Anda di halaman 1dari 2

Pertama, 

menyatakan diri memiliki rasa khauf tetapi tanpa dibarengi dengan sikap hadzar.


Maksudnya, pernyataan diri semisal “aku takut siksa Allah Swt,” tetapi tidak menghindar dari
perbuatan dosa, maka khaufnya itu hanyalah sia-sia.

Kedua, merasa punya sifat raja’ tetapi tidak disertai dengan sikap thalab. Dalam arti


seseorang mengatakan “aku berharap pahala dari Allah Swt,” tetapi tidak disertai dengan
usaha beramal saleh, maka raja’nya itu hanya ilusi.

Ketiga, melakukan perbuatan saleh dengan niat, tetapi tidak disertai qasd. Perumpamaan ini
seperti orang yang telah niat berbuat baik dan ketaatan, tetapi dirinya tidak bergerak untuk
memulai perbuatan itu sama sekali, maka niatnya tidak begitu berarti.

Keempat, berdoa tanpa disertai usaha. Orang yang terus menerus berdoa kepada Allah Swt,
tetapi tidak disertai kerja nyata untuk merealisasikan doa-doa. Maka segala hajatnya itu sulit
untuk terkabul.

Kelima, melafalkan istighfar untuk meminta ampun atas perbuatan dosanya, tetapi tidak
terbersit sama sekali rasa penyesalan. Maka, bacaan istighfarnya hanya sampai di mulut saja.

Keenam, sengaja menampakkan amal saleh secara terang-terangan (al-‘alaniyyah), padahal


perbuatannya bisa saja dilakukan dengan rahasia (al-sarirah). Maka perbuatannya itu, bisa
jadi menjerumuskannya ke dalam sifat riya’ (ingin dilihat orang lain).

Ketujuh, berbuat amal saleh dengan sungguh-sungguh (al-kad), tetapi tanpa disertai rasa
ikhlas mengharapkan rida Allah Swt.

Anda mungkin juga menyukai