ISSN:2460-3635
Penerbit
Fakultas Ushuluddin dan Peradaban
Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas
Penanggung Jawab
Dr. Alkadri, M.Ag
(Dekan Fakultas Adab dan Ushuluddin)
Mitra Bistari
Dr. H. Hamka Siregar (IAIN Pontianak)
Dr. H. Dwi Surya Admadja (IAIN Pontianak)
Dewan Redaksi
Rusiadi, S.Pd.I, M.Ag
Drs. H. Mujahidin, M.Si
Adnan, S.Ag, M.S.I
Oscar Hutagaluh, S.Pd, MM, M.Si
Sekretaris Redaksi
Jaelani, S. Sos. I., M. Hum
Desain Grafis
Deni Irawan, S.Sos.I, M.S.I
Editor
Bety Yanuari Posha, M.Hum
Alamat Redaksi
Jl. Raya Sejangkung, Kawasan Pendidikan Sebayan, Sambas
Kalimantan Barat. Email: fakultas_adabushuluddin@yahoo.co.id
FALSAFAH
Jurnal Kajian Filsafat dan Humaniora
ISSN: 2460-3635
DAFTAR ISI
AHMAD ZABIDI
Telaah terhadap Wawasan Al-Qur’an tentang Al-Bala Karya Mardan, Hlm 1 – 10
ALKADRI
Pemahaman Hadis-hadis tentang Khutbah Jumat, Hlm 11 – 28
ARIS APRIANTO
Emosi dalam Tinjauan Al-Qur’ân Perspektif Psikologis, Hlm 29 – 38
HAMNAH
Muh{kam dan Mutasya>bih{, Hlm 56 – 63
JAELANI
Fakta Sejarah Kontribusi Islam terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Peradaban Dunia, hlm 73 – 81
RISA
Sejarah Islam di Filipina, Hlm 82 – 92
SRI SUNANTRI
Studi atas Ilmu Qiraat Al-Qur’an, Hlm 93 – 100
SUNANDAR
Sejarah Pengelolaan Baitul ma@l di Sambas: Studi Penerapan Hukum adat dan Hukum
Islam di Masa Muhammad Basiuni Imran, Hlm 101 – 112
SYARIFAH HASANAH
Akhlaq Terpuji dan Tercela dalam Hadis, Hlm. 113 – 123
TOMI
Mengenal Muhammad Arsyad, Hlm 124 – 133
IAIS Sambas Vol. III, No. 1 Januari – Juni 2017
ABSTRAK
Kajian tentang bala' dalam wawasan al-Qur'an merupakan sumbangan besar bagi
kemanusiaan. Hidup manusia pada hakekatya adalah cobaan bagi dirinya dan ling-
kungannya. Ha ini tidak disadari oleh sebagian besar umat manusia sehingga dalam
mengarungi lautan kehidupannya, mereka menimbulkan bencana bukan saja bagi
dirinya tetapi juga lingkungannya. Kedurhakaan kepada allah swt. yang terwujud dalam
berbagai bentuk penyimpangan dan pembengkangan terhadap ajaran dan aturannya
adala akibat tiak sadarya manusia akan hakikat hidup ini. Karena itu, al-bala' sebagai
salah satu bentuk dari konsep-konsep yang terkandung dalam al-Qur'an penting untuk
dipahami secara benar, dihayati, dan dibumikan ditengah masyarakat. Dalam sudut
pandang sosiologi, al-bala' relevansinya dengan sikap dan perilaku manusia ter-
hadapnya dalam realitas duniawi, terkadang dipahami lain, bahkan disalahgunakan
dengan menempakannya bukan pada tempat yang semestinya. Adapun term bala dalam
al-Qur’an diantaranya musibah, Fitnah, al-Imtihan dan al-Azab.
menerangkan maksud dari kandungan al- biasanya digunakan sebagai terjemahan dari kata
al-laun, bahasa Arab yang berarti warna. Istilah
Qur’an telah mengalami perkembangan ini pula di gunakan Azzahaby dalam kitabnya At-
yang cukup bervariasi. Sebagai hasil karya Tafsir Wa-al-Mufassirun. Berikut potongan ulasan
manusia, terjadinya berbagai ragam dalam beliau (…وعن ألوان التفسري ىف هذا العصر احلديث.) (Tentang
corak-corak penafsiran di abad modern ini). az-
Zahabi, “At-Tafsir wa-Al-Mufassirun”. Cet. VII, Jilid
I (Cairo: Maktabah Wahbah, 2000), h. 8. Adapun
*Dosen Fakultas Ushuluddin dan Peradaban
berbagai corak tafsir yang berkembang adalah
Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IQT) sebagai berikut: 1. Corak Sastra Bahasa; muncul-
Institut Agama Islam (IAI) Sultan Muhammad nya corak ini diakibatkan banyaknya orang non-
Syafiuddin Sambas. Email: ahmadsbs462@gmail.com Arab yang memeluk Islam serta akibat kelemahan
1Taufiqurrahman, Kajian Tafsir di Indonesia,
orang-orang Arab sendiri di bidang sastra sehingga
Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis Volume 2, Nomor 1 dirasakan perlu untuk menjelaskan pada mereka
(Madura: Institut Agama Islam Al-Amin Prenduan tentang keistimewaan dan kedalaman arti kandu-
Sumenep, 2012), hlm. 1 ngan al-Qur’an di bidang ini. 2. Corak Filsafat dan
بِأَن ُف ِس ِهمۡۗ َوإِ َذآ أ ََر َاد ٱللَّهُ بَِقوۡم ُسوٓءا فَ ََل َمَرَّد لَهُ ۚۥ َوَما Tahlili merupakan kalimat infinitif dari
kata hallala – yuhallilu - tahlilan yang
٤٤ ََلُم ِّمن ُدونِِهۦ ِمن َو ٍال mengandung makna "mengurai, meng-
Terjemahnya: analisis". Tafsir metode tahlili adalah
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang tafsir yang menyoroti al-Qur’an dengan
selalu mengikutinya bergiliran, di muka memaparkan segala makna dan aspek
dan di belakangnya, mereka menjaga- yang terkandung di dalamnya sesuai
nya atas perintah Allah. Sesungguhnya urutan bacaan yang terdapat di dalam al-
Allah tidak merubah keadaan sesuatu Qur’an mushaf Utsmani. Dalam melakukan
kaum sehingga mereka merubah keada- penafsiran, mufassir memberikan perhati-
an yang ada pada diri mereka sendiri. an sepenuhnya kepada semua aspek yang
Dan apabila Allah menghendaki ke- terkandung dalam ayat yang ditafsirkan-
burukan terhadap sesuatu kaum, maka nya dengan tujuan menghasilkan makna
tak ada yang dapat menolaknya; dan yang benar dari setiap bagian ayat.
