Anda di halaman 1dari 14

TAFSIR AL-QUR’AN PADA PERMULAAN ABAD KE-20 HINGGA

TAHUN 1960 ( KAJIAN KITAB TAFSIR Al-QUR’AN AL-KARIM


KARYA MAHMUD YUNUS )

Guna Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Pemikiran Tafsir Indonesia


Dosen Pengampu : Waffada Arief Najiyya, M.A.

Disusun Oleh:

Kelompok 3 (C6-IQR)

1. Wadliatul Maula 2030110074


2. Naili Rahmawati 2030110083
3. Manunan Fu'adah 2030110086

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah tafsir di Indonesia telah dimulai pada abad ke-16 dan 17, khususnya di
daerah Aceh. Permulaan munculnya karya tafsir ini berjalan beriringan dengan
lahirnya karya ulama dalam bidang hadits. Akan tetapi, perkembangan tafsir dan
hadits ini seolah mengalami masa yang hilang karena dalam tentang tahun yang lama
tidak ditemukan karya-karya lainnya.
Perkembangan tafsir secara massif baru terjadi pada abad ke-20, sejarah kajian
tafsir di Indonesia pada abad ke-20 disertai dengan corak, objek, dan ciri khasnya.
Karya ini menggunakan metode deskriptif yaitu mendeskripsikan catatan-catatan
sejarah berkembangnya tafsir di Indonesia. Periode pertama dari abad ke-20 dimulai
dari tahun 1900 hingga 1960-an dengan objek penafsiran berupa surat-surat pilihan
seperti surat Yasin dan al-Fatihah serta juz pilihan seperti Juz 30.
Corak tafsir-tafsir Indonesia sebelum abad 20 masih didominasi oleh tafsir
dengan corak tafsir sebelumnya. Menggunakan riwayat-riwayat maupun karya tafsir
sebelumnya sebagai bahan penulisan tafsirnya. Penggunaan piranti-piranti tafsir
modern belum menyentuh. Sehingga kurang begitu menjawab permasalahan-
permasalahan yang aktual dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Padahal riwayat-
riwayat serta rujukan tafsir yang dipakai masih didominasi oleh riwayat serta rujukan
yang tentu saja arab-sentris. Maka jika terlalu berlebihan jika dinyatakan bahwa tafsir-
tafsir tersebut tercerabut dari akar permasalahan keIndonesiaan. Padahal menurut
Rosihan Anwar, piranti tafsir sebenarnya merupakan kacamata refleksi Qurani
seorang mufassir dalam merespon persoalan-persoalan aktual yang dihadapinya serta
masyarakatnya. Itulah mengapa tafsir al-quran harus aktual dan membumi. Kitab
tafsir di Indonesia pada abad ke-20 hingga pada tahun 1960, di antaranya kitab tafsir
Al-Qur’an Al-Karim karya dari H. Mahmud Yunus, dan lain sebagainya.
Makalah ini akan mengkaji tentang sejarah perkembangan tafsir pada abad ke-
20 hingga pada tahun 1960 dan contoh dari kitab pada era tersebut, yakni kitab tafsir
Al-Qur’an Al-karim baik dari segi biografi mufasir, corak, serta metodologinya dan
lain sebagainya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an pada permulaan abad ke-
20 hingga tahun 1960 ?
2. Bagaimana Kajian Tentang Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Karya Mahmud
Yunus ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an pada permulaan abad ke-20 hingga tahun
1960
Perkembangan kajian tafsir di Indonesia belum terlalu berkembang pada masa
sebelum abad 20. Bagaimanapun, pada abad selanjutnya, yakni pada abad 20
perkembangan kajian tafsir berkembang cukup pesat di Indonesia. Nampkanya hal ini
dipengaruhi dengan semakin banyaknya sarjana-sarjana muslim Indonesia yang
melakukan study secara serius ke timur tengah, terutama al-Azhar, Kairo dan Haramain.
Sepulang ke tanah air mereka mulai membaca masalah-masaah keislaman yang ada di
Indonesia, dan kemudian mulai merumuskan pengkajian al-Quran dalam bentuk tafsir.1
Sejarah penafsiran Al-Qur’an di Indonesia pada abad ke-20 memiliki pendapat
yang berbeda tentang pembabakan sejarah atau periodeisasi sejarah tafsir abad 20.
Setidaknya terdapat tiga pendapat mengenai pembabakan sejarah ini, yaitu:
Howard M. Federspiel melakukan pembagian sejarah penafsiran ini menjadi tiga
generasi yaitu: generasi pertama antara tahun 1900-1960-an yang ditandai dengan
dominannya tafsir global, terpisah-pisah dan khususnya penafsiran surat surat tertentu.
Generasi kedua adalah pertengahan tahun 1960-an yang beberapa cirinya adalah
penambahan catatan, catatan kaki, terjemah kata per kata dan disertai dengan indeks,
sementara generasi ketiga mulai muncul pada tahun 1970-an dan merupakan penafsiran
yang lengkap dengan komentar- komentar yang luas.2
Islah Gusmian membagi sejararah tafsir abad 20 menjadi tiga bagian juga yaitu:
periode pertama yang dimulai sejak awal abad 20 hingga tahun 1960-an, literatur tafsir
pada periode ini masih sangat sederhana. Periode kedua dimulai pada tahun 1970- an
hingga tahun 1980-an yang ditandai dengan adanya beberapa kajian terhadap Ayat
hukum, sementara periode ketiga dimulai sejak tahun 1990-an.3
1
Zainul Milal Bizawie, Sanad and Ulama Network of The Quranic Studies in Nusantara,
Heritage Nusantara Vol 4, 2014, hal.25
2
Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia; dari Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab,
alih bahasa Tajul Arifin, cet. Ke-1 (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 129
3
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia: dari Hermeneutika hingga Ideologi,
(Yogyakarta: LKiS, 2013), hlm. 57-64

