Anda di halaman 1dari 21

Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia

Rithon Igisani
Institut Agama Islam Negeri Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
riton_ighnisani@yahoo.co.id

Abstract. This article described the interpretation study carried out by the Mufassir in
Indonesia. The term Mufassir is now important to revise in order to have that continuity
among identity, tradition, and Al-Qur’an scientific study with their generations. The results
showed that the practice of Qur'anic interpretation in Indonesia was spearheaded by
Abdurrauf al-Singkil, Sheikh Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, Ahmad Hasan
Muhammad Hashbi Ash-Shiddiqy, HB Jassin, H. Bakri Syahid, Buya Hamka and Muhammad
Quraish Shihab. The conclusion told that the style of interpretation in Indonesia contains
three main dimensions, namely epistemology (source / method / criteria of Al-Qur'an
knowledge), methodology (how to translate the dimensions of normativity of Al-Qur'an),
and historical science. Therefore, the subjective nature of the Qur'an text turned into the
objective nature of science text and then ethics (functioning the relationship between Al-
Qur'an and social reality).

Keywords : Interpretation, Mufassir, Al-Qur'an

Abstrak. Tulisan ini menguraikan tentang kajian tafsir yang digeluti oleh para Mufassir di
Indonesia. Dunia mufassir penting ditinjau kembali agar terjadi kesinambungan identitas,
tradisi dan reproduksi keilmuan Al-Qur’an antar generasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa praktik penafsiran Al-Qur’an di Indonesia dipelopori oleh Abdurrauf al-Singkil,
Syekh Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, Ahmad Hasan Muhammad Hashbi Ash-
Shiddiqy, H.B Jassin, H. Bakri Syahid, Buya Hamka, Muhammad Quraish
Shihab.Kesimpulannya adalah corak kajian tafsir di indonesia mengandung tiga dimensi
utama yaitu epistemology (sumber/cara/kriteria pengetahuan Al-Qur’an yang dipakai,
metodologi (cara menerjemahkan dimensi normativitas Al-Qur’an yang dipakai), historis
ilmu. Dengan demikian, sifat subjektif teks Al-Qur’an berubah menjadi sifat objektif teks
ilmu. Kemudian, etika (memfungsikan hubungan antara Al-Qur’an dan realitas sosial).

Kata kunci : Tafsir, Mufassir, Al-Qur’an

11
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

Pendahuluan penulisannya, tafsir tahlili dan maudhu’i


Sejarah perkembangan di Indonesia, karya tafsir baik yang
intelektualisme Indonesia abad 15–18, berbahasa Arab maupun berbahasa
sebagaimana diasumsikan Azyumardi, Indonesia dan terakhir adalah
banyak yang terlupakan oleh para peneliti. tanggapan terhadap karya tersebut.
Sebagian besar perhatian para Indosianis Pembahasan
dan ahli Asia Tenggara ditujukan pada A. Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di
persoalan sejarah politik muslim. Padahal, Indonesia
abad 15–18 M. merupakan abad yang Al-Qur’an menempati kedudukan
paling dinamis dalam sejarah penting sejarah pergumulan awal
intelektualisme muslim Indonesia. Sebagai muslim Indonesia. Pada akhir tahun
misal, pada saat itu muncul ulama besar di 1920-an mulai muncul beberapa
Aceh, Abdul Rouf al-Singkili, yang populer literatur berbahasa Melayu yang
dengan karya besarnya dalam bidang tafsir, mencoba memberikan kemudahan
Turjuman al-Mustafid. dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Dalam bidang fiqh muncul, Di era ini Mahmud Yunus telah
Nuruddin ar-Raniri dengan karya mulai menyusun tafsir Al-Qur’an yang
monumentalnya, Sirathal Mustaqim, yang ditulis dalam tulisan bahasa Jawi
ditulis pada tahun 1634 M. dan selesai pada (bahasa Indonesia atau melayu yang
1644 M. Kemudian, Abdul Shamad al- ditulis dengan tulisan Arab). 1
Palimbani dengan magnum opus-nya, Yunus telah menerbitkan tiga bab
Hidayat al-Salikin, sebuah kitab tasawuf pada 1922. Beberapa tahun kemudian
yang berisi aturan-aturan syar’i dengan ketika menjadi seorang mahasiswa di
penafsiran-penafsiran esoteris. Universitas Al-Azhar, Mesir, dia
Tradisi intelektual muslim memperoleh dorongan dari seorang
Indonesia tersebut terus terawat hingga dosen di sana. Yunus mengemukakan
abad ke-21 dewasa ini. Beberapa penulis bahwa interpretasi dosennya itu telah
muslim Nusantara telah mendorong dia untuk melanjutkan
mempersembahkan karya-karya besar kegiatannya.2
mereka pada paroh terakhir abad ke-20, Ahmad Hasan pada tahun 1928,
seperti Buya Hamka, Ahmad Hasan, Hasbi juga telah memulai menafsirkan Al-
As-Shiddiqi, Mahmud Yunus dan Quraish Qur’an. waktu itu ia telah menyelesaikan
Shihab. Dalam catatan Federspiel, banyak terjemahannya sampai surah Maryam.
karya intelektual Indonesia abad ini yang Kurang dari satu dekade, pada
menempati deretan utama dalam tahun 1930-an, Munawar Khalil menulis
perkembangan pemikiran Islam di Asia buku Kembali Kepada Al-Qur’an dan As-
Tenggara. Diantara cabang-cabang Sunnah. Bersamaan dengan itu, buku
keislaman yang menjadi perhatian para terjemahan ke dalam bahasa Indonesia
intelektual muslim Indonesia sejak abad yang dilakukan oleh Muslim Indonesia
17–20 tersebut meliputi Teologi, Fiqh,
Hadits, Tasawuf dan Tafsir al-Qur’an.
Perkembangan kitab tafsir di
1
Indonesia Amin Abdullah, Khazanah Tafsir
Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi, h. 48
Biografi para Mufassir 2
Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an
Dalam Biografi tersebut akan membahas di Indonesia dari Mahmud Yunus hingga Quraish
; Profil para ulama penulis tafsir, corak Shihab, (Bandung : Mizan, 1996), Cet. I, h. 34

12
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia – Rithon Igisani

mulai bermunculan. Abdul Karim Nama lengkapnya adalah


Amrullah menerbitkan karya tafsir Juz ‘Abdurrauf bin ‘Ali al-Jawi al-Fansuri al-
‘Amma yang diberi judul Al-Burhan. Sinkili. Sesuai dengan namanya Ia adalah
Munawar Khalil menulis tafsir yang orang Melayu dari Fansur, sinkel di
diberi judul Tafsir Qur’an Hidjaatur wilayah pantai barat laut Aceh. Menurut
Rahman. Mahmud Yunus dan H. M. K. perhitungan Rinkes sebagaimana
Bakry telah menerbitkan terjemahan disinggung Azyumardi Azra dalam
dan tafsir Al-Qur’an berjudul Tafsir Al- Jaringan Ulama, al-Sinkil lahir sekitar
Qur’an Al-Karim. Tafsir ini merupakan tahun 1024 H/ 1615 M. Nenek moyang
karya lanjutan dari usaha yang pernah al-Sinkil berasal dari Persia yang hijrah
dirintis Yunus pada masa sebelumnya. ke Kesultanan Samudra Pasai pada akhir
Dua periode kemudian disusul abad ke-13 M. Mereka menetap di
sederet penulis lain, misalnya, Munawar Fansur (Barus), sebuah kota dengan
Khalil, menulis buku Al-Qur’an dari pelabuhan tuanya yang sangat strategis
masa ke masa. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy di Sumatra Barat. Ayahnya berasal dari
(1901-1969), Zainal Arifin Abbas, dan Arab yang menikahi seorang wanita
Abdur Rahim Haitami, menulis buku daerah Fansur. Abdul Rauf Sinkil wafat
Tafsir Al-Qur’an Al-Karim sebanyak 2 pada tahun 1693 M dan dikebumikan di
jilid, Ahmad Hasan (1887-1962), samping makam Teungku Anjong yang
menulis Al-Furqan : Tasir Al-Qur’an. dianggap paling keramat di Aceh.
Tradsisi penulisan tafsir di Pada tahun 1052 H/ 1642 M, al-
Indonesia sebenarnya telah bergerak Sinkil mengembara ke Tanah Haram
lama dengan keragaman teknis untuk menambah pengetahuan agama
penulisan, corak dan bahasa yang sekaligus menunaikan ibadah haji.
dipakai. Dalam perjalanannya, al-Sinkil singgah
Pada abad ke –16 di Nusantara di beberapa tempat. Mulai dari Doha,
telah muncul proses penulisan tafsir. Qatar untuk belajar kepada Abdul Qadir
Setidaknya ini bisa dilihat dari naskah al-Mawrir. Lalu ke Baitul Faqih, Yaman,
tafsir surah al-Kahfi [18] : 9. Teknis berguru kepada jajaran ulama bermarga
tafsir ini ditulis secara parsial Jam’an.
berdasarkan surah tertentu, yakni surah Setelah itu al-Sinkil melanjutkan
al-Kahfi dan tidak diketahui siapa perjalanannya ke Zabid. Di Zabid ia
penulisnya. memperkuat jaringannya dengan belajar
Dilihat dari corak dan nuansa kepada Abdurrahim bin al-Siddiq al-
tafsir, Tafsir Surah al-kahfi ini sangat Khas, Amin bin al-Siddiq al-Mizjaji, dan
kental dengan warna sufistik. Ini tentu Abdullah bin Muhammad al-‘Adani.
mencerminkan bahwa penulisnya Setelah belajar di Zabid, ia pergi ke
adalah orang yang mempunyai Jeddah, tempat ia menjadi murid bagi
pandangan spiritual tinggi. Abdul Qadir al-Barkhali. Perkelanaanya
Secara lebih terperinci penulis berlanjut ke Mekkah. Di sini, ia bertemu
akan menjabarkan tafsir karya para dengan beberapa ulama dan belajar
ulama indonesia dalam biografi ulama dengannya, termasuk kepada Badruddin
tafsir sebagai berikut ; al-Lahuri, Abdullah al-Lahuri, dan Ali bin
Abdul Qadir Al-Thabari.
B. Biografi Ulama Tafsir Akhirnya al-Sinkil sampai pada
1. ‘Abdurrauf al-Sinkili tujuan akhirnya, yaitu Madinah. Disini, ia
13
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