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka Ijmali adalah metode tafsir yang
selain Dia. digunakan untuk menjelaskan uraian-
Kata al-mu'aqqibat adalah bentuk uraian singkat dan global tanpa uraian
jamak dari kata al-mu'aqibah. Kata ini panjang lebar.5 Atau boleh dikatakan
terambil dari kata 'aqibun yang berati metode ini menjelaskan ayat-ayat al-
tumit. Kata tersebut dapat dipahami Qur’an secara singkat tetapi mencakup,
dalam arti mengikuti yang seakan-akan dengan menggunakan bahasa populer,
yang mengikuti itu meletakkan tumitnya mudah untuk dimengerti dan enak
di tempat tumit yang diikutinya. Ini di- dibaca. Sistematikanya menuruti susunan
maksudkan adalah bahwa para malaikat ayat dalam mushaf. Disamping itu, pe-
yang ditugaskan Allah mengikuti setiap nyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya
orang dengan serius mengawasi atau
bahasa al-Qur’an, sehingga pendengar dan
memelihara manusia dalam setiap gerak
langkahnya, baik ketika dia tidak bersem- pembacanya seakan akan masih tetap
bunyi maupun saat persembunyiannya mendengarkan al-Qur’an padahal yang
atau memeliharanya dari segala gangguan didengarnya itu adalah tafsirannya.6
apapun yang dapat menghalangi tujuan Muqarran memiliki arti perbandingan,
penciptaan manusia, seperti firman allah dalam arti metode yang digunakan dalam
dalam QS. al-Tariq/86: 4, bahwa setiap jiwa metode ini adalah cara kerja dengan
pasti ada pemeliharanya. Pemeliharaan membandingkan. Tetapi definisi lain
allah terhadap setiap jiwa, bukan hanya memberikan pengertian muqarran sebagai
terbatas pada tersedianya sarana dan metode tafsir yang menjelaskan ayat-
prasarana kehidupan seperti udara, air, ayat al-Qur’an dengan merujuk pada per-
matahari dan sebagainya, akan tetapi bandingan teks ayat-ayat al-Qur’an yang
lebih dari itu.
ada persamaan dan kemiripan redaksi di
dalam dua kasus atau lebih, dan atau
b. Metode Penafsiran memiliki redaksi yang berbeda bagi satu
Abd al-Hayy al-Farmawi menyatakan kasus yang sama, bisa juga berarti mem-
bahwa metode penyajian tafsir yang
dilakukan oleh kalangan ulama terbagi al-Islamiyah, 1997), h.10. lihat juga Nashruddin
menjadi empat macam, pertama, tahlili Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’a>n,
(analitis), kedua, ijmali (global), ketiga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 3.
5Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur'an Mem-
muqaran (komparatif), dan keempat
bangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Cet. III (Jakarta:
maudhu'i (tematik).4 Ciputat Press, 2004), hlm. 72.
6Abd al-Hayy al-Farmawi, Al-Bida>yah, hlm.
4Abd al-Hayy al-Farmawi, Al-Bida>yah Fi al- 45-46. Lihat Said Agil Husin al-Munawar, Al-
Tafsi>r al-Maudhu>'I, Cet. III (Kairo: Al-Hadlarah Qur'a>n, hlm. 72.
PENUTUP
Al-bala' sebagai salah satu bentuk dari
konsep-konsep yang terkandung dalam
al-Qur'an, penting untuk dipahami secara
benar, dihayati dan dibumikan di tengah
masyarakat. pemahaman tersebut dapat
berimplikasi positif terhadap mereka
terutama karena masyarakat indonesia
selama ini memahaminya sebagai sesuatu
yang negatif dan menakutkan bahkan
sebagai murka tuhan. Padahal dalam wa-
wasan al-Qur'an tentang al-bala' turun
bukan karena tuhan marah atau murka,
tapi justru sebagai rahmat, sebagai salah
satu metode pendidikan dan pelipulara
ilahi bagi hamba-hambanya. Paling tidak
sebagai peringatan dan pembersih jiwa
bagi para pendosa agar kembali kepada
kebenaran.
Adapun yang menjadi implikasi dari
wawasan al-Qur'an tentang bala' dalam
al-Qur'an, adalah pertama, apabila wawas-
an al-Qur'an tentang al-bala' dengan ber-
bagai bentuk dan karakterisiknya dipahami
dan diamalkan oleh umat manusia, nis-
caya hidup akan mengalami perubahan-
perubahan ke arah yang lebih baik dan
positif. Kajian yang mendalam tentang
pesan-pesan pemikiran moral dan akhlak
seperti al-bala' dalam al-Qur'an perlu
ditingkatkan dan diperluas penyebaran-
nya di kalangan umat Islam, kedua, dalam
perspektif pembelajaran dan pendidikan
transformatif, al-bala' hadir antara lain
karena keimanan antara manusia dan
alam lingkungannya telah hilang. Akibat-
nya alam menjadi terancam dalam ber-
bagai manifestasinya. Bumi dan lingkun-
gan hidup lainnya menjadi komoditas,
bahkan diperjualbelikan, digarap, diubah
fungsinya sesuka hati manusia. Mulai
dari lereng bukit dan gunung sampai ke
pinggir kali dan pesisir pantai tidak ada
lagi yang tidak dijarah oleh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Hayy al-Farmawi, Al-Bidayah Fi al-Tafsir al-Maudhu'I, Cet. II, Kairo: Al-Hadlarah
al-Islamiyah, 1997.
Jurnal
Jurnal Falsafah
Falsafah (Kajian
(Kajian Filsafat
Filsafat dan
dan Humaniora)
Humaniora) -- 10
10 --
IAIS Sambas Vol. III, No. 1 Januari – Juni 2017
PEMAHAMAN HADIS-HADIS TENTANG KHUTBAH JUMAT
Oleh: Alkadri*
ABSTRAK
Khutbah jum’at adalah bagian dari shalat jum’at yang berfungsi sebagai sarana dakwah
sebagaimana yang pernah dilakukan nabi sampai masa kini. Seiring perjalanan waktu,
populasi umat Islam bertambah banyak dan semakin luas wilayahnya sehingga meng-
hadirkan perbedaan tradisi antara Arab dengan non-Arab yang selanjutnya menjadi
salah satu faktor penyebab perbedaan pendapat terutama terkait dengan pelaksanaan
khutbah jumat. Hal ini menuntut peran ahli fiqih (ulama) saat itu melakukan pembacaan
terhadap berbagai teks hadis terkait dengan khutbah jumat sebagaimana yang pernah
dilakukan nabi rujukan sandaran dalam merumuskan berbagai aturan pelaksanaan
khutbah jumat. Hasilnya, muncul produk hukum dalam bentuk syarat dan rukun khutbah
jumat yang sampai kini mayoritas menjadi rujukan umat Islam. Padahal, keberadaan
berbagai teks hadis tersebut memiliki makna yang luas, tidak hanya sebatas terkait
teknis pelaksanaan, namun sebagai bentuk cerminan realitas sosial masyarakat Arab-
Islam masa itu. Untuk itu, perlu dilakukan kajian pemahaman hadis lebih mendalam
terkait keberadaan berbagai teks hadis khutbah jumat untuk melihat teks maupun
konteksnya serta sejarah pemahaman pelaksananya yang dilakukan oleh umat Islam
setiap generasi. Metode yang digunakan penulis yaitu hermeneutik melalui pendekatan
sejarah dan pemahaman.
Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departe- 4Abu al-Husain Muslim, Sahih Muslim, juz 4,
men Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 767. No. Hadis 1428, hlm. 350. Hadis diriwayatkan Jabir.
11Abu Dawud, Sunan Ab Dawud, juz 3, Hadis 12Abu al-Hasan Muslim, Sahih Muslim, juz 3,
No.3572, (Bairut: Dar al-Kitab al-‘Arabi), hlm.244. Hadis No. 1449, hlm. 374. Hadis diriwayatkan
Hadis diriwayatkan oleh Abu Hurairah. oleh Jabir.
