Reveiw Book
Oleh :
Muhammad Nur
NIM : 80100318045
Dosen Pemandu :
PROGRAM PASCASARJANA S3
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2019
1
A. Latar Belakang
Perkembangan penafsiran al-Quran agak berbeda dengan perkembangan
yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al-Quran. Oleh
karena itu, proses pemahaman al-Quran terlebih dahulu dimulai dengan
penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan
dengan penafsiran yang lebih luas dan rinci. 1
Perlu diketahui bahwa pada perkembangan awal, para Mufassir belum
mendokumentasikan penafsirannya dalam bentuk buku. Hal ini dimaklumi karena
para mufassir ketika itu sekaligus sabagai juru dakwah yang berperan dalam
menyebarkan Islam sehingga kesempatan untuk menulis belum terpikirkan. Karena
itu, hasil penafsiran mereka hanya berkembang secara lisan. Menjelang abad ke-17,
tradisi pembukuan tafsir baru dilakukan yang dipelopori oleh Abdul Rouf Singkel
dengan tafsirnya, Tarjuman al-Mustafid.
Perkembangan cara penerjemahan dan penafsiran al-Quran ke dalam
Bahasa Indonesia terdiri dari tiga generasi, 2 yaitu: Generasi Pertama, dimulai kira-
kira pada awal abad ke-20 hingga awal tahun 1960-an, Generasi kedua, dimulai
sejak pertengahan tahun 1960-an hingga menjelang tahun 1970-an, Generasi ketiga,
terhitung setelah tahun 1970-an hingga sekarang.
Sesuai dengan kategorisasi Federspiel diatas, maka salah satu karya
terjemah dan tafsir di Indonesia yang tergolong dalam generasi kedua adalah Tafsir
Quran Karim karya Mahmud Yunus, seorang ulama kelahiran Sumatera bagian
barat. Inilah yang akan menjadi topik utama dalam tulisan ini. Mudah-mudahan
dapat menjadi satu tambahan referensi baru dalam memahami tradisi penafsiran
al-Quran di Indonesia.
1
Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “ Kiprah Mahmud Yunus dalam
Pembaruan Islam”, (Jakarta: LEKAS, t.th), h. 80
2
Howard M. Federspiel (1996), Kajian al-Quran di Indonesia terjemahan Tajul Arifin
dari judul asli Popular Indonesia Literature of the Quran, (Bandung: Mizan, t.th), h. 17-18
2
B. Biografi
Mahmud Yunus (ejaan lama; Mahmoed Joenoes) lahir di desa Sungayang,
Batusangkar, Sumatera Barat, Sabtu 10 Februari 1899 dan meninggal 16
Januari 1982. Keluarganya adalah tokoh agama yang cukup terkemuka. Ayahnya
bernama Yunus bin Incek, ibunya bernama Hafsah binti Imam Samiun, yang
merupakan anak Engku Gadang Muhammad Tahir bin Ali, pendiri serta pengasuh
surau, semacam pesantren di wilayah itu. Mahmud Yunus termasuk tokoh
pendidikan Indonesia yang gigih memperjuangkan masuknya pendidikan agama ke
sekolah umum dan ikut berusaha memperjuangkan berdirinya Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri (PTAIN).3
Sejak kecil, Mahmud Yunus dididik dalam lingkungan agama. Ketika
menginjak usia tujuh tahun (1906), Mahmud mulai belajar al-Qur`ân serta ibadah
lainnya. Di antara gurunya adalah kakeknya sendiri. Mahmud sempat selama tiga
tahun menimba ilmu di Sekolah Rakyat hingga tahun 1908. Namun saat duduk di
kelas empat, dia merasa tidak betah lantaran seringnya pelajaran kelas sebelumnya
diulangi. Dia pun memutuskan pindah ke madrasah yang berada di Tanjung Pauh
bernama Madrasah School, asuhan H. M. Thaib Umar, seorang tokoh pembaru
Islam di Minangkabau.
Mahmud Yunus mulai terlibat di gerakan pembaruan saat berlangsung
rapat besar ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang Panjang. Dia diminta untuk
mewakili gurunya. Pertemuan itu secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pola pemikiran pembaruan Mahmud, terutama berkat pandangan-
pandangan yang dikemukakan sejumlah tokoh pembaru seperti Abdullah Ahmad
serta Hamka.
Bersama pengajar lainnya yang bergiat di gerakan pembaruan, tahun 1920
Mahmud membentuk perkumpulan pelajar Islam di Sungayang bernama Sumatera
Thawalib. Salah satu kegiatan kelompok ini adalah menerbitkan majalah al-
Basyîr dengan Mahmud Yunus sebagai pemimpin redaksinya. Interaksi yang kian
intens dengan gerakan pembaru, mendorongnya untuk menimba pengetahuan lebih
3
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Di Indonesia (Jakarta: Raja grafindo
Persada, 2005), h. 57
3
Awal tahun 1970 kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik
masuk rumah sakit hingga meninggal di tahun 1982. Sepanjang hidupnya, Mahmud
menulis tak kurang dari 43 buku.4
4
M. Amursid dan Amaruddin Asra, “Studi Tafsir Qur`an Karim Karya Mahmud
Yunus,” Jurnal Syahadah. Vol. 3, No. 2, Oktober 2015, 2-6
5
Sulaiman Ibrahim , Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan
Islam, (Jakarta: LEKAS, 2011), h. 5
6
Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT Hidakarya Abang, 1981), h. iii
7
Ibid, h. iii-iv
5
E. Contoh Penafsiran
1. Surah al-Fatihah (Pembukaan)
ين
ِ الد ِ ) َما ِل ِك يَ ْو ِم٣( الر ِح ِيم ) ه٢( َب ْال َعا َل ِمين
الرحْ َم ِن ه ِ ) ْال َح ْمدُ ِ هّلِلِ َر١( الر ِح ِيم الرحْ َم ِن ه ِبس ِْم ه
َّللاِ ه
غي ِْر َ َط الهذِينَ أ َ ْن َع ْمت
َ علَ ْي ِه ْم َ ص َرا
ِ )٦( يم َ ط ْال ُم ْست َ ِق
َ الص َرا
ِ ) ا ْه ِدنَا٥( ين ُ ) ِإيهاكَ نَ ْعبُدُ َو ِإيهاكَ نَ ْست َ ِع٤(
)٧( َعلَ ْي ِه ْم َو ََل الضهالِين
َ ب ُ ْال َم ْغ
ِ ضو
Artinya :
8
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. VI
6
1. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (saya baca).