belajar secara intensif dengan Ahmad al- Mustafid adalah metode ijmali
Qusyasyi hingga wafatnya tahun 1660 sebagaimana yang digunakan dalam
M, dan kemudian lanjut belajar dengan tafsir Jalalain.
pengganti Ahmad Qusyasyi, yaitu Penulisan kitab ini bukan atas
Ibrahim al-Kurani. Dari al-Qusyasyi, al- perintah Ratu Safiatuddin, melainkan
Sinkil mempelajari tasawuf. Kesuksesan atas keinginan al-Sinkil sendiri karena
belajarnya bisa dilihat dari kenyataan ingin mengajarkan ajaran-ajaran al-
bahwa al-Sinkil ditunjuk menjadi Qur’an kepada masyarakat dengan
khalifah bagi dua tarekat, yaitu tujuan untuk memberi kemudahan
Sattariyah dan Qadiriyah. Dari al-Kurani kepada masyarakat yang tidak bisa
ia memperkuat kapasitas intelektualnya. bahasa Arab.
Al-Sinkil dalam nuansa Corak tafsir yang ditulis oleh al-
madzhabnya memakai al-Syafi’i. Sinkil menggunakan corak umum.
Sedangkan dalam konteks teologinya al- Artinya penafsiran yang diberikan tidak
Sinkil menganut al-Asy’ariyah meskipun mengacu pada satu corak tertentu,
ketika memahami ayat-ayat landasan seperti fiqih, filsafat, dan adab bil-
khawarij Qadariyah, Jabariyah, dipahami ijtima’i. namum, tafsirnya mencakup
atau dimaknai secara toleran. berbagai corak tersebut sesuai dengan
Al-Sinkil memiliki karya yang ayat yang ditafsirkan.
fenomenal, yaitu Turjuman al-Mustafid.
Dua pendapat mengenai Metode 2. Syekh Nawawi al-Bantani
penafsiran yang digunakan, ada yang Nama lengkap Syekh Nawawi al-
mengatakan metode tafsir tahlili dan Bantani adalah Abu Abdullah al-Mu’thi
metode ijmali. Adapun yang mengatakan Muhammad Nawawi bin Umar. Lahir di
metode tafsir tahlili seperti Nashiruddin Tanara, Tirtayasa, Serang Banten, Jawa
Baidan, ia mengambil contoh pada Barat pada 1813 M. Julukan al-Bantani
penafsiran surat al-Fatihah ayat dinisbahkan pada daerah asalnya,
keempat, ‫مالك يوم الدين‬. Banten. Ia merupakan ulama terkemuka
Dalam ayat ini al-Sinkil dikarenakan karya-karyanya menjadi
mengungkapkan perbedaan qiro’at rujukan berbagai pesantren di
antara imam qiro’at satu dengan imam Indonesia. Bahkan di luar negeri, seperti
lainnya. Cara seperti ini juga diterapkan Malaysia, Filipina, Thailand dan Negara-
dalam surat al-Ikhlas. Selain itu ia juga negara Timur Tengah.
mengemukakan latar belakang Nawawi bahkan dalam kategori
turunannya ayat. Meskipun demikian, salah satu ulama besar di abad 14 H/ 19
penafsiran yang diberikan oleh al-Sinkil M. Karena kemasyhurannya ia mendapat
belum mencakup semua aspek yang gelar: A’yan ‘Ulama al-Qarn al-Ram
terkandung dalam ayat yang ditafsirkan. ‘Asyar Li al-Hijrah, al-Imam, al-Mullaqqi
Tetapi menurut Nashiruddin penafsiran wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq dan Sayyid
yang dikemukakan dalam Turjuman al- ‘Ulama al-Hijaz. Dan menjadikannya
Mustafid bisa digolongkan kedalam satu-satunya ulama Islam Indonesia
metode tafsir tahlili. Pendapat lain juga yang namanya tercantum dalam kamus
menyatakan bahwa Terjemahan al- al-Munjid.
Mustafid merupakan saduran dari kitab Salah satu karyanya yang sangat
Tafsir Jalalain. Dengan demikian metode fenomenal adalah Tafsir Munir atau
penafsiran yang digunakan Turjuman al- Tafsir Marah Labib. Nama lengkap tafsir
14
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia – Rithon Igisani

ini adalah “at-Tafsir al-Munir li Ma’alimi 3. Mahmud Yunus


at-Tanzil al-Musfir ‘an Wujuhi Mahasin Mahmud Yunus adalah buah hati
at-Takwil”. Al-Bantani juga dari pasangan Yunus ibn Incek dan
menamakannya dengan Marah Labib li Hafsah binti Imam Sami’un. Beliau
Kasyfi Ma’na Qur’an Majid. dilahirkan pada hari sabtu tanggal 30
Metode Tafsir al-Munir adalah Ramadhan 1316 H bertepatan dengan
metode tahlili, didominasi penjelasan tanggal 10 Februari 1899 M di desa
kosa kata, dalam beberapa kesempatan Sunggayang, Batusangkar, Sumatra
dikemukakan hadits Nabi dan kisah- Barat. Ia tumbuh di tengah keluarga
kisah, sering menyebut pendapat terpandang dan taat beragama. Yunus
sahabat atau tabi’in sebagai sejak kecil dididik dalam lingkungan
referensinya. Dengan demikian, metode yang agamis. Menginjak usia tujuh tahun
Tafsir al-Munir termasuk yang ia mulai belajar al-Qur’an dan praktik
bersumber dengan bi al-ma’tsur. ibadah lain kepada kakeknya sendiri. Ia
Tetapi pendapat lain dikatakan sempat masuk Sekolah Rakyat,
dalam buku Literature Tafsir Indonesia, walaupun hanya sampai kelas tiga.
teknik pemaparan yang dipakai Marah Tahun 1908 M, ia memutuskan keluar
Labib ringkas tapi mencakup. Dalam dengan alasan pelajaran terlalu sering
disiplin ilmu tafsir sistematika diulangi dan menjemukan baginya. Lalu
pembahasan seperti ini lebih dikenal ia masuk madrasah di Surau Tanjung
dengan metode ijmali. Dalam Tafsir Pauh yang dibina M. Thaib Umar,
Marah Labid, Nawawi menyebutkan seorang tokoh pembaru Islam di
sumber riwayat, asbab an-Nuzul secara Minangkabau. Mahmud Yunus kemudian
singkat tidak disertai dengan rangkaian berkeinginan untuk melanjutkan
sanadnya sebagaimana layaknya tafsir pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi
al-ma’tsur. Marah Labid meskipun di al-Azhar kemudian melanjutkan ke
menyebut sumber sanadnya tetapi ia sekolah Darul ‘Ulum ‘Ulya.
hanya menyebut sanadnya dari periode Tafsir Qur’an Karim berawal dari
Nabi saja. Dari sini sehingga kurang tujuan dakwah Mahmud Yunus dalam
relevan jika Tafsir Marah Labid secara menjadikan ajaran-ajaran dasar Al-
keseluruhan disebut sebagai tafsir al- Qur’an sebagai petunjuk yang universal.
ma’tsur. Tafsir ini merupakan hasil
Bahkan sebaliknya Asmawi dalam penyelidikannya selama kurang lebih 53
disertasinya berkesimpulan bahwa tahun, yaitu sejak penulisnya berusia 20
Tafsir Marah Labib termasuk tafsir ar- tahun hingga 73 tahun.
ra’yu dengan sejumlah indikasi yang Ada beberapa karakteristik yang
ditemukannya yang mengarah pada ciri setidaknya dapat memberikan
rasionalitasnya. Jadi dapat disebutkan gambaran utuh mengenai karya Tafsir
bahwa tafsir ini termasuk perpaduan Mahmud Yunus, yaitu sistematika
antara bentuk tafsir al-ma’tsur dan ar- penerjemahan dan penafsiran yang ia
ra’yu. Adapun kecenderungan corak gunakan, teknik penerjemahan dan
penafsiran Marah Labib termasuk keterangan (catatan kaki), analisa istilah
penganut Ahlu Sunnah wal Jama’ah dan konsep-konsep serta kandungan
bidang teologi dan Syafiiyah dalam kesimpulan Al-Qur’an. Uraiannya dapat
bidah fikih. dianalisa sebagai berikut:

15
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

a. Sistematika Penerjemahan dan Cara penafsiran Tafsir Qur’an


Penafsiran Karim ialah ayat demi ayat dan surah
Karya Tafsir Qur’an Karim memiliki demi surah sesuai dengan urutan dalam
komposisi yang cukup sederhana. mushaf dan dilakukan secara singkat
Format penerjemahannya dilakukan dan global. Maka dapat disimpulkan,
setelah mengetengahkan teks Al-Qur’an Tafsir Qur’an Karim karya Mahmud
di bagian kanan dan terjemahannya Yunus menggunakan metode global
dibagian kiri. Hal ini memungkinkan (ijmali). Tafsir ini juga memiliki uraian
semua orang mengetahui arti kata dari tentang asbab al-Nuzul dan keterangan
masing-masing ayat yang ringkas makna ayat-ayat Al-Qur’an.3
diterjemahkan. b) Metode Penafsiran
b. Teknik Penerjemahan dan Metode penafsiran yang
Keterangan (catatan kaki) digunakan Mahmud Yunus sebagian
Hampir 60 persen karya Mahmud besar masih bersifat sederhana. Hal ini
Yunus berisi terjemahan dari teks Al- terlihat dalam penyajian tafsirnya yang
Qur’an dan 40 persen berisi keterangan dilakukan pertama kali ialah memberi
dalam bentuk catatan kaki atas arti dengan arti dengan ayat-ayat Al-
beberapa istilah dan beberapa konsep Qur’an. Setelah itu, memberikan
Agama. Untuk teknik penerjemahannya penafsiran secara global. Selanjutnya
dengan penerjemahan literal penafsirannya dilakukan dengan
(harfiyyah). Walaupun demikian, mencantumkan catatan kaki pada ayat-
terdapat juga terjemahan maknawi yang ayat yang dianggap penting untuk
ditandai dengan dua tanda kurung dan dijelaskan.4
selebihnya dalam bentuk catatan kaki. Menurut analisa corak yang
c. Analisa Istilah dan Konsep- dimiliki Tafsir Qur’an Karim karya
konsep Mahmud Yunus, setidaknya ada dua
Mahmud Yunus memiliki yang sangat menonjol, yaitu corak sosial
kecenderungan ketika menerjemahkan dan corak intelektual.5 Banyak ulama
suatu kata (istilah) yaitu menekankan Indonesia yang menganggap kitab karya
pada pengertian leksikal dan semantic Mahmud Yunus ini sebagai pencetus
kata tersebut sesuai dengan tafsir di Indonesia yang berbahasa
perkembangan bahasa yang terpakai. Indonesia utuh yang kemudian juga
d. Kandungan Kesimpulan Al- diikuti oleh kitab tafsir selanjutnya.
Qur’an Menurut Nasruddin Baidan,
Satu bentuk karakteristik lain dari kelebihan yang dimiliki kitab ini yang
karya yang sedang ditelaah ini adalah
uraiannya yang secara khusus memuat
kesimpulan isi Al-Qur’an yang 3
diletakkan pada bagian akhir sebanyak Saiful Amin Ghafur, Profil Para Mufasir
Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
kurang lebih 32 halaman. 2008), h. 201.
4
Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan
Untuk analisa metodologi terhadap Tafsir: Kiprah Mahmud Yunus dalam
Tafsir Qur’an Karim karya Mahmud Pembaharuan Islam, (Jakarta: LEKAS, 2011), h.
105-109.
Yunus dapat dilihat dari beberapa segi, 5
Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan
yaitu: Tafsir: Kiprah Mahmud Yunus dalam
a) Metode Penulisan Pembaharuan Islam, h. 111-117.

16
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia – Rithon Igisani

tidak ada di kitab-kitab lain pada Metode penafsirannya adalah


periodenya adalah adanya pemikiran metode harfiyah, yaitu penerjemahan
ulama Indonesia yang juga dilibatkan kata demi kata. Yang tidak
olehnya dalam menafsirkan ayat Al- memungkinkan untuk diterjemahkan
Qur’an, tepatnya pada penafsiran ayat dengan metode ini, maka ia
tentang kewajiban menutup aurat bagi menggunakan metode maknawiyah.
perempuan. Akan tetapi terlepas dari Metode penerjemahan harfiyah ini
beberapa pandangan di atas, merupakan bagian dari metode ijlami
dihadapkan dengan kitab-kitab tafsir (global). Sedangkan corak
Timur Tengah, Tafsir Qur’an Karim ini penafsirannya, meskipun diwarnai
masih tetap terkesan seperti dengan beberapa corak, akan tetapi
terjemahan, bukan penafsiran.6 corak kebahasaan lebih mendominasi
kitab tafsir ini.
4. Ahmad Hasan Sistematika penulisannya, tidak
Nama aslinya adalah Hassan bin jauh beda dengan penulisan tafsir
Ahmad dan kemudian lebih dikenal Mahmud Yunus yang sudah dibahas
dengan sebutan Hasssan Bandung ketika dalam pertemuan sebelumnya. Yaitu
sudah tinggal di kota Bandung. Saat dengan menempatkan terjemah ayat
masih menetap di Bangil, biasa dipanggil dalam bahasa Indonesia di sebelah kiri
dengan Ahmad Hasan Bangil. Ia lahir di dan bahasa Arab di sebelah kanan,
Singapura pada tahun 1887. memberikan catatan kaki di setiap
Sebuah karyanya yang patut terjemahan bahasa Indonesia yang
disyukuri keberadaannya adalah kitab membutuhkan penjelasan lebih lanjut,
tafsir al-Furqan. Hal ini menjadi koleksi serta dalam pendahuluan tiap surat, Ia
khazanah tafsir Nusantara. Tafsir memberikan arti surat, penjelasan
tersebut ditulis dari tahun 1920 hingga nomor surat, jumlah ayatnya dan tempat
1950. Beberapa juz yang telah selesai diturunkannya surat tersebut.
ditafsirkan lalu diterbitkan pertama kali
tahun 1928. Atas desakan anggota 5. Muhammad Hasbi ash-
Persis, ia kembali menerbitkan tafsirnya Shidieqy
tahun 1941, tidak lengkap 30 juz hanya Teungku Muhammad Hasbi ash-
sampai surat Maryam. Barulah pada Shidieqy merupakan salah seorang
tahun 1953, atas bantuan seorang cendekiawan muslim Indonesia yang
pengusaha yaitu Sa’ad Nabhan tafsir al- mahir dalam bidang fiqih, hadis, dan al-
Furqan dilanjutkan penulisannya secara Qur’an. Ia dilahirkan di Lhok Seumawe,
keseluruhan dari juz pertama sampai juz Aceh Utara pada tahun 1904 M (1321 H)
30, hingga pada akhirnya dapat dan wafat di Jakarta pada tahun 1975.
diterbitkan pada tahun 1956. Hal inilah Sebuah kebanggaan bagi
yang menjadi latar belakang perkembangan tafsir di Indonesia, salah
terselesaikannya tafsir al-Furqan. satu karyanya di bidang tafsir, Tafsir an-
Nur ditulis di tengah peradaban tentang
boleh tidaknya menerjemah sekaligus
menulis Al-Qur’an dengan bahasa non-
6
Nashruddin Baidan, Perkembangan
Arab. Bagi beliau, Al-Qur’an bersifat
Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, (Solo: Tiga universal. Karena itu, demi suksesnya
Serangkai Pustaka Mandiri, 2002), h. 89. misi transfer ilmu pengetahuan, maka
17
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

penggunaan bahasa pembaca sangat 3. Penafsiran masing-masing ayat


penting. dengan didukung dengan ayat
Untuk menentukan metode apa lain, hadis, riwayat shahabat dan
yang digunakan oleh Hasbi Ash- thabi’in serta penjelasan yang
Shiddieqy, kita bisa melihat beberapa ada kaitannya dengan ayat
hal dibawah ini: tersebut dan tahapan ini diberi
Pertama, mengemukakan ayat-ayat judul “Tafsirnya”
yang akan ditafsirkan satu, dua, atau tiga 4. Kesimpulan, intisari dari
ayat dan kadang-kadang lebih. Dalam kandungan ayat yang diberi judul
hal ini beliau menuruti al-Maraghi, yang “Kesimpulan”
pada umumnya menuruti al-manar dan Tafsir ini bercorak umum, artinya
tafsir al-wadhih. tidak mengacu pada corak atau
Kedua, ayat-ayat tersebut kemudian aliran tertentu. Tidak ada corak
dibagi kepada beberapa jumlah. Masing- yang dominan yang menjadi ciri
masing jumlah ditafsirkan sendiri- khusus pada tafsir ini. Suatu hal
sendiri. yang menarik adalah bahwa
Ketiga, dalam menerjemahkan ayat ke meskipun ash-Shiddieqy juga
dalam bahasa Indonesia, beliau seorang faqih yang telah banyak
berpedoman kepada tafsir Abu Suud, menulis buku-buku yang
tafsir Shiddiqy Hasan Khan dan tafsir al- membahas tentang fikih, namun
Qasimy. justru jika kita mencermati tafsir
Keempat, menerangkan tafsiran ayat, ini, sangat sulit kita mendapati
dalam materi penafsiran beliau pengaruh fikih didalamnya.7
mensarikan dari uaraian al-Maraghi dan
al-Manar,dan dalam menafsirkan ayat- 6. H. Zainuddin Hamidy & H.
ayat semakna menuruti tafsir al-Imam Fachruddin HS
ibnu Katsir. H. Zainuddin Hamidy lahir di
Kelima, menerangkan asbabun nuzul Koto Nan IV Payakumbuh pada tanggal 8
ayat, apabila terdapat atsar yang diakui Februari 1907/ 24 Dzulhijjah 1324.
keshahihannya oleh ahli atsar. Anak dari Abdul Hamid dan Halimah.
Metode yang dipakai oleh Hasbi Putra kedua dari dua orang bersaudara,
ash-Shiddieqy dalam menyusun tafsir kakaknya bernama Nahrawi. Masa
an-Nur adalah metode campuran antara kecilnya dihabiskan Zainuddin Hamidy
metode bil Ro’yi atau bil Ma’qul. Hal ini di kampung halamannya. Ia tumbuh dari
juga beliau kemukakan bahwa, dalam keluarga yang tidak begitu religius.
menyusun tafsir ini berpedoman pada Sedangkan H. Fachruddin HS lahir pada
tafsir induk, baik tafsir bil Ma’tsur tahun 1906. Secara genetik beliau
maupun kitab tafsir bil Ma’qul. merupakan keturunan darah biru ulama.
Sistematika yang digunakan dalam Sejak masa kanak-kanak H. Fachruddin
kitab tafsir an-Nur, terdiri dari 4 tahap HS Dt. Majo Indo, telah diperkenalkan
pembahasan, yakni: oleh orang tuanya serta kakeknya
1. Penyebutan ayat secara tartib tentang ilmu agama Islam.
mushaf tanpa diberi judul.
2. Terjemahan ayat kedalam bahasa
Indonesia dengan diberi judul 7
Usman, Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras,
“Terjemahan” 2009), hal. 279.

18
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia – Rithon Igisani

Keduanya merupakan ulama asli. Tentulah usaha ini akan mendapat


terkenal dimasanya dengan karya-karya sambutan dari masyarakat sebagai satu
tulis yang hasilkannya dapat mampu sumbangan yang berharga dalam
memperluas khazanah Islam di memperluas pengetahuan dan
Nusantara. Salah satu kitab yang mereka memperdalam jiwa keislaman di tanah
karang bersama adalah Tafsir Qur’an. air kita ini.”8
Dalam penulisan kitab, penulis
menggunakan langkah tartib mushafi 7. KH. Bishri Musthafa
dimana dituliskan nomor surat, nama KH. Bishri Musthafa memliki
surat, serta arti dari nama surat itu nama kecil Masdadi, lahir pada 1915 di
sendiri, jumlah ayat, dan tempat turun Rembang Jawa Tengah. Beliau dilahirkan
Makkiyah-Madaniyyah. di kampung sawahan, gang Palen,
Metode penafsiran tafsir al-Qur’an Rembang. Ayahnya bernama H. Zainal
ini dalam menafsirkan ayat Musthafa, sedangkan ibunya bernama
menggunakan metode ijmali yaitu Hj. Khadijah. Nama Bisri ia peroleh
menafsirkan ayat al-Qur’an secara setelah menunaikan ibadah haji ke tanah
umum atau keseluruhan dan suci Mekkah-Madinah pada tahun 1923
menafsirkan pada ayat yang dianggap M. Ia mempunyai dua saudara laki-laki
penting karena beliau tidak menafsirkan seayah dan seibu bernama Maksum dan
semua ayat yang terdapat dalam al- Ishbah serta saudara perempuan
Qur’an. Kemudian dalam sistematika bernama Salamah. Beliau wafat
penulisan kitab tafsir ini Hamidy menjelang ashar hari rabu, 16 Februari
menggunakan metode tahlili, karena 1977 ketika itu beliu berumur 64 tahun.9
beliau menafsirkan ayat al-Qur’an secara Karya beliau dibidang ilmu tafsir
urut sesuai dengan urutan ayat dan adalah Tafsir al-Ibriz lima ‘rifati tafsir al-
surah dalam al-Qur’an. Qur’an al-Aziz. Kata al-Ibriz, menurut
Manhaj atau jalan yang ditempuh kamus bahasa arab al-Munjid, berasal
dalam menafsirkan ayat al-Qur’an dari bahasa Yunani yang berarti emas
menggunakan manhaj tafsir bi al-ra’yi murni. Mungkinkah beliau berharap
atau tafsir bi al-ijtihadi. Mengenai corak kitab itu menjadi seperti emas murni
yang terdapat dalam kitab Tafsir Qur’an yang tak lekang oleh waktu? Yang jelas,
berupa corak sosial kemasyarakatan sejak dikarang 60 tahun lalu, kitab
(Adabi Ijtima’i). setebal 30 juz itu masih akrab dengan
Ada beberapa pendapat ulama masyarakat pesisir Jawa hingga saat ini.
tentang Tafsir Qur’an salah satunya Metode tafsir yang digunakan oleh
Syeikh Ibrahim Musa Parabek: KH. Bisri Musthafa adalah metode tahlili.
“Setelah saya perhatikan tafsir Hal ini dapat kita lihat ketika beliau
yang dusahakan oleh saudara mengungkapkan keseluruhan ayat al-
Fachruddin HS dan H. Zainuddin Hamidy
baik tentang isi ataupun susunannya
dapatlah saya kemukakan disini bahwa
usaha ini telah membukakan pintu dan
8
memberi jalan untuk mendapat ilmu dan Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia,
(Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013), cet II, h. 124.
hikmah yang terkandung di dalam al- 9
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum,
Qur’an, terutama bagi mereka yang tiada Literatur Tafsir Indonesia, (Jakarta: UIN Syarif
dapat memahami dari bahasanya yang Hidayatullah, 2011), cet I, h. 124.

19
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

Qur’an sesuai dengan mushaf Utsmani. tersendiri untuk melacak warna


Sistematika penulisannya: pemikiran yang bertaburan dalam tafsir
1. Ayat al-Qur’an ditulis di tengah ini.10
dengan diberi makna gandul. 8. KH. Ahmad Sanusi
2. Terjemah tafsir ditulis di bagian KH. Ahmad Sanusi lahir pada
pinggir degnan memakai nomor, tanggal 18 September 1888 di Desa
nomor ayat berada di akhir Cantayan, Onderdistrik Cikembar,
sebuah kalimat, sedangkan Distrik Cibadak, Afdeeling Sukabumi dan
nomor terjemah berada di awal. wafat pada tahun 1950 di Pesantren
3. Keterangan-keterangan lain Gunung Puyuh Sukabumi. Ahmad Sanusi
yang terkait dengan penafsiran merupakan anak ketiga dari KH.
ayat dimasukkan dalam sub Abdurrahim, seorang ajengan dari
kategori tanbih, faidah, Cantayan. Ayah KH. Abdurrahim yang
muhimmah dan lain-lain. bernama H. Yasin masih memiliki
Hal lain yang tak kalah menarik, hubungan kekeluargaan dengan Raden
penggunaan bahasa dalam tafsir al-Ibriz Anggadipa yang dikenal dengan
adalah bahasa jawa yang mempunyai panggilan Raden Tumenggung
hirarki yang tingkat kehalusan dan Wiradadaha III. Sumber lain
kekasaran diksinya sangat tergantung menyebutkan bahwa H. Yasin
pihak-pihak yang berdialog, yaitu merupakan keturunan Syeikh Abdul
bahasa Ngoko (kasar) dan bahasa Muhyi, penyeber agama Islam di daerah
Kromo (halus). Ini adalah kekhasan Tasikmalaya Selatan yang berpusat di
tersendiri dari bahasa jawa, yang tidak Pamijahan.
dimiliki karya-karya tafsir lainnya. Kitab Dalam perjalanan rihlah ilmiah ke
tafsir ini sempurna ditulis sebelum Mekah, beliau telah mengenal tulisan
masuk waktu subuh pada hari kamis, 29 pembaru seperti, Muhammad Abduh
Rajab 1379 H/ 28 Januari 1960 M. dan Rasyid Ridho. Akan tetapi beliau
Adapun sumber penulisannya tak tetap berpegang pada madzhab Syafi’I
lain hanya memetik dari kitab-kitab yang beraliran Ahli Sunnah wal Jama’ah.
tafsir yang muktabar, seperti: tafsir al- Beberapa gurunya dari madzhab Syafi’I
Jalalain, tafsir al-Baidhawi, tafsir al- antara lain H. Muhammad Junaedi, H.
Khazin dan sebagainya. Begitulah Kiyai Mukhtar, H. Abdullah Jamawi, dan
Bisri menuturkan dalam muqaddimah seorang mufti dari madzahab Syafi’I
tafsirnya. Namun demikian bukan yang bernama Syeikh Saleh Bafadil.
berarti pemikiran Kiai Bisri tenggelam KH. Ahmad Sanusi merupakan
sama sekali ditelan gelombang pengarang dari kitab Raudhat Al-‘Irfan fii
pemikiran ulama-ulama sebelumnya. Ma’rifati Al-Qur’an, merupakan kitab
Hanya saja sayangnya, beliau jarang tafsir yang berbahasa sunda. Dengan
sekali menyebutkan sumber-sumber tujuan agar kitab tafsir tersebut mudah
asal penafsirannya. Ketiadaan di fahami oleh masyarakat lokal yang
penyebutan sumber ini, pada akhirnya mayoritas berbahasa sunda. Adapun
akan memberi kesan bahwa kitab al- metode yang digunakan ialah metode
Ibriz memang betul-betul murni
pemikiran sang penulis dan bukan hasil
“comotan” dari kitab-kitab tafsir 10
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur
sebelumnya dan menyisakan kesulitan Tafsir Indonesia, h. 139.

20
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia - Rithon Igisani

ijmali, yang mempunyai corak Nama HB Jassin sendiri lebih


penafsiran bersifat umum (adabi al- dikenal sebagai kritikus sastra
ijtima’i), serta sumber penafsirannya Indonesia. Beliau merupakan sastrawan
ialah tafsir bil ra’yi. Namun belum yang minatnya melebihi batas-batas
ditemukan mengenai referensi teritorialnya. Bahkan beliau
penafsirannya. mendapatkan julukan sebagai Paus
Adapun langkah-langkah Sastra Indonesia.12
penafsirannya ialah sebagai berikut: Karya-karya H.B Jassin cukup
1. Menerjemahkan secara harfiyah banyak, diantaranya :
ke dalam bahasa sunda 1. Kesusasteraan Indonesia
2. Menafsirkan al-Qur’an sesuai Modern dan Esai I-IV (1954-
dengan tartib susunan al-Qur’an 1967),
mushaf Usmani 2. Sastra Indonesia sebagai
3. Maksud dijelaskan disisi kanan Warga Sastra Dunia (1983),
dan kiri matan teks al-Qur’an 3. Pengarang Indonesia dan
dan terjemahan. Dunia (1983),
4. Mengemukakan asbab al-nuzul, 4. Koran dan Sastra Indonesia
jumlah ayat, serta huruf- (1994).
hurufnya Terjemahannya :
5. Tidak banyak mempersoalkan Salah satu karya terjemahan itu
segi bahasa, seperti nahwu dan adalah Tafsir Bacaan Mulia, unsur sastra
balaghah, tetapi lebih dan kebahasaan adalah hal yang
mengedepankan soal makna ditonjolkan H.B Jassin dalam menulis
6. Tidak sampai masuk ke tafsir dengan bahasa yang bersifat sastra
persoalan paling detail, atau atau berwajah puisi.
soal-soal yang bersifat parsial Sumber penafsiran
(juz’iyyat) tetapi langsung Jika dilihat dari usahanya untuk
memasuki masalah yang mentranslit terjemahan AlQur’an ke
bersifat universal (kulliyyat). dalam bahasa puisi sudah otomatis
9. H.B Jassin karya tersebut bersumberkan ra’yu atau
Riwayat Hidup tafsir bi al-ra’yi, bahkan ia berusaha
Nama lengkap H.B Jassin adalah semaksimal mungkin untuk mencari
Hans Baque Jassin, lahir di Gorontalo, sinonim dari terjemahan lafadz agar
sulawesi pada 31 Juli 1917, dan dapat sesuai dengan irama, dan ia pun
meninggal di Jakarta, 11 Maret 2000. Ia menterjemahkan ayat kadang langsung
berpendidikan HIS Gorontalo (1932), pada maksud kandungan ayat tersebut.
HBD-B 5 (1939), tamat Fakultas Sastra Corak Penafsiran
UI (1957) kemudian memperdalam Al-Qur’an puisi karya Jassin
studi keilmuannya di Universitas Yale, memiliki corak lughawi, karena ia
AS (1958-1959), lalu menerima DR. adalah sasrtrawan maka dalam
Honoris Causa dari UI (1975).11

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011),


h. 176
11 12
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum,
Literatur Tafsir Indonesia, (Jakarta : Lembaga Literatur Tafsir Indonesia, h. 176

21
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

menterjemahkannya itu lebih merekalah yang menerbitkan surat


menekankan pada bahasa, karena dapat tanda tashih, membentuk sebuah tim
dilihat dari analisa dan pemahamannya yang diketuai ileh H. Muhtar Lutfi al-
ia menterjemahkan ayat-ayat dengan Anshari dan beberaoa pakar ahli Al-
berbagai makna bahasa sastranya, dan Qur’an ditunjuk untuk meneliti
menurutnya pula bahwa suatu kata terjemahannya dan bekerjasama
adakalanya memiliki beberapa arti maka dengannya agar efektif untuk melakukan
suatu kalimat yang memuat kata itu bisa perubahan-perubahan, sehingga tingkat
pula diartikan berbeda. keakuratan terjemah ke dalam bahasa
Metode (Manhaj) Indonesia tersebut semakin tinggi.
Sebagaimana penjelasan- Akhirnya terbitlah cetakan kedua pada
penjelasan di atas dapat disimpulkan tahun 1983 yang telah banyak
bahwa tafsir bacaan mulia karya Jassin mengalami revisi dibandingkan edisi
menggunakan metode tahlili (tafsir pertamanya yang terbit pada 1978.
dengan menggunakan analitis).13 Akan Diantara tokoh yang mendukung
tetapi, menurut Nasruddin Baidan karya H.B Jassin adalah :
bahwa tafsir H.B. Jassin menggunakan 1. Dr. K.H. Ali Yafie (Mantan rektor
metode ijmali (metode global).14 IIQ)
Tanggapan terhadap Tafsir Bacaan 2. Dr, K.H. Ma’ruf Amin (Khatib Am
Mulia Syuri’ah PBNU saat itu)
Polemik silih berganti menyertai 3. Prof. Dr. Chatibul Umam (Guru
terbitnya Al-Qur’an berwajah puitis ini. Besar Fakultas adab IAIN Syarif
Permasalahan yang timbul disebabkan Hidayatullah Jakarta).
beberapa kalangan ulama menilai bahwa 4. Ali Audah (Sastrawan dan
H.B Jassin bukanlah pakar bahasa Arab, penerjemah sejumlah literatur
sehingga penafsirannya patut Arab)
dipertanyakan. Meskipun dalam kata 5. Abdurahman wahid (ketua
pengantar Hamka menyatakan bangga PBNU). Menurut ketiga orang
sekaligus terharu dengan usaha yang terakhir ini selama tidak ada
dilakukan oleh H.B Jassin dalam tanda baca yang diubah dan
menterjemahkan Al-Qur’an dalam kedudukan ayat juga tidak
bahasa Indonesia di Belanda, banyak diubah mereka tidak
kritikan yang datang sesudahnya. mempermasalahkan upaya
Diantaranya adalah esai yang ditulis tersebut.
oleh Syamsu, Bakry, dan Abbas.15 BJ. Habibi yang waktu itu menjabat
Atas dasar inilah, Depatemen sebagai menteri riset dan teknologi,
Agama akhirnya ikut terlibat karena yang merupakan donatur tunggal
percetakan terjemahan tersebut.
Adapun tokoh dan organisasi yang
menolak terbitnya terjemahan tersebut.
13
H.B. Jassin, Al-Qur’an Al-Karim yaitu ;
Bacaan Mulia, h. XIV 1. K.H. Hasan Basri, ketua MUI saat
14
Nasaruddin Baidan, Perkembangan Ilmu itu menolak terjemahan
Tafsir di Indonesia (Solo : PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2003), h. 101
tersebut karena dianggap
15
Howard M. Federspiel, Kajian Al- mempermainkan Al-Qur’an.
Qur’an di indoensia, h. 264

22
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia –Rithon Igisani

2. Dr. H. Fuad Moch. Fachruddin serta aktivitas dan pengabdiannya di


menyatakan bahwa masyarakat yang cukup banyak dalam
menghubungkan Al-Qur’an berbagai bidang merupakan bukti
berwajah puisi adalah perilaku mengenai hal ini.
syi’ah. Penulisan Tafsir al-Huda tidak
3. H.A. Hafidz Dasuki, ketua Badan banyak diketahui orang lain, termasuk
Litbang Agama Puslitbang keluarga dan saudara-saudaranya.
Lektur Agama Lajnah Pentashih Informasi paling akurat dan cukup jelas
Al-Qur’an Depag, menolak surat justru diperoleh dari pengkuan
permohonan H.B. Jassin dengan pengarangnya sendiri yang ditulis
penerbitan Al-Qur’an berwajah dibagian kata pengantar. Di dalam kata
puisi itu untuk cetakan yang pengantar itu disebutkan bahwa Tafsir
ketiga, alasannya karena akan al-Huda mulai disusun pada tahun 1970.
banyak mendatangkan Penjelasan ayat-ayat al-Qur’an
mudharat, bukan untuk dalam tafsir al-Huda dituslis dalam
manfaat. bentuk catatan kaki. Secara umum,
Namun akhirnya H.B. Jassin tetap penjelasan tersebut berisi keterangan
menerbitkan Al-Qur’an terjemah mengenai makna ayat-ayat al-Qur’an
tersebut sesuai dengan terbit kedua serta hikmah yang terkandung di
1983 meskipun banyak yang datang dari dalamnya. Penjelasan tafsir al-Huda
berbagai pihak. Dengan bantuan pribadi terhadap ayat-ayat al-Qur’an tersebut
dari BJ. Habibi sebesar 150 juta, kadang-kadang didukung dengan
akhirnya Al-Qur’an terjemahan riwayat yang berkaitan dengan
berwajah puisi dengan judul Al-Qur’an kandungan ayat atau surat yang sedang
Al-Karin Bacaan Mulia dapat dicetak dijelaskan, termasuk riwayat yang
untuk yang ketiga kalinya pada tahun berhubungan dengan asbabun nuzul.
1992. Tetapi tidak jarang penjelasan itu
10. H. Bakri Syahid dilakukan dengan menggunakan
H. Bakri Syahid lahir di kampung penalaran akal semata-mata tanpa
Suronatan Kecamatan Ngampilan menggunakan riwayat (nash) yang
Kotamadya Yogyakarta pada hari Senin relevan.
Wage tanggal 16 Desember 1918 M. Dominasi penalaran akal yang
Ayahnya bernama Muhammad Syahid, mewarnai tafsir al-Huda ini
berasal dari Kota gede Yogyakarta. mengindikasikan bahwa ia merupakan
Adapun ibunya bernama Dzakirah karya tafsir yang dapat dimasukkan
berasal dari kampung Suronatan dalam kelompok tafsir al-Qur’an bir-
Yogyakarta. Beliau wafat tahun 1994 Ra’yi. Adapun metode yang
pada usia 76 tahun. dipergunakan oleh Tafsir al-Huda dalam
Bakri Syahid merupakan sosok menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an
pribadi yang memiliki banyak profesi. tampaknya merupakan gabungan antara
Selain dikenal sebagai mantan gerilya metode ijmali dan metode tahlili.
dan purnawirawan militer, ia juga Berdasarkan penafsirannya yang
dikenal sebagai juru dakwah, akademisi, dilakukan secara analitis, tampak bahwa
dan seorang wirausahawan sekaligus tafsir al-Huda memiliki corak ijtima’i.
manajer yang handal. Perjalanan Seperti yang kita ketahui bahwa corak
karirnya yang panjang dan beragam, ijtima’i yaitu seorang mufassir berusaha
23
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

menafsirkan al-Qur’an yang terkait perasaan manusiawi yang amat halus.