وﻣﻦ راح ﰲ اﻟﺴﺎﻋﺔ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻓﻜﺄﳕﺎ ﻗﺮب ﺑﻘﺮة وﻣﻦ ِ ﺎنََ ﺪﱠ ﺛَﲏِ أَﺑ ﺑُﻮَ ﻜﺑْﺮِْﻦ ُ أَﰊ ْﻦ ﻠَُﻴ ْﻤ َ ﺣ ُ ﻮبﺑُﺳ ﻗَﺎلَ أَﻳﱡ
وﻣﻦIAIS
ﻛﺒﺸﺎ أﻗﺮن
Sambasراح ﰲ اﻟﺴﺎﻋﺔ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻓﻜﺄﳕﺎ ﻗﺮب ٍ ْﻦﺳ َُ ﻌِ ﻴﺪVol. َﳛَْﲕ ﺑ َﻗَﺎل
III, ٍل No.َﺑِﻼ ِ1ْ ﻦJanuari
ﻠَْﻴ– ْﻤ َ ﺎنَ ﺑJuniﻋَﻦ
ُ ْﺲٍﺳ2017 أُو َ ﻳ
دﺟﺎﺟﺔوﻣﻦوﻣﻦ راح ﻜﺄﳕﺎ ﻗﺮب
ﻗﺮب ﺑﻘﺮة اﺑﻌﺔ ﻓﻓﻜﺄﳕﺎ
اﻟﺴﺎﻋﺔ اﻟﺮ
اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ وﻣﻦ رراحاح ﰲﰲ اﻟﺴﺎﻋﺔ َِﰊ ِﻦ ْأَﻫْ ﻞ
ْﺮِْﻦاﰊُ أِﻣِﱞ ٌََﻋْﺮﺑ
َﺗَﻰَُ ﻜﻞ
ﻗَﺎلَأأَﺑَﺟأﺑُﻮ
ِﻚٍﺛَﲏِر ﺎنََ ﺪﱠ ْﻦَََ ﺎﻟﺣ
َﻧَﺲﺑ َْﻤﻣ ُ ْﺖ
ْﻦ ﻠَُﻴ ﻮبﺑُﺳأﻗَﺎلَ ِأﻌَﻳﱡ
َﲰ
ﻓﺈذا ﺧﺮج
ﺑﻴﻀﺔ وﻣﻦ ﻓﻜﺄﳕﺎ ﻗﺮب
ﻛﺒﺸﺎ أﻗﺮن اﳋﺎﻣﺴﺔ
ﻓﻜﺄﳕﺎ ﻗﺮب اﻟﺴﺎﻋﺔاﻟﺜﺎﻟﺜﺔ
راح ﰲﰲاﻟﺴﺎﻋﺔ َ ﻠﱠﻢٍ َﻮ ْ م
ََْﻦﺳَُْوﻪَِﻌِﺳﻳـﻴﺪ
اﻟﻠﱠﻪُﻠَﻴ
ََﻋ
ﳛَْﲕ ﺑﻗَﺎلَﻠﱠﻰَ ﺑِﻼَاﻟﻠﱠﻪِلٍﺻِﻮل ِﻦ ُ إِﱃَﺳ
ْ ﺎنَ ﺑ ََ ْﻤ
ﺪَْْﻴوِر َُْﺲٍﺳ
ﻋَﻦ ﻠ أُو َ ﻳ اﻟْﺒ
15اﻹﻣﺎم ﺣﻀﺮت اﳌﻼﺋﻜﺔ ﻳﺴﺘﻤﻌﻮن اﻟﺬﻛﺮ
وﻣﻦ راح راح ﰲ اﻟﺴﺎﻋﺔ اﻟﺮاﺑﻌﺔ ﻓﻜﺄﳕﺎ ﻗﺮب دﺟﺎﺟﺔ 16 َﻠَﻚ َِﻫْﺔُ ﻞَﻣِﱞِﻦﻴ ْأَﻫاﰊِْﺎﺷَﺖ
َ َﻋْﺮاﻟٌﻜَْﻤ
اﻟﻠﱠﻪِﻠَﻞ
َﻫ ﻮلََﺟأ
َُﺗَﻰ َﺳ ُ ر
ﻗَﺎلَ أ ِﻚٍ ﺎ
َ ﺎلَﻳ
ـَﻘَﺎﻟ ر
ََِﺔ َﻧَﺲﻌﺑََ ﻓﻣ
ْﻦ ُُُﻤ ﲰَ ِ ﻌاﳉْ أ
ْﺖ
Telah menceritakan pada kami Ishaq bin
Musa ج ﺑﻴﻀﺔ ﻓﺈذا ﺧﺮ
al-Anshari ﻗﺮبmenceritakan
telah اﳋﺎﻣﺴﺔ ﻓﻜﺄﳕﺎpada ﰲ اﻟﺴﺎﻋﺔBerkataَ مAyyub َََ ﺳﻳـbin
ْ ﻠﱠﻢ َﻮ ِﻠَﻴ ْ وﻪSulaiman
ُاﻟﻠﱠﻪ telahِ ﻮل
َاﻟﻠﱠﻪِ ﺻ َ ﻠﱠﻰ ﻋ men-ُ إِﱃَﺳ
َ اﻟْﺒ َ ﺪْ وِر
kami Mu’an 15telah menceritakan pada ceritakan pada kami Abu Bakar bin Abi
اﻹﻣﺎم ﺣﻀﺮت اﳌﻼﺋﻜﺔ ﻳﺴﺘﻤﻌﻮن اﻟﺬﻛﺮUwais 16dari Sulaiman bin Bilal berkata
kami Malik dari Summi dari Abi Shalih
Telah menceritakan pada kami Ishaq bin Yahya bin ََﺖ ْﺎﺷ ِ ﻴ َﻫَﺔُ ﻠَﻚ َ اﻟﻠﱠﻪِﻠَ اﻟﻜْﻤ
ََﺳ ُ ﻮلَ ﻫ
ﺎلَﻳ َ ﺎ
اﳉْ ُﻤ ُ ﻌ َ ﻓﺔِـَﻘَ ر
dari Abi Hurairah bahwa nabi pernah Sa’id saya mendengar Anas
Musa al-Anshari telah menceritakan pada bin Malik Berkata Ayyub telah
berkata: bin Sulaimandatang telahsese- men-
bersabda: siapa saja yang mandi di hari
kami Mu’an telah menceritakan pada orangceritakan Arab Baduwi pada kami pada-ku Abu Bakar
menuju bin Abi
jum’at seperti mandi junub kemudian
kami Malik dari Summi dari Abi Shalih RasulUwais pada dari
hari Sulaiman
(saat beliau binkhutbah)
Bilal berkata
segera pergi ke masjid, maka pahalanya
dari Abi Hurairah bahwa nabi pernah jumat,Yahya bin Sa’id
ia berkata: saya mendengar
Ya, Rasulullah hewan Anas
seperti berkurban dengan unta yang ternak bin Malik
telah binasa.berkata: telah datang sese-
bersabda: siapa saja yang mandi di hari
gemuk, siapa saja datang waktu kedua, orang Arab Baduwi pada-ku menuju
jum’at seperti mandi junub kemudian Berdasarkan redaksi matan di atas
maka pahala seperti ia berkurban dengan Rasul (garis
pada bawah),
hari (saat beliau khutbah)
segera pergi ke masjid, maka pahalanya pada kalimat artinya “…pada
sapi betina dan siapa saja datang jam jumat, ia berkata: Ya, Rasulullah hewan
seperti berkurban dengan unta yang hari (saat beliau khutbah) jumat, ia ber-
ternak telah binasa.
ketiga, maka seakan akan berkurban
gemuk, siapa saja datang waktu kedua, kata: Ya,Berdasarkan Rasulullah hewan ternak telah
redaksi matan di atas
dengan domba yang bertanduk dan siapa
maka pahala seperti ia berkurban dengan binasa.” pada
Hal ini mengisyaratkan nabi men-
kalimat (garis bawah), artinya “…pada
saja datang pada jam keempat seperti ia
sapi betina dan siapa saja datang jam dapathari keluhan dari salah seorang jama’ah
(saat beliau khutbah) jumat, ia ber-
berkurban seekor ayam dan siapa saja
ketiga, maka seakan akan berkurban (Arabkata: Baduwi) tentang hewan ternak
Ya, Rasulullah hewan ternak telah
datang pada jam kelima maka pahala-
dengan domba yang bertanduk dan siapa yang banyak mati dan keluhan tersebut
nya seperti ia berkurban dengan sebutir binasa.” Hal ini mengisyaratkan nabi men-
saja datang pada jam keempat seperti ia langsung respon nabi dengan baik. Untuk
dapat keluhan dari salah seorang jama’ah
telur. Jika imam telah keluar (khutbah),
berkurban seekor ayam dan siapa saja itu, pesan moral yang terkandung dalam
maka malaikat hadir mendengarkannya. (Arab Baduwi) tentang hewan ternak
datang pada jam kelima maka pahala- hadisyang adalah etika yang diajarkan pada
banyak mati dan keluhan tersebut
Berdasarkan redaksi matan terdapat
nya seperti ia berkurban dengan sebutir jama’ah untuk bersikap terbuka, tolerant
kalimat (garis bawah), berarti “…segera langsung respon nabi dengan baik. Untuk
pergi ke telur. Jika maka
masjid, imam pahala-nya (khutbah), dalam menerima keluhan dari orang lain.