4
Penulis memberikan pertimbangan kepada peneliti selanjutnya untuk melihat dan
melakukan periodeisasi terhadap sejarah tafsir Indonesia abad 20 dengan tiga item
berikut: pertama, pra-kemerdekaan dengan nilai-nilai perjuangan kemerdekaan dalam
tafsir, pasca-kemerdekaan sampai masa revolusi dengan melihat bagaimana pengaruh
pembentukan negara baru, pengaruh orde baru dan juga pengaruh politik terhadap karya-
karya tafsir astau sebaliknya dan ketiga pasca-revolusi yang ditandai dengan kebebasan
berpendapat serta pengaruhnya terhadap kehadiran berbagai macam tafsir dan aliran tafsir
di Indonesia, seperti tafsir emansipatoris, liberal, hermeneutik, ekologis dan berbagai
macam perkembangan tafsir yang lainnya.
B. Kajian Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
Biografi Mahmud Yunus
Mahmud Yunus lahir pada tanggal 10 Februari 1899 M atau 30 Ramadan 1316 H,
tepatnya di Sungayang, Batusangkar, Sumatra Barat. Ayah Mahmud Yunus bernama
Yunus Bin Incek sedangkan ibunya bernama Hafsah Binti Imam Samiun. Ayahnya adalah
seorang pengajar di surau. Kakek ibunya bernama Engku Gadang M. Tahir Bin Ali,
beliau seorang pendiri sekaligus pengasuh surau di Sumatra Barat. Mahmud Yunus
berasal dari keluarga agamis. 4
Ayahnya Mahmud Yunus itu berasal dari suku Mandailing, iya mendapat sebutan
Imam Nagari sebab selain mengajar juga menjadi imam di surau tersebut. Selain itu
ayahnya juga bekerja sebagai petani. Sedangkan ibunya buta huruf sebab tidak
berpendidikan, ibunya mempunyai panggilan Posa dari suku Chaniago. 5
Ibunya bekerja
sebagai penenun kain tradisional Minangkabau setiap harinya. 6
Sejak kecil Mahmud
Yunus belajar Al-Qur’an kepada kakeknya. 7
Mahmud Yunus adalah anak laki satu-
satunya di dalam keluarganya. Istri dari Mahmud Yunus berjumlah lima ( 5 ) orang dan
memiliki 18 orang anak. 8 Mahmud Yunus menghembuskan nafas terakhir pada 1982. Ia
sejak kecil sudah dididik di lingkungan agamis. Selain belajar Al-Qur’an pada kakeknya,
ia juga belajar praktik ibadah dan ilmu keislaman yang lain sejak 1906 M. Mahmud
Yunus pernah masuk ke Sekolah Rakyat, tapi sampai tahun keempat. Kemudian Mahmud
4
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an,
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), 197.
5
Arif Iman Mauliddin, Unsur Lokal dalam Tafsir Al-Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus,
(Yogyakarta: Tesis Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, 2019), 21.
6
Malta Rina, Pemikiran dan Karya-Karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam
(1920-1982), (Padang: Ilmu Sejarah Pascasarjana UNAND, 2011), 3.
7
Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Cet ke-2,
(Jakarta: Gema Insani, 2008), 85-86.
8
Malta Rina, Pemikiran dan Karya-Karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam
(Padang: Ilmu Sejarah Pascasarjana UNAND, 2011), 170-174.

