Syahadah
Jurnal Ilmu Al-Qur’an
& Keislaman
SYAHADAH
Jurnal Ilmu Al-Qur’an & Keislaman
Penerbit:
Program Studi Ilmu al-Qur’an & Tafsir
Universitas Islam Indragiri Tembilahan
Pembina:
Rektor Universitas Islam Indragiri
Penanggung Jawab/Pengarah:
Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam
Tim Ahli:
Amaruddin, S. Ag, MA
H. Muhammad Yusuf, Lc,M.S.I
Pimpinan Redaksi:
Ridhoul Wahidi, MA
Tim Redaksi:
Nasrullah, M.S.I
Gianti, S.Th.I
Mitra Bestari
Dr. Mikdar Rusdi (Universitas Tun Husein Onn Malaysa)
Dr. H. Abdul Mustaqim, MA (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Dr. Risman Bustamam (IAIN Imam Bonjol Padang)
Dr. Muhammad al-Fatih Suryadilaga (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Distribusi & Sirkulasi:
Ali Murtopo, S. Sos. I
Nurhayati. S. E
Barry Gunawan
Editor/Lay-out
Fiddian Khairuddin, S.Th.I., MA
Alamat Redaksi:
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI)
Universitas Islam Indragiri Tembilahan – Indragiri Hilir – Riau
Jln. Baharudin Jusuf No. 10 Tembilahan 29200
Telp : 0768-324918, Fax : 0768-22418. Hp. 0853 56200 444
Email : journal_syahadahfiai@yahoo.com
Jurnal Syahadah merupakan jurnal ilmu al-Qur’an dan keislaman dengan
kajian multidisipliner, terbit dua kali dalam satu tahun (April dan oktober),
dikelola oleh program studi Manajemen Pendidikan Islam Fak. Ilmu Agama
Islam Universitas Islam Indragiri Tembilahan. Redaksi menerima tulisan
yang relevan selama mengikuti petunjuk penulisan yang ditetapkan.
iii
SAJIAN
Volume II, No. II, Oktober 2014 ISSN : 2338-0357
SAJIAN (iii)
EDITORIAL (iv)
EDITORIAL
Bismillahi Al-Rahman Al-Rahim
Puji dan syukur kepada Allah swt., Jurnal Ilmu al-Qur’an dan
Keislaman Syahadah Volume II Nomor II Oktober 2014 hadir kem-
bali untuk menyapa para pembaca, peminat, dan penikmat ilmu al-
Qur’an dan keislaman.
Jurnal di hadapan anda ini terbit dua kali dalam setahun.
Penerbitan yang rutin, dalam waktu dekat, diharapkan mampu
memenuhi salah satu standar dalam penilaian akreditasi Fakultas
Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri Tembilahan. Lebih
jauh, jurnal ini diproyeksikan mampu menjawab segala tantangan
dari permasalahanyang ada di masyarakat dan dunia Islam, yaitu
dengan berkontribusi dalam penyebaran dan pengembangan karya
ilmiah intelektual di bidang ilmu al-Qur’an dan keislaman.
Jurnal Syahadah Volume II Nomor II Oktober 2014 ini ditulis
oleh beberapa akademika pecinta ilmu al-Qur’an dan keislaman.
Mereka adalah:
1. Amaruddin, Mengungkap Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-
Qur’an Karya Ath-Thabari.
2. Abd. Halim, Kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibnu ‘Asyur
dan Kontribusinya terhadap Keilmuan Tafsir Kontemporer.
3. Lenni Lestari, Konsep Keadilan dan Indeterminasi Menurut al-
Zamakhsyari (Analisis Terhadap Kisah Nabi Adam dan Hawa
dalam Tafsir al-Kasysyaf).
4. Atik Wartini, Tafsir Berwawasan Gender (Study Tafsir Al-Mis-
bah Karya M.Quraish Shihab).
5. Afriadi Putra, Khazanah Tafsir Melayu (Studi Kitab Tafsir Tarju-
man Al- Mustafid karya Abd Rauf Al- Sinkili).
