Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Pada dasarnya manusia dan tanggung jawab itu berada dalam satu naungan
atau berdampingan. Tanggung Jawab adalah suatu kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung
Jawab juga berati berbuat sebagai wujudan atas perbuatannya. Setiap manusia
memiliki tanggung jawab masing-masing. Diantaranya tanggung jawab seorang
pelajar atau mahasiswa akan belajar, tanggung jawab seorang dosen kepada
mahasiswa atau mahasiswinya, tanggung jawab seorang presiden kepada negara
dan rakyatnya, tanggung jawab seorang ayah kepada istri dan anak-anaknya, dan
tanggung jawab manusia kepada Tuhan yang telah Menciptakan kita.

Tanggung jawab adalah salah satu ajaran pokok dari agama. Bahwa Tuhan
Maha Adil, maka setiap orang pasti akan mempertanggung jawabkan
perbuatannya, sekecil apapun itu, dan akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Balasan bisa di terima kelak di akhirat, atau sekarang di dunia, atau bahkan dua-
duanya, dibalas di dunia dan diakhirat.

Perilaku tanggung jawab harus diterapkan dimana saja kita berada karena
ini merupakan sifat yang terpuji, oleh karena itu kita wajib bertanggung jawab
atas segala bentuk apapun yang kita perbuat, entah itu perbuatan baik ataupun
tidak. Bertanggung jawab berarti kita juga telah berlaku jujur.

Tanggung jawab kita sebagai manusia itu bermacam-macam mulai dari


beribadah kepada Tuhan, sampai Khalifatullah atau sebagai seorang pemimpin.

Maka dari itu kita sebagai manusia makhluk yang sempurna harus bersikap
tanggung jawab dibidang apapun atau diprofesi apapun yang kita jalani agar
semua yang kita lakukan mendapat Ridho dari Tuhan yang Maha Esa.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan


wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah
berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan
memberikan jawab serta menanggung akibatnya.

Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian


atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya
sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam
lingkungan alam.1

Berkaitan dengan akhlak, tanggung jawab berarti “konsekuensi seseorang


terhadap apa yang terbit darinya, baik perkataan maupun perbuatan”, sedangkan
jika dikaitkan dengan ilmu budaya, ia berarti “wajib menanggung, wajib memikul
beban, wajib memenuhi segala akibat yang timbul dari perbuatan, rela mengabdi
dan berkorban untuk kepentingan pihak lain”2

Bagi orang yang kurang takut terhadap Tuhan, atau mungkin bahkan tidak
peduli, masih ada konsep mengenai hukum karma. Bahwa alam semesta akan
berfungsi sedemikian rupa sehingga setiap kejahatan akan kembali kepada si
pembuatnya dengan berbagai cara. Demikian pula halnya dengan kebaikan.

Yang manapun itu, bertanggung jawab adalah nilai moral yang mulia. Yang
membuat manusia berhati-hati untuk tidak merugikan orang lain, bahkan berusaha
semampunya untuk selalu berbuat kebaikan bagi orang lain. Orang-orang yang
bertanggung jawab adalah orang yang bermanfaat bagi sistem masyarakat, atau

1
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan¸ (Jakarta: Golo Riwu Jakarta, 1997) h.
616.
Abdullah Karim, Tanggung jawab Kolektif Manusia Menurut Al-Qur’an, (Banjarmasin:
2

Antasari Press, 2010), 16


sistem apapun juga. Sebaliknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab
cenderung merusak sistem di manapun dia berada.3

Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Jasiyah ayat 28:

‫َو َتَر ٰى ُك َّل أ َُّم ٍة َجاثِيَةً ۚ ُك ُّل أ َُّم ٍة تُ ْد َع ٰى إِىَل ٰ كِتَاهِبَا الَْي ْو َم جُتَْز ْو َن َما ُكْنتُ ْم َت ْع َملُو َن‬

“Dan (pada hari itu) engkau akan melihat setiap umat berlutut. Setiap umat
dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi
balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.”