telah keluarseperti
itu, pesan moral yang terkandung dalam
ber-qurbanmaka dengan
malaikatuntahadiryang
mendengarkannya.
gemuk...”. hadis adalah etika yang diajarkan pada
Berdasarkan redaksi
Hal ini mengisyaratkan motivasimatan terdapat MAKNA HADIS
nabi pada jama’ah untuk bersikap terbuka, tolerant
umat kalimat
Islam untuk (garissegera
bawah), berarti
menuju “…segera Berdasarkan uraian berbagai materi
masjid,
tidakpergi ke masjid,
melalaikan makajumat
shalat pahala-nya
melalui seperti hadisdalam menerima keluhan dari orang lain.
khutbah jumat dapat dirinci pada
ber-qurban
pendekatan pahala.dengan untapesan
Untuk itu, yangmoral
gemuk...”. tabel berikut ini:
MAKNA HADIS
yang terkandung dalam hadis adalahnabi
Hal ini mengisyaratkan motivasi na- pada Tabel Rincian
sehatumat
nabi Islam untuk segera
pada jama’ah untukmenuju
konsisten masjid, Berdasarkan uraian berbagai materi
Pemahaman Hadis Khutbah Jumat
tidak melalaikan
melaksanakan shalat
shalat jumat jumatpen-
melalui melalui hadis khutbah jumat dapat dirinci pada
pendekatan
dekatan keimanan. pahala. Untuk itu, pesan moral tabel berikut ini:
yang terkandung dalam
Keenam materi pembahasan tentang hadis adalah na- Tabel Rincian
sikapsehat
terbuka nabinabi
padasaatjama’ah
sedang untuk konsisten
khutbah Pemahaman Hadis Khutbah Jumat
terkaitmelaksanakan
dengan jawaban shalatnabi
jumat melalui
atas per- pen-
dekatan keimanan.
tanyaan dan keluhan jama’ah.
HadisKeenam
tentang materi
jawabanpembahasan
nabi atas per- tentang
tanyaansikap terbuka
jama’ah saatnabi saatkhutbah
beliau sedang khutbah
se-
terkaitkesaksian
bagaimana dengan Anas,
jawaban nabi atas per-
yaitu:
tanyaan dan keluhan jama’ah.
Hadis tentang jawaban nabi atas per-
tanyaan jama’ah saat beliau khutbah se-
16Bukhari, Sahih Bukhari, juz 4, (Bairut: Dar
bagaimana kesaksian Anas, yaitu:
At-Tirmizi, Sunan Tirmizi, juz 2, hadis No. 459,
15 Ibnu Kasir, 1987 M), hlm.134. Hadis diriwayatkan
hlm. 325. Hadis diriwayatkan Abu Hurairah. oleh Anas.
hlm. 440. Hadis diriwayatkan oleh As-Sa`ib bin Yazid. Da´irah al-Ma‘arif, 1325 H), hlm. 416.
‘Abdur Rahman al-Jaziri, al-Fiqhu ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah, (ttp.: t.p., t.t).
Abu Bakar Abdul Razaq, Mushannaf ‘Abdur Razaq, Maktabah al-Islamiah, Bairut, 1403 H.
Abu Dawud, Sunan Ab Dawud, (Bairut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, t.t).
Abu al-Husain Muslim, Sahih Muslim, (Bairut: Dar al-Jail, t.t.).
Bukhari, Sahih Bukhari, (Bairut: Dar Ibnu Kasir, 1987 M).
Firdaus Wajdi dan Luthfi Arif, Superberkah Shalat Jumat; Menggali dan Meraih
Keutamaan dan Keberkahan di Hari paling Istimewa, PT. Mizan Publika, Jakarta,
2008.
Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History, (Karachi: Central Institute of Islamic
Research, 1965).
Ibnu Hajar, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, (ttp.: Darul Ma’arif, Bairut).
--------------, Tahdzib at-Tahdzib, (t.tp: Da´irah al-Ma‘arif, 1325 H).
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Bairut: Dar al-fikri, t.t.).
Marwadi, al-Hawi fi Fiqhi Syafi’i, (ttp.: Darul ‘Ilmiah, t.tp., 1414 H-1994 M).
Syuhair bin Qadamah, al-Mughni, (ttp, t.tp, t.t).
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, (Bairut: Dar Ihya´ at-Turas, t.t.).
Ketujuh, Jilid Dua, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 7. 7Departemen Agama Republik Indonesia, Al-
6Daniel Goleman, Emotional Intlegence, (Jakarta:
Qur’an Dan Terjemahanya, (Bandung: Sygma
Gremedia Pustaka Utama, 2003), hlm 411. Examedia Arkanleena, 2010), hlm. 190.
Humanika, 2012), hlm. 31. 25Syah Reza, “Konsep Nafs Menurut Ibnu Sina”,
21Robbins, dkk, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Jurnal Kalimah, Vol. 12, No. 2, September 2014,
Salemba Empat, 2008), hlm. 311-315 hlm. 266
(Menyingkap Misteri Ruh, Management Of Soul, Tasawuf Al-GhazᾹlī”, Jurnal Teologia, Volume 24,
Mengenal Diri Allah, (Bandung: Marja, 2007), hlm. Nomor 2, Juli-Desember 2013.
135. 30Syah Reza, “Konsep Nafs..., hlm. 271.
Sesuai Tuntutan Kerja (Emotional Labor) Ditinjau 33Adnan Tharsyah, Yang Disukai Nabi Dan Yang
Dari Tipe Kepribadian Pada Wiraniaga”, Jurnal Tidak Disukai Nabi, (Jakarta: Gema Insan, 2006),
Psikologi Undip, Vol.14 No.1 April 2015, hlm. 23. hlm. 167-171.
SIMPULAN
Simpulan pembahsan di atas, yaitu:
1. Emosi adalah suatu gejala yang muncul
melalui fisik (sedih, senang, bahgia,
gembira, cinta dan lain sebagainya)
34Moh. Gitosaroso., Kecerdasan Emosi,
(Emotional Intelegence), Dalam Tasawuf, Jurnal
Katulistiwa-Jounal Of Islamic Studies, Vol 2, No 2,
2012, hlm. 193.
Abstrak
Islam di Thailand merupakan agama yang minoritas, sehingga dalam tatanan sosial
Muslim Thailand selalu mendapatkan julukan yang kurang enak untuk di dengar
yaitu, khaek yang berarti orang luar, pendatang dan tamu. Thailand bagian selatan
merupakan basis masyarakat Melayu-Muslim daerah rawan konflik agama dan per-
sengketaan wilayah dengan latar belakang ras dan agama yang berkepanjangan. Apalagi,
setelah kerajaan Melayu dihapuskan pada tahun 1902, masyarakat Melayu Pattani
dalam keadaan sangat tertekan. Khususnya pada masa pemerintahan Pibul Songgram
(1939-1944), masyarakat Melayu telah menjadi mangsa dasar asimilasi kebudayaan.
Bahkan sampai saat ini pun masyarakat Muslim minoritas Pattani Thailand menghadapi
diskriminasi kompleks dan teror yang berlarut-larut. Sehingga kehidupan sosial,
pendidikan maupun politik menjadi sangat terbatas. Politik di Thailand saat ini
berbentuk monarki konstitusional yang demokratis, dimana Perdana Menteri adalah
kepala pemerintahan dan raja dilakukan secara turun temurun sebagai kepala negara.
