Keywords : Abstract
kata 1; kata 2;
kata 3; kata 4;.
(3- 5 kata
kunci)
PENDAHULUAN
1
Hasani Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam,” REFLEKSI 16 (2017). 207.
2
Petter Riddell, “From Kitab Malay to Literary Indonesian: A Case Study in Semantic
Change,” Indo-Islamica Journal of Islamic Science (2008).
3
Anthony Johns, Islam Di Dunia Melayu: Sebuah Survei Penyelidikan Dengan Beberapa
Referensi Kepada Tafsir Alquran, Dalam Azyumardi Azra, Perspektif Islam Asia Tenggara
(Jakarta: YOI, 1987).
4
Salman Harun, “Hakekat Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Shaykh Abdurrauf,” Journal
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1998).
5
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad Ke-17
Dan 18: Melacak Akar-Akar Pembaharuan Pemikiran Islam Di Indonesia, (Bandung:
Mizan, 1994).
6
Ervan Nurtawab, Tafsir Al-Quran Nusantara Tempo Doeloe (Jakarta: Ushul Press, 2009).
127
Nusantara setelah lebih dari 300 tahun sejak komunitas Muslim Nusantara itu mulai
menunjukkan dirinya dalam kekuasaan politik, yaitu di Cambridge yang memuat tafsir
surat al-Kahfi.7 Kajian Al-Qur’an dipelopori oleh ‘Abd al-Ra’ū f al-Sinkīlī yang menulis kitab
dengan berjudul Tarjumā n al-Mustafīd. Dua karya inilah yang menjadi embrio pijakan
penulisan tafsir Al-Qur’an di Asia tenggara.8
Upaya rintisan ini kemudian diikuti oleh Shaykh Nawāwī al-Bantanī, Munawar
Khalil, A. Hasan Bandung, Mahmud Yunus, Oemar Bakri, Hasbi Ash-Shiddiqy, Hamka, H.
Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs, Kasim Bakri. Dalam bahasa-bahasa daerah, upaya
ini dilanjutkan oleh Kemajuan Islam Yogyakarta, Bisyri Muṣtahafa Rembang, R. Muhammad
Adnan, dan Bakri Syahid. Upaya-upaya ini bahkan lebih diseriusi oleh Pemerintah RI
melalui proyek penerjemahan. Selanjtnya, atas usul Musyawarah kerja Ulama Al-Qur’an ke
XV (23-24 Maret 1989), disempurnakan oleh pusat penelitian dan pengembangan Lektur
Agama bersama Lajnah Pentashih Al-Qur’an.9 Howard M. Federspiel dalam penelitiannya,
kurang lebih disebut 48 tafsir popular di Indonesia, walaupun masih perlu dikritisi batasan
apa saja yang ia anggap sebagai karya tafsir.10
Tafsir Al-Qur’an menjadi salah satu khazanah penting dalam sejarah intelektual
Islam. Cabang keilmuan yang dikembangkan para ulama ini bertujuan untuk menghadirkan
kemudahan bagi masyarakat dalam memahami kandungan kitab suci secara terperinci,
termasuk penjelasan terhadap ayat-ayat yang bersifat samar. Namun bayak sekali hasil
karya tafsir yang memiliki perbedaan antara mufassir satu dan satunya, baik berbedaan
makna, corak, metode, dan pendekatan penafsiran.11 Hal ini dikarenkan Al-Qur’an
mengandung banyak kemungkinan makna (wujuh al-ma’ani) yang terus-menerus bisa
digali dan potensial ditafsirkan sesuai kecenderungan penafsir. 12
Salah seorang tokoh Indonesia yang mencoba menafsirkan Al-Qur’an dengan
pandangannya sendiri adalah Kojin Mashudi. Beliau memang bukan tokoh mufassir
terkenal seperti tokoh-tokoh mufassir Indonesia lainnya. Melalui buku karangan beliau
yang berjudul “Telaah Tafsir Al-Muyassar”, beliau mencoba menjelaskan maksud dari setiap
ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan kultur masyarakat disekitar tempat tinggal beliau.
