Anda di halaman 1dari 14

STUDI KITAB TAFSIR NURUL AL-BAJAN

TAFSIR AL-QUR’AN BAHASA SUNDA

Dosen Pengampu :

Afriadi Putra, S.Th.I.,M.Hum., CIIQA

Di Susun Oleh :

Abel Razali 12030213715

Yurnalisman 12030217296

Widiya 12030225849

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat-Nya sehingga
penulisan makalah yang berjudul “Studi Kitab Tafsir Nurul Al-Bajan Bahasa Sunda” ini
dapat terselesaikan dengan efektif dan efesien. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW. yang senantiasa kita harapkan syafa’atnya. Penyusunan makalah ini
merupakan syarat tugas kelompok matakuliah Studi Kitab Tafsir di Dunia Melayu yang
diampu oleh Ustadz Afriadi Putra, S.Th.I., M.Hum., CIIQA.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu yang telah
memberikan masukan dan arahan hingga terselesaikannya makalah ini. Penulis juga ucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan
partisipasinya dalam penulisan makalah ini. Penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 01 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 2

C. Tujuan Masalah ……………………………………………………...……...……. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi pengarang Kitab Tafsir Nurul Al-Bajan ……….……………………...... 3

B. Karakteristil Kitab Tafsir Nurul Al-Bajan …...…….………………..…………… 6

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan ………………………………..……………………………………. 10

B. Saran ……………………………………..….…………………………………... 10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………….…………..……………………… 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tafsir berasal dari kata al-fasr yang berarti menyingkap sesuatu yang tertutup,
maka dari itu di pahami sebagai pejelasan, penyingkapan, dan diartikan juga sebagai
penampakan makna yang dipahami akal dari Al-Qur’an dengan menjelaskan makna yang
sulit atau belum jelas. Tujuannya agar diorientasikan bagi terwujudnya fungsi utama Al-
Qur’an sebagai petujuk hidup manusia menuju kebahagian hidup didunia dan diakhirat. 1

Tafsir dalam dialek lokal (Sunda dan Jawa) dan aksara Pegon umumnya masih
digunakan, meskipun terbatas pada pesantren tradisional. Selama tahun 1930-an, A.
Hassan, pendidik Persatuan Islam menerbitkan terjemahan Tafsir Al-Furqan dalam
Bahasa Sunda.2

Tafsir yang berbahasa arab banyak beredar dikalangan lingkungan pesantren,


bahkan tafsir Arab termasuk kedalam elemen inti kurikulum. Namun Tafsir sunda
beraksara pegon juga masih digunakan, meski terbatas dipesantren tradisional. Meski
pesantren sunda banyak menggunakan tafsir Arab seperti Al-Jalalayn, tetapi bahasa
pengantarnya masih menggunakan bahasa lokal (sunda atau jawa). Karya tafsir K.H.
Muhammad Romli dan H.N.S Midjaja adalah tafsir Sunda yang terkenal di kalangan ahli
tafsir Muslim di Nusantara, khususnya dalam tatar Sunda. Karya K.H. Muhammad
Romli bermacam-macam, mengingat karya-karya cetak tafsir Sunda tahun 1970-an yakni
kitab tafsir Nurul Bajan yang diproduksi hingga cetakan ketiga. Signifikansi tafsir
Bahasa Sunda tidak hanya berkesinambungan antara tradisi dan keilmuan Nusantara,
tetapi juga dalam ragam artikulasi lingkungan bahasa dan budaya Sunda dalam ranah
tafsir dan jelas dari berbagai landasan penulisnya sendiri. Tafsir bahasa Sunda Nurul
Bajan lahir dari pluralitas keadaan dasar penafsir teks yang sebenarnya.3

1
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fî ‘Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Mansyûrat Al-‘Ashr al-Hadits, 1994),
hlm. 323
A. Hassan, Al-Foerqan, Tafsir Qoer’an Basa Soenda, disalin koe Djoeragan Mh. Anwar Sanuci jeung
2

Djoeragan Mh. Doenaedi, (Bandoeng: Persatoean Islam, 1929), hlm.80-81.