Peradilan independen dari eksekutif dan legislatif. Negara Thailand merupakan salah
satu pusat budaya dan ekonomi terkemuka di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, penting
untuk kita mengetahui, menelaah dan mengkaji kembali bagaimana kehidupan minoritas
Muslim di Thailand, baik itu secara historis, perkembangan kontemporernya, maupun
problem yang dihadapi minoritas Muslim di Thailand.
dijangkau para pelancong dari zaman ke (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 211.
sungai disebelah timur laut, yaitu Mun dan Chi, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 58.
b) Islam dan Kerajaan Pattani 210. Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10
Dalam catatan sejarah diketahui bahwa Masehi melalui para pedagang dari Jazirah Arab.
Penduduk setempat dapat menerima ajaran Islam
Ayutthaya sebagai raja Sukhothai pada
dengan baik tanpa paksaan. Kawasan Thailand
abad XIII, sangat mementingkan aspek yang banyak dihuni ummat Muslim adalah
perdagangan. Jalur perdagangan ini yang wilayah bagian selatan yang berbatasan langsung
menjadi faktor dominan mendekatkan dengan Malaysia. Kantong-kantong Muslim di
Islam pada Ayutthaya. Saudagar-saudagar daerah Thailand Selatan ini di antaranya adalah
Muslim yang dekat dengan raja memiliki provinsi Pattani, Yala, Satun, Narathiwat dan
Songkhla. Di provinsi-provinsi tersebut, rata-rata
pengaruh di Istana, bahkan sebagian di dihuni oleh sekitar 70-80 persen Muslim. Selain
antaranya ada yang menjadi menteri.11 itu, ummat Muslim juga tersebar di beberapa
wilayah lain, seperti di provinsi Pattalung, Krabi,
11Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di dan Nakorn Srithammarat. Lihat Surin Pitsuawan,
Kawasan Dunia Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Islam di Muangthai Nasionalisme Melayu
Persada, 2004), h. 270. Masyarakat Pattani (Jakarta: LP3ES, 1989), h.167.
diakses pada tanggal 25 September, pukul 09.07 Timur Jauh (Jakarta: Lentera Basritama, 2001), h.
wib. 134.
Asia Tenggara Konsentrasi Baru: Kebangkitan Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media
Islam (Bandung: Fokus Media, 2003), h. 266. Eka Sarana, 2007), h. 550.
pada tanggal 28 Oktober 2016, pukul 20.27 wib. World Today, terj. oleh Zarkowi Soejoeti dengan
judul Minoritas Muslim Di Dunia Dewasa Ini Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005). h. 203. XVIII (Jakarta: Kencana, 2005), h. 156.
Oleh: Hamnah*
ABSTRAK
Allah menurunkan al-Qur’an agar diketahui maknanya oleh umat Islam agar dapat
diamalkan ajarannya. Tidak semua ayat al-Qur’an yang diturunkan jelas dan bisa di-
pahami maknanya (muhkam), ada ayat al-Qur’an yang masih samar bahkan tidak
diketahui sama sekali maknanya (mutasyabih) sehingga para ulama berbeda pendapat
tentangnya, baik untuk diimani maupun diamalkan dan hikmah dari adanya ayat yang
mutasyabih ini akan membuat al-Qur’an tidak akan pernah selesai untuk dikaji.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ayat yang muḥkam adalah ayat yang
sudah jelas maksudnya dan tidak perlu
penafsiran lagi. Sedangkan ayat yang
mutasyābiḥ adalah ayat yang maksud-
cit., h. 149-150.
25Hasbi ash Shiddiqy, Ilmu-ilmu al-Qur’ān(Cet.
Oleh:
Hikmah Trisnawati, S.Ant, M.Par
Nurchalis, S.Ag, M.Par *
Abstract
This research aims to study get the real understanding about efforts the recovery of
cultural tourism after ethnic conflict Madura-Malayu in Sambas District Sambas Regency.
Then, to see the problem development cultural tourism and effort of stakeholder to
develop tourism in Sambas District. This research used qualitative method. Result of this
research are stakeholder have the effort to develop the cultural tourism such as increase
the infrastructure, increases human resources management, keep the safety of this
regions and gave the promotion of cultural tourism. They have the difficulties of increase
the development likes need more integrity of stakehoder beside this; they haven’t good
relationship with the Madura Ethnic although many people tried well come to all the
ethnic for come to Sambas District.
1Suwarjoko P Warpani dan Indira P, Pariwisata 3Musa. J. B Suta Purwana dan P. Johansen. Ke-
dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB 2007, rusuhan Sambas Tahun 1999. Balai Kajian Sejarah
h.15. dan Nilai Tradisional Pontianak. (Laporan Pene-
2Nurchalis,. Peran Serta Pemerintah Dan litian Tidak Diterbitkan). 2000
Masyarakat Dalam Upaya Pelestarian Keraton 4Asmara, Husna. Melayu dan Budayanya”
Alwatzikhoebillah Sebagai Daya Tarik Wisata Sebuah Analisis untuk Mengatasi Eskalasi Konflik
Sejarah Di Sambas Kalimantan Barat (Tesis Kajian Komunal”. Disampaikan Pada Musyawarah Anak
Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Bangsa di Bumi Khatulistiwa di Pontianak, 24-25
Udayana).Bali: Udayana Press. 2011, h.5. April. 2001
Oleh: Jaelani*
ABSTRAK
Islam adalah agama besar terakhir yang muncul dalam sejarah dunia, yang telah
membidani lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Namun, Barat seringkali
membanggakan kemajuan peradaban mereka dan mengklaim bahwa hal itu merupakan
warisan dari kemajuan peradaban Yunani-Romawi semata. Mereka mengingkari adanya
pengaruh dan kontribusi Islam beserta peradabannya dalam membangkitkan Eropa
modern. Tanpa interaksinya dengan dunia Islam, Eropa belum tentu mampu mencapai
kemajuan. Sejatinya dunia Barat berterima kasih kepada umat Islam, akan tetapi pada
kenyataannya pihak Barat (non Muslim) telah sengaja menutup-nutupi peran besar dan
jasa para ilmuwan muslim tersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai
terlupakan. Kajian ini menggunakan kerangka historis untuk melihat kronologi muncul-
nya ilmu pengetahuan dalam Islam, perkembangannya, dan transmisi peradaban Islam
menuju Eropa, sehingga membentuk peradaban dunia yang lebih maju.
Sejarah, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, Aspeknya, jilid I, (Jakarta: UI-Press, 2005), hlm.
2004), hlm. 72. 65.
PENUTUP
Menyimak betapa besar kontribusi
Islam terhadap lahirnya peradaban dunia
terutama dalam hal ilmu pengetahuan,
menunjukkan fakta bahwa kemajuan yang
dicapai Eropa atau Barat pada mulanya
bersumber dari peradaban Islam. Tanpa
interaksinya dengan dunia Islam, Eropa
belum tentu mampu mewujudkan per-
adaban seperti yang mereka banggakan
pada hari ini.
Sejatinya dunia Barat tidak menutupi
peran umat Islam dalam kontribusinya
terhadap peradaban dunia, akan tetapi
pada kenyataannya mereka telah sengaja
mengabaikan peran besar dan jasa para
ilmuwan muslim tersebut hingga akhir-
nya terlupakan. Namun sejauh ini, fakta
menunjukkan bahwa kemajuan peradab-
an Islam pada masanya telah membawa
rahmat dan anugerah bagi seluruh dunia,
sebaliknya kemajuan peradaban Barat
yang materialistis tidak jarang justru
membawa bencana dan musibah bagi
umat manusia. Untuk itu sudah saatnya
umat Islam bangkit membangun kembali
kebersamaan yang sinergis menuju per-
adaban dunia yang lebih baik.