Dewan redaksi sepenuhnya menyadari bahwa terdapat berbagai
kelemahan dan kekurangan pada penerbitan edisi kali ini. Maka
masukan dan kritikan dari semua pihak akan kami terima dengan
terbuka dan rasa terima kasih.
Tim Redaksi
Mengungkap Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an
Karya Ath-Thabari
Amaruddin, MA
Ketua Lembaga Pengkajian Studi Keislaman dan Dosen Fakultas
Agama Islam Universitas Islam Indragiri
A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah wahyu Allah dengan kebenaran mutlak yang
menjadi sumber ajaran Islam. Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat
Islam yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Ia berfungsi
untuk memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manu-
sia, baik secara pribadi maupun secara kelompok.1
Al-Qur’an bagaikan samudra yang tidak pernah kering airnya,
gelombangnya tidak pernah reda, kekayaan dan khazanah yang di-
kandungnya tidak pernah habis, dapat dilayari dan diselami dengan
berbagai cara, dan memberikan manfaat dan dampak luar biasa bagi
kehidupan manusia. Ia juga menjadi tempat pengaduan dan pen-
curahan hati bagi yang membacanya. Dalam kedudukannya sebagai
B. Pembahasan
a. Biografi Ath-Thabari
Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir seorang imam,
ulama’ dan mujtahid pada abad ini, kunyahnya adalah Abu
Ja’far Ath Thabari. Beliau dari penduduk Amuli, bagian dari
daerah Thabristan, karena itulah sesekali ia disebut sebagai
Amuli selain dengan sebutan yang masyhur dengan Ath-
Thabari. Uniknya Imam Thabari dikenal dengan sebutan kun-
yah Abu Ja’far, padahal para ahli sejarah telah mencatat bahwa
sampai masa akhir hidupnya Imam Thabari tidak pernah me-
nikah.Beliau dilahirkan pada akhir tahun 224 H awal tahun
225 H.
Para sejarawan yang menulis biografi Ath-Thabari tidak
banyak yang menjelaskan kondisi keluarga ulama besar ini.
Hanya saja, dari sumber yang sangat terbatas tersebut dapat di-
simpulkan bahwa keluarga Ath-Thabari tergolong sederhana,
kalau tidak dikatakan miskin, namun ayahnya sangat mement-
ingkan pendidikan putranya tersebut, sebagaimana yang akan
dijelaskan nanti.
2 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h. 83
Mengungkap Tafsir Jami’ al-Bayan ...
7
Amaruddin, MA
tujuga kisah kelaparan yang dia alami selama di Mesir dan kiri-
man orang tuanya yang dikirim terlambat, sehingga ia terpaksa
menjual pakaiannya.Namun dengan keterbatasan ekonomi
tersebut tidak lantas melunturkan semangat Imam Thabari
dalam menuntut ilmu.
Penguasaan Ath-Thabari terhadap berbagai disiplin ilmu
ini menjadi catatan sendiri para ulama sepanjang masa, se-
hingga tidak heran sederet predikat dan sanjungan disemat-
kan kepadanya.Al-Khathib al-Baghdadi (w.463H) salah satu-
nya.Dalam kitab Tarikh Baghdad, ia menyatakan,
“Ath-Thabari adalah seorang ulama paling terkemuka yang
pernyataannya sangat diperhitungkan dan pendapatnya
pantas menjadi rujukan, karena keluasan pengetahuan dan
kelebihannya.Ia menguasai berbagai disiplin ilmu yang sulit
ditandingi oleh siapa pun di masa itu.”
Pengakuan terhadap keilmuan Ath-Thabari tidak hanya
datang dari para ulama lintas generasi sesudahnya yang meng-
kaji dan meneliti karya-karya besarnya, seperti Ibn al-Atsir
(w.630H), al-Nawawi (w.676H), Ibn Taimiyah (w.728H), al-Dza-
habi (w.748H), Ibn Katsir (w.774H), Ibn Hajar al-`Asqalani
(w.852H), al-Suyuthi (w.911H) dan lain-lain. Tapi para ulama
yang hidup satu generasinya juga tidak kurang menyatakan
kekaguman dan pujiannya, di antara pujian mereka terhadap
ImamThabari adalah sebagai berikut:
Abu Sa’id berkata,
“Muhammad bin Jarir berasal dari daerah Amul, menulis di
negri Mesir. Lalu pulang ke Bagdad, dan telah mengarang
beberapa kitab yang monumental, dan itu menunjukkan lu-
asnya ilmu beliau.”
Al Khatib berkata, “Muhammad bin Jarir bin Yazid bin
Katsir bin Ghalib, beliau adalah salah satu Aimmah Ulama’
(sesepuh ulama’), perkataannya bijaksana dan selalu dimin-
tai pendapatnya karena pengetahuannya dan kemuliaannya.
Beliau telah mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak penah ada
seorangpun yang melakukannya semasa hidupnya. Beliau
adalah seorang Hafidz, pandai ilmu Qira’at, ilmu Ma’ani faqih
tehadap hukum-hukum al-Qur’an, tahu sunnah dan ilmu ca-
Mengungkap Tafsir Jami’ al-Bayan ...
11
Amaruddin, MA
4 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani. 2008), h. 69.
Jurnal Syahadah
12
Vol. II, No. II, Oktober 2014
f. Karakteristik Tafsir
Ath-Thabari menggunakan metode ilmiah yang memiliki
unsur-unsur yang jelas dan sempurna. Ia menggabungkan anta-
ra riwayat, dirayat, ashalah (keotentikan). Sisi riwayat ia peroleh
dari studinya terhadap sejarah, sirah nabawiyah, bahasa, syair,
qiraat, dan ucapan orang-orang terdahulu. Adapun sisi dirayat
ia peroleh dari perbandingannya terhadap pendapat-pendapat
para fuqaha setelah ia ketahui dalil dari masing-masing me
reka, dan cara pentarjihannya. Kemudian dari pengetahuan-
nya terhadap ilmu hadits yang menyangkut studi sanad, kondi-
si perawi dan kedudukan hadits. Satu hal yang mempertajam
sisi dirayat-nya adalah karena ia pandai ilmu jadal (perdebatan),
yaitu ilmu yang menjadi sarana untuk mengadu dalil dan argu-
mentasi, dimana Thabari adalah pakarnya.
g. Sumber Penafsiran
Tafsir Thabari adalah penggabungan antara dua sisi se-
cara seimbang dan sempurna. Di dalamnya terdapat sejumlah
riwayat hadits yang melebihi riwayat hadits yang ada dalam
kitab-kitab tafsir bil ma’tsur yang ada pada masanya. Kemudian
lebih dari itu, di dalamnya terdapat teori ilmiah yang diban-
gun atas dasar perbandingan dan penyaringan antar pendapat.
Dengan cara ini Thabari telah menempuh langkah metodolo-
gis yang sangat penting, dimana tafsir bukan hanya sekedar
berisi penjelasan tentang riwayat-riwayat dan atsar, melainkan
telah bercampur dengan kajian analisa yang tidak keluar dari
jalur kebenaran. Itu semua dilakukan dengan mengkaji ‘illah,
sebab-sebab dan qarinah (sisi indikasi dalil).
h. Metode Penulisan Tafsir
Metode yang digunakan dalam kitab ini yaitu metode
tahlili, metode tafsir yang menyoroti ayat-ayat al-Qur’an den-
gan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung
di dalamnya sesuai urutan bacaan yang terdapat di dalam al-
Qur’an mushaf Usmani.
Dalam menafsirkan al-Qur’an, mufasir biasanya melaku-
kan langkah sebagai berikut:
a. Menerangkan hubungan (munasabah) baik antara satu
ayat dengan ayat lain maupun antara satu surah dengan
Mengungkap Tafsir Jami’ al-Bayan ...
13
Amaruddin, MA
surah lain.
b. Menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat (asbab al-nuzul).
c. Menganalisis mufradat (kosakata) dan lafal dari sudut pan-
dang bahasa Arab.
d. Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksud-
nya.
e. Menerangkan unsur-unsur fashahah, bayan, dan i’jaz-nya,
bila dianggap perlu. Khususnya, apabila ayat-ayat yang di-
tafsirkan itu mengandung keindahan balaghah.
f. Menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang
dibahas, khususnya apabila ayat-ayat yang ditafsirkan
adalah ayat-ayat ahkam, yaitu berhubungan dengan per-
soalan hukum.
g. Menerangkan makna dan maksud syara’ yang terkandung
dalam ayat bersangkutan. Sebagai sandarannya, Thabari
mengambil manfaat dari ayat-ayat lainnya, hadits Nabi
Saw, pendapat para sahabat dan tabi’in, di samping ijti-
had sendiri.5
i. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan oleh Thabari dalam setiap
bukunnya terdapat langkah penting, diantaranya:
a. Biasanya Thabari memulai dengan menetapkan dan
membatasi tema yang akan dibahas, baik itu berupa ayat
dan penafsirannya atau penjelasan sebuah hadits, kemu-
dian menyimpulkan berbagai pendapat mengenai aqidah,
hukum fiqih, qira’at, suatu pendapat, atau permasalan
yang diperselisihkan.
b. Apabila tema telah ditetapkan, ia mulai mengumpulkan ba-
han-bahan ilmiah yang berkaitan dengannya dan berusaha
semaksimal mungkin agar bahan yang ia kumpulkan leng-
kap dan menyeluruh demi kesempurnaan tema yang diba-
hasnya. Semua ini dilakukan sebelum memulai penulisan.
c. Jika semua bahan kajian telah terkumpul, ia pun mulai
meneliti dan mempelajarinya. Beliau meneliti dengan
sangat sabar setiap hadits dan atsar yang menyangkut
C. Penutup
Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib, Abu
Ja’far. Beliau dilahirkan di kota Amul (kota terbesar di Thabristan)
pada tahun 225 H. Semenjak dini beliau terarah untuk menuntut
ilmu dan mempelajari ilmu-ilmu agama. Beliau sudah hafalal-Qur’an
semenjak berumur tujuh tahun. Beliau sudah menulis hadits ketika
berumur sembilan tahun.
Pendidikan Ath-Thabari dimulai dari kota kelahirannya send-
iri. Lalu pada usia 12 tahun ia merantau ke kota Ray, sebelah utara
Persia. Disini, ia belajar hadits kepada Muhammad bin Hamid Ar-
Razi, seorang Imam Besar hadits. ia juga berguru kepada Ahmad
bin Hammad Ad-Daulaby, seorang ulama yang terkenal sebagai ahli
riwayah. Dari kota Ray, Ath-Thabari merantau ke Irak. Awalnya ia
hendak menuju Baghdad untuk berguru kepada Imam Ahmad bin
Hanbal. Namun, ketika mendengar kabar bahwa ulama yang dituju
wafat, ia beralih menuju Bashrah. Disini ia berguru kepada seorang
penghafal hadits jenius, Abu Bakar Muhammad bin Basyar yang ter-
kenal dengan nama Bundar.
Banyak didapati pengakuan terhadap Imam Thabari dalam
usahanya mengembangkan Tafsir, seperti berikut ini:
Imam as-Suyuthi, seorang mufasir menyatakan seperti beri-
Mengungkap Tafsir Jami’ al-Bayan ...
15
Amaruddin, MA
kut, “Kitab ibnu Jarir adalah kitab tafsir paling agung (yang sampai
kepada kita). Di dalamnya beliau mengemukakan berbagai macam
pendapat dan mempertimbangkan mana yang lebih kuat, serta
membahas i’rob dan istinbat. Karena itulah ia melebihi tafsir-tafsir
karya para pendahulu.”
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah telah memuji Imam Thabari, an-
tara lain mengatakan, “Adapun tafsir-tafsir yang di tangan manusia,
yang paling dahulu adalah tafsir Ibnu Jarir Ath thabari, bahwa be-
liau (Ibnu jarir) menyebutkan perkataan salaf dengan sanad-sanad
yang tetap, dan tidak ada bid’ah sama sekali, dan tidak menukil dari
orang yang Muttahim, seperti Muqatil bin Bakir dan Al Kalbi.” 6
As-Suyuthi telah meneliti thabaqah mufasir sejak awal kemuncu-
lan ilmu ini, dan ketika sampai pada Abu Jafar, ia menempatkannya
pada thabaqah (tingkatan) yang pertama, kemudian ia berkata, “Jika
engkau bertanya: Tafsir apa yang engkau sarankan dan dijadikan se-
bagai bahan rujukan? Maka aku katakan: Tafsir Ibnu Jarir, yang para
ulama telah bersepakat bahwa belum ada kitab tafsir yang semisalnya.”
Abu Muhamamad Abdullah bin Ahmad bin Jafar al-Farghani
mengatakan bahwa ia pernah bermimpi mengikuti Majlis ilmu Abu
Jafar dan manusia kala itu sedang membaca kitab Tafsir Ibnu jarir,
lantas aku mendengar suara dari antara langit dan bumi yang men-
gatakan: Barangsiapa ingin mendengarkan al-Quran sebagaimana ia
turun, maka dengarkanlah kitab ini.
Daftar Pustaka
6 Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, Juz, 2 hal: 192. Dan Husain az-Zahabi, Tafsir wal
Mufassirun, Juz: 1, h. 208.
Kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Karya Ibnu ‘Asyur
Dan Kontribusinya Terhadap
Keilmuan Tafsir Kontemporer
Abd. Halim
Staff Dosen Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
dan STIQ An-Nur Bantul Yogyakarta1
A. Pendahuluan
Pembacaan terhadap al-Qur’an, baik dari segi pola penafsiran,
epistemologi, metodologi, dan lain sebagainya, telah berkembang
dari masa ke masa bahkan tidak akan pernah berhenti selama proses
penafsiran dilakukan. Perkembangan pembacaan tersebut, mulai
dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit, merupakan
konsekwensi logis dari usaha manusia untuk mendialogkan teks
yang terbatas (al-nusus al-mutanahiyah) dengan konteks yang tidak ter-
batas (al-waqaillati gairu mutanahiyah). Di samping itu, hal tersebut
merupakan implikasi dari pandangan teologis umat Islam bahwa al-
Qur’an salih likulli zaman wa al-makan.2
Perkembangan pembacaan tersebut dapat dilihat dengan jelas
misalnya dalam berbagai macam kategorisasi kecenderungan, kro-
nologi waktu, tema yang dibahas baik al-Qur’an itu sendiri maupun
tafsirnya. Berbagai macam kategorisasi telah digagas oleh para pengk-
aji al-Qur’an seperti Ignas Goldziher, J.J.G. Jansen, Muhammad Hu-
sein al-Zahabi, Aminah Wadud serta beberapa pemikir kontemporer
lainnya.3 Abdul Mustaqim mencoba melihat lebih jauh tentang peta
metodologi penafsiran al-Qur’an mulai dari pertama kali ia diwahyu-
kan hingga masa kontemporer. Secara periodik, ia membagi kategori
tafsir menjadi tiga periode, yakni periode klasik, pertengahan dan
1 Email : akh_haliem8789@yahoo.co.id
2 Waryono Abdul Ghafur “Al-Qur’an Dan Tafsirnya Dalam Perspektif Arkoun”
dalam Abdul Mustaqim-Sahiron Syamsuddin (ed.), Studi al-Qur’an kontemporer,
hlm. xi.
3 Penjelasan tentang kategorisasi tafsir ini dapat dibaca secara lengkap dalam
karya Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran al-Qur’an
periode Klasik hingga Kontemporer (Yogyakarta: Nun Pustaka, 2003).
Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir ...
