Anda di halaman 1dari 11

0

TAFSIR QURAN KARIM


KARYA PROF. DR. H. MAHMUD YUNUS

Reveiw Book

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Sejarah Tafsir di Indonesia
Program Non Reguler Doktor Pascasaarjana UIN Alauddin Makassar
Tahun Akademik 2018/2019

Oleh :

Muhammad Nur
NIM : 80100318045

Dosen Pemandu :

1. Prof. Dr. H. Achmad Abubakar, M.Ag

PROGRAM PASCASARJANA S3
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2019
1

REVEIW BOOK TAFSIR QURAN KARIM


KARYA PROF. DR. H. MAHMUD YUNUS

A. Latar Belakang
Perkembangan penafsiran al-Quran agak berbeda dengan perkembangan
yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al-Quran. Oleh
karena itu, proses pemahaman al-Quran terlebih dahulu dimulai dengan
penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan
dengan penafsiran yang lebih luas dan rinci. 1
Perlu diketahui bahwa pada perkembangan awal, para Mufassir belum
mendokumentasikan penafsirannya dalam bentuk buku. Hal ini dimaklumi karena
para mufassir ketika itu sekaligus sabagai juru dakwah yang berperan dalam
menyebarkan Islam sehingga kesempatan untuk menulis belum terpikirkan. Karena
itu, hasil penafsiran mereka hanya berkembang secara lisan. Menjelang abad ke-17,
tradisi pembukuan tafsir baru dilakukan yang dipelopori oleh Abdul Rouf Singkel
dengan tafsirnya, Tarjuman al-Mustafid.
Perkembangan cara penerjemahan dan penafsiran al-Quran ke dalam
Bahasa Indonesia terdiri dari tiga generasi, 2 yaitu: Generasi Pertama, dimulai kira-
kira pada awal abad ke-20 hingga awal tahun 1960-an, Generasi kedua, dimulai
sejak pertengahan tahun 1960-an hingga menjelang tahun 1970-an, Generasi ketiga,
terhitung setelah tahun 1970-an hingga sekarang.
Sesuai dengan kategorisasi Federspiel diatas, maka salah satu karya
terjemah dan tafsir di Indonesia yang tergolong dalam generasi kedua adalah Tafsir
Quran Karim karya Mahmud Yunus, seorang ulama kelahiran Sumatera bagian
barat. Inilah yang akan menjadi topik utama dalam tulisan ini. Mudah-mudahan
dapat menjadi satu tambahan referensi baru dalam memahami tradisi penafsiran
al-Quran di Indonesia.

1
Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “ Kiprah Mahmud Yunus dalam
Pembaruan Islam”, (Jakarta: LEKAS, t.th), h. 80
2
Howard M. Federspiel (1996), Kajian al-Quran di Indonesia terjemahan Tajul Arifin
dari judul asli Popular Indonesia Literature of the Quran, (Bandung: Mizan, t.th), h. 17-18
2

B. Biografi
Mahmud Yunus (ejaan lama; Mahmoed Joenoes) lahir di desa Sungayang,
Batusangkar, Sumatera Barat, Sabtu 10 Februari 1899 dan meninggal 16
Januari 1982. Keluarganya adalah tokoh agama yang cukup terkemuka. Ayahnya
bernama Yunus bin Incek, ibunya bernama Hafsah binti Imam Samiun, yang
merupakan anak Engku Gadang Muhammad Tahir bin Ali, pendiri serta pengasuh
surau, semacam pesantren di wilayah itu. Mahmud Yunus termasuk tokoh
pendidikan Indonesia yang gigih memperjuangkan masuknya pendidikan agama ke
sekolah umum dan ikut berusaha memperjuangkan berdirinya Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri (PTAIN).3
Sejak kecil, Mahmud Yunus dididik dalam lingkungan agama. Ketika
menginjak usia tujuh tahun (1906), Mahmud mulai belajar al-Qur`ân serta ibadah
lainnya. Di antara gurunya adalah kakeknya sendiri. Mahmud sempat selama tiga
tahun menimba ilmu di Sekolah Rakyat hingga tahun 1908. Namun saat duduk di
kelas empat, dia merasa tidak betah lantaran seringnya pelajaran kelas sebelumnya
diulangi. Dia pun memutuskan pindah ke madrasah yang berada di Tanjung Pauh
bernama Madrasah School, asuhan H. M. Thaib Umar, seorang tokoh pembaru
Islam di Minangkabau.
Mahmud Yunus mulai terlibat di gerakan pembaruan saat berlangsung
rapat besar ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang Panjang. Dia diminta untuk
mewakili gurunya. Pertemuan itu secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pola pemikiran pembaruan Mahmud, terutama berkat pandangan-
pandangan yang dikemukakan sejumlah tokoh pembaru seperti Abdullah Ahmad
serta Hamka.
Bersama pengajar lainnya yang bergiat di gerakan pembaruan, tahun 1920
Mahmud membentuk perkumpulan pelajar Islam di Sungayang bernama Sumatera
Thawalib. Salah satu kegiatan kelompok ini adalah menerbitkan majalah al-
Basyîr dengan Mahmud Yunus sebagai pemimpin redaksinya. Interaksi yang kian
intens dengan gerakan pembaru, mendorongnya untuk menimba pengetahuan lebih

