya yang bergajah itu, itulah Raja Yaman yang datang ke
Negeri Makkah hendak meruntuhkan Ka‟bah dengan membawa laskar dan gajah yang
kuat. Setelah mereka hampir memasuki Negeri Makkah, lalu beberapa burung
menjatuhkan batu (tanah yang keras), boleh jadi didalamnya banyak hama penyakit cacar,
sehingga mereka semua dihinggapi penyakit itu, akhirnya badan mereka hancur luluh
seperti daun kayu dimakan binatang atau ulat. Pendeknya, maksud mereka meruntuhkan
Ka‟bah tiadalah berhasil adanya. 27

2. Q.S Fussilat ayat 13

         

13. jika mereka berpaling Maka Katakanlah: "Aku telah memperingatkan kamu
dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Aad dan Tsamud".

Arti Shaa’iqah ialah petir, gledek, halilintar, yaitu bunyi yang keras sekali di udara
dan biasanya bersama kilat. dalam Qur‟an ada tiga tafsirannya, yaitu mati, azab atau
api (kilat). Dan sebenarnya ketiganya itu adalah hasil dari petir. 28

27
M. Amursid dan Amaruddin Asra, “Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus”, hal
13
28
M. Amursid dan Amaruddin Asra, “Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus”, hal
14
3. Q.S al-Al-Baqarah ayat 22

           

            

(22)Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu
Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui.

Bumi itu seperti tikar, sebagaimana tikar bisa diduduki, berdiri dan tidur
diatasnya, begitu pula lah bumi ini, dapat kita perbuat sedemikian itu. Ada orang yang
mengatakan bumi ini datar sebagai tikar. Tetapi itu menurut pandangan manusia saja,
arena sebenarnya ia bulat. Tetapi karena sanat besar, maka memang sebagiannya
menjadi datar. Bertambah besar suatu bulayan, bertambah luas datarnnya. 29

29
M. Anwar Syarifuddin dan Jauhar Azizy, Mahmud Yunus: Pelopor Pola Baru Penulisan Tafsir Al-
Qur’an Indonesia,hal 333-334
PENUTUP

Tafsir Qur‟an Karim karya Mahmud Yunus merupakan salah satu dari sekian
banyak karya-karya tafsir ulama Nusantara. Secara umum tafsir Mahmud Yunus ini
menggunakan metode Ijmali, walaupun pada beberapa tempat terdapat beberapa ayat
yang dijelaskan dengan metode tahlili. Sumber materi dalam tafsir Qur‟an karim
menggunakan dua metode gabungan, yaitu metode bi ar-riwayah dan metode aql.

Tafsir Qur‟an Karim merupakan tafsir yang bernuansa baru pada zaman
penulisannya, karena didalamnya terdapat corak ‘ilmi, yang tidak ditemukan pada
karya-karya tafsir sebelumnya.
Daftar Pustaka

Amursid M. dan Isra Amaruddin, Studi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud Yunus,
Jurnal Syahadah, Vol III, No. 2, Oktober 2015.

Arijulmanan, Biografi Intelektual Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, Vol I, No. 02, Juli 2012.

Baidan Nashruddin, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, (Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2003).

Fatah Nasrul, Skripsi, Metode dan Corak Al-Qur’an Al-Karim, (Riau:UIN SUSKA, 2014)

Filzah Syazwana, Skripsi, Corak Penafsiran Mahmud Yunus Dalam Tafsir Qur’an Karim.

Hasrul, Sejarah dan Prekembangan Tafsir di Indonesia, (Jakarta: IPTIA, 2012)

Iskandar, Kajian atas Karya Tafsir Nusantara, Suhuf, Vol.III, No. 1, 2010.

Iskandar Edi, Mengenal sosok Mahmud Yunus dan pemikirannya tentang pendidikan Islam,
POTENSIA: Jurnal kependidikan Islam, Vol 3 No. 1, Januari-Juni 2017.

Kemenag RI, Mushaf al-Firdaus, (Jakarta: Pustaka al-Fadhilah,2012).

Syarifuddin M. Anwar dan Azizy Jauhar, Mahmud Yunus: Pelopor Pola Baru Penulisan
Tafsir Al-Qur’an Indonesia, Ilmu Ushuluddin, Vol. II, No. 3, Januari-Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai