Zakat ditinjau dari segi kebahasaan mengandung beberapa arti, diantaranya keberkahan (al-
barkah), pertumbuhan dan perkembangan (al-nama’), kesucian (al-thaharah) atau dapat pula
berarti membersihkan atau mensucikan. Zakat dalam arti keberkahan memberikan pemahaman
kepada kita bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya maka akan mendatangkan keberkahan.
Keberkahan itu sendiri bermakna banyak memperoleh kebaikan. Hartanya selalu terarah
kepada hal-hal positif, bermanfaat dan sebagai sarana untuk memperoleh banyak kebaikan.
Sementara zakat dalam arti pertumbuhan dan perkembangan membawa kita kepada
pemahaman bahwa dengan menunaikan zakat dengan benar bukannya hartanya semakin
berkurang, akan tetapi justru sebaliknya harta yang dimilikinya semakin berkembang,
bertambah dan menjadi banyak. Allah berfirman :
صدَقَ ٍة
َ ص َما ٌل ِم ْن
َ ََما نَق
Artinya : Tidak berkurang sedikitpun harta yang disedekahkan/dizakatkan ( HR. Tirmidzi)
Dari hadis diatas kita dapat mengambil hikmah, bahwa harta yang kita infakkan atau
zakatkan tidak akan berkurang bahkan sebaliknya malah akan bertambah. Dan hal ini sudah
banyak contoh dan kisah teladan yang merasakan manfaat dari infak dan zakat itu.
Sementara zakat dalam arti mensucikan dan membersihkan memberi pemahaman
kepada kita bahwa dengan menunaikan zakat maka kotoran yang ada dalam harta tersebut
dapat dihilangkan, sebab kalau tidak dihilangkan akan menjadi bibit masalah dalam kehidupan,
baik di dunia maupun di akhirat. Allah swt berfirman dalam QS. At-Taubah: 103 :
َ َولَ ْن يُ ْج َهد، س ُع فُقَ َرا َء ُه ْم َ اء ْال ُم ْس ِل ِمينَ فِي أ َ ْم َوا ِل ِه ْم قَ ْد َر الَّذِي َي
ِ ض َعلَى أ َ ْغنِ َي َ َّللاَ فَ َر
َّ ِإ َّن
َّللاَ ُم َحا ِسبُ ُه ْم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة
َّ أَال َو ِإ َّن، صنَ ُع أ َ ْغنِ َيا ُؤ ُه ْم
ْ ع ُّروا ِم َّما َي ُ عوا َو ُ ْالفُقَ َرا ُء ِإال ِإذَا َجا
" . َو ُمعَ ِذّبُ ُه ْم َعذَابًا نُ ْك ًرا، شدِيدًا
َ سابًا َ ِح
Artinya : Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan atas orang kaya muslim suatu kewajiban
zakat yang dapat menanggulangi kemiskinan. Tidak mungkin terjadi seorang fakir menderita
kelaparan atau kekurangan sandang kecuali dikarenakan kebakhilan (pelit) orang kaya
muslim. Ingatlah Allah SWT akan melakukan perhitungan yang teliti serta meminta
pertanggung jawaban mereka, lalu akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih (H.R.
Thabrani).
Hadist diatas memberikan dua isyarat, Pertama, Kemiskinan dan kefakiran yang
diderita ummat bukan semata-mata karena kemalasan mereka dalam bekerja, tetapi diakibatkan
juga oleh ketimpangan dan ketidak adilan serta tidak adanya pola kehidupan serta tidak ada
tanggung jawab sosial para hartawan kepada kaum fakir miskin. Kedua, Jika zakat dikelola
(pengambilan dan pendistribusiannya) dengan baik dan benar, insya Allah akan mampu
menanggulangi atau paling tidak memperkecil kemiskinan dan kefakiran yang kini dihadapi
sebagian ummat. Dari pont ini BAZNAS hadir untuk mewujudkan semua itu. Tapi ini bisa
terlaksana atas dukungan seluruh ummat itu sendiri.
ِ َونَفَ َعني َو ِإ َيا ُك ۡم ِب َما فِ ۡي ِه ِمنَ ۡاأل َيا،َّللاُ ِلي َولَ ُك ۡم فِى ۡالقُ ۡر ٰأ ِن ۡال َع ِظ ۡي ِم
،ت ِوال ِذّ ۡك ِر ۡال َح ِك ۡي ِم ار َك ه َ َب
س ِم ۡي ُع ۡال َع ِل ۡي ُم
َّ َّللاُ ِمنَّا َو ِم ۡن ُك ۡم تِ َال َوت َ ِه ِإنَّهُ ُه َوال
َوتَقَبَّ َل ه