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan (Yang Mendidik) semesta alam.
3. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
4. Lagi Mempunyai (penguasa) hari pembalasan.
5. Hanya Engkaulah (ya Allah) yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah
kami minta pertolongan.
6. Tunjukanlah (hati) kami ke jalan yang lurus.
7. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka.
Sedang mereka itu bukan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula orang-
orang yang sesat.
2. Surah al-Fiil
علَ ْي ِه ْم
َ س َل ْ َ ﴾ أَ َل ْم َيجْ َع ْل اَ ْيدَ ُه ْم ِفي ت١﴿ ب ْال ِفي ِل
َ ﴾ َوا َْٔر٢﴿ ض ِلي ٍل ْ َ ْف َف َع َل َرب كَ ِبأ
ِ ص َحا َ أَ َل ْم ت ََر اَي
﴾٥﴿ عصْفٍ َمأ ْ كو ٍل َ َ ﴾ فَ َجعَ َل ُه ْم كا٤﴿ ارةٍ ِم ْن ِسج ِي ٍل َ
َ ﴾ ت َْر ِمي ِه ْم بِ ِح َج٣﴿ طي ًْرا أَبَابِي َل
Artinya:
1. Tiadakah engakau tahu, bagaimana Tuhanmu memperbuat terhadap orang-
orang yang mempunyai gajah
2. Tiadakah ia menjadikan tipu daya mereka jadi sia-sia
3. Dan mengirim kepada meraka burubf berbondong-bondong
4. Yang melempar mereka dengan batu dari tanah yang keras
5. lalu Allah jadikan mereka seperti daun yang dimakan (ulat)
9
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. 1-2
9
hancur luluh seperti daun kayu dimakan binatang atau ulat. Pendeknya maksud
mereka hendak meruntuhkan Ka’bah tiadalah berhasil adanya.10
Dari contoh penafsiran dalam tafsir Qur’an Karim ini dapat disimpulkan
bahwa Mahmud Yunus menafsirkan dengan istilah keterangan surat yang
ditafsirkan dan keterangan kata-kata dari ayat yang ditafsirkan.
F. Bagian Akhir
Pada bagian akhir dari tafsir Qur’an Karim ini meliputi :
a. Daftar surat dan isi tafsir Qur’an Karim, mulai dari juz 1 sampai juz 30 dan
juga di mulai surat al-Fataihah sampai surat al-Nas.11
b. Daftar isi surat-surat Qur’an menurut Alfabet setelah “al-“, mulai dari “A”
sampai “Z”12
c. Daftar isi Juz-juz Qur’an, mulai juz 1 sampai 30.13
d. Kesimpulan isi Qur’an
1) Yang berhubungan dengan keimanan, hukum-hukum, petunjuk /
pengajaran, akhlak, ekonomi dan ilmu pengetahuan yang wajib
diketahui oleh tiap-tiap orang Islam. Qur’an itu berisi beberapa suruhan
atau perintah dan beberapa larangan. Suruhan itu ada dua macam:
a) Suruhan wajib
b) Suruhan sunat
Dan larangan itu dua macam :
a) Larangan haram
b) Larangan makruh
Selain dari pada itu ada lagi hukumnya “HALAL” (boleh) diperbuat
dan boleh pula ditinggalkan.
Maka hukum-hukum dalam agama Islam lima macam yaitu, wajib,
sunat, haram, makruh dan boleh.14
10
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. 918
11
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. I - XXIII
12
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. I - XXV
13
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXVI - XXVII
14
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. III - XXII
10
G. KESIMPULAN
Secara umum Tafsir Qur’an Karim Mahmud Yunus ini menunjukkan pada
metode ijmali yakni hanya menafsirkan ayat secara global saja. Namun pada
beberapa ayat, beliau memberikan perhaataian lebih hingga terlihat corak
penafsiran tahlili, yakni suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan
kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan seluruh aspeknya. Dalam tafsir Mahmud Yunus
ini, aspek kosa kata dan penjelasan arti global tidak selalu dijelaskan. Kedua aspek
tersebut dijelaskan ketika dianggap perlu, kadang suatu ayat atau lafadz dijelaskan
arti kosa katanya, sedangkan lafadz di ayat yang lain arti globalnya karena
mengandung suatu istilah, bahkan kadang dijelaskan secara terperinci dengan
memperlihatkan penggunaan istilah itu pada ayat-ayat yang lain. Dengan demikian
metode pemikiran penafsiran Mahmud Yunus cenderung kea rah penafsiran model
bi al-Ra’y.
15
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXII - XXIII
16
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXIV - XXVIII
17
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXVIII - XXIX
18
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXIX
19
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXX - XXXI
20
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXXI - XXXII