3
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Di Indonesia (Jakarta: Raja grafindo
Persada, 2005), h. 57
3

jauh ke Mesir. Pada akhirnya kegigihan Mahmud Yunus dapat mengantarkannya


ke al-Azhar, Kairo tahun 1924.
Di sana dia mempelajari berbagai disiplin ilmu. Dengan kecerdasannya
hanya dalam tempo setahun, dia berhasil mendapatkan Syahâdah ‘Âlimîyah dari al-
Azhar dan menjadi orang Indonesia kedua yang memperoleh predikat itu.
Tetapi dia merasa belum cukup dengan apa yang telah diperoleh lantaran
peningkatan pengetahuan umumnya belum terpenuhi. Dia pun berkeinginan
melanjutkan studi ke Madrasah Dâr al-‘Ulûm yang memang mengajarkan
pengetahuan umum. Dia dimasukkan sebagai mahasiswa di kelas bagian malam.
Semua mahasiswanya berkebangsaan Mesir, kecuali Mahmud Yunus. Tercatat dia
menjadi orang Indonesia pertama yang masuk perguruan tersebut.
Kuliah Mahmud Yunus berakhir dengan lancar. Dia mendapat ijazah
diploma guru dengan spesialisasi bidang ilmu kependidikan. Setelah itu, tahun 1930
dia kembali ke kampung halamannya di Sungayang Batusangkar. Gerakan
pembaruan di Minangkabau saat itu makin berkembang. Ini amat menggembirakan
Mahmud Yunus yang lantas mengelola dua lembaga pendidikan Islam di tahun
1931, yakni memperbarui sistem di al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah di Sungayang tempat
ia dulu mengajar, dan mendirikan sekolah yang memadukan pengetahuan umum
dan agama yakni Normal Islam di Padang. Di kedua lembaga inilah dia menerapkan
pengetahun dan pengalaman yang didapatnya di Dâr al-‘Ulûm, Kairo. Karena
kekurangan tenaga pengajar, al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah terpaksa ditutup tahun 1933
dan santrinya dialihkan ke Normal Islam. Di antara ilmu yang diajarkan di lembaga
tersebut ialah ilmu agama, bahasa Arab, pengetahuan umum, ilmu mengajar, ilmu
jiwa dan ilmu kesehatan.
Dia memimpin Normal Islam selama 11 tahun, mulai 1931-1938 dan
1942-1946. Pada tahun 30-an, dia juga aktif di organisasi Islam antara lain menjadi
salah satu anggota Minangkabau Raad. Lantas tahun 1943 dipilih menjadi
Penasehat Residen mewakili Majelis Islam Tinggi. Demikian pula di kementerian
agama yakni dengan menjabat Kepala Penghubung Pendidikan Agama.
4

Awal tahun 1970 kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik
masuk rumah sakit hingga meninggal di tahun 1982. Sepanjang hidupnya, Mahmud
menulis tak kurang dari 43 buku.4

C. Eksistensi Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus


Tafsir Quran Karim menurut keterangan penulisnya merupakan hasil
penyelidikan selama kurang lebih 53 tahun, yaitu sejak penulisnya berusia 20 tahun
hingga 73 tahun. Dalam rentang waktu yang cukup lama ini, reaksi keras dan protes
terus bermunculan, baik dari kalangan umat Islam secara umum maupun dari
kalangan ulama terkemuka sekalipun. Hal ini disebabkan kegiatan penfsiran ketika
itu dianggap sebagai perbuatan langka yang diharamkan. Ada dua ulama besar yang
masing-masing dari Yogyakarta dan Jatinegara yang pernah melakukan protes
tertulis agar apa yang diupayakan Mahmud Yunus dihentikan.5
Penulisan Tafsir Qur’an Karim dimulai pada tahun 1922 dan berhasil
diterbitkan untuk juz pertama, kedua dan ketiga. Pada tahun 1924, Usaha penulisan
untuk sementara waktu berhenti karena penulisnya memutuskan melanjutkan
pendidikan ke al-Azhar, Mesir. Satu pelajaran penting yang penulis dapatkan disana
ialah kobolehan menerjemahkan al-Quran dan bahkan dianjurkan agar bangsa asing
yang tidak mengetahui bahasa Arab dapat memahaminya juga. Setelah Mahmud
Yunus telah menempuh pendidikan di al-Azhar dan Darr al-Ulum, ia pulang ke
Indonesia dan kembali melanjutkan usahanya untuk menafsirkan al-Quran.6
Mahmud Yunus melanjutkan usaha ini pada tahun 1354 H/1935 M dan yang
terpenting pada saat itu ialah ia berikan nama Tafsir Quran Karim. Kegiatan
penafsiran tersebut diterbitkan 1 juz tiap 2 bulan. Adapun dalam menerjemahkan
juz 7 sampai juz 18 dibantu oleh al-Marhum H.M.K. Bakry. Pada bulan april 1938
tammatlah 30 juz.7
D. Sumber-sumber Tafsir Qur’an Karim

4
M. Amursid dan Amaruddin Asra, “Studi Tafsir Qur`an Karim Karya Mahmud
Yunus,” Jurnal Syahadah. Vol. 3, No. 2, Oktober 2015, 2-6
5
Sulaiman Ibrahim , Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan
Islam, (Jakarta: LEKAS, 2011), h. 5
6
Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT Hidakarya Abang, 1981), h. iii
7
Ibid, h. iii-iv
5

Adapun sumber-sumber rujukan tafsir Quran karya Mahmud Yunus sebagai


berikut:8
1. Tafsir al-Thabary
2. Tafsir Ibnu Katsir
3. Tafsir al-Qasimy
4. Fajrul Islam
5. Zhuhrul Islam
Dapatlah diambil kesimpulan bahwa sumber-sumber tafsir itu tujuh:
1. Tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, karena ayat-ayat itu tafsir-menafsirkan
dan jelas-menjelaskan antara satu dengan yang lain.
2. Tafsir dengan hadist yang shahih, seperti hadist Bukahri dan Muslim.
Sekali-kali tidak boleh dengan hadist yang Maudlu’ dan Dho’if.
3. Tafsir dengan perkataan sahabat, tapi khusus dengan menerangkan sebab-
sebab turunnya sayat, bukan menurut pendapat dan pikirannya.
4. Tafsir dengan perkataan tabi’in, bila mereka ijma’ atas semua tafsir. Hal ini
menurut pendapat bahwa ijma’ itu hujjah.
5. Tafsir dengan umum bahasa arab bagi Ahli Ilmu Lughah.
6. Tafsir dengan Ijtihad bagi Mujtahid.
7. Tafsir dengan tafsir Aqli bagi Mu’tazilah. Selain dari pada itu ada lagi tafsir
Akil menurut Syi’ah dan tafsir Shufi bagi ahli Tasawwuf.

E. Contoh Penafsiran
1. Surah al-Fatihah (Pembukaan)

‫ين‬
ِ ‫الد‬ ِ ‫) َما ِل ِك يَ ْو ِم‬٣( ‫الر ِح ِيم‬ ‫) ه‬٢( َ‫ب ْال َعا َل ِمين‬
‫الرحْ َم ِن ه‬ ِ ‫) ْال َح ْمدُ ِ هّلِلِ َر‬١( ‫الر ِح ِيم‬ ‫الرحْ َم ِن ه‬ ‫ِبس ِْم ه‬
‫َّللاِ ه‬
‫غي ِْر‬ َ َ‫ط الهذِينَ أ َ ْن َع ْمت‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ص َرا‬
ِ )٦( ‫يم‬ َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬
َ ‫الص َرا‬
ِ ‫) ا ْه ِدنَا‬٥( ‫ين‬ ُ ‫) ِإيهاكَ نَ ْعبُدُ َو ِإيهاكَ نَ ْست َ ِع‬٤(
)٧( َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََل الضهالِين‬
َ ‫ب‬ ُ ‫ْال َم ْغ‬
ِ ‫ضو‬
Artinya :

8
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. VI
6

1. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (saya baca).
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan (Yang Mendidik) semesta alam.
3. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
4. Lagi Mempunyai (penguasa) hari pembalasan.
5. Hanya Engkaulah (ya Allah) yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah
kami minta pertolongan.
6. Tunjukanlah (hati) kami ke jalan yang lurus.
7. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka.
Sedang mereka itu bukan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula orang-
orang yang sesat.

Keterangan ayat 1-7 hal 1


a. Dengan nama Allah dan perintah-Nya aku baca surah ini. Pekerjaan baik apa
saja yang akan kita kerjakan hendaklah dengan nama Allah, artinya karena
Allah dan mengharapkan keredlaan-Nya, yaitu dengan menyebut: Bismillah…
b. Nikmat apa saja yang kita terima dan apa saja yang indah di antara isi alam
yang luas ini, hendaklah kita puji Allah, karena pokok dan asalnya dari Allah.
c. Allah itu Maha-Pengasih dan Penyayang lebih-lebih kepada kita, karena Dia
yang menganugerahkan pikiran yang luas dan anggota yang cukup. Tetapi
sekalipun begitu Dia berkuasa pada hari kemudian untuk menyiksa orang-
orang yang tidak menurut perintah-Nya.
d. Karena Allah amat banyak memberi kita bermacam-bermacam nikmat, maka
wajiblah kita menyembah-Nya. Dan tiada yag disembah selain dari pada-Nya.
Wajiblah kita minta tolong kepada Allah, unuk menyampaikan cita-cita kita
dan mensukseskan amal perbuatan kita, karena Dia yang berkuasa
menghilangkan segala aral yang melintangi. Adapun meminta tolong kepada
sesama manusia dalam batas kemampuannya, seperti minta obat ke dokter,
maka tidaklah terlarang, bahkan dianjurkan untuk saling menolong. Tetapi jika
kita meminta pertolongan kepada manusia di luar batas kemampuannya, seperti
minta masuk surga, murah rezeki, berbahagia di dunia akhirat dan sebagainya,
maka yang demikian itu amat terlarang dalam Islam. Begitu juga meminta
7

kepada batu-batu, kayu-kayu, kuburan-kuburan dan sebagainya, karena


pekerjaan itu menyekutukan Allah dengan lain-Nya.
e. Hendaklah kita memohon kepada Allah, agar Dia memberi hidayah dan taufiq
kepada kita untuk melalui jalan lurus yang menyampaikan kita kepada
kebahagiaan di dunia dan akhirat, yaitu dengan menurut petunjuk al-Qur`ân.
f. Manusia itu ada tiga macam:
1) Orang-orang yang memperoleh nikmat dari Allah, serta tidak dimurkai dan
pula sesat, karena mereka mempergunakan nikmat itu menurut semestinya.
2) Orang-orang yang dimurkai Allah karena ingkar akan Allah dan nikmat-
Nya yang tidak terhitung banyaknya.
3) Orang-orang yang sesat atau salah mempergunakan nikmat itu atau dalam
keraguan, sehingga mereka itu tidak mengetahui jalan manakah yang akan
ditempuhnya.
Apa yang tersimpul dalam surah Fatihah ini, akan diterangkan dengan jelas
pada surat-surat selanjutnya. Oleh sebab itu surat Fatihah dinamai “Ummul Kitâb”
artinya Ibu Kitab (Qur`ân). Karena telah tersimpul di dalamnya segala isi Qur`ân,
yaitu (1) Tauhid (keimanan), (2) Janji kebahagiaan di dunia dan akhirat bagi orang-
orang yang menurut petunjuk al-Qur`ân, dan janji siksaan, jasmani atau rohani bagi
orang-orang yang tidak menurut petunjuk itu. (3) Amal ibadat untuk mempertebal
tauhid dan membersihkaan jiwa. (4) Menerangkan jalan yang lurus untuk mencapai
kebahagaan. (5) Riwayat orang-orang taat mengikuti Allah dan orang-orang yang
durhaka untuk jadi i’tibar bagi umat yang kemudian. (6) Dan lain-lain, seperti ayat-
ayat yang berhubungan dengan akhlak, ilmu pengetahuan, sejarah, perekonomian,
kemasyarakatan dan pembangunan. Bahkan di sana ada ayat-ayat yang
berhubungan dengan pertahanan negara dan ketenteraman, sebagai bukti bahwa al-
Qur`ân itu adalah universal, menerangkan segala sesuatu, ‫تبيانا لكل شيء‬.