5
Yunus masuk ke Madrasah School pendirinya yaitu H. M. Thaib Umar, yakni tokoh dari
pembaharu Islam tepatnya di Minangkabau. Di madrasah tersebut ia sangat berprestasi,
maka dari itu ia dipercaya untuk mengajar kitab, yaitu Al-Mahally, Alfiyan Ibn Aqil, serta
Jami’ Al-Jawami, walaupun ia masih berusia 16 tahun. 9 Kemudian pada tahun 1924 M,
ia belajar di Universitas Al-Azhar Kairo tepatnya di Mesir. Mahmud Yunus melanjutkan
lagi studinya ke Dar Al-‘Ulum yakni Universitas Kairo, Mesir. Mahmud Yunus lulus
tahun 1929, kemudian kembali ke kampung halamannya. 10
Karirnya di antaranya yaitu mendirikan serta memimpin lembaga Pendidikan Islam
namanya Al-Jami’ah Al-Islamiyyah di Sungayang, Normal Islam di Padang tahun 1931
M. Pada tahun 1957-1960, ia memimpin Sekolah Islam Tinggi di Padang, Mendirikan
Akademi Dinas Ilmu Agama serta menjadi dekan di akademi tersebut. Ia juga mendirikan
serta memimpin Sekolah Menengah Islam tepatnya di Bukittinggi. Mahmud Yunus
diangkat sebagai Dekan di Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta serta
menjadi Rektor IAIN Imam Bonjol Padang. 11
Ia menghasilkan karyanya dalam bidang
pendidikan, bahasa Arab, fikih, tafsir, akhlak, sejarah, dan lain sebagainya. Karyanya
Mahmud Yunus yang monumental yaitu Tafsir Al-Qur’an Al-Karim yang diterbitkan
tahun 1938 M serta sudah dicetak beberapa kali. 12
Latar Belakang Penulisan Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
Karya tafsir tersebut adalah hasil dari penyelidikan Mahmud Yunus kurang lebih
53 tahun, ia memulainya dari usia 20 tahun sampai 73 tahun. Dalam penyelesaian kitab
tersebut muncul berbagai macam protes serta reaksi dari beberapa kalangan dengan
maksud menantang kegiatan tersebut baik dalam hal menerjemahkan serta menafsirkan
Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia dan menganggap hal tersebut sebagai suatu hal yang
langka dan haram untuk dilakukan. 13
Kitab tersebut mulai ditulis tahun 1922 M dan juz
pertama, kedua, ketiga berhasil untuk diterbitkan. Pada tahun 1924 M ia menghentikan
penulisan sebab Mahmud Yunus ingin melanjutkan studinya ke Al-Azhar Kairo, Mesir