dengan masalah kemanusiaan baik pada Oleh karena itu, berdasarkan hal
ruang lingkupnya, peranannya, dan tersebut, Tafsir al-Azhar dalam
perbedaannya. Dengan tujuan memberi menjelaskan ayat itu bercorak sastra
petunjuk manusia atau memperbaiki budaya kemasyarakatan (adabi ijtima’i)
kondisi mereka atau hukum-hukum dengan pendekatan tasawuf.
mereka. Dengan kata lain tafsir ini Hamka juga menyajikan beberapa
berorientasi pada sastra, budaya dan ayat di awal pembahasan secara tematik.
kemasyarakatan (adab ijtima’i). Dia membentuk sebuah kelompok ayat
11. Buya Hamka yang dianggap memiliki kesesuaian
Hamka merupakan nama tema untuk memudahkan penafsiran
singkatan dari nama Haji Abdul Malik sekaligus memahami kandungannya.
Karim Amrullah, nama ini adalah nama Sepertinya hal ini memang sesuai
sesudah beliau menunaikan ibadah haji dengan tujuan Hamka menyusun Tafsir
pada tahun 1927 dan mendapat al-Azhar yang ditujukan bagi
tambahan Haji. Beliau dilahirkan di masyarakat Indonesia agar lebih dekat
sebuah desa bernama Tanah Sirah, dengan al-Qur’an. Hamka dengan
dalam Nagari Sungai Batang, di tepi terlebih dahulu menerjemahkan ayat
Danau Maninjau, Sumatra Barat pada 17 tersebut ke dalam bahasa Indonesia agar
Februari 1908. Ayahnya ialah seorang lebih mudah dipahami.
ulama terkenal DR. H. Abdul Karim Dalam tafsir ini, Hamka juga
Amrullah alias Haji Rasul pembawa menjauhkan diri dari berlarut-larut
paham-paham Islam di Minangkabau. dalam uraian mengenai pengertian kata,
Ibu Hamka bernama Siti Safiyah. Kakek selain itu dianggap tidak terlalu cocok
dari pihak ibu bernama Gelanggang, untuk masyarakat Indonesia yang
gelarnya Bagindo Nan Batuah. memang banyak tidak memahami
Semasa hidupnya beliau bahasa Arab, Hamka menilai pengertian
menghasilkan 118 karya buku. Salah tersebut telah tercakup dalam
satunya adalah Tafsir al-Azhar. Buya terjemahannya. Walaupun demikian,
Hamka dalam Tafsir Al-Azhar bukan berarti Hamka sama sekali tidak
menggunakan sumber bi al-Ra’yi, karena pernah menjelaskan pengertian sebuah
dalam hal menafsirkan, beliau kata dalam al-Qur’an. Sesekali
mengemukakan pendapat-pendapat penafsiran atas sebuah kata akan
belau tentang tafsir ayat-ayat tersebut. disajikan dalam tafsirnya.
Dan jika dilihat dari urutan suratnya Setelah menerjemahkan ayat,
beliau menggunakan tartib mushafi, Hamka memulai penafsirannya terhadap
kemudian metodenya menggunakan ayat tersebut dengan luas dan terkadang
metode Tahlili. dikaitkan dengan kejadian zaman
Hamka menggunakan contoh- sekarang, sehingga pembaca dapat
contoh yang ada di tengah masyarakat, menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman
baik masyarakat kelas atas seperti raja, hidup sepanjang masa.
atau rakyat biasa, maupun secara 12. Tafsir Departemen Agama
individu, semua tergambar di dalam Al-Qur’an al-Karim wa Tafsiruhu
karyanya. Selain itu, uraian Hamka yang yang diterjemahkan ke dalam bahasa
demikian panjang tidak membosankan, Indonesia menjadi al-Qur’an dan
tetapi nyaman dibaca dan menyentuh Tafsirnya, baik yang edisi lama maupun
24
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia – Rithon Igisani

edisi yang disempurnakan. Seluruhnya penyempurnaan tafsir Departemen


terdiri dari 10 jilid dengan perincian Agama RI jauh lebih kaya ketimbang
setiap jilidnya terdiri dari 3 juz. yang digunakan oleh tim-tim
Pencetakan pertama al-Qur’an dan sebelumnya, kendati ada beberapa kitab
Tafsirnya dilakukan pada tahun 1975 rujukan yang sama.
berupa jilid I yang memuat juz 1 hingga Metode yang digunakan pada tafsir
juz 3. Setiap jilid tidak kurang dari 450 Departemen Agama ini menggunakan
halaman. Kemudian menyusul metode tahlili, yaitu menguraikan
pencetakan jilid-jilid selanjutnya pada penafsiran ayat-ayat al-Qur’an sesuai
tahun berikutnya. Pencetakan secara urutan suratnya (tartib mushaf), dari
lengkap 30 juz, baru dilakukan pada awal surat hingga surat yang terakhir.
tahun 1980 dengan format dan kualitas Tafsir Departemen Agama RI
yang sederhana. Sementara pencetakan adalah tafsir bi al-ma’tsur atau bi al-
edisi yang disempurnakan dilakukan riwayah, dimana penafsirannya
oleh Ditjen Bimas Islam dan berdasarkan nash-nash berupa ayat al-
Penyelenggaraan Haji Departeman Qur’an, hadits, serta pendapat sahabat
Agama RI, dan para pengusaha penerbit dan tabi’in. Bentuk penafsiran seperti ini
mushaf al-Qur’an di Indonesia. mengandalkan riwayat-riwayat yang
Pada tahun 2008, tim tafsir terlah telah ada, dengan tetap melakukan
menyelesaikan kajian dan pembahasan relevansi serta aktualisasi dengan
juz 1 hingga juz 30, yang hasilnya kondisi sekarang. Sementara ditinjau
diterbitkan secara bertahap. Pada tahun dari sisi coraknya tafsir ini adalah tafsir
2004 diterbitkan juz 1 sampai dengan sunni, yaitu tafsir yang menggunakan
juz 6, pada tahun 2005 diterbitkan juz 7 dasar-dasar atau prinsip-prinsip Ahlu al-
sampai juz 12, pada tahun 2006 Sunnah wa al-Jama’ah. Term Ahlu al-
diterbitkan juz 13 sampai dengan juz 18, Sunnah disini adalah Asy’ariyyah/
pada tahun 2007 diterbitkan juz 19 Maturidiyyah sebagai pembanding dari
sampai juz 24, dan pada tahun 2008 Syi’ah.
diterbitkan juz 25 sampai dengan juz 30. Di akhir pembahasan dibuatkan
Baik saat penyusunan awal hingga kesimpulan berupa intisari dan nilai-
tahapan penyempurnaan, tafsir ini nilai yang terkandung dalam ayat.
ditulis secara kolektif oleh tim yang Karena tafsir ini bercorak hida’i, maka
terdiri dari pakar-pakar tafsir, hadits dalam kesimpulan akhir diketengahkan
dan ilmu-ilmu keislaman lainnya yang sisi-sisi hidayah dari ayat yang
terkait. Referensi yang digunakan saat ditafsirkan. Poin-poin kesimpulan
penyempurnaan juga mengalami disebutkan dalam pointers dengan
penambahan. Awalnya, kitab-kitab tafsir menggunakan angka, dengan redaksi
yang masyhur seperti tafsir al-Maraghi, yang singkat dan mudah dimengerti.
tafsir Mahasin al-Ta’wil, tafsir Anwar al- 13. Muhammad Quraish Shihâb
Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, dan tafsir Ibnu Latar Belakang Keluarga
Katsir. Muhammad Quraish Shihâb lahir
Sementara dalam edisi revisi, pada 16 Februari 1944 M di Rappang,
setidaknya ada 60 literatur yang dikutip,
termasuk didalamnya Bibel yang
seringkali dinamakan riwayat isra’iliyat.
Rujukan yang digunakan oleh tim
25
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