Keterangan arti : ‫رحيم‬-‫رحمن‬


Allah nama Tuhan yang Maha Esa, tidak diterjemahkan al-Rahmân dan al-
Rahîm berasal dari satu kata yang sama artinya, yaitu rahmah, kasih sayang atau
kasihan. Tetapi arti al-Rahmân lebih besar dan luas rahmatnya dari al-Rahîm. Maka
Rahmaniah Allah mengasihi dan memberikan rahmat yang Maha Besar kepada
8

seluruh makhluk-Nya. Misalnya 1 kebaikan dibalas-Nya dengan 700 kali lipat.


Sedang Rahimiah Allah mengasihi dan memberikan rahmat yang besar kepada
hamba-Nya. Misalnya 1 kebaikan dibalas-Nya dengan 10 kali lipat atau lebih. Jadi
arti al-Rahmân, Maha Pengasih dan arti al-Rahîm, Maha-Penyayang.
Menurut setengah ahli tafsir, bahwa arti al-Rahmân mengasihi seluruh
hamba-Nya, baik mukmin atau kafir. Sedang al-Rahîm mengasihi mukmin saja.
Tafsir ini bertentangan dengan ayat yang mengatakan, bahwa Allah rahim ke
seluruh manusia. (al-Baqarah/2 143 dan Al-Hajj/22 65).
Menurut Syekh M. Abduh, arti al-Rahmân memberikan rahmat dan arti al-
Rahîm mempunyai rahmat yang tetap. Tetapi menurut Ibnul Qayyim sebaliknya;
al-Rahmân mempunyai rahmat dan al-Rahîm memberikan rahmat.9

2. Surah al-Fiil

‫علَ ْي ِه ْم‬
َ ‫س َل‬ ْ َ ‫﴾ أَ َل ْم َيجْ َع ْل اَ ْيدَ ُه ْم ِفي ت‬١﴿ ‫ب ْال ِفي ِل‬
َ ‫﴾ َوا َْٔر‬٢﴿ ‫ض ِلي ٍل‬ ْ َ ‫ْف َف َع َل َرب كَ ِبأ‬
ِ ‫ص َحا‬ َ ‫أَ َل ْم ت ََر اَي‬
﴾٥﴿ ‫عصْفٍ َمأ ْ كو ٍل‬ َ َ ‫﴾ فَ َجعَ َل ُه ْم كا‬٤﴿ ‫ارةٍ ِم ْن ِسج ِي ٍل‬ َ
َ ‫﴾ ت َْر ِمي ِه ْم بِ ِح َج‬٣﴿ ‫طي ًْرا أَبَابِي َل‬
Artinya:
1. Tiadakah engakau tahu, bagaimana Tuhanmu memperbuat terhadap orang-
orang yang mempunyai gajah
2. Tiadakah ia menjadikan tipu daya mereka jadi sia-sia
3. Dan mengirim kepada meraka burubf berbondong-bondong
4. Yang melempar mereka dengan batu dari tanah yang keras
5. lalu Allah jadikan mereka seperti daun yang dimakan (ulat)