17
Abd. Halim
B. Pembahasan
a. Biografi Pengarang Kitab
1. Biodata Ibnu Asyur
Ibnu ’Asyur nama lengkapnya adalah Muhammad Ta-
hir Tahir II bin Muhammmad bin Muhammad Tahir Tahir
I bin Muhammad bin Muhammad Syazili bin ‘Abd al-Qadir
bin Muhammad bin ‘Asyur. Ia lahir dari sebuah keluarga te-
hormat yang berasal dari Andalusia pada tahun 1296 H atau
1879 M dan wafat pada tahun 1393 H atau 1973 M. Tempat
lahir dan wafatnya sama yaitu di Tunisia.9 Ibunya bernama
Fatimah, anak perempuan dari Perdana Menteri Muham-
mad al-Aziz bin Attar. Kakek jauhnya yaitu Muhammad bin
‘Asyur mendatangi Tunisia dan kemudian menetap disana
pada tahun 1060 H.
Keluarga Ibnu ‘Asyur terkenal sebagai keluarga religius
dan memberikan fatwa kepada umat. Fungsi mufti kadang-kadang diambil oleh
suatu organisasi ulama seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) maupun oleh
Pengadilan Agama. Fatwa MUI hanya merupakan anjuran bagi umat sedang-
kan keputusan Pengadilan Agama memiliki suatu kekuatan hukum. http://
id.wikipedia.org/wiki/Mufti diakses pada tanggal 21 April 2011.
7 Arwani Syaerozi, “Para Pioner Kajian Maqasid Syari’ah” dalam www.fahmina.
or.id/index diakses tanggal 21 April 2011.
8 http://www.tafsir.net/vb/showthread.php?t=3712 diakses pada 21-05-2010.
9 Abdul Qadir Muhammad Shalih, al-Tafsir wa al-Mufassirun fi al-’Asr al-Hadis,
‘Arad wa Dirasah Mufassalah, li Ahammi Kutub al-Tafsir al-Ma’asir (Beirut: dar al-
Ma’rifah, t.t), hlm. 28.
Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir ...
19
Abd. Halim
10 Tim Penyusun, “Ibn ‘Asyur” , The Encyclopedia Of Islam. New Edition (Leiden ,tp,
1971), Vol. III, h. 720.
11 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, Kajian Komprehensif Metode Para
Ahli Tafsir, terj. Syahdianor dan Faisal Saleh (Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 313.
12 Muzakki, “Tafsir Ibnu ‘Asyur” dalam http://pemudabugis.multiply.com /jour-
nal/item/240 diakses tanggal 21 Mei 2010.
Jurnal Syahadah
20
Vol. II, No. II, Oktober 2014
tersebut.13
Ibn ‘Asyur menjadi salah satu ulama besar di Tunisia.
Setelah menyelesaikan pelajarannya di Zaitunah, ia meng-
abdikan diri kepada lembaga tersebut dan menempati berb-
agai posisi di bidang agama. Karirnya sebagai pengajar ber-
mula pada saat ia menjadi mudarris (pengajar) tingkat kedua
untuk mazhab Maliki di Masjid Zaitunah. Menjadi mudarris
tingkat pertama pada tahun 1905. Pada tahun 1905 sampai
1913 ia mengajar di Perguruan Sadiqi. Dia terpilih menjadi
wakil inspektur pengajaran di Masjid Zaitunah pada tahun
1908. Pada tahun berikutnya ia menjadi anggota dewan pen-
gelola perguruan Sadiqi.14
Ia diangkat menjadi qadi (hakim) mazhab Maliki pada
tahun 1913 dan diangkat menjadi pemimpin mufti (Basy
Mufti) mazhab Maliki di negara itu pada tahun 1927. ia
juga seorang mufassir, ahli bahasa, ahli nahwu dan ahli di
bidang sastra. Ia terpilih menjadi anggota Majma’ al-Lugah
al-‘Arabiyyah di Mesir dan Damsyq pada tahun 195015 dan
anggota Majma’ al-Ilmi al-Arabi di Damaskus pada tahun
1955. Ia banyak menulis baik berupa buku maupun artikel
di berbagai majalah dan koran di Tunisia.
Ibnu ’Asyur memiliki peran yang sangat penting
dalam menggerakkan nasionalisme di Tunisia. Beliau hidup
sezaman dengan ulama ternama di Mesir, Muhammad al-
Khadr Husein at-Tunisy yