Anda di halaman 1dari 6

STUDI TAFSIR NUSANTARA ANALISIS TELAAH TAFSIR AL-MUYASSAR

KARYA KOJIN MASHUDI


Azis Setyawan
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
ayessetyawan@gmail.com

Keywords : Abstract
kata 1; kata 2;
kata 3; kata 4;.
(3- 5 kata
kunci)

Kata Kunci : Abstrak


kata 1; kata 2;
kata 3; kata 3;
kata 5 . ( 3-5
kata kunci )
Article History : Received : Accepted :

PENDAHULUAN

Kajian Al-Qur’an di Nusantara terus mengalami geliat perkembangan yang


membanggakan. Munculnya karya-karya tafsir di belahan bumi nusantara menegaskan
bahwa kajian Al-Qur’an di bumi nusantara terus mengalami perkembangan. Bukan hanya
itu, tafsir Al-Qur’an yang sering disajikan dengan budaya aslinya yaitu kultur Arab,
disajikan dengan budaya para pembacanya, dalam hal ini bumi Nusantara. 1 Para muffasir
dari Nusantara menggukan metode, corak, dan pendekatan penafsiran yang berdeda satu
sama lain. Hal ini disebabkan oleh multikulturnya budaya yang tersebar di seluruh penjuru
Nusantara.
Melacak tradisi awal penafsiran Al-Qur’an di nusantara, banyak peneliti seperti
Riddell,2 A.H. Johns,3 Salman Harun,4 Azyumardi Azra,5 dan Ervan Nurtawab6
menginformasikan bahwa sekitar abad ke-XVII M. telah ditemukan bukti paling awal di

1
Hasani Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam,” REFLEKSI 16 (2017). 207.
2
Petter Riddell, “From Kitab Malay to Literary Indonesian: A Case Study in Semantic
Change,” Indo-Islamica Journal of Islamic Science (2008).
3
Anthony Johns, Islam Di Dunia Melayu: Sebuah Survei Penyelidikan Dengan Beberapa
Referensi Kepada Tafsir Alquran, Dalam Azyumardi Azra, Perspektif Islam Asia Tenggara
(Jakarta: YOI, 1987).
4
Salman Harun, “Hakekat Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Shaykh Abdurrauf,” Journal
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1998).
5
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad Ke-17
Dan 18: Melacak Akar-Akar Pembaharuan Pemikiran Islam Di Indonesia, (Bandung:
Mizan, 1994).
6
Ervan Nurtawab, Tafsir Al-Quran Nusantara Tempo Doeloe (Jakarta: Ushul Press, 2009).
127

QOF: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir


Volume 5, Number 1, 2021 p-ISSN 2598-5817; e-ISSN 2614-4875; 154-177
Nama Penulis

Nusantara setelah lebih dari 300 tahun sejak komunitas Muslim Nusantara itu mulai
menunjukkan dirinya dalam kekuasaan politik, yaitu di Cambridge yang memuat tafsir
surat al-Kahfi.7 Kajian Al-Qur’an dipelopori oleh ‘Abd al-Ra’ū f al-Sinkīlī yang menulis kitab
dengan berjudul Tarjumā n al-Mustafīd. Dua karya inilah yang menjadi embrio pijakan
penulisan tafsir Al-Qur’an di Asia tenggara.8
Upaya rintisan ini kemudian diikuti oleh Shaykh Nawāwī al-Bantanī, Munawar
Khalil, A. Hasan Bandung, Mahmud Yunus, Oemar Bakri, Hasbi Ash-Shiddiqy, Hamka, H.
Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs, Kasim Bakri. Dalam bahasa-bahasa daerah, upaya
ini dilanjutkan oleh Kemajuan Islam Yogyakarta, Bisyri Muṣtahafa Rembang, R. Muhammad
Adnan, dan Bakri Syahid. Upaya-upaya ini bahkan lebih diseriusi oleh Pemerintah RI
melalui proyek penerjemahan. Selanjtnya, atas usul Musyawarah kerja Ulama Al-Qur’an ke
XV (23-24 Maret 1989), disempurnakan oleh pusat penelitian dan pengembangan Lektur
Agama bersama Lajnah Pentashih Al-Qur’an.9 Howard M. Federspiel dalam penelitiannya,
kurang lebih disebut 48 tafsir popular di Indonesia, walaupun masih perlu dikritisi batasan
apa saja yang ia anggap sebagai karya tafsir.10
Tafsir Al-Qur’an menjadi salah satu khazanah penting dalam sejarah intelektual
Islam. Cabang keilmuan yang dikembangkan para ulama ini bertujuan untuk menghadirkan
kemudahan bagi masyarakat dalam memahami kandungan kitab suci secara terperinci,
termasuk penjelasan terhadap ayat-ayat yang bersifat samar. Namun bayak sekali hasil
karya tafsir yang memiliki perbedaan antara mufassir satu dan satunya, baik berbedaan
makna, corak, metode, dan pendekatan penafsiran.11 Hal ini dikarenkan Al-Qur’an
mengandung banyak kemungkinan makna (wujuh al-ma’ani) yang terus-menerus bisa
digali dan potensial ditafsirkan sesuai kecenderungan penafsir. 12
Salah seorang tokoh Indonesia yang mencoba menafsirkan Al-Qur’an dengan
pandangannya sendiri adalah Kojin Mashudi. Beliau memang bukan tokoh mufassir
terkenal seperti tokoh-tokoh mufassir Indonesia lainnya. Melalui buku karangan beliau
yang berjudul “Telaah Tafsir Al-Muyassar”, beliau mencoba menjelaskan maksud dari setiap
ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan kultur masyarakat disekitar tempat tinggal beliau.
Beliau secara rutin menyampaikan kajian tafsir Al-Qur’an pada pengajian rutin
kuliah subuh masjid Jami’ Baitun Nashir Desa Gendingan, Kecamatan Kedungwaru,
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, selama kurang lebih tujuh tahun (pertengahan 2010
hingga akhir 2017).13 Berawal dari usulan beberapa anggota jamaah kepada penulis agar

7
Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam.” 207.
8
Taufiq Adnan Akmal, Rekontruksi Sejarah Al-Quran (Tangerang: PT Pustaka Alvabet,
2013).
9
Ibid.
10
Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam.” 207.
11
Salim Rosyadi, “Model Nalar Burhan Dalam Madzab Tafsir Teologimutazilah,” Jurnal al-
Fath 13 (2019): 19.
12
Ibid.
13
Kojin Mashudi, Telaah Tafsir Al-Muyassar, ed. Abdul Mustaqim, I. (Malang: Intelegensia
Media, 2020).
X QOF: Jurnal Studi al-Qur’an dan Tafsir
Judul

kitab tersebut dibukukan dengan pertimbangan 1). Perbedaan kemampuan jamaah dalam
memahami sehingga perlu dibukukannya tafsiran Al-Qur’an yang sudah diterangkan
sebagai pendamping murâ ja’ah (belajar di rumah),14 2). Bagi jamaah yang tidak sempat
hadir dapat membaca sendiri di rumah sehingga pemahaman terhadap ayat per-ayat tidak
terputus,15 3). Jangkauan kemanfatannya lebih luas tidak terhalang oleh tempat atau
waktu.16 Dengan beberapa pertimbangan inilah yang mendorong penulis berusaha keras
untuk membukukan hasil kajiannya.

PEMBAHASAN

Biografi

Kojin Mashudi lahir di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur 01 November 1969.


Pendidikan formal beliau dimulai dari bangku Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gendingan I
tahun 1984, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Karangrejo tahun 1987, Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) I Tulungagung tahun 1990, Sarjana (S1) Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas
Adab Arab Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1995, Program
Magister (S2) tahun 2003 dan Program Doktor (S3) tahun 2009 pada konsentrasi Bahasa
dan Sastra Arab yang keduanya ditempuh di UIN Syarif Hidayatullah Jakara. 17
Pendidikan non formal beliau dimulai sejak mengaji di bawah asuhan orang tua H.
Mashudi (alm.) sampai tahun (1984), dan di bawah asuhan pamannya KH. Manshur Adnan
(alm.) tahun 1987. Semasa duduk di MAN beliau mengikuti Madrasah Diniyah di Pondok
Pesantren Panggung Tulungagung tahun 1989 dan Pondok Pesantren Menara Al- Fattah
Mangunsari Tulungagung 1990. Selama duduk di bangku kuliyah di Yogyakarta pernah
mengikuti pengajian di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Gaten Yogyakarta tahun 1991 dan
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta tahun 1993. Selama kuliah di Jakarta mengikuti
pengajian di pondok pesantren Darussunnah Ciputat tahun 2000-2002. 18
Pengarang buku “Telaah Tafsir Al-Muyassar” ini adalah seorang dosen tetap di
Universitas Islam Negeri (UIN) Tulungagung sejak tahun 1998, yang man saat itu masih
bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), menjadi salah satu pimpinan
Pondok Modern Darul Hikmah Tawangsari Tulungagung (2007-sekarang) dan pengasuh
kuliah shubuh Masjid Jami’ an-Nashir Desa Gendingan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten
Tulungagung (2009-sekarang). Pengalaman luar negeri mengikuti kegiatan program Short
Coust dari Kementerian Agama RI ke Timur Tengah (Mesir) 2009. 19
Adapun hasil karyanya yang telah dipublikasikan antara lain; al-Jâhizh al-Muassis al-
Haqiqi li ‘Ilmi al-Bayân 2008, Istifham dalam Al-Qur`an 2009, Rintisan Ilmu Nahwu 2012,

14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid.
Volume 5, Number 1, 2020 X
Nama Penulis

Kosa Kata dalam Al-Qur`an 2017, dan Pengembangan Materi Ajar Qawa’id al-Lughah
al-‘Arabiyyah 2018.20

Metode Penafsiran

Seorang mufassir dalam mentafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an tentunya menggunakan


metode-metode tertentu, sesuai kualifikasi dan penguasaan mufassir tersebut. Antara
mufassir satu dan yang lainnya tentunya berbeda. Perbedaan inilah yang banyak sekali
menimbulkan banyaknya karya-karya tafsir yang bermunculan di Nusantara ini. 21 Begitu
pula dengan Kojin Mashudi, beliau tentunya menggunakan metode tafsir dalam karnyanya.
Sebelum mengulas metode penafsiran yang beliau gunakan, mari kita ulik kembali apa itu
metode tafsir dan jenis-jenisnya.
Yang dimaksud dengan metodologi penafsiran ialah ilmu yang membahas tentang
cara yang teratur dan terpikir baik untuk mendapatkan pemahaman yang benar dari ayat-
ayat Al-Qur’an sesuai kemampuan manusia. Jika ditelusuri perkembangan tafsir Al-Qur’an
sejak dulu sampai sekarang, maka akan ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran
Al-Qur’an ini dilakukan dalam empat cara (metode), sebagaimana pandangan Al-Farmawi, 22
yaitu :
1. Tahlîlî (Deskriptif-Analisis)
Secara harfiyah, al-tahlîlî berarti menjadi lepas atau terurai. Yang dimaksud dengan
tafsir tahlili adalah metode penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan dengan
cara mendiskriptifkan uraianuraian makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-
Qur’an itu sendiri dengan sedikit banyak melakukan analisis di dalamnya. 23 Tafsir
Tahlili biasa juga tafsir analitis, menafsirkan al-Qur’an secara tahlili berarti
menafsirkan al-Qur’an sesuai urutan mushaf dengan memaparkan berbagai aspek
yang terkandung di dalamnya seperti makna lafaz, sabab al-nuzul, munasabat,
riwayat-riwayat yang terkait dan lain-lain.24
2. Ijmâli (Global)
Secara bahasa, kata ijmâ li berarti ringkasan, ikhtisar, global dan penjumlahan.
Dengan demikian maka yang dimaksud dengan metode ijmali adalah suatu metode
penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara mengemukakan makna umum
(global). Dengan metode ini mufasir menjelaskan makna ayat-ayat alQur’an secara
garis besar.25
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan metode ini, mufasir juga meneliti,
mengkaji, dan menyajikan (asbab al-nuzul) atau peristiwa yang melatarbelakangi
turunnya ayat, dengan cara meneliti hadis-hadis yang berhubungan dengannya.

20
Ibid.
21
Rosyadi, “Model Nalar Burhan Dalam Madzab Tafsir Teologimutazilah.”
22
Hadi Yasin, “Mengenal Metode Penafsiran Al-Quran,” Tahdzib Akhlaq 1 (2020): 37–54.
23
Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam.” 207.
24
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2000).
25
Ibid.
X QOF: Jurnal Studi al-Qur’an dan Tafsir
Judul

3. Muqaran (Perbandingan)
Sesuai dengan namanya, metode muqaran adalah metode tafsir yang dilakukan
dengan cara memba nding-bandingkan ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki redaksi
berbeda padahal isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang memiliki
redaksi yang mirip padahal isi kandungannya berbeda.26
4. Maudû‘i (Tematik)
Secara bahasa metode maudû ‘i adalah berarti metode tafsir tematis. Metode ini
dibagi menjadi dua:27 Pertama, adalah tafsir yang membahas satu surah al-Qur’an
secara menyeluruh, memperkenalkan dan menjelaskan maksud-maksud umum dan
khususnya secara garis besar, dengan cara menghubungkan ayat yang satu dengan
ayat yang lainnya, dan atau antara satu pokok masalah dengan pokok masalah
lainnya. Kedua adalah, tafsir yang menghimpun dan menyusun ayat-ayat al-Qur’an
yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian memberikan penjelasan dan
mengambil kesimpulan, di bawah bahasan satu tema tertentu.

Sistematika Penafsiran

Corak dan Pendekatan Penafsiran

Isi Pembahasan

PENUTUP

26
Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam.”
27
Ibid.
Volume 5, Number 1, 2020 X
Nama Penulis

DAFTAR PUSTAKA

X QOF: Jurnal Studi al-Qur’an dan Tafsir

Anda mungkin juga menyukai