R i s a*
ABSTRAK
Filipina merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya
beragama Katolik. Islam masuk ke wilayah tersebut sekitar abad ke-12 dan abad ke-14
dibawa oleh para pedagang Muslim Persia, India bagian selatan dan Malaka. Perkem-
bangan Islam di Filipina terhambat sejak kolonial menanamkan kekuasaannya di sana.
Kebijakan Spanyol, Amerika Serikat dan pemerintah Filipina berperan besar menjadikan
Islam sebagai agama minoritas di wilayah tersebut. Dalam upaya menguasai Filipina
selatan, Spanyol melakukan kristenisasi dan menempatkan masyarakat Kristen di
wilayah tersebut. Konflik ini terus berlanjut sampai masa penguasaan Filipina oleh
Amerika Serikat. Kebijakan Amerika terhadap Muslim Moro yaitu ikut campur langsung
pada masalah internal umat Islam dan melakukan penjajahan terbuka. Demikian juga
saat Filipina berada di bawah kekuasaan pemerintah Filipina utara, dilakukan integrasi
administratif dan integrasi ekonomi yang nantinya sangat merugikan wilayah Muslim di
Filipina selatan. Sehingga muncul berbagai gerakan kelompok Islam seperti Muslim
Independent Movement (MIM) dan Moro National Liberation Front (MNLF). Kemudian
muncul pula Moro Islamic Liberation Front (MILF) dan kelompok Abu Sayyaf (ASG).
Upaya umat Islam untuk keluar dari ketertindasan menandakan kebangkitan Islam
ditandai dengan dua interpretasi yaitu pandangan radikal dan pandangan moderat.
Sejarah, Perjuangan dan Rekonsiliasi” dalam 2Cesar Adib Majul, Dinamika Islam di Filipina,
Islamica, Vol. 3, No. 1, September 2008, hlm. 54. (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 13.
dibentuk tanpa perwakilan para pemilih Islam 5Alfian, Peran Pihak Ketiga dalam Resolusi
dirasakan asing bagi warga Muslim Filipina yang Konflik: Kasus Indonesia dan Libya dalam
warisan kulturalnya diambil secara besar-besar- Penyelesaian Konflik antara Pemerintah Filipina
an dari masyarakat Melayu, lihat Tri Nuke dengan Moro National Liberation Front (MNLF),
Pujiastuti, Problematika Minoritas Muslim di (Jakarta: UI, 2000), hlm. 23.
Filipina, Thailand, dan Myanmar, (Jakarta: LIPI, 6Curah hujan tertinggi di Filipina mencapai
2003), hlm. 11. 2.500 mm yang dialami kota Luzon, lihat Choirul
Oxford Dunia Islam Modern, (Jakarta: Mizan, SEJARAH ISLAM MASUK KE FILIPINA
2001), hlm. 65. Filipina memiliki posisi strategis
9Minoritas diartikan sebagai sekelompok orang sebagai tempat persinggahan berbagai
yang karena satu dan lain hal menjadi korban bentuk budaya, agama, adat istiadat, di
pertama despotisme negara atau komunitas yang
membentuk mayoritas. Mereka adalah orang yang
sejarahnya tetap, tidak tertulis, tidak dikenal 10Sebutan Moro terhadap orang-orang Islam
kondisi dan keberdaannya, tidak diapresiasi di Filipina sebenarnya lebih bersifat politis,
cita-cita dan aspirasinya serta mereka adalah karena kenyataannya tidak ada nama etnis itu di
kaum yang tertindas di muka bumi, lihat Ali Filipina, dan Muslim Moro itu sendiri terdiri dari
Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, etnis yang beragam, lihat Ajid Thohir, Per-
terj. Zarkowi Soejoeti, (Jakarta: Raja Grafindo kembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam,
Persada, 2005), hlm. v. Minoritas Muslim di Cet. I, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 275.
Filipina ditinjau dari sudut sosiologis termasuk 11Limijo dan Syafuan Rozi, Demografi dan
minoritas agama, lihat Ahmad Suaedy dkk, Islam Sejarah Kolonisasi di Filipina, hlm. 25.
dan Kaum Minoritas: Tantangan Kontemporer, 12Cesar Adib Majul, Dinamika Islam Filipina,
13Choirul Fuad Yusuf dkk, Dinamika Islam: 16Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam
Filipina, Burma dan Thailand, hlm. 23-26. Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
14Islam yang berkembang di Filipina khusus- 2010), hlm. 119
nya wilayah Sulu pertama kali dibawa oleh para 17Saifullah SA, “Umat Islam di Filipina Selatan:
pedagang sekaligus sebagai seorang dai asal Sejarah, Perjuangan dan Rekonsiliasi”, hlm. 55.
Malaka, lihat Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban 18Dipercayai Makhdum datang bersama se-
Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 210. jumlah Cina Muslim, lihat Azyumardi Azra,
15Lihat catatan kaki no. 30 dalam Choirul Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Fuad Yusuf dkk, Dinamika Islam: Filipina, Burma Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan
dan Thailand, hlm. 36. 1998), hlm. 30.
selain Sulu itu sendiri, lihat Choirul Fuad Yusuf oleh Spanyol sampai Amerika Serikat, selama
dkk, Dinamika Islam: Filipina, Burma dan Thailand, ±300 tahun, lihat Saifullah, Sejarah dan Kebudaya-
hlm. 50. an Islam Asia Tenggara, hlm. 126.
20Saifullah SA, “Umat Islam di Filipina Selatan: 23M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia
Sejarah, Perjuangan dan Rekonsiliasi”, hlm. 57. Dewasa ini, hlm. 195-196.
24Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam Asia 26Apipuddin, Islam Asia Tenggara, (Jakarta:
Tenggara, hlm. 127. Akbar Media Eka Sarana, 2008), hlm. 109.
25M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia 27Saifullah SA, “Umat Islam di Filipina Selatan:
Dewasa Ini, hlm. 196. Sejarah, Perjuangan dan Rekonsiliasi”, hlm. 59.
Sejarah, Perjuangan dan Rekonsiliasi”, hlm. 60. Sejarah, Perjuangan dan Rekonsiliasi”, hlm. 60-61.
35M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia 36Choirul Fuad Yusuf dkk, Dinamika Islam:
Dewasa ini, hlm. 199. Filipina, Burma dan Thailand, hlm. 79-80.
Alfian, Peran Pihak Ketiga dalam Resolusi Konflik: Kasus Indonesia dan Libya dalam
Penyelesaian konflik antara Pemerintah Filipina dengan Moro National Liberation
Front (MNLF), Jakarta: UI, 2000.
Apipuddin, Islam Asia Tenggara, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2008.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII, Bandung: Mizan 1998.
Kettani, M. Ali, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, terj. Zarkowi Soejoeti, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005.
Limijo dan Syafuan Rozi, Demografi dan Sejarah Kolonisasi di Filipina, Jakarta: LIPI, 2001.
Majul, Cesar Adib, Dinamika Islam di Filipina, Jakarta: LP3ES, 1989.
----------, Filipina dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jakarta: Mizan, 2001.
Suaedy, Ahmad, dkk, Islam dan Kaum Minoritas: Tantangan Kontemporer, Jakarta: The
Wahid Institute, 2012.
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
SA, Saifullah, “Umat Islam di Filipina Selatan: Sejarah, Perjuangan dan Rekonsiliasi”
dalam Islamica, Vol. 3, No. 1, September 2008.
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Cet. I, Jakarta: Rajawali
Pers, 2009.
Pujiastuti, Tri Nuke, Problematika Minoritas Muslim di Filipina, Thailand, dan Myanmar,
Jakarta: LIPI, 2003.
Yusuf, Choirul Fuad, dkk, Dinamika Islam: Filipina, Burma dan Thailand, Jakarta:
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2013.
Wiharyanto, A. Kardiyah, “Perkembangan Masalah Moro 1975-1994” dalam Historia
Vitae, Vol. 28, No. 1, April 2014.