Keterangan Surat al-Fiil


Adapun balatentara yang bergajah itu, ialah Raja Yaman yang datang ke
Negeri Makkah hendak meruntuhkan Ka’bah dengan membawa lascar dan gajah
yang kuat. Setelah mereka hamper masuk ke Negeri Makkah, lalu beberapa burung
menjatuhkan batu (tanah yang keras), boleh jadi didalamnya banyak hama penyakit
cacar, sehingga mereka semuanya dihinggapi penyakit itu, akahirnya badan mereka

9
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. 1-2
9

hancur luluh seperti daun kayu dimakan binatang atau ulat. Pendeknya maksud
mereka hendak meruntuhkan Ka’bah tiadalah berhasil adanya.10
Dari contoh penafsiran dalam tafsir Qur’an Karim ini dapat disimpulkan
bahwa Mahmud Yunus menafsirkan dengan istilah keterangan surat yang
ditafsirkan dan keterangan kata-kata dari ayat yang ditafsirkan.

F. Bagian Akhir
Pada bagian akhir dari tafsir Qur’an Karim ini meliputi :
a. Daftar surat dan isi tafsir Qur’an Karim, mulai dari juz 1 sampai juz 30 dan
juga di mulai surat al-Fataihah sampai surat al-Nas.11
b. Daftar isi surat-surat Qur’an menurut Alfabet setelah “al-“, mulai dari “A”
sampai “Z”12
c. Daftar isi Juz-juz Qur’an, mulai juz 1 sampai 30.13
d. Kesimpulan isi Qur’an
1) Yang berhubungan dengan keimanan, hukum-hukum, petunjuk /
pengajaran, akhlak, ekonomi dan ilmu pengetahuan yang wajib
diketahui oleh tiap-tiap orang Islam. Qur’an itu berisi beberapa suruhan
atau perintah dan beberapa larangan. Suruhan itu ada dua macam:
a) Suruhan wajib
b) Suruhan sunat
Dan larangan itu dua macam :
a) Larangan haram
b) Larangan makruh
Selain dari pada itu ada lagi hukumnya “HALAL” (boleh) diperbuat
dan boleh pula ditinggalkan.
Maka hukum-hukum dalam agama Islam lima macam yaitu, wajib,
sunat, haram, makruh dan boleh.14

10
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. 918
11
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. I - XXIII
12
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. I - XXV
13
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXVI - XXVII
14
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. III - XXII
10

2) Ekonomi (berusaha mencari rezeki)15


3) Beberapa ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan (ilmu
alama dan kimia; ilmu bumi dan falak; ilmu hewan, manusia, tumbuh-
tumbuhan dan geology; dan ilmu kesehatan)16
4) Riwayat (sejarah atau Tarikh)17
5) Belajar membaca, menulis dan berhitung.18
6) Beberapa keterangan dan perjanjian Allah.19
7) Beberapa perkataan hikmah.20

G. KESIMPULAN
Secara umum Tafsir Qur’an Karim Mahmud Yunus ini menunjukkan pada
metode ijmali yakni hanya menafsirkan ayat secara global saja. Namun pada
beberapa ayat, beliau memberikan perhaataian lebih hingga terlihat corak
penafsiran tahlili, yakni suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan
kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan seluruh aspeknya. Dalam tafsir Mahmud Yunus
ini, aspek kosa kata dan penjelasan arti global tidak selalu dijelaskan. Kedua aspek
tersebut dijelaskan ketika dianggap perlu, kadang suatu ayat atau lafadz dijelaskan
arti kosa katanya, sedangkan lafadz di ayat yang lain arti globalnya karena
mengandung suatu istilah, bahkan kadang dijelaskan secara terperinci dengan
memperlihatkan penggunaan istilah itu pada ayat-ayat yang lain. Dengan demikian
metode pemikiran penafsiran Mahmud Yunus cenderung kea rah penafsiran model
bi al-Ra’y.

15
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXII - XXIII
16
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXIV - XXVIII
17
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXVIII - XXIX
18
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXIX
19
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXX - XXXI
20
Mahmud Yunus , Tafsir Quran Karim..., h. XXXI - XXXII

Anda mungkin juga menyukai