9
Lebih lanjut lihat Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam, 85-86.
Lihat juga Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an, 197-199.
10
Lebih lanjut lihat Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam, 85-86.
Lihat juga Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an, 197-199.
11
Lebih lanjut lihat Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam, 86-91.
Lihat juga Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an, 199-200.
12
Lebih lanjut lihat Herry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Islam, 86-91.
Lihat juga Malta Rina, Pemikiran dan Karya-Karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, 176-180. Lihat juga Saiful
Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an\, 200. Lihat juga Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir;
Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam, (Jakarta: LEKAS, 2011), 42.
13
Lebih lanjut lihat Mahmud Yunus dalam mukadimah Tafsir Al-Qur’an al-Karim,
iii-vii. Lihat Juga Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir, 84.

6
dan menghasilkan ilmu bahwa boleh menerjemahkan dan menafsirkan Al-Qur’an
menggunakan bahasa asing selain bahasa Arab. Hal tersebut itu boleh untuk dilakukan
supaya orang non Arab itu bisa memahami serta mempelajarinya. Tahun 1935 ia
melanjutkan penulisan serta menamai kitab tersebut dengan kitab Tafsir Al-Qur’an Al-
Karim. Setiap dua bulan diterbitkan satu juz saja.
Untuk penerjemahan juz tujuh sampai juz delapan belas dibantu H. M. K. Bakry, di
bulan April tahun 1938 M khatam 30 juz. 14
Tujuan kitab tafsir tersebut ditulis yaitu
memberikan keterangan serta menjelaskan mengenai petunjuk Al-Qur’an supaya vmudah
dimengerti, dan diimplementasikan oleh masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu juga untuk kalangan pelajar dan mahasiswa sebagai bahan praktis untuk
mempelajari bahasa Al-Qur’an serta diperuntukkan untuk masyarakat umum juga.
Karakteristik Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
Karakteristik dari kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Karim yaitu sistematika penerjemahan
atau penafsiran, penyusunan, teknik penerjemahan serta keterangan atau footnote atau
catatan kaki, analisis istilah, konsep, dan isi kandungan kesimpulan Al-Qur’an. 15

Sistematika penerjemah atau penafsiran, format dari terjemahannya itu teks Al-Qur’an
terletak di sebelah kanan dan terjemahannya berada di sebelah kiri. Hal tersebut
memudahkan seseorang untuk tahu terjemah dari ayat tersebut. Disisi yang lain ia
menguraikan penjelasan dengan panjang di objek tertentu. Misalnya penjelasan mengenai
persatuan umat yang terdapat di dalam QS. Ali Imran ayat 103 yang berbunyi di bawah
ini :
‫ص ُموا بِ َحب ِْل هّٰللا ِ َج ِم ْيعًا َواَل تَفَ َّرقُوا‬
ِ َ‫َوا ْعت‬
Yang artinya : “ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai. “
Selain itu juga ada penjelasan tentang perpecahan umat yang terdapat di dalam QS. Al-
An’am ayat 159
‫ِإ َّن الَّ ِذ ْينَ فَ َّرقُوا ِد ْينَهُ ْم َو َكانُوا ِشيَعًا لَسْتَ ِم ْنهُ ْم فِي َش ْي ٍء‬
Yang artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka
(terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap
mereka. “ Hal yang penting dari uraian tersebut yaitu Mahmud Yunus berusaha untuk

14
Lebih lanjut lihat Mahmud Yunus dalam mukadimah Tafsir Al-Qur’an al-Karim,
iii-vii. Lihat Juga Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir, 84.
15
Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir; Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam,
( Jakarta: LEKAS, 2011 ), Hlm. 87-102.