3
Rohmana, Jajang A, Sejarah Tafsir Al-Qur’an di Tatar Sunda, (Bandung; Mujahid Press, 2007), hlm.
86
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah:
1. Bagaimana biografi dari pengarang Kitab Tafsir Nurul Al-Bajan Bahasa Sunda?
2. Bagaimana karakteristik Kitab Tafsir Nurul Al-Bajan Bahasa Sunda?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
ialah:
1. Untuk mengetahui biografi pengarang Kitab Tafsir Nurul Al-Bajan Bahasa Sunda.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari Kitab Tafsir Nurul Al-Bajan Bahasa Sunda.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Penulisan Kitab

Kemunculan berbagai kitab tafsir di dunia islam itu sangatlah banyak bahkan
tidak hanya dalam bahasa Arab, ada juga dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman,
Belanda, bahkan dalam bahasa Indonesia, namun belum ada tafsir dalam bahasa Sunda
yang cukup lengkap, Munculnya penafsiran di Nusantara dimulai pada abad kesembilan
belas. Dialek yang digunakan dalam penafsiran saat itu adalah bahasa Jawa dan bahasa
Sunda.4

Tafsir Nurul Bajan dipengaruhi oleh rasionalisasi yang sangat panjang dan
mencakup berbagai aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Peningkatan
pemahaman bahasa Sunda yang dikontraskan dengan penafsiran alQur'an berkembang
lebih lambat. Jika dikontraskan dengan keberagaman aksara, dialektika bahasa, metode
dan latar ideologis dapat melengkapi proses perkembangan tafsir Sunda. Umumnya
bahasa Sunda yang diaplikasikan dalam penafsiran lebih ditekankan pada aspek
kehalusan bahasa. 5

Pada era kemerdekaan, tafsir Sunda yang digunakan condong terhadap bahasa
Sunda yang relatif “bebas” dan tidak terlalu mengutamakan segi tingkatan bahasa
(speech levels, undak usuk basa). Salah satu contohnya terletak pada tafsir Qur’anul
‘Adhimi karya Mustapa dan beberapa tafsir berbahasa Sunda karya Sanusi. Kata aing
(Ind.: aku [kasar]) misalnya, kata tersebut masih secara leluasa digunakan oleh
masyarakat dan memberikan kesan berbeda yang dirasakan jika kita membaca Tafsir
Nurul Bajan, Tafsir Sunda Proyek, dan Tafsir Al-Razi yang lahir setelah kemerdekaan
Indonesia.

Banyaknya mufassir yang mempertimbangkan penerjemahan dan penafsiran al-


Qur'an menggunakan bahasa Sunda membuat para ulama Nusantara tidak dapat
meninggalkan kebudayaan dan bahasa lokal yang telah dianut, seperti halnya tafsir Nurul
Bajan karya K.H. Muhammad Romli (1889-1981) dan H.N.S. Midjaja (1903-1975) yang

4
Komarudin, dkk, Tafsir Qur'an Berbahasa Nusantara (Studi Historis terhadap Tafsir Berbahasa
Sunda, Jawa dan Aceh), (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2018), hlm. 181-196.
5
Ajang A Rohmana, Memahami Al-Qur’an Dengan Kearifan Lokal : Nuansa Budaya Sunda Dalam
Tafsir Al-Qur’an Berbahasa Sunda, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014), hlm. 181-196.
lahir ke dunia pada tahun 1960. Terlebih lagi, terbitnya karya Alkitabul Mubin pada
tahun 1974 oleh K.H. Mohammad Romli. Dirujuk pada masa kolonial hingga saat ini
terdapat sekitar dua puluhan terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Sunda.6

B. Biografi Tokoh

1) Muhammad Romli

Muhammad Romli merupakan seorang Ulama yang berasal dari Garut dan
aktif dalam majelis Ahlussunnah Cilame yang manaungi organisasi reformis dengan
ideologi “Kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah”. Nama lengkapnya adalah
Muhammad Romli bin Sulaiman, lahir pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun
1889 di Kadungora, Garut. Ayahnya bernama H. Sulaiman. Ia memiliki tiga putra dan
satu anak asuh dari kakaknya. Romli meninggal di Sindang Palay Bandung dalam usia
sekitar 92 tahun dan dimakamkan di kampung halamannya Kampung Haurkuning,
Desa Hegarsari, Kadungora, Garut pada tahun 1981.