Abstrak
Ilmu qiraat al-Qur’an merupakan salah satu cabang kajian Ulumul Qur’an. Perkembangan
ilmu qiraat sendiri telah ada sejak masa Nabi SAW, pada masa itu qiraat terbatas pada
para sahabat yang menekuni bacaan (qira>’at) al-Qur’an, mengajarkan dan mempelaja-
rinya, tetapi belum terkodifikasi dengan baik. Ilmu Qiraat al-Qur’an adalah suatu ilmu
untuk mengetahui cara pengucapan lafal-lafal al-Qur’an, baik yang disepakati maupun
yang diperselisihkan oleh para ahli qiraat. Aspek yang ditelaah dalam studi ilmu qiraat
al-Qur’an ialah ragam bacaan dan sistem qiraat, yang memiliki hikmah dan manfaat
betapa terjaga dan terpeliharanya kitab Allah dari perubahan dan penyimpangan pada
hal kitab ini mempunyai sekian banyak segi bacaan yang berbeda-beda. Meringankan
umat Islam dan memudahkan mereka untuk membaca quran. Ini menunjukkan bukti
kemukjizatan al-Qur’an dari segi kepadatan makna (i’jaz)nya.
ta>bi’in, dan para ta>bi’in Ahmad bin Musa Al-‘Abbas (Ibnu Mujahid) itu se-
penuhnya bersifat kebetulan, sebab di luar mereka
menyampaikan serta menggajarkannya
ada ahli qiraat yang lebih berbobot dan jumlahnya
pula kepada para tabi’in-tabi’in. Demikian tidak sedikit. Abul ‘Abbas bin ‘Ammar mengatakan,
seterusnya bacaan al-Qur’an disampaikan secara umum Ibnu Mujahid menciptakan keruwet-
dan diajarkan pada kaum muslimin dari an dan menanamkan anggapan pada kaum awam
generasi ke generasi berikutnya. bahwa tujuh sistem qiraat itulah yang dimaksud-
kan oleh hadis, orang menjadi bingung dan sulit
dijelaskan jika ada sistem qiraat yang jumlahnya
4Manna’ Khalil Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, kurang atau lebih dari tujuh. Lihat dalam Subhi
terjm. Mudzakir AS, (cet. ke-14, Jakarta: PT. As-Shalih, membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, hal.
Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hal. 247. 350. Juga lihat dalam al-Burhan, I hal. 329.
5Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an..., hal. 205. 10M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an;
6Manna’ Khalil al-Qattan, studi Ilmu-Ilmu Media-media Pokok dalam menafsirkan Al-Qur’an,
Qur’an..., hal. 247. (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1972), hal. 137.
7M. Hasbi As-Shidieqy, Sejarah & Pengantar 11Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (semarang: Pustaka Qur’an, Terjm. Tim Pustaka Firdaus, cet. ke-x,
Rizki Putra, 1997), hal. 74. (jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), hal. 350.
Jakarta: Pustaka al-Kautsar, hlm. 117. 15Manna Khalil Qatthan, Pengantar Studi Ilmu
14Ibrahim al-Ibyary, Pengenalan Sejarah al- Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, hlm. 211.
Qur’an, Jakarta: Rajawali Press, hlm. 106. 16Hasanuddin Af, Anatomi al-Qur’an:
17Manna Khalil Qatthan, Pengantar Studi Ilmu MACAM-MACAM QIRA’AT DARI SEGI
…, hlm. 214-215. JUMLAH
18Manna Khalil Qatthan, Pengantar Studi Ilmu
19Abduh Zulfidar Akaha, Al-Qur’an dan Qiro’at 21Hasanuddin Af, Perbedaan Qira’at dan
...., hlm. 128. Pengaruhnya ..., hlm. 117. Lihat juga dalam Manna
20Manna Khalil Qattan, Pengantar Studi Ilmu Khalil Qattan, Pengantas Studi ilmu..., hlm. 217-
…, hlm. 223-226. 218.
Abduh Zulfidar Akaha, Al-Qur’an dan Qiro’at, Jakarta: Pustaka al-Kautsar. 1996
Edward W. Said, Orientalisme, terj. Asep Hikmat (Bandung, Pustaka, 1996).
Al-Fadli Abdul Hadi, Al-Qiraat Al-Quraniyyat, Beirut: dar al-Majma’al-‘ilmi, 1979.
Hasanuddin, Perbedaan Qiraat dan pengaruhnya terhadap Istimbath Hukum al-Qur’an,
Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1995.
Izzan, Ahmad, Ulumul Qur’an; telaah tekstualitas dan Kontekstualitas Al-Qur’an, cet. ke-4,
Bandung: Tafakur Anggota IKAPI, 2011.
Ibrahim al-Ibyary, Pengenalan Sejarah al-Qur’an, Jakarta: Rajawali Press. 1993.
Prof. DR. M.M.Al-A’zhami, The History of The Qur’anic Text : from Revelation to
compilation, a Comparative Study with the Old and New Testaments, terj. Sohirin
Solihin,dkk (Depok : Gema Insani,2005)
Qattan Manna’ Khalil, Mabahis fi Ulum al-Qur’an, cet. ke-3, mansyurat al-‘Asr al-Hadits,
1973.
----------, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terjm. Mudzakir AS, cet. ke-14, Jakarta: PT. Pustaka
Litera AntarNusa, 2011.
Sahiron Syamsuddin, dkk. Hermeneutika al-Qur’an Mazhab Yogya, (Yogyakarta:
Islamika, 2003)
As-Shalih Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Terjm. Tim Pustaka Firdaus, cet. ke-x,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.
Ash-Shiddieqy M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an; Media-media Pokok dalam menafsirkan Al-
Qur’an, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1972
---------, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
1997.
Syamsuddin Arif, Al-Qur’an, Orientalisme dan Luxenberg dalam AL-INSAN Jurnal Kajian
Islam Vol 1.no. 1. Januari, 2005.
Oleh: Sunandar
Dosen Fakultas Adab dan Ushuluddin
Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas
Abstrac
Management Baitul Ma@l in the region Sultanate of Sambas starting from the
establishment of official clerical institution, so that the maintenance of religious issues
are handled by the state. Through the Maharaja Imam affairs handled. Improved
management of Baitul Ma@l permanently in Sultanate of Sambas started in 1944,
through deliberation attended by clerics in the kingdom Sambas consisting of Imam,
Khatib and Penghulu. In the meeting formulated 37 articles concerning cost issues of
marriage, divorce , reconciliation , alms (zakat mal and zakat fitrah), procedures for
withdrawal, distribution / distribution of funds and the people who deserve it.
Formation of the Baitul Ma@l experienced a fundamental problem , which is caused by
political problems being faced by the people of Sambas, from the defeat of Japan to the
Allies in 1945 , which followed the arrival of the NICA until the expulsion of the Dutch in
1949 and the events PGRS - PARAKU until 1965.
Amelia Fauzia dan Ary Hermawan, tt, ‘Ketegangan antara Kekuasaan dan Aspek
Normatif Filantropi dalam Sejarah Islam di Indonesia’, dalam Idris Thaha (ed),
Berderma untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam, Jakarta: Teraju.
Aqib Suminto, 1996, Politik Islam Hindia Belanda: Het Kantoor voor Inlandsche zaken, cet.
Ketiga, Jakarta: LP3ES.
Budiman, Moch. Arif, 2005, ‘Melacak Praktik Pengelolaan Zakat Di Indonesia Pada Masa
Pra-Kemerdekaan’ dalam Jurnal Khazanah Vol. IV, No. 01 2005, Januari-Februari,
Banjarmasin: IAIN Antasari.
Deliar Noer, 1983, Administrasi Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1983.
G. Fredrik, 1920, ‘Sungai Raya Afdeling Sambas: Mendapat Selembar Circulaire Maharaja
Imam’, dalam Borneo Barat Bergerak, No. 15, tanggal 1 Mei 1920, Tahoen 1.