7
menyisipkan pesan moral pada para pembaca supaya dalam kehidupan bermasyarakat
senantiasa menjaga nilai kebersamaan dan persatuan.
Sistematika Penyusunan terjemahan teks Al-Qur’an terdiri dari 924 halaman.
Cover, lembar pengesahan dan pendahuluan ada tujuh halaman, 27 halaman berisi daftar
surah dan isi tafsir, daftar isi surah berdasarkan atas alfabet, dan daftar juz Al-Qur’an.
Dibuat seperti itu supaya memudahkan pembaca di dalam mencari ayat, surah, dan juz
Al-Qur’an. Pada bagian akhir, berisi kesimpulan isi Al-Qur’an, menyangkut hukum,
etika, ilmu pengetahuan, ekonomi, sejarah, dan lain sebagainya yang terdiri dari 32
halaman. 16
Teknik penerjemahan serta keterangan. 60 persen dari karya Mahmud Yunus berisi
terjemahan ayat Al-Qur’an, 40 persen berisi keterangan yang berbentuk catatan kaki
terhadap beberapa istilah dan konsep agama. Teknik penerjemahan menggunakan
penerjemahan harfiah. Ada pula penerjemahan maknawi tandanya yaitu dua tanda kurung
dan lebihnya berbentuk catatan kaki. 17
Analisis istilah serta konsep, ia ketika menerjemahkan suatu kata cenderung pada
pengertian leksikal dan semantik sesuai perkembangan bahasa yang digunakan saat Al-
Qur’an itu diturunkan. 18
Kandungan kesimpulan isi Al-Qur’an, terdapat 32 halaman yang berisi persoalan
umum yang meliputi hukum, etika, ilmu pengetahuan, ekonomi, sejarah, dan lain
sebagainya. Tujuannya itu untuk membantu para pembaca yang ingin menggali lebih jauh
mengenai hukum dan pesan penting dalam Al-Qur’an.
Metodologi dan Corak Kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
Metode dan corak dari kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Karim karyanya Mahmud Yunus,
yaitu sebagai berikut : 19
16
Iskandar, “Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus; Kajian atas Karya Tafsir Nusantara,”
Jurnal Suhuf, Vol. 3, No. 1, 2010, h. 5. Lihat juga Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, (Djakarta: PT
Hidakarya Agung, 1983).
17
Sebagai contoh penerjemahannya pada surah al-Isra’ ayat 29 : َ‫ “ وَاَل تَجْ َعلْ يَدَكَ َم ْغلُولَةً ِإلَی ُعنُقِك‬janganlah engkau
jadikan tangan engkau terbelenggu ke kuduk engkau (jangan bakhil)”. Hal tersebut terlihat pada ayat Al-Qur’an
yang memakai lafal konotatif. Mahmud Yunus mengakui bahwa penerjemahan harfiah
tidak cukup memadai, hingga dibutuhkan penerjemahan maknawi untuk menjelaskan pengertian sebenarnya
dari suatu ayat.
18
Hal ini terlihat dalam penerjemahan kata “ ‫ “ مُت ََوفِّي‬yang terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 55 : ‫ال هّٰللا ُ يَا ِعي َسي‬ َ َ‫إ ِْذ ق‬
‫ ) “ ِإنِّي ُمت ََوفِّيكَ َو َرافِ ُع††كَ ِإلَ َّي‬Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan
kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku " kata “ ‫ “ ُمت ََوفِّي‬dalam ayat ini diterjemahkan
secara
leksikal dengan ‘mewafatkan’, karena menurutnya pengertian ini yang biasa terpakai dalam bahasa Arab
dan tidak ada indikasi lain yang dapat memutarnya pada pengertian lain. Lebih lanjut lihat Iskandar,
“Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus,” h. 5.
19
Malta Rina, Artikel Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang
Pendidikan Islam, (Sumatera Barat: 2011), h. 105-109.