Sulawesi Selatan.16 Ia putera dari Indonesia (Pusat), 1985-1998; anggota


‘Abdurrahmân Shihâb, seorang guru MPR-RI 1982-1987 dan 1987-2002.19
besar dalam bidang tafsir yang pernah Setelah menjabat sebagai Menteri
menjadi Rektor IAIN Alaudddin serta Agama RI, ia diangkat sebagai Duta
tercatat sebagai salah satu pendiri Besar RI untuk Mesir, Jibouti, Somalia.
Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Pada tahun 1995-1999 dipilih sebagai
Ujung Pandang. Selain mengenyam Dewan Anggota Riset Nasional. Dari
pendidikan dasar di Ujung Pandang, ia 1998 sampai sekarang ia diangkat
digembleng ayahnya untuk mempelajari sebagai anggota Dewan Pentashhih Al-
Al-Qur’an.17 Qur’an Departemen Agama RI.20
Ayahnya Muhammad Quraish Sosoknya juga sering tampil di berbagai
Shihâb dikenal sebagai ahli tafsîr, media untuk memberikan siraman
keahlian yang mensyaratkan ruhani dan intelektual khususnya
kemampuan yang memadai dalam mengenai pembahasan tafsir al-Mishbâh
bahasa ‘Arab. Muhammad Quraish pada bulan Ramadhan. Aktivitas
Shihâb sendiri mengaku bahwa utamanya sekarang adalah Dosen (Guru
dorongan untuk memperdalam studi Al- Besar) Pascasarjana Universitas Islam
Qur’an, terutama tafsîr adalah datang Negeri (UIN) Jakarta dan Direktur Pusat
dari ayahnya, yang seringkali mengajak Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta.
dirinya bersama saudara-saudaranya Karya-karya M. Quraish Shihâb
yang lain duduk bercengkrama bersama Di samping aktivitasnya, M.
dan sesekali memberikan petuah-petuah Quraish Shihâb juga dikenal sebagai
keagamaan. Dari sinilah mulai bersemai penulis yang sangat produktif. Di antara
benih cinta dalam diri Muhammad karya-karya beliau adalah: Tafsir Sûrah
Quraish Shihâb terhadap studi Al- al-Hujurât, Tafsir Sûrah al-‘Alaq,
Qur’an.18 Korelasi Antar Ayat-ayat dan Sûrah-
Pengabdiannya di bidang Sûrah Al-Qur’an, Korelasi Antara Ilmu
pendidikan mengantarkannya menjadi Pengetahuan dan Al-Qur’an, Tafsir al-
Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Manâr: Keistimewaan dan
pada tahun 1992-1998. Kiprahnya tak Kelemahannya.21 Di antaranya yang
terbatas di lapangan akademis. Beliau paling legendaris adalah Membumikan
menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Al-Qur’an (1994), Lentera Hati (1994),
Wawasan Al-Qur’an (1996), Tafsir al-
Mishbâh (15 jilid, 2003).22 Karya-karya

16
Prof. Dr. Fauzul Iman, MA, dkk, Al-
Qalam: Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan,
19
(Serang: Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada M. Quraish Shihâb, Lentera Al-Qur’an:
Masyarakat Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan,
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2004), Vol 21, 2008), cet. 1, h. 5
20
h. 56 M. Quraish Shihâb, Menabur Pesan
17
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Ilâhi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Mufassir Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), cet. 1, h.
Madani, 2008), h. 236 i
18 21
Muhammad Quraish Shihâb, M. Quraish Shihâb, Mahkota Tuntunan
Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Ilâhi, (Jakarta: Untagama, tt), h. vi
22
dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, M. Quraish Shihâb, Lentera Al-Qur’an:
1993), h. 14 Kisah dan Hikmah Kehidupan, h. 5

26
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia - Rithon Igisani

lain yang berhasil penulis temukan dari Jenaka (2007); Membumikan Kalam di
berbagai penelusuran di perpustakaan- Indonesia (2010), dan lain-lain.23
perpustakaan, khususnya perpustakaan Profil Tafsir al-Mishbâh
Pusat Studi Qur’an (PSQ) adalah: Penamaan dan Motivasi
M. Quraish Shihâb Menjawab Soal Penulisan Tafsir Al-Mishbâh
Keislaman yang Patut Anda Ketahui Di antara karya-karyanya
(1998, 2008, 2009); Jin, Iblis, Setan dan tersebut di atas, tafsir al-Mishbâh
Malaikat yang Tersembunyi (2006, merupakan karya monumental karya M.
2007); Secercah Cahaya Ilahi (2007); Quraish Shihâb yang mulai ditulis pada
Sahur Bersama M. Quraish Shihâb di hari Jum’at tanggal 4 Rabi’ul Awal 140
RCTI (1997); Dia di Mana-Mana: Tangan H/18 Juni 1999 M dan selesai pada hari
Tuhan di Balik Setiap Fenomena (2004, Jum’at tanggal 8 Rajab 1423 H/5
2005); Studi Kritis Tafsir al-Manâr September 2003 M. Al-Mishbâh artinya
(1994); Menabur Pesan Ilahi (2006); lampu, pelita atau benda lain yang
Perjalanan Menuju Keabadian, berfungsi serupa yang memberikan
Kematian, Surga dan Ayat-ayat Tahlil penerangan dalam mencari petunjuk,
(2001, 2004, 2005); Rasionalitas Al- dan pedoman hidup terutama bagi
Qur’an (2006); Al-Lubâb: Makna Tujuan mereka yang mengalami kesulitan dalam
dan Pelajaran dari Al-Fâtihah&Juz memahami makna Al-Qur’an secara
‘Amma (2008); Pengantin Al-Qur’an langsung.24
(2007); Kehidupan Setelah Kematian: Awal kegiatan M. Quraish Shihâb
Surga yang Dijanjikan Al-Qur’an (2008); dalam hal tulis menulis yakni pada saat
Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah (2003, beliau tinggal di Ujung Pandang. Namun,
2004, 2005, 2006); Tafsir Al-Qur’an Al- produktifitasnya terbukti saat ia
Karim (1999); Fatwa-fatwa Seputar bermukim di Jakarta, maka pada tahun
Ibadah Mahdhoh (1999); Yang Sarat dan 1980-an, ia diminta untuk mengasuh
yang Bijak (2007); Ayat-ayat Fitna rubrik “Pelita Hati” pada Harian Pelita.
(2008); Panduan Puasa Bersama Kemudian pada tahun 1994 kumpulan
Quraish Shihâb (2000, 2003); Mahkota dari tulisannya itu diterbitkan oleh
Tuntunan Ilahi: Pesona Al-Fâtihah; Mizan dengan judul “Lentera Hati” yang
Panduan Shalat Bersama Quraish Shihâb ternyata menjadi best seller dan
(2003); Haji Bersama Quraish Shihâb mengalami cetak ulang beberapa kali.
(1998, 1999, 2001); Wawasan Al- Dari sinilah tampaknya pengambilan
Qur’an: Tafsir Tematik Atas Berbagai nama al-Mishbâh itu berasal.25
Persoalan Umat (2007); Wawasan Al- Motivasi penulisan tafsir al-
Qur’an tentang Zikir dan Do’a (2003); Mishbâh ini di antaranya adalah karena
Hidangan Ilahi dalam Ayat-Ayat Tahlil beliau melihat umat Islam Indonesia
(2001, 2008); Do’a Harian Bersama
Quraish Shihâb (2009); Kumpulan
Tanya Jawab Mistik, Seks, dan Ibadah 23
Judul-judul buku yang penulis tuliskan
(2004, 2005, 2006); 40 Hadis Qudsi di atas adalah kumpulan karya M. Quraish Shihâb
Pilihan (2002, 2005, 2007); Yang Ringan yang terdapat di perpustakaan Pusat Studi Qur’an
(PSQ) yang penulis kunjungi.
24
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir di
Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003), h. 51
25
Hamdani Anwar, Mimbar Agama dan
Budaya, (t.tp: t.p, 2002), vol. XIX, h. 176

