Rithon Igisani
Institut Agama Islam Negeri Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
riton_ighnisani@yahoo.co.id
Abstract. This article described the interpretation study carried out by the Mufassir in
Indonesia. The term Mufassir is now important to revise in order to have that continuity
among identity, tradition, and Al-Qur’an scientific study with their generations. The results
showed that the practice of Qur'anic interpretation in Indonesia was spearheaded by
Abdurrauf al-Singkil, Sheikh Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, Ahmad Hasan
Muhammad Hashbi Ash-Shiddiqy, HB Jassin, H. Bakri Syahid, Buya Hamka and Muhammad
Quraish Shihab. The conclusion told that the style of interpretation in Indonesia contains
three main dimensions, namely epistemology (source / method / criteria of Al-Qur'an
knowledge), methodology (how to translate the dimensions of normativity of Al-Qur'an),
and historical science. Therefore, the subjective nature of the Qur'an text turned into the
objective nature of science text and then ethics (functioning the relationship between Al-
Qur'an and social reality).
Abstrak. Tulisan ini menguraikan tentang kajian tafsir yang digeluti oleh para Mufassir di
Indonesia. Dunia mufassir penting ditinjau kembali agar terjadi kesinambungan identitas,
tradisi dan reproduksi keilmuan Al-Qur’an antar generasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa praktik penafsiran Al-Qur’an di Indonesia dipelopori oleh Abdurrauf al-Singkil,
Syekh Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, Ahmad Hasan Muhammad Hashbi Ash-
Shiddiqy, H.B Jassin, H. Bakri Syahid, Buya Hamka, Muhammad Quraish
Shihab.Kesimpulannya adalah corak kajian tafsir di indonesia mengandung tiga dimensi
utama yaitu epistemology (sumber/cara/kriteria pengetahuan Al-Qur’an yang dipakai,
metodologi (cara menerjemahkan dimensi normativitas Al-Qur’an yang dipakai), historis
ilmu. Dengan demikian, sifat subjektif teks Al-Qur’an berubah menjadi sifat objektif teks
ilmu. Kemudian, etika (memfungsikan hubungan antara Al-Qur’an dan realitas sosial).
11
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018
12
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia – Rithon Igisani
belajar secara intensif dengan Ahmad al- Mustafid adalah metode ijmali
Qusyasyi hingga wafatnya tahun 1660 sebagaimana yang digunakan dalam
M, dan kemudian lanjut belajar dengan tafsir Jalalain.
pengganti Ahmad Qusyasyi, yaitu Penulisan kitab ini bukan atas
Ibrahim al-Kurani. Dari al-Qusyasyi, al- perintah Ratu Safiatuddin, melainkan
Sinkil mempelajari tasawuf. Kesuksesan atas keinginan al-Sinkil sendiri karena
belajarnya bisa dilihat dari kenyataan ingin mengajarkan ajaran-ajaran al-
bahwa al-Sinkil ditunjuk menjadi Qur’an kepada masyarakat dengan
khalifah bagi dua tarekat, yaitu tujuan untuk memberi kemudahan
Sattariyah dan Qadiriyah. Dari al-Kurani kepada masyarakat yang tidak bisa
ia memperkuat kapasitas intelektualnya. bahasa Arab.
Al-Sinkil dalam nuansa Corak tafsir yang ditulis oleh al-
madzhabnya memakai al-Syafi’i. Sinkil menggunakan corak umum.
Sedangkan dalam konteks teologinya al- Artinya penafsiran yang diberikan tidak
Sinkil menganut al-Asy’ariyah meskipun mengacu pada satu corak tertentu,
ketika memahami ayat-ayat landasan seperti fiqih, filsafat, dan adab bil-
khawarij Qadariyah, Jabariyah, dipahami ijtima’i. namum, tafsirnya mencakup
atau dimaknai secara toleran. berbagai corak tersebut sesuai dengan
Al-Sinkil memiliki karya yang ayat yang ditafsirkan.
fenomenal, yaitu Turjuman al-Mustafid.