8
1.) Metode Penafsiran dan Corak Tafsir
Metode yang digunakan di dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Karim yaitu metode tahlili
atau metode yang menjelaskan kandungan isi ayat Al-Qur’an serta seluruh aspeknya.
Kosa kata dan penjelasan arti di dalam kitab tafsirnya Mahmud Yunus tidak selalu
dijelaskan secara global. Kosa kata dan penjelasan arti itu dijelaskan saat diperlukan
saja, lafad dijelaskan arti kosakata-katanya, lafad lain dijelaskan arti kosa katanya,
sedangkan lafad lain dijelaskan arti secara globalnya sebab adanya istilah, dijelaskan
pula secara terperinci dengan memperlihatkan istilah tersebut pada ayat lain.
2.) Metode Pemikiran Penafsiran
Tafsir karya dari Mahmud Yunus merupakan tafsir ijmali atau penafsiran ayat secara
global, namun di beberapa ayat itu ia memberikan perhatian yang lebih sehingga
nampak penafsiran tahlili. 20 Metode Pemikiran tafsir menggunakan model corak tafsir
bil riwayah, yaitu penafsiran yang memakai riwayat dari para sahabat dan Tabi’in.
Metode tersebut kurang memberikan porsi besar terhadap akal, tetapi lebih banyak
berpegang pada arti harfiah. Untuk mengetahui corak yang cenderung digunakan oleh
Mahmud Yunus itu bercorak bil riwayah. Hal tersebut bisa dilihat dalam penafsiran
Mahmud Yunus QS. Al-Fath ayat 10 ‫ق َأ ْي ِدي ِه ْم‬ َ ْ‫ يَ ُد هّٰللا ِ فَو‬dan QS. Ali Imran ayat 26 dan
†َ ‫ بِيَ ِد‬dan ِ ‫ بِيَ ِد هّٰللا‬ayat tersebut Bisa membawa pemahaman
73yang terdapat kata ‫ك ْال َخي ِْر‬
bahwa Allah SWT itu memiliki tubuh seperti tubuh yang ada pada makhluk-Nya. Ia
mengartikan lafad ‫ يَ † ٌد‬yang berarti tangan, dengan demikian dari sisi tersebut ia
memaknai teks Al-Qur’an dengan harfiah. Penafsiran tersebut berdasarkan kepada
riwayah yang mengungkapkan bahwa ayat tersebut itu turun ketika orang yang setia
serta teguh pada Nabi Muhammad SAW, berjabat tangan dengan Nabi Muhammad
SAW dan mengumpamakan tangan Nabi Muhammad SAW sebagai tangan Allah
SWT, seperti yang dikatakan oleh Mahmud Yunus di dalam kitab tafsir Al-Qur’an
Al-Karim. Maka penafsiran yang dipakai oleh Mahmud Yunus menunjukkan corak
tafsir bil riwayah, walaupun di ayat lain ia melakukan penta’wilan arti kata, tapi
sebatas untuk menjelaskan agar tidak salah paham mengenai maksud dari ayat yang
dimaksudkan. Mahmud Yunus adalah tokoh tokoh pendidikan, serta pembaharu
pendidikan.
C. Contoh Penafsiran Tafsir Al-Qur’an Al-Karim karya Mahmud Yunus
Berikut beberapa contoh penafsiran ayat dari Tafsir Al-Qur’an Al-Karim karya
Mahmud Yunus
20
Mahmud Yunus, Pembaharu Pengajaran Bahasa Arab, diupload pada 08 Oktober 2015 (20.00 Wib).