27
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

mempunyai ketertarikan luar biasa Untuk mengantisipasi hal ini,


terhadap Al-Qur’an, tetapi sebagian para pakar Al-Qur’an berupaya
besar hanya berhenti pada pesona menyajikan penafsiran-penafsiran ayat
bacaan ketika dilantunkan, seakan-akan Al-Qur’an yang selaras dengan
Kitab Suci ini hanya untuk dibaca. perkembangan zaman dan tuntutan
Padahal tidak hanya dibaca, kehidupan masyarakat yang
hendaknya juga disertai dengan heterogen.27
kesadaran bertadzakkur dan Penerapan metode ini biasanya
mentadabburinya. Selain itu, tidak mufassir menguraikan makna yang
sedikit umat Islam yang mempunyai dikandung oleh Al-Qur’an, ayat demi
ketertarikan luar biasa terhadap makna- ayat dan surat demi surat sesuai dengan
makna Al-Qur’an, menghadapi banyak urutannya dalam mushhaf. Uraian
kendala terutama dalam waktu dan tersebut menyangkut berbagai aspek
ilmu.26 yang dikandung ayat yang ditafsirkan
seperti pengertian kosa kata, konotasi
Metode Penafsiran Tafsir Al-Mishbâh kalimatnya, latar belakang turun ayat,
M. Quraish Shihâb dalam kaitannya dengan ayat-ayat yang lain,
tafsirnya (Tafsir al-Mishbâh) baik sebelum maupun sesudahnya
menggunakan metode tahlîlî (analitis). (munâsabat), pendapat-pendapat yang
Metode tahlîlî adalah menafsirkan ayat- telah dikeluarkan berkenaan dengan
ayat Al-Qur’an dengan memaparkan tafsiran ayat-ayat tersebut; baik yang
berbagai aspek yang terkandung di disampaikan oleh Nabi SAW, shahabat,
dalam ayat-ayat yang sedang ditafsirkan tabi’în, dan tokoh tafsir lainnya.28
itu serta menerangkan makna-makna Setelah semua langkah yang
yang tercakup di dalamnya sesuai tersebut di atas sudah ditempuh,
dengan keahlian dan kecenderungan mufassir dengan metode tahlîlî
dari mufassir yang menafsirkan ayat- kemudian menjelaskan seluruh aspek
ayat tersebut. dari semua penafsiran dan
Faktor yang sangat menentukan penjelasannya di atas dan kemudian ia
keberadaan metode analitis (tahlîlî) memberikan kesimpulan mengenai isi
adalah kenyataan bahwa pada era dan maksud ayat Al-Qur’an tersebut.29
berikutnya umat Islam secara kuantitas Contoh, misalnya ketika M. Quraish
semakin bertambah, pemeluk Islam Shihâb menafsirkan QS. Ar-Rûm [30]: 1-
tidak hanya berasal dari bangsa Arab, 7 tentang kemenangan Byzantium atas
tetapi juga non Arab. Konsekuensinya
terjadi perubahan besar dalam wacana
pemikiran Islam; berbagai peradaban
27
dan tradisi non Islam terinternalisasi ke Ahmad Syukri Shaleh, Metodologi
dalam khazanah intelektual Islam, Tafsir Al-Qur’an Kontemporer dalam Pandangan
Fazlur Rahman, (Jambi: Sulthan Thaha Press,
bahkan kehidupan umat pun ikut 2007), cet. 1, h. 49
terpengaruhi. 28
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran
Al-Qur’an: Kajian Kritis Terhadap Ayat-ayat yang
Beredaksi Mirip, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002), h. 69
26 29
Herman Heizer, Tafsir al-Mishbâh, Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
Lentera Bagi Umat Islam Indonesia, dalam Majalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. 9,
Tsaqafah, 2003, vol 1, no. 3, h. 91 h. 219

28
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia –Rithon Igisani

Persia dan kemenangan kaum Muslimin dari rujukan yang berasal dari pendapat
atas kaum Musyrikin30. ulama dan ijtihadnya sendiri.31
Dalam menafsirkan ayat ini, M. Corak Tafsir Al-Mishbâh
Quraish Shihâb memulainya dengan ayat Tafsir Al-Mishbah termasuk tafsir
dan terjemah, lalu menjelaskan asbâb bir ra’yi karena di dalam tafsir al-
an-nuzûl dari ayat itu, kemudian Mishbâh digunakan argumen akal di
menerangkan riwayat-riwayat yang samping hadis-hadis Nabi SAW.
berkenaan dengan itu yang disampaikan Sedangkan corak (kecenderungan)
oleh Abu Bakar, menjelaskan sejarah dalam tafsirnya adalah sosial
luasnya Imperium Romawi, serta kemasyarakatan (adabi ijtimâ’i). Yakni,
menjelaskan makna-makna kata yang satu corak tafsir yang menjelaskan
dirasa perlu. Kemudian mengutip petunjuk-petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an
pendapat-pendapat ulama, seperti yang berkaitan langsung dengan
Thahir Ibn ‘Asyûr dan az-Zamakhsyari, kehidupan masyarakat,
serta memperluas tafsirannya dengan Sistematika Tafsir Al-Mishbâh
membandingkan beberapa pendapat M. Quraish Shihâb menggunakan
ulama, sehingga dapat dihasilkan suatu sistematika sebagai berikut:
kesimpulan. 1) Dimulai dengan penjelasan
Sumber Penafsiran Al-Mishbâh surat secara umum.
Sumber penafsiran yang 2) Mengelompokkan ayat, lalu
digunakan pada Tafsir al-Mishbâh ada diikuti terjemahannya.
dua: Pertama, bersumber dari ijtihâd 3) Menguraikan kosakata yang
penulisnya. Sedang yang kedua, dalam dianggap perlu dalam
rangka menguatkan ijtihâdnya, ia juga penafsiran makna ayat.
mempergunakan sumber-sumber 4) Penyisipan kata penjelas
rujukan yang berasal dari fatwa dan sebagai penjelasan makna atau
pendapat para ulama, baik yang sisipan tersebut merupakan
terdahulu, maupun mereka yang masih bagian dari kata atau kalimat
hidup. yang digunakan Al-Qur’an,
Selain mengutip pendapat para biasanya dicetak miring.
ulama, M. Quraish Shihâb juga 5) Ayat Al-Qur’an dan sunnah
mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an Nabi SAW yang dijadikan
dan Hadis Nabi SAW sebagai bagian dari penguat atau bagian dari
tafsir yang dilakukannya. Biasanya tafsirnya hanya ditulis
rujukan dari ayat Al-Qur’an dan Hadis terjemahannya saja.
ditulis dalam bentuk italic (miring),
sebagai upaya untuk membedakannya Menjelaskan antar ayat-ayat Al-
Qur’an.32

31
Hamdani Anwar, Telaah Kritis
Terhadap Tafsir Al-Mishbâh dalam Mimbar Agama
dan Budaya, 2002, vol. XIX, no. 2, h. 180
30 32
M. Quraish Shihâb, Tafsir Al-Mishbâh: Hamdani Anwar, Telaah Kritis Terhadap
Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 10, Tafsir Al-Mishbâh dalam Mimbar Agama dan
h. 159 Budaya, 2002, vol. XIX, no. 2, h. 186-187

29
JURNAL POTRET - Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam - Volume 22, Nomor 1, Januari-Juni 2018

Kesimpulan. Anwar, Hamdani Telaah Kritis Terhadap


Perjalanan Sejarah Penafsiran Al- Tafsir Al-Mishbâh dalam Mimbar Agama
Qur’an di Indonesia memiliki kronologis dan Budaya, 2002
sejarah yang lebih panjang
dibandingkan dengan Negara di mana Baidan, Nashruddin, Perkembangan
Al-Qur’an itu diturunkan. Sebab dari sisi Tafsir Al-Qur’an di Indonesia,
georafis, sosial budaya dan bahasa, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Indonsia sangat berbeda dengan Mandiri, 2002)
kehidupan di dunia Arab.
Jika di sana Al-Qur’an boleh Federspiel, Howard M, Kajian Al-Qur’an
langsung dipahami dan diamalkan, maka di Indonesia dari Mahmud Yunus
di Indonesia tentu tidak semudah itu. Di hingga Quraish Shihab, (Bandung
sini Al-Qur’an harus dipelajari cara : Mizan, 1996)
membaca yang benar (ilmu tajwid),
perbedaan membacanya (ikhtilaf Gusmian, Islah, Khazanah Tafsir di
qiraat), kemudian diterjemahkan, lalu Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003)
ditafsirkan dengan keilmuan yang dalam
dan diamalkan. Herman, Heizer, Tafsir al-Mishbâh,
Tradisi penafsiran Al-Qur’an di Lentera Bagi Umat Islam Indonesia,
Indonesia telah dipelopori oleh ulama- dalam Majalah Tsaqafah, 2003
ulama dari masa ke masa dalam waktu
yang cukup lama, Di antara ulama-ulama
tersebut adalah : Ibrahim, Sulaiman, Pendidikan dan
Abdurrauf al-Singkili, Syekh Tafsir: Kiprah Mahmud Yunus
Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, dalam Pembaharuan Islam,
Ahmad Hasan Muhammad Hashbi Ash- (Jakarta: LEKAS, 2011)
Shiddiqy, H. Fachruddin H.S. dan H.
Zainuddin Hamidy, K.H. Bisri Musthafa, Iman, Fauzul, dkk, Al-Qalam: Jurnal
K.H. Ahmad Sanusi, H.B. Jassin, H. Bakri Keagamaan dan Kemasyarakatan,
Syahid,Buya Hamka, Muhammad (Serang: Pusat Penelitian dan
Quraish Shihab. Pengabdian Kepada Masyarakat
Sekolah Tinggi Agama Islam
DAFTAR PUSTAKA Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, 2004)
Amin Ghafur, Saiful, Profil Para Mufasir
Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Mafri, Amir dan Lilik, Ummi Kultsum,
Insan Madani, 2008) Literatur Tafsir Indonesia,
(Jakarta : Lembaga Penelitian UIN
Amir, Mafri, Literatur Tafsir Indonesia, Syarif Hidayatullah Jakarta,
(Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013) 2011)

Amir, Mafri dan Ummi Kultsum, Lilik, Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam,
Literatur Tafsir Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2004)
2011)

30
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia –Rithon Igisani

Shihâb, M. Quraish, Menabur Pesan Ilâhi: .............................,Tafsir Al-Mishbâh: Pesan,


Al-Qur’an dan Dinamika Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: vol. 10
Lentera Hati, 2006)
Syukri Shaleh, Ahmad, Metodologi Tafsir
..............................,Membumikan Al-Qur’an: Al-Qur’an Kontemporer dalam
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Pandangan Fazlur Rahman,
Kehidupan Masyarakat, (Jambi: Sulthan Thaha Press,
(Bandung: Mizan, 1993) 2007)

..............................,Mahkota Tuntunan Ilâhi, Usman, Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras,


(Jakarta: Untagama, t.t) 20

31

Anda mungkin juga menyukai