Graaf, H. J. De, 2004,Cina Muslim di Jawa Abad ke XV dan XVI Antara Historis dan Mitos,
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Harlem Siahan, 1984, Kolonisasi dan Kongsi Cina di Kalimantan Barat: Pembentukan dan
Perkembangannya 1772-1854, Tesis pada Fakultas Pascasarjana Universitas
Gajah Mada Yogyakarta, tidak diterbitkan, Yogyakarta: UGM.
Imran, Muhammad Basiuni, 1920, ‘Jawaban atas Pertanyaan G. Fredrik’, dalam Majalah
Borneo Barat Bergerak N0. 17 1 Juni 1920 Tahoen 1.
---------------, 1920, Cahaya Suluh: Pada Mendirikan Jum’at Kurang Daripada Empat Puluh,
Singapura: Matba’ah al-Ikhwan.
---------------, 1943, Kita@b al-Jana’iz, Singapura: Matba’ah al-Ahmadiyah.
Mahrus Effendi, 1995, Riwayat Hidup dan Perjuangan Maharaja Imam Sambas, Jakarta :
Dian Kemilau.
Pijper, 1985. Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, terj.
Tudjimah dan Yessy Augusdin, Jakarta: UI Press.
Ratno Lukito, 1998, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia, Jakarta:
INIS.
Steenbrink, Karel A. 1984, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19,
Jakarta: Bulan Bintang.
Sunandar, 2013, Peran Maharaja Imam Muhammad Basiuni Imran Dalam Kehidupan
Sosial Keagamaan Masyarakat Kerajaan Al-Watzikhoebillah Sambas 1913-1976,
Tesis, tidak diterbitkan, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Taufik Abdullah, 1996, ‘Pengantar’, dalam Snouck Hurgronje, Islam di Hindia Belanda,
terj. S. Gunawan, (Jakarta: Bhatara karya Aksara, 1983), hal. 5. Lihat juga Aqib Suminto,
Politik Islam Hindia Belanda: Het Kantoor voor Inlandsche zaken, cet. Ketiga, Jakarta:
LP3ES.
Abstrak
Fungsi pakaian terutama sebagai penutup aurat, sekaligus sebagai perhiasan, memper-
indah jasmani manusia. Agama Islam memerintahkan kepada setiap orang untuk
berpakaian yang baik dan bagus. Baik berarti sesuai dengan fungsi pakaian itu sendiri,
yaitu menutup aurat, dan bagus berarti cukup memadai serasa sebagai perhiasan tubuh
yang sesuai dengan kemampuan si pemakai untuk memilikinya. Untuk keperluan ibadah
misalnya untuk shalat dimasjid, kita dianjurkan memakai pakaian yang baik dan suci.
Berpakaian dengan mengikuti muda yang berkembang saat ini, bukan merupakan
halangan, sejauh tidak menyalahi fungsi menurut Islam. Namun demikian kita
diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan. Berpakaian bagi kaum wanita mukimn
telah digariskan oleh Al-Qur’an adalah menutup seluruh auratnya. Hal tersebut selain
sebaya identitas mukminah juga menghindari diri dari gangguan yang tidak diinginkan
pada dasarnya pakaian muslim tidak menghalangi pemakaiannya untuk melakukan
kegiatan sehari-hari dalam bermasyarakat. Semuanya kembali kepada niat si pemakai-
nya dalam melaksanakan ajaran Allah.
(Surabaya: Bintang Usaha, 2006) Hlm 32-33. (Jogjakarta: pro-u media, 2005) hlm 30.
KESIMPULAN
1. Menutup aurat adalah dengan meng-
gunakan kain atau pakaian yang ber-
fungsi sebagai penghalang aurat ter-
buka.
2. Pakaian shalat bagi seorang wanita
harus bisa menutupi aurat. Aurat
wanita (semua anggota tubuhnya)
kecuali muka dan telapak tangan.
3. Muhrim dalam istilah ilmu fiqih ada-
lah wanita yang diharamkan untuk
dikawini dengan sebab ada hubungan
keturunan / pertalian darah, karena
sepersusun, karena perkawinan
4. Syarat-syarat tertentu pakaian jilbab
sebagai berikut: Pakaian itu dapat
menutupi seluruh tubuh kecuali muka
dan telapak tangan, Jenis kainnya
harus tebal, Lapang tidak sempit
(ketat), Tidak menyerupai pakaian
laki-laki, Tidak menyerupai pakaian
wanita kafir, Tidak terlalu menyolok
dan Tidak ada hiasan pada pakaian
itu sendiri.
Aidh Bin’ Abdullah Al-Qarni, Jangan Bersedih Jadilah Wanita Paling Yanng Bahagia,
Kuala Lumpur: Al-Hidayah, 2009
Amina, Soal Jawab Agama Untuk Para Remaja, Kuala Lumpur: Al-Hidayah, 2005.
Labib MZ, Aneka Problem Wanita Modern, Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2006
…………,Wanita Idaman, Surabaya, Mulia Jaya: 2011
Salim A. Fillah, Agar Bidadari Cemburu Padamu, Yogyakarta: Pro-U Media, 2010
Soleh Fauzan Abdullah, Wanita Juga Rindukan Syurga, Kuala Lumpur: Kemilau Publika
Sdn Bhd, 2013
Syaikh Mutawalli As-Sya’ Rawi, Fikih perempuan, Jakarta: Amzah, 2013
Syaikh Ibnu Baz, Wanita Bertanya Ulama Menjawab, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001
Oleh Tomi*
Abstrak
Keunikan Muhammad Arsyad berbeda dengan ulama Nusantara lainnya, karya yang
dihasilkan ditulis di Banjar. Ketika pulang ke Banjar, Arsyad disibukkan mengajar dan
menyusun segala macam bidang yang berkaitan dengan dakwah, pendidikan dan hukum
Islam. Karya Muhammad Arsyad banyak sekali menjadi bahan pertimbangan untuk dikaji
tetapi yang tercatat hanya 17 buah. Hasil dari pemikirannya dituangkan dalam bidang
fatwa, bidang ilmu falak, bidang pendidikan dan pertanArsyadn, bidang dakwah, bidang
tasawuf, bidang kenegaraan, bidang fiqh, dalam bidang fiqh, Arsyad mengajukan kepada
Sultan Banjar agar struktur amil zakat dan tugasnya masing-masing (proporsional), agar
tidak tumpang tindih dan pembagArsyadnnya sampai kepada fakir miskin, seperti Sa’i,
Katib, Qasim, Hasyir, A’rif, Hasib, Jundiy, Hafidz, Jabi’.
3http://sabrArsyadl.wordpress.com/2007/07 4http://sabrArsyadl.wordpress.com/2007/07
/05/syekh-muhammad-arsyad-al-banjari/ /05/syekh-muhammad-arsyad-al-banjari/
dArsyadkses pada tanggal 1 Oktober 2016. dArsyadkses pada tanggal 1 Oktober 2016.
Sejarah, (Jakarta: PT. GramedArsyad Pustaka Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern,
Utama, 2002), hlm 98 Jakarta: LP2S, 1984. hlm. 94
Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, cet.1, Jakarta; Logos
Wacana Ilmu, 1998.
Azumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer: Wacana Aktualitas, dan Aktor Sejarah,
Jakarta: PT. GramedArsyad Pustaka Utama, 2002.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta; PT. Ictisar Baru Van Hoeve,
1994.
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun
Modern, Jakarta: LP2S, 1984.
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Bandung: Mizan, 1999.
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan), Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
http://majelisauliya.heck.in/manaqib-syech-muhammad-arsyad-al-banjari.xhtml
http://sabrArsyadl.wordpress.com/2007/07/05/syekh-muhammad-arsyad-al-banjari/
Tribunnews.com, Martapura