Muhammad Romli menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat dan


beberapa pondok pesantren di Jawa Barat, termasuk pondok pesantren yang dipimpin
Abdurrakhim, ayah Ahmad Sanusi yaitu Pesantren Gunung Puyuh, Sukabumi. 7 Selain
menempuh pendidikan keagamaan di Jawa Barat, ia juga menempuh pendidikan
pesantren yang ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selain itu, ia juga pernah
berangkat ke Makkah selama sebelas tahun untuk menempuh pendidikan. 8

Romli pernah aktif dalam berbagai organisasi Syarikat Islam (SI) atau
PSI, serta MASC (Majelis Ahlussunnah Cilame) yang sering kali mengalami polemik
dengan organisasi ulama AII (Al-Ittihadiyatul Islamiyah) yang dipimpin oleh Ahmad
Sanusi. Selain itu, Romli juga pernah menjadi Camat di Kadungora pada tahun 1948.
Pada masa orde lama, ia sempat diasingkan di Nusakambangan karena aktivitas
dakwahnya yang juga tergabung ke dalam MASC. Muhammad Romli dikenal juga
sebagai ulama perintis adanya Persis (Persatuan Islam) di daerah Jawa Barat, sehingga
banyak mempengaruhi pemikiran termasuk ideologi Islam Pembaharu yang banyak
dituangkan dalam karyanya. Sebagai ulama yang memiliki visi ideologi Islam

6
Ibid., hlm. 11.
7
Jajang A Rohmana, Sejarah Tafsir Al-Qur’an di Tatar Sunda, (Bandung: Mujahid Press, 2014), hlm.
117.
8
Soraya Devi, dkk, Ragam Tafsir Nusantara: Varian Lokal, Kreatifitas Individual, dan Peran
Perguruan Tinggi dan Media Sosial, (Yogyakarta: Zahir Publishing, 2021), hlm. 12.
modern, ia tergabung dalam MASC yaitu organisasi yang menaungi ulama-ulama dan
aktivis modernis seperti KRH M. Zakaria, KH Muhammad Anwar Sanusi, RH
Soetawijaya, KH Abdul Qohar, KH Fattah, serta Muhammad Romli sendiri. Mereka
yang tergabung didalamnya, menyebarkan dakwah dan paham-pahamnya dengan
musyawarah umum, khutbah, tabligh atau pengajian, mendirikan lembaga pendidikan
formal, serta melalui media cetak dan tulisan tangan berbahasa Sunda, seperti Tjahya
Islam, Atikan Darajat, dan Sipataoenan. 9 Meskipun secara ideologi keagamaan
memiliki visi dalam pembaharu Islam dan bergaul dengan para aktifis
Muhammadiyah dan Persis, namun aktifitasnya sebagai ulama setelahnya tidak ikut
kedalam organisasi tertentu. Romli mendirikan Pesantren Nurul Bayan di kampung
halamannya Kadungora, Garut. Saat ini pesantren tersebut tidak aktif berjalan setelah
ia wafat, dan bangunannya digunakan untuk tempat beribadah masyarakat daerah dan
juga tempat pengajian sore hari. 10

Adapun karya-karya Muhammad Romli diantaranya yaitu Tafsir Nurul


Bajan (Bandung: N.V. Perbeo, 1960), Al-Kitabul Mubin Tafsir Basa Sunda (Bandung:
Penerbit alMa‟rifat, 1974), Al-ujjāj al-Bayyinah dina Hukum Salat Jum’ah (Bandung:
PT. AlMa‟rifat, 1975), Al-Jāmiʻ al-Ṣahīh al-Mukhtaṣar al-ādīṡ Ṣahīh al-Bukhārī
(Terjemah Basa Sunda), dan Tuntunan Sholat cet. Ke-2 (Bandung: Penerbit Al-
Ma‟arif, 1982). Karya-karya Muhammad Romli secara umum ditulis menggunakan
bahasa Sunda. Dalam menerbitkan karyanya, Muhammad Romli banyak dibantu oleh
rekan-rekannya yang tergabung dalam organisasi Islam Reformis. Sebagaimana dalam
menerbitkan Tafsir Nurul Bajan, ia didampingi oleh Neneng Sastra Mijaya yang
merupakan pengusaha serta pemilik percetakan “Perboe”.11

2) H.N.S Midjaja

Selain Muhammad Romli, H.N.S Midjaja juga ikut andil dalam


pengarangan Kitab Tafsir Nurul Al-Bajan ini. Beliau memiliki nama asli Neneng
Sastra Midjaya yang lebih dikenal dengan sebutan Jaksa Neneng. Ia lahir di Ciamis,
pada 15 Desember 1903. Neneng merupakan seorang Jaksa dan pengusaha Setamat
HIS, yang masuk MOSVIA di Bandung pada tahun 1917. Setelah tamat sekolah pada

9
Reti Rohayati, Jihad Perspektif K.H. Muhammad Romli dan H.N.S Midjaja Dalam Tafsir Nurul
Bajan, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2019), hlm. 63.
10
Ibid., hlm. 64.
11
Soraya Devi, Ragam Tafsir Nusantara: Varian Lokal, Kreatifitas Individual, dan Peran Perguruan
Tinggi dan Media Sosial, (Yogyakarta: Dzahir Publishing, 2021), hlm. 13.
tahun 1924, ia bekerja di kantor pemerintahan dalam negeri, Mantri Veldpolitie di
Cianjur, Mantri Polisi di Sukabumi, Camat di Cisaat, dan kemudian menjadi Jaksa di
Sukabumi. 12 Lalu ia mendirikan perusahaan, yaitu Perusahaan Bumiputera (Perbu).
Neneng sempat ditangkap Belanda pada Perang Dunia II karena terlalu dekat dengan
Jepang. Pada saat itu ia sudah mulai memperdalam pengetahuannya tentang Islam,
berguru pada Tuan A. Hassan dari Persis. Selama dalam tahanan ia mempelajari Al-
Qur’an dalam terjemahan bahasa Belanda oleh Sudewo. Ketika Jepang datang, ia
kemudian dibebaskan. Selama Orde Baru ia sempat tinggal di Belanda, hingga
akhirnya ia meninggal di Bandung. 13

Kedekatan Romli dengan Neneng kemungkinan besar adalah karena


mereka memiliki kesamaan ideologi Islam pembaharu, selain itu Neneng pada saat itu
adalah sebagai pengusaha percetakan juga. Ketekunan Neneng dalam mempelajari Al-
Qur’an ketika di penjara membuat beliau tertarik untuk membiayai penerbitan Tafsir
Nurul Bajan di tahun 1960. Tampaknya, Romli sebagai Kyai dengan keilmuan Islam
yang cukup luas cenderung lebih banyak berperan dalam Tafsir Nurul Bajan.
Meskipun Jaksa Neneng juga ikut ambil bagian walaupun terbatas pada aspek
penerbitan. Namun demikian, dalam konteks Tafsir Sunda bahkan Indonesia,
mungkin hanya Jaksa Neneng satu-satunya perempuan yang ikut terlibat dalam
publikasi Tafsir Al-Qur’an.14

C. Karakterisitik Penafsiran

1) Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian tafsir Nurul Bajan ini diawali dengan


mencantumkan ayat al-Qur’an yang diberikan terjemahan perkata, kemudian
dicantumkan transliterasi latin, disusul terjemahan ayat secara keseluruhan serta
uraian penafsirannya diakhir. Dalam tafsir Nurul Bayan pada umumnya berisi tentang
makna global suatu ayat. Penjelasan tentang isu-isu spesifik yang terkait dengan ayat
yang mengacu pada hadits shahih dan penilaian ahli tafsir Sunni klasik dan modern
12
Jajang A Rohmana, Sejarah Tafsir Al-Qur’an di Tatar Sunda, (Bandung: Mujahid Press, 2014)
hlm. 119.
13
Jajang A Rohmana, Ideologisasi Tafsir Lokal Berbahasa Sunda: Kepentingan Islam Modernis dalam
Tafsir Nurul Bajan dan Ayat Suci Lenyepaneun, Jakarta: Journal of Qur’an and Hadith Studies, 2013), hlm. 134.
14
Jajang A Rohmana, Sejarah Tafsir Al-Qur’an di Tatar Sunda, (Bandung: Mujahid Press, 2014), hlm.
119.

6
dilengkapi dengan penjelasan yang dianggap penting untuk dibahas. Tafsir Nurul
Bajan disusun dengan menggunakan ejaan lama dan belum sepenuhnya selesai. Tafsir
Nurul Bajan baru sampai pada juz ketiga, tepatnya di Q.S. Ali-Imran ayat 91. Pola
penulisan yang digunakan dalam tafsir Nurul Bajan adalah satu juz satu jilid. Dalam
satu ayat yang dijelaskan dapat menghabiskan dua sampai tiga halaman penafsiran.15

2) Metode Penafsiran

Tafsir Nurul Bajan ditulis sesuai dengan metode penafsiran tahlili.


Penafsiran dengan metode tahlili berupaya menafsirkan Al-Qur’an dari berbagai
aspek dan makna secara terperinci, penafsirannya dilakukan ayat demi ayat dan surah
demi surah berdasarkan urutan mushaf utsmani. Sumber tafsir dan Hadits yang
digunakan Muhammad Romli dalam Tafsir Nurul Bajan yakni:

a. Tafsir Al-ʻAllamah karya Abi Su’ud.


b. Tafsir Al-Baḥr al-Muḥiṭ karya Ashirudin Ibnu Yusuf al-Andalusi.
c. Tafsir Al-Jalalayn karya Jalaluddin al-Mahali dan Jalaluddin al-Suyuti.
d. Tafsir Al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari.
e. Tafsīr Al-Manar karya Muḥammad ʻAbduh dan Rasyid Riḍa.
f. Tafsir Al-Jawahir fī Tafsir al-Qur’an al-Karim karya Tanṭawi Jawhari.
g. Tafsīr Al-Maragi karya Aḥmad Muṣtafa al-Maragi.
h. Tafsir Al-Qaḍi karya al-Qaḍi Abu Bakr al-Basri al-Baqillani.
i. Tafsir Ruḥ al-Maʻani karya al-Alusi.
j. Tafsir Mafatih al-Gaib karya Fakhruddīn al-Razi.
k. Tafsir Al-Furqan karya A. Hassan.
l. Tafsir Al-Nur karya M. Hasbi Ash-Shiddiqie.
m. Tafsir Qur’anul karim karya Muhammad Yunus.
n. Ṣaḥīḥ al-Bukhari
o. Ṣaḥīḥ Muslim.
p. Sunan Abū Dawud.
q. Nailu al-Auṭar
r. Bidāyah al-Mujtahid.

15
Jajang A Rohmana, Memahami Al-Qur’an Dengan Kearifan Lokal : Nuansa Budaya Sunda Dalam
Tafsir Al-Qur’an Berbahasa Sunda, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014), hlm. 692-693.
s. Qashthalani (Syarah Al-Qashthalani). 16

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Tafsir Nurul Bajan, meskipun


menggunakan metode bil ma’tsur berupa riwayat Hadits, juga menggunakan metode
bil ra’yi dengan pertimbangan beberapa pendapat. Namun yang lebih dominan adalah
metode bil ra’yi sebab dalam tafsir Nurul Bajan lebih banyak mengutip pendapat-
pendapat dan ijtihad Ulama Tafsir.