Dua pendapat mengenai Metode 2. Syekh Nawawi al-Bantani
penafsiran yang digunakan, ada yang Nama lengkap Syekh Nawawi al-
mengatakan metode tafsir tahlili dan Bantani adalah Abu Abdullah al-Mu’thi
metode ijmali. Adapun yang mengatakan Muhammad Nawawi bin Umar. Lahir di
metode tafsir tahlili seperti Nashiruddin Tanara, Tirtayasa, Serang Banten, Jawa
Baidan, ia mengambil contoh pada Barat pada 1813 M. Julukan al-Bantani
penafsiran surat al-Fatihah ayat dinisbahkan pada daerah asalnya,
keempat, مالك يوم الدين. Banten. Ia merupakan ulama terkemuka
Dalam ayat ini al-Sinkil dikarenakan karya-karyanya menjadi
mengungkapkan perbedaan qiro’at rujukan berbagai pesantren di
antara imam qiro’at satu dengan imam Indonesia. Bahkan di luar negeri, seperti
lainnya. Cara seperti ini juga diterapkan Malaysia, Filipina, Thailand dan Negara-
dalam surat al-Ikhlas. Selain itu ia juga negara Timur Tengah.
mengemukakan latar belakang Nawawi bahkan dalam kategori
turunannya ayat. Meskipun demikian, salah satu ulama besar di abad 14 H/ 19
penafsiran yang diberikan oleh al-Sinkil M. Karena kemasyhurannya ia mendapat
belum mencakup semua aspek yang gelar: A’yan ‘Ulama al-Qarn al-Ram
terkandung dalam ayat yang ditafsirkan. ‘Asyar Li al-Hijrah, al-Imam, al-Mullaqqi
Tetapi menurut Nashiruddin penafsiran wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq dan Sayyid
yang dikemukakan dalam Turjuman al- ‘Ulama al-Hijaz. Dan menjadikannya
Mustafid bisa digolongkan kedalam satu-satunya ulama Islam Indonesia
metode tafsir tahlili. Pendapat lain juga yang namanya tercantum dalam kamus
menyatakan bahwa Terjemahan al- al-Munjid.
Mustafid merupakan saduran dari kitab Salah satu karyanya yang sangat
Tafsir Jalalain. Dengan demikian metode fenomenal adalah Tafsir Munir atau
penafsiran yang digunakan Turjuman al- Tafsir Marah Labib. Nama lengkap tafsir
14
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia – Rithon Igisani
15
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018
16
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia – Rithon Igisani
18
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia – Rithon Igisani
19
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018
20
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia - Rithon Igisani
21
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018
22
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia –Rithon Igisani
16
Prof. Dr. Fauzul Iman, MA, dkk, Al-
Qalam: Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan,
19
(Serang: Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada M. Quraish Shihâb, Lentera Al-Qur’an:
Masyarakat Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan,
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2004), Vol 21, 2008), cet. 1, h. 5
20
h. 56 M. Quraish Shihâb, Menabur Pesan
17
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Ilâhi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Mufassir Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), cet. 1, h.
Madani, 2008), h. 236 i
18 21
Muhammad Quraish Shihâb, M. Quraish Shihâb, Mahkota Tuntunan
Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Ilâhi, (Jakarta: Untagama, tt), h. vi
22
dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, M. Quraish Shihâb, Lentera Al-Qur’an:
1993), h. 14 Kisah dan Hikmah Kehidupan, h. 5
26
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia - Rithon Igisani
lain yang berhasil penulis temukan dari Jenaka (2007); Membumikan Kalam di
berbagai penelusuran di perpustakaan- Indonesia (2010), dan lain-lain.23
perpustakaan, khususnya perpustakaan Profil Tafsir al-Mishbâh
Pusat Studi Qur’an (PSQ) adalah: Penamaan dan Motivasi
M. Quraish Shihâb Menjawab Soal Penulisan Tafsir Al-Mishbâh
Keislaman yang Patut Anda Ketahui Di antara karya-karyanya
(1998, 2008, 2009); Jin, Iblis, Setan dan tersebut di atas, tafsir al-Mishbâh
Malaikat yang Tersembunyi (2006, merupakan karya monumental karya M.