Ayat ini menjelaskan bahwa setiap umat, penganut agama atau kepercayaan
apa pun, yang berbuat baik maupun jahat, semuanya akan berlutut di hadapan
Alah menghadapi hari yang sangat dahsyat untuk dihisab. Setiap umat dipanggil
untuk menerima dan melihat buku catatan amalnya, yang baik dan yang buruk,
yang besar maupun yang kecil, semuanya tercantum di dalam buku tersebut.4

Adapun orang-orang mukmin yang saleh dan bertakwa kepada Allah swt
serta melaksanakan tanggung jawabnya sebagai hamba semasa di dunia, maka
Allah masukkan mereka kedalam surga, sedangkan tempat kembali untuk orang-
orang yang lalai akan perintah-Nya adalah Neraka Jahannam.5

Tingkatan tanggung jawab yang paling rendah bagi seorang muslim adalah
tanggung jawab terhadap diri sendiri, sedangkan tingkatan tanggung jawab bagi
seorang muslim berikutnya adalah tanggung jawab terhadap keluarga dan sanak
kerabatnya.6

3
Muhammad Nur Yasin, Makalah Al Qur'an Hadist tanggung jawab terhadap keluarga
dan masyarakat, dalam http://muhammadnuryasin17.blogspot.com/2014/11/makalah-al-quran-
hadist-tanggung-jawab.html, diakses pada 9 Februari 2020.
4
Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Marah Al-Labid Li Kasyf Ma’na Al-Qur’an Al-
Majiid ( Beirut Lebanon: Dar al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 1971), hlm. 542.
5
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Beirut: Darul Fikr, 2019) h. 1163.
6
Said Ramadhan Al-Buthy, The Great Episodes of Muhammad: Menghayati Islam dari
Fragmen Kehidupan Rasulullah SAW, Terj. Fedrian Hasmand, Fuad SN, (Damaskus: Darul fikr
Damaskus, 2009) Hal. 39.
B. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri

Allah Swt memberi petunjuk dalam Al-Qur’an bahwasanya setiap manusia


memiliki tanggung jawab terhadap dirinya masing-masing. Sebagaimana
termaktub dalam surah Al-Muddatsir ayat 38 yang berbunyi:

ٌ‫ت َر ِهْينَة‬
ْ َ‫س مِب اَ َك َشب‬
ٍ ‫ُك ُّل َن ْف‬

“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”.7

Ayat diatas menegaskan bahwa setiap pribadi tergadai disisi Allah Swt, ia
harus menebus dirinya dengan amal-amal dan perbuatan baik. Setiap pribadi
seakan-akan berutang kepada Allah Swt. Dan ia memiliki tanggung jawab untuk
membayar kembali utangnya tersebut kepada Allah Swt.8

Guna menjaga diri sendiri, seorang hamba yang taat harus melakukan hal-
hal berikut ini:

Pertama, menyadari bahwa dirinya dalam pengawasan Allah Swt


(muraqabah). Tidak sedikitpun yang dia lakukan melainkan Allah selalu
mengawasinya. Kesadaran bahwa dirinya dalam pengawasan Allah akan
menciptakan kehati-hatian dalam setiap tindakannya. Sehingga tidak mudah
terjerumus dalam kemaksiatan disertai totalitas dalam beribadah kepada Allah
Swt. Muraqabah adalah salah satu prinsip ihsan yang terpenting, yaitu, beribadah
seakan melihat Allah Swt.

Kedua, kesediaan untuk selalu berintrospeksi (muhasabah). Muhasabah


adalah kesediaan untuk selalu mengevaluasi diri dalam setiap hal yang dilakukan.
Bagaimana tidak penting, dalam setiap pelajaran saja ada ulangan, apalagi pada
ibadah yang dilakukan kepada Allah?