3) Corak Penafsiran

Adapun Tafsir K.H. Muhammad Romli menggunakan corak penafsiran


dalam kitab tafsir Nurul Bayan yaitu corak adab alijtima'i. Corak penafsran adab al-
ijtima'i menggambarkan substansi al-Qur'an yang secara lugas dikaitkan dengan
keberadaan lingkungan sekitar. Metode yang digunakan dalam penafsiran Nurul
Bajan adalah tafsir bi al-ra'yi, yaitu teknik pemahaman yang dalam penafsirannya
melibatkan akal sebagai analisis semantik atau menghubungkannya dengan fakta
keilmuan seperti ilmu agama, fiqh, tasawuf, dan ilmu-ilmu lain. 17

4) Contoh Penafsiran

Adapun contoh penafsiran dalam tafsir Nurul Al-Bajan yakni salah


satunya dalam QS. Al-Baqarah [2]: 3:

َ‫صلَ ٰوة َ َو ِم َّما َرزَ ْق ٰنَ ُه ْم يُن ِفقُون‬ ِ ‫ٱلَّذِينَ يُؤْ ِمنُونَ بِ ْٱلغَ ْي‬
َّ ‫ب َويُ ِقي ُمونَ ٱل‬

Penafsiran: Romli menjelaskan dalam tafsirnya keadaan muttaqīn yang


memiliki sifat-sifat yaitu allazina yuʼminuna bi al-gaibi mempercayai segala hal yang
gaib, kalimat yuʼminuna berasal dari kata al-iman yang bermakna benar. Jika iman
ditafsirkan dengan makna tersebut, tentu iman tidak akan bertambah dan berkurang.
Karena membenarkan tidak dapat dibagi-bagi, maksudnya adalah tidak dapat
dirancang dengan sempurna atau kurangnya iman itu. 18 Sedangkan iman secara syarʻi
yaitu membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan perbuatan. Iman dengan pengertian ini bisa bertambah dan berkurang, dan ini

16
Attiyatul Faiziyyah, Sinonimitas Lafadz Al-Huda dan Al-Rusydu Kajian Tafsir Nurul Bajan Karya
KH. Moh Romli dan H.N.S Midjaja dengan Pendekatan Analisis Semantik. (Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati, 2021), hlm. 38.
17
Muhammad Husain Az-Zhahabi, At-Tafsir wa Al-Mufassirun, (Kairo: Ah-Babi Al-Halabi, 1415 H),
hlm.
18
Muhammad Romli, Nurul Bajan: Tafsir Qur’an bahasa Sunda, (California: Perboe, 2009), hlm. 130.
merupakan pendapat ahli sunnah dari ahli hadits dan lainnya. 19 Wa yuqimuna ash-
ṣalata yaitu mendirikan salat, menurut penjelasan yang shahih dari Ibn Abbās yaitu
menyempurnakan ruku’ dan sujudnya serta bacaannya, khusyuknya, juga konsentrasi
dalam shalat. Romli mengutip pendapat Aḍ-ḍahhak bahwa ia menafsirkan ash-ṣhalata
yaitu semua shalat yang diwajibkan. Sedangkan secara bahasa, shalat adalah doa.20
Shalat dalam ayat ini yaitu shalat berdasarkan makna syarʻi, artinya dengan ucapan
dan tindakan, yang diawali dengan takbiratulihram dan ditutup dengan salam. Shalat
dalam hal ini merupakan yang difardhukan oleh Allah kepada umat Islam, dan tidak
boleh ditinggalkan. Kalimat wa yuqimuna yang berarti meluruskan. Oleh karena itu,
ketika shalat harus menghadirkan hati yang lurus dan bersih serta harus sadar akan
kekhusyukan. Hikmah dari mendirikan shalat yaitu dapat terhindar dari perbuatan keji
baik itu secara lahiriah maupun bathiniah, pasrah pada takdir baik atau buruk
ditentukan oleh Allah Ta’ala. Razaqnahum yunfiquna yang berarti mereka
mengorbankan sebagian dari hartanya yang sudah Kami berikan kepada mereka.
Maksudnya adalah menyedekahkan harta di jalan Allah, baik itu sedekah wajib seperti
zakat fitrah dan sedekah sunnah seperti untuk menyatukan persaudaraan dalam
Islam. 21