2007); Secercah Cahaya Ilahi (2007); Quraish Shihâb yang mulai ditulis pada
Sahur Bersama M. Quraish Shihâb di hari Jum’at tanggal 4 Rabi’ul Awal 140
RCTI (1997); Dia di Mana-Mana: Tangan H/18 Juni 1999 M dan selesai pada hari
Tuhan di Balik Setiap Fenomena (2004, Jum’at tanggal 8 Rajab 1423 H/5
2005); Studi Kritis Tafsir al-Manâr September 2003 M. Al-Mishbâh artinya
(1994); Menabur Pesan Ilahi (2006); lampu, pelita atau benda lain yang
Perjalanan Menuju Keabadian, berfungsi serupa yang memberikan
Kematian, Surga dan Ayat-ayat Tahlil penerangan dalam mencari petunjuk,
(2001, 2004, 2005); Rasionalitas Al- dan pedoman hidup terutama bagi
Qur’an (2006); Al-Lubâb: Makna Tujuan mereka yang mengalami kesulitan dalam
dan Pelajaran dari Al-Fâtihah&Juz memahami makna Al-Qur’an secara
‘Amma (2008); Pengantin Al-Qur’an langsung.24
(2007); Kehidupan Setelah Kematian: Awal kegiatan M. Quraish Shihâb
Surga yang Dijanjikan Al-Qur’an (2008); dalam hal tulis menulis yakni pada saat
Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah (2003, beliau tinggal di Ujung Pandang. Namun,
2004, 2005, 2006); Tafsir Al-Qur’an Al- produktifitasnya terbukti saat ia
Karim (1999); Fatwa-fatwa Seputar bermukim di Jakarta, maka pada tahun
Ibadah Mahdhoh (1999); Yang Sarat dan 1980-an, ia diminta untuk mengasuh
yang Bijak (2007); Ayat-ayat Fitna rubrik “Pelita Hati” pada Harian Pelita.
(2008); Panduan Puasa Bersama Kemudian pada tahun 1994 kumpulan
Quraish Shihâb (2000, 2003); Mahkota dari tulisannya itu diterbitkan oleh
Tuntunan Ilahi: Pesona Al-Fâtihah; Mizan dengan judul “Lentera Hati” yang
Panduan Shalat Bersama Quraish Shihâb ternyata menjadi best seller dan
(2003); Haji Bersama Quraish Shihâb mengalami cetak ulang beberapa kali.
(1998, 1999, 2001); Wawasan Al- Dari sinilah tampaknya pengambilan
Qur’an: Tafsir Tematik Atas Berbagai nama al-Mishbâh itu berasal.25
Persoalan Umat (2007); Wawasan Al- Motivasi penulisan tafsir al-
Qur’an tentang Zikir dan Do’a (2003); Mishbâh ini di antaranya adalah karena
Hidangan Ilahi dalam Ayat-Ayat Tahlil beliau melihat umat Islam Indonesia
(2001, 2008); Do’a Harian Bersama
Quraish Shihâb (2009); Kumpulan
Tanya Jawab Mistik, Seks, dan Ibadah 23
Judul-judul buku yang penulis tuliskan
(2004, 2005, 2006); 40 Hadis Qudsi di atas adalah kumpulan karya M. Quraish Shihâb
Pilihan (2002, 2005, 2007); Yang Ringan yang terdapat di perpustakaan Pusat Studi Qur’an
(PSQ) yang penulis kunjungi.