Beliau secara rutin menyampaikan kajian tafsir Al-Qur’an pada pengajian rutin
kuliah subuh masjid Jami’ Baitun Nashir Desa Gendingan, Kecamatan Kedungwaru,
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, selama kurang lebih tujuh tahun (pertengahan 2010
hingga akhir 2017).13 Berawal dari usulan beberapa anggota jamaah kepada penulis agar
7
Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam.” 207.
8
Taufiq Adnan Akmal, Rekontruksi Sejarah Al-Quran (Tangerang: PT Pustaka Alvabet,
2013).
9
Ibid.
10
Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam.” 207.
11
Salim Rosyadi, “Model Nalar Burhan Dalam Madzab Tafsir Teologimutazilah,” Jurnal al-
Fath 13 (2019): 19.
12
Ibid.
13
Kojin Mashudi, Telaah Tafsir Al-Muyassar, ed. Abdul Mustaqim, I. (Malang: Intelegensia
Media, 2020).
X QOF: Jurnal Studi al-Qur’an dan Tafsir
Judul
kitab tersebut dibukukan dengan pertimbangan 1). Perbedaan kemampuan jamaah dalam
memahami sehingga perlu dibukukannya tafsiran Al-Qur’an yang sudah diterangkan
sebagai pendamping murâ ja’ah (belajar di rumah),14 2). Bagi jamaah yang tidak sempat
hadir dapat membaca sendiri di rumah sehingga pemahaman terhadap ayat per-ayat tidak
terputus,15 3). Jangkauan kemanfatannya lebih luas tidak terhalang oleh tempat atau
waktu.16 Dengan beberapa pertimbangan inilah yang mendorong penulis berusaha keras
untuk membukukan hasil kajiannya.
PEMBAHASAN
Biografi
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid.
Volume 5, Number 1, 2020 X
Nama Penulis
Kosa Kata dalam Al-Qur`an 2017, dan Pengembangan Materi Ajar Qawa’id al-Lughah
al-‘Arabiyyah 2018.20
Metode Penafsiran
20
Ibid.
21
Rosyadi, “Model Nalar Burhan Dalam Madzab Tafsir Teologimutazilah.”
22
Hadi Yasin, “Mengenal Metode Penafsiran Al-Quran,” Tahdzib Akhlaq 1 (2020): 37–54.
23
Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam.” 207.
24
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2000).
25
Ibid.
X QOF: Jurnal Studi al-Qur’an dan Tafsir
Judul
3. Muqaran (Perbandingan)
Sesuai dengan namanya, metode muqaran adalah metode tafsir yang dilakukan
dengan cara memba nding-bandingkan ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki redaksi
berbeda padahal isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang memiliki
redaksi yang mirip padahal isi kandungannya berbeda.26
4. Maudû‘i (Tematik)
Secara bahasa metode maudû ‘i adalah berarti metode tafsir tematis. Metode ini
dibagi menjadi dua:27 Pertama, adalah tafsir yang membahas satu surah al-Qur’an
secara menyeluruh, memperkenalkan dan menjelaskan maksud-maksud umum dan
khususnya secara garis besar, dengan cara menghubungkan ayat yang satu dengan
ayat yang lainnya, dan atau antara satu pokok masalah dengan pokok masalah
lainnya. Kedua adalah, tafsir yang menghimpun dan menyusun ayat-ayat al-Qur’an
yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian memberikan penjelasan dan
mengambil kesimpulan, di bawah bahasan satu tema tertentu.
Sistematika Penafsiran
Isi Pembahasan
PENUTUP
26
Ahmad, “Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak Mata Rantai Tafsir Dari Indonesia,
Malaysia, Thailand, Singapura Hingga Brunei Darussalam.”
27
Ibid.
Volume 5, Number 1, 2020 X
Nama Penulis
DAFTAR PUSTAKA