19
Ibid., hlm. 131
20
Ibid., hlm. 132
21
Ibid., hlm. 135
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Tafsir Nurul Bajan karya Muhammad Romli dan H.N.S Midjaja adalah
Kitab Tafsir yang mana ditulis dalam bahasa Sunda dan ditulis sesuai dengan metode
penafsiran Tahlili. Selain itu, tafsir ini adalah salah satu tafsir bercorak adabi al-ijtimaʻi.
Tafsir ini dibuat berdasarkan penilaian Romli bahwa masyarakat pada saat itu terlebih
masyarakat Sunda jauh keterbelakangan dari perihal agama Islam dan banyak perihal
yang dilakukan bertentangan dengan syari’at, oleh karenanya Romli berinisiatif membuat
Kitab Tafsir guna untuk meluruskan pandangan masyarakat terkait agama Islam melalui
Tafsir Qur’an dengan pendekatan bahasa Sunda. Kitab Tafsir ini mengambil sumber
daripada banyak Kitab Tafsir yang berbahasa Arab dan bahasa Indonesia serta
mengambil rujukan juga dari kitab-kitab Hadits lainnya. Kitab Tafsir ini juga mengalami
percetakan ulang sebanyak tiga kali, namun Tafsir Nurul Bajan ini belum selesai ditulis,
yakni hanya baru sampai dari penafsiran QS. Al-Fatihah QS. Al-Imran: 91.

B. Saran
Demikian kami penulis memaparkan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa makalah ini memiliki keterbatasan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya
terhadap makalah Tafsir Nurul Bajan karya Muhammad Romli dan H.N.S Midjaja. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk kami
yang lebih baik kedepannya. Selain itu juga penulis berharap makalah ini dapat
menambah khazanah keilmuan kajian Al-Qur’an, khususnya literatur Tafsir Nusantara.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Manna’. 1994. Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Mansyurat Al-‘Ashr al-
Hadits.

Al-Foerqan, A. Hassan. 1929. Tafsir Qoer’an Basa Sunda. Bandoeng: Persatoean Islam.

Jajang, A. Rohmana. 2007. Sejarah Tafsir Al-Qur’an di Tatar Sunda. Bandung: Mujahid
Press.

Komaruddin, dkk. 2018. Tafsir Qur’an Berbahasa Nusantara (Studi Historis terhadap Tafsir
Berbahasa Sunda, Jawa, dan Aceh), Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

A Rohmana, Ajang. 2014. Memahami Al-Qur’an Dengan Kearifan Lokal: Nuansa Budaya
Sunda Dalam Tafsir Al-Qur’an Berbahasa Sunda. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

Devi, Soraya. 2021. Ragam Tafsir Nusantara: Varian Lokal, Kreatifitas Individual, dan
Peran Perguruan Tinggi dan Media Sosial. Yogyakarta: Zahir Publishing.

Rohayati, Reni. 2019. Jihad Perspektif K.H. Muhammad Romli dan H.N.S Midjaja dalam
Tafsir Nurul Bajan. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Rohmana, Jajang. 2013. Ideologisasi Tafsir Lokal Berbahasa Sunda: Kepentingan Islam
Modernis dalam Tafsir Nurul Bajan dan Ayat Suci Lenyepaneun. Jakarta: Jurnal of
Qur’an and Hadith Studies.

Faiziyyah, Attiyatul. 2021. Sinonimitas Lafadz Al-Huda dan Al-Rusydu Kajian Tafsir Nurul
Bajan Karya KH. Moh Romli dan H.N.S Midjaja dengan Pendekatan Analisis
Semantik. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Az-Zahabi, Muhammad Husein. 1415 H. At-Tafsir wa Al-Mufassirun. Kairo: Al-Babi Al-


Halabi.
Romli, Muhammad. 2099. Nurul Bajan: Tafsir Qur’an bahasa Sunda. California: Parboe.

11

Anda mungkin juga menyukai