9
a) Surah Al-Fi'il
‫) َوَأرْ َس َل َعلَ ْي ِه ْم طيرا أبابيل‬٢( ‫) ألم يجعل كيدهم في تضليل‬١( ‫الم تر كيف فعل ذلك بأصحاب الليل‬

ِ ْ‫) فَ َج َعلَهُ ْم َك َعص‬٤( ‫ترميهم بحجارة من سجيل‬


(۳) )٥-١ : ‫) (سورة القيل‬٥( ‫ف مأكول‬

Artinya:
Tiadakah engakau tahu, bagaimana Tuhanmu memperbuat terhadap orang-orang
yang mempunyai gajah (1): Tiadakah ia menjadikan tipu daya mereka jadi sia-sia
(2): Dan mengirim kepada meraka hurubf berbondong-bondong (3): Yang melempar
mereka dengan batu dari tanah yang keras (4): lalu Allah jadikan mereka seperti
daun yang dimakan (ulat) (Q.S. al-Fi'il: 1-5)21

Tafsimya:
Adapun balatentara yang bergajah itu, ialah Raja Yaman yang datang ke Negeri
Makkah hendak meruntuhkan Ka'bah dengan membawa lascar dan gajah yang kuat.
Setelah mereka hamper masuk ke Negeri Makkah, lalu beberapa burung menjatuhkan
batu (tanah yang keras), boleh jadi didalamnya banyak hama penyakit cacar, sehingga
mereka semuanya dihinggapi penyakit itu, akahimya badan mereka hancur luluh
seperti daun kayu dimakan binatang atau ulat. Pendeknya maksud mereka hendak
meruntuhkan Ka'bah tiadalah berhasil adanya." b) Surah al-Fushshilat ayat 13

َ ‫صا ِعقَة ِم ْث َل‬


۱۳ : ‫صا ِعقَة عَا ٍد َوثَ ُمو َد (سورة فصلت‬ َ ‫فَِإ ْن َأ ْع َرضُوا فَقُل َأ ْن َذرْ تَ ُك ْم‬

Jika mereka berpaling katakanlah: Aku beri peringatan kamu dan petir (sikas),
seumpama siksa (yang menimpa kaum) Ad dan Tsamud (QS. Fushshilat: 13)22

Tafsimya: Arti (‫ )صاعقة‬yang jama nya adalah (‫ )صواعق‬ialah Petir, geledek, halilintar,
yaitu bunyi yang keras sekali diudara dan baisanya bersama kilat. Dalam Quran ada
tiga tafsirannya:
1. Mati seperti ‫ فصعق من في السماوات ومن في األرض‬maka matilah Siapa yang dilangit
dan siapa yang dibumi

21
Mahmud Yunus (1967), Tarjamah al-Quran al-Karim, Bandung: PT al-Ma'arif, hal. 540-541
22
Mahmud Yunus (1967). Tarjamah al-Quran al-Karim, Bandung: PT al-Ma'arif, hal, 431

10
2. Azab seperti ‫ صاعقة شداد وثمود أاندرتكم صاعقة مثلى‬Aku beri peringatan kamu dan
petir (siksa). seumpama siksa (yang menimpa kaum) 'Ad dan Tsamud
3. Api (kilat) seperti ‫ وترسل الصواعق فيصب به††ا من الس††ماء‬Dia mengirim api (kilat),
lalu mengenai siapa yang dikehendakinya. Sebenarnya ketiga-tiganya itu
adalah hasil dari petir.
‫ نصيحة‬teriakan yang keras (Surah al-Hijr ayat 73) ditafsirkan dengan Shaa'iqah
ini, bukan dengan teriakan Jibril seperti dalam Tafsir Jalalain.23

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan beberapa hal bahwa sejarah tafsir Indonesia
abad XX terbagi menjadi tiga periode. Setiap periode memiliki ciri khasnya masing-masing.
Para sarjana berbeda pendapat tentang periode tersebut secara tahun pastinya. Akan tetapi,
periode itu dapat diklasifikasi berdasarkan corak dan objeknya. Periode pertama merupakan
periode penafsiran al-Quran dengan corak umum. Artinya corak yang menonjol dalam
penafsiran belum terlihat jelas. Objek yang ditafsirkan adalah al-Quran 30 juz, Surat tertentu
yang biasanya adalah Yasin atau al-Fatihah, dan Juz tertentu yang biasanya adalah Juz amma.
Penulisan tafsir ini bisa dilakukan oleh individu maupun kolektif. Periode kedua masih
mengikuti periode pertama tetapi mulai tampak corak-corak yang khusus, seperti corak fikih
yang mengkaji ayat-ayat hukum. Sementara periode ketiga merupakan masa berkembang
pesatnya penafsiran di Indonesia dengan beragam corak dan metode. Pada akhir abad XX ini
juga telah muncul beberapa mufassir yang mencoba membahas isu-isu kontemporer (saat itu)
seperti masalah feminisme dan jender. Hal lain yang juga tampak dalam sejarah tafsir di
Indonesia adalah banhyaknya karya tafsir yang ditulis secara kolektif, baik oleh dua orang,
tiga orang, bahkan oleh yayasan. Serta tokoh yang melakukan penafsiran tidak hanya terbatas
pada akademisi al-Quran tetapi juga dari akademisi bidang lain seperti Ekonomi, sosial, dan
sastra.

23
Mahmud Yunus (1981). Tafsir Quran Karim, hal. 705

11
Kitab tafsir karya Mahmud Yunus yaitu Tafsir Al-Qur’an Al-Karim yang diterbitkan
pada tahun 1938 M. Karya tafsir tersebut adalah hasil dari penyelidikan Mahmud Yunus
kurang lebih 53 tahun, ia memulainya dari usia 20 tahun sampai 73 tahun. Karakteristik dari
kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Karim yaitu sistematika penerjemahan atau penafsiran,
penyusunan, teknik penerjemahan serta keterangan atau footnote atau catatan kaki, analisis
istilah, konsep, dan isi kandungan kesimpulan Al-Qur’an. Metode yang digunakan itu metode
tahlili. Coraknya bil riwayah.

DAFTAR PUSTAKA

Bizawie, Zainul Milal. 2014. Sanad and Ulama Network of

The Quranic Studies in Nusantara. Heritage Nusantara Vol 4.

Federspiel, Howard M. 1996. Kajian Al-Qur’an di Indonesia :

dari Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab. Alih bahasa Tajul Arifin. cet. Ke-1.
Bandung: Mizan.

Gusmian, Islah. 2013. Khazanah Tafsir Indonesia:

dari Hermeneutika hingga Ideologi. Yogyakarta: LKiS.

Ghofur, Saiful Amin. 2008. Profil Para Mufasir al-Qur’an.

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Mauliddin, Arif Iman. 2019. Unsur Lokal dalam Tafsir Al-Qur’an Karim Karya

Mahmud Yunus. Yogyakarta: Tesis Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga.

Rina, Malta. 2011. Pemikiran dan Karya-Karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus

12
tentang Pendidikan Islam (1920-1982). Padang: Ilmu Sejarah Pascasarjana
UNAND.

Mohammad, Herry, dkk. 2008. Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20.

Cet ke-2. Jakarta: Gema Insani.

Ibrahim, Sulaiman. 2011. Pendidikan dan Tafsir : Kiprah Mahmud Yunus

dalam Pembaruan Islam. Jakarta: LEKAS.

Iskandar. 2010. “Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus :

Kajian atas Karya Tafsir Nusantara.” Jurnal Suhuf. Vol. 3. No. 1. Lihat juga
Mahmud Yunus. 1983. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Djakarta: PT Hidakarya
Agung.

Yunus, Mahmud. 8 Oktober 2015. Pembaharu Pengajaran Bahasa Arab.

Yunus, Mahmud. 1967. Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: PT al-Ma’arif.

13
14

Anda mungkin juga menyukai