7
Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Marah Al-Labid Li Kasyf Ma’na Al-Qur’an Al-
Majiid, hlm. 542.
8
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
(Ciputat: Lentera Hati, 2012) h. 508.
Ketiga, seorang hamba juga perlu untuk segera menyadari setiap
kesalahannya dengan bertaubat kepada Allah, yaitu dengan meninggalkan dan
menyesali kemaksiatan tersebut, serta berjanji kepada diri sendiri untuk tidak
mengulanginya lagi. Selama taubat dilakukan dengan ikhlas dan sepenuh hati,
maka setiap dosa akan diampuni oleh Allah selama bukan dosa syirik.9

Krisis spiritual yang banyak terjadi sekarang oleh umat manusia bermula
dari pemberontakan kepada tuhan. Ketika manusia melupakan adanya
pengawasan dari tuhan, ketika itu pula mereka lupa dengan tanggung jawab berat
yang ia pikul semasa ia hidup.10

C. Tanggung Jawab Terhadap Kedua Orang Tua

Seorang muslim mempunyai kewajiban berbuat baik kepada orang tua.


Bukan karena keduanya menjadi sebab keberadaannya, atau keduanya telah
memberikan kebaikan dan nafkah wajib pada saat kita masih kecil. Melainkan
semata hal tersebut adalah perintah Allah Swt. Sampai Allah Swt menggabungkan
perintah memuliakan orang tua itu dengan kewajiban beribadah kepada-Nya:

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Al-Isra’: 23-24)11

9
Irmansyah D Guci, Kewajiban Manusia Terhadap Diri Sendiri, Kedua Orang Tua dan
Keluarga, Dalam http://portalsatu.com/read/Blog/kewajiban-manusia-terhadap-diri-sendiri-kedua-
orang-tua-dan-keluarga-34204, diakses pada 10 Februari 2020.
10
Seyyed Hossein Nasr, The Heart Of Islam, terj. Nurasiah Fakih Sutan Harap,
(Bandung: Mizan, 2003). h. 339.
11
Irmansyah D Guci, Kewajiban Manusia Terhadap Diri Sendiri, Kedua Orang Tua dan
Keluarga, Dalam http://portalsatu.com/read/Blog/kewajiban-manusia-terhadap-diri-sendiri-kedua-
orang-tua-dan-keluarga-34204, diakses pada 10 Februari 2020.
Ayat ini menjelaskan bahwa kewajiban atau tanggung jawab untuk taat yang
paling utama setelah kepada Allah Swt adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Ayat tersebut juga menyampaikan bahwa berbuat baik tidaklah cukup ketika tidak
dibarengi dengan adat kebiasaan baik yang berkembang di masyarakat. Ayat 24
juga menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara ibu dan bapak, meskipun
biasanya ibu lebih didahulukan daripada ayah, tetapi menurut Imam Syafi’i
seperti yang ditulis oleh Thahir Ibn Masyhur bahwasanya kedudukan mereka
berdua adalah sama.12

Beberapa kewajiban utama dalam tanggung jawab untuk taat kepada kedua
orang tua yaitu :

Pertama, mematuhi semua perintah dan larangan keduanya selama tidak


mengandung maksiat kepada Allah Swt atau bertentangan dengan syariat-Nya,
karena tidak ada ketaatan kepada makhluk untuk bermaksiat kepada sang Khalik.

Kedua, menghormati kedua orang tua dengan sepenuh hati, merendahkan


diri kepada mereka, tidak membentak keduanya, tidak meninggikan suara
melebihi suara keduanya, tidak mengutamakan istri atau pun anak atas mereka
berdua, tidak memanggil keduanya dengan nama mereka, dan tidak bepergian
kecuali dengan izin dan ridha dari keduanya.

Ketiga, berbuat baik kepada kedua orang tua, seperti memberikan nafkah
pada saat mereka telah berusia lanjut dan menjaga hubungan silaturrahim dengan
kerabat dan kawan-kawan orang tua. Juga mendoakan dan memohon ampunan
kepada Allah Swt untuk keduanya, melaksanakan janji keduanya, dan menunaikan
utang-utangnya.13

Berbakti kepada kedua orang tua tidak hanya dilakukan pada saat mereka
masih hidup, akan tetapi kita tetap berbakti kepada mereka meskipun keduanya
12
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, h.
62-70.
Irmansyah D Guci, Kewajiban Manusia Terhadap Diri Sendiri, Kedua Orang Tua dan
13