24
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir di
Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003), h. 51
25
Hamdani Anwar, Mimbar Agama dan
Budaya, (t.tp: t.p, 2002), vol. XIX, h. 176
27
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018
28
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia –Rithon Igisani
Persia dan kemenangan kaum Muslimin dari rujukan yang berasal dari pendapat
atas kaum Musyrikin30. ulama dan ijtihadnya sendiri.31
Dalam menafsirkan ayat ini, M. Corak Tafsir Al-Mishbâh
Quraish Shihâb memulainya dengan ayat Tafsir Al-Mishbah termasuk tafsir
dan terjemah, lalu menjelaskan asbâb bir ra’yi karena di dalam tafsir al-
an-nuzûl dari ayat itu, kemudian Mishbâh digunakan argumen akal di
menerangkan riwayat-riwayat yang samping hadis-hadis Nabi SAW.
berkenaan dengan itu yang disampaikan Sedangkan corak (kecenderungan)
oleh Abu Bakar, menjelaskan sejarah dalam tafsirnya adalah sosial
luasnya Imperium Romawi, serta kemasyarakatan (adabi ijtimâ’i). Yakni,
menjelaskan makna-makna kata yang satu corak tafsir yang menjelaskan
dirasa perlu. Kemudian mengutip petunjuk-petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an
pendapat-pendapat ulama, seperti yang berkaitan langsung dengan
Thahir Ibn ‘Asyûr dan az-Zamakhsyari, kehidupan masyarakat,
serta memperluas tafsirannya dengan Sistematika Tafsir Al-Mishbâh
membandingkan beberapa pendapat M. Quraish Shihâb menggunakan
ulama, sehingga dapat dihasilkan suatu sistematika sebagai berikut:
kesimpulan. 1) Dimulai dengan penjelasan
Sumber Penafsiran Al-Mishbâh surat secara umum.
Sumber penafsiran yang 2) Mengelompokkan ayat, lalu
digunakan pada Tafsir al-Mishbâh ada diikuti terjemahannya.
dua: Pertama, bersumber dari ijtihâd 3) Menguraikan kosakata yang
penulisnya. Sedang yang kedua, dalam dianggap perlu dalam
rangka menguatkan ijtihâdnya, ia juga penafsiran makna ayat.
mempergunakan sumber-sumber 4) Penyisipan kata penjelas
rujukan yang berasal dari fatwa dan sebagai penjelasan makna atau
pendapat para ulama, baik yang sisipan tersebut merupakan
terdahulu, maupun mereka yang masih bagian dari kata atau kalimat
hidup. yang digunakan Al-Qur’an,
Selain mengutip pendapat para biasanya dicetak miring.
ulama, M. Quraish Shihâb juga 5) Ayat Al-Qur’an dan sunnah
mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an Nabi SAW yang dijadikan
dan Hadis Nabi SAW sebagai bagian dari penguat atau bagian dari
tafsir yang dilakukannya. Biasanya tafsirnya hanya ditulis
rujukan dari ayat Al-Qur’an dan Hadis terjemahannya saja.
ditulis dalam bentuk italic (miring),
sebagai upaya untuk membedakannya Menjelaskan antar ayat-ayat Al-
Qur’an.32
31
Hamdani Anwar, Telaah Kritis
Terhadap Tafsir Al-Mishbâh dalam Mimbar Agama
dan Budaya, 2002, vol. XIX, no. 2, h. 180
30 32
M. Quraish Shihâb, Tafsir Al-Mishbâh: Hamdani Anwar, Telaah Kritis Terhadap
Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 10, Tafsir Al-Mishbâh dalam Mimbar Agama dan
h. 159 Budaya, 2002, vol. XIX, no. 2, h. 186-187
29
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018
Amir, Mafri dan Ummi Kultsum, Lilik, Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam,
Literatur Tafsir Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2004)
2011)
30
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia –Rithon Igisani
31