Keluarga, Dalam http://portalsatu.com/read/Blog/kewajiban-manusia-terhadap-diri-sendiri-kedua-


orang-tua-dan-keluarga-34204, diakses pada 10 Februari 2020.
sudah meninggal dunia. Adapun caranya disebutkan dalam hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh ibnu Majah Bahwa Rasulullah SAW ditanya, “Masih adakah
kebaktian kepada orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?” Rasulullah
SAW menjawab, “Ya, masih ada yaitu empat perkara, 1. Mendoakan kedua
orang tua, 2. Memintakan ampun bagi mereka, 3. Menunaikan janji-janji mereka,
4. Dan menghormati teman-teman mereka serta menghubungkan tali
persaudaraan terhadap keluarga mereka. maka inilah kebaktian yang harus
kamu tunaikan sebagai kebaktian kepada mereka setelah mereka meninggal
dunia.” (HR. Ibnu Majah dari Abu Usaid). 14
D. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 9 yang


berbunyi:
ِ ً‫ولْي ْخش الَّ ِذين لَو َتر ُك وا ِمن َخل ِْف ِهم ذُ ِّريَّة‬
‫ض َعافًا َخ افُوا َعلَْي ِه ْم َفلْيََّت ُق وا اللَّهَ َولَْي ُقولُوا َق ْواًل َس ِدي ًدا‬ ْ ْ َ ْ َ َ ََ
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”
Ayat ini mengisyaratkan agar orang tua mampu menciptakan generasi yang
berkualitas melalui upaya yang maksimal. Oleh karena itu, orang tua memiliki
peran penting dalam pembentukan karakter anaknya.15

Orang tua juga diharuskan untuk meninggalkan warisan berupa harta yang
dibagi secara adil, juga mengarahkan anaknya untuk selalu takut dan mengingat
akan tanggung jawabnya terhadap tuhannya sehingga mereka tidak akan berkata
kecuali perkataan yang benar dan tidak akan bertindak kecuali sesuai dengan apa
yg diperintahkan dan bolehkan oleh Allah Swt.16

14
Ahmad Munzir, Cara Berbakti pada Orang Tua yang Sudah Meninggal, Dalam
https://islam.nu.or.id/post/read/108593/cara-berbakti-pada-orang-tua-yang-sudah-meninggal-,
Diakses pada 10 Februari 2020.
15
Salman Harun, Mutiara Al-Qur’an: Menerapkan Nilai-nilai Kitab Suci Dalam
Kehidupan Sehari-hari, (Jakarta: PT Qaf Media Kreativa, 2016), 139.
16
Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, (Lebanon: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 2009) h.
614.
Muhammad Sayyid Thantawi mengatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada
semua pihak.17

E. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga

Seorang muslim mempunyai tanggung jawab kepada keluarganya. Apabila


telah beristri dan mempunyai anak, maka wajib memilihkan untuknya nama yang
bagus, disunahkan menyembelih hewan aqiqah pada hari ketujuh dari hari
kelahirannya, mengkhitan, memberi nafkah, mendidik dengan baik,
memperhatikan pendidikannya dan yang terpenting membiasakannya beribadah
kepada Allah Swt dengan ibadah fardlu maupun sunnah. Apabila telah beranjak
dewasa, wajib menikahkannya dengan orang yang tepat, agar biduk rumah
tangganya berjalan di jalan Allah Swt18.

Secara global perintah di atas didasarkan pada firman Allah Swt dalam
surah At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :

ٌ ‫ْح َج َارةُ َعلَْي َه ا َماَل ئِ َك ةٌ ِغاَل‬


‫ظ ِش َدا ٌد اَل‬ َ ُ ُ ُ‫آمنُ وا قُ وا أَْن ُف َس ُك ْم َوأ َْهلِي ُك ْم نَ ًارا َوق‬
ِ ‫ود َه ا النَّاس وال‬
َ ‫ين‬
ِ َّ
َ ‫يَ ا أ َُّي َه ا الذ‬
‫صو َن‬
ُ ‫َي ْع‬

‫اللَّهَ َما أ ََم َر ُه ْم َو َي ْف َعلُو َن َما ُي ْؤ َم ُرو َن‬

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari


api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”

17
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
h.426.
Irmansyah D Guci, Kewajiban Manusia Terhadap Diri Sendiri, Kedua Orang Tua dan
18

Keluarga, Dalam http://portalsatu.com/read/Blog/kewajiban-manusia-terhadap-diri-sendiri-kedua-


orang-tua-dan-keluarga-34204, diakses pada 10 Februari 2020.
ِ
ً َ‫“ )قُ وا أَْن ُف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم ن‬peliharalah dirimu dan
Mengenai firman Allah ( ‫ارا‬

keluargamu dari api neraka.” Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada
orang-orang beriman agar memelihara dirinya, istri/suaminya, anak-anaknya,
kerabat-kerabatnya dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawabnya, dengan
saling membimbing, menasehati, mendidik, dan memelihara satu sama lain agar
terhindar dari siksa api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu,
dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah.19

Selain itu mereka juga diperintahkan untuk selalu mendorong keluarganya


untuk berlaku taat kepada Allah Swt dan menjauhi segala apa yang dilarangnya
dengan berbagai petuah dan nasihat. 20

Kesimpulan

Tanggung jawab yaitu suatu kewajiban yang harus dijalankan. wajib


menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya). Dan menerima pembebanan,
sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain. Kita mempunyai tuntutan yang
sangat besar untuk bertanggung jawab baik dalam tanggung jawab terhadap diri
sendiri, tanggung jawab seorang muslim terhadap keluarganya, tanggung jawab
orang tua terhadap anaknya, dan tanggung jawab anak terhadap orang tuanya.
Oleh karena itu kita sebagai manusia harus memiliki kesadaran yang tinggi akan
tanggung jawabnya.
19
Kementerian Agama Republik Indonesia, Tafsir Madhu’i (Tafsir Al-Qur’an Tematik),
h. 32
20
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith ( Jakarta: Gema Insani, 2013), 679.
Setiap manusia akan dipanggil untuk mempertanggung jawabkan setiap
perbuatannya, yang baik dan yang buruk, yang besar maupun yang kecil. Apabila
perbuatan mereka yang tercatat sesuai dengan yang diperintahkan Allah, maka
mereka akan mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan. Sedangkan apabila
mereka tidak mengerjakan apa yang diperintahkan dan banyak melanggar
larangan agama, maka mereka akan memperoleh kecelakaan dan Azab yang
sangat pedih di dalam neraka.
Daftar Pustaka

Al-Buthy,Said Ramadhan.The Great Episodes of Muhammad: Menghayati Islam


dari Fragmen Kehidupan Rasulullah SAW, Terj. Fedrian Hasmand,
Fuad SN.Damaskus: Darul fikr Damaskus.2009

Al-Jawi,Muhammad bin Umar Nawawi.Marah Al-Labid Li Kasyf Ma’na Al-


Qur’an Al-Majiid.Beirut Lebanon: Dar al-Kutub Al-‘Ilmiyah.1971.
Ash-Shabuni,Muhammad Ali.Shafwatut Tafasir.Beirut: Darul Fikr,2019.
At-Thabari,Ibnu Jarir.Tafsir At-Thabari.Lebanon:Darul Kutub Al-Ilmiyyah.2009.
Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir Al-Wasith, Jakarta: Gema Insani, 2013.
Dagun, M.Kamus Besar Ilmu Pengetahuan.Jakarta: Golo Riwu Jakarta.1997
Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Tafsirnya jilid X, Jakarta, Lentera Abadi,
2010.
Harun,Salman.Mutiara Al-Qur’an: Menerapkan Nilai-nilai Kitab Suci Dalam
Kehidupan Sehari-hari.Jakarta: PT Qaf Media Kreativa.2016.
Karim,Abdullah.Tanggung jawab Kolektif Manusia Menurut Al-
Qur’an.Banjarmasin: Antasari Press.2010.
Nasr,Seyyed Hossein.The Heart Of Islam, terj. Nurasiah Fakih Sutan
Harap.Bandung: Mizan.2003.

Shihab,M.Quraisy.Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-


Qur’an.Ciputat: Lentera Hati.2012.

Anda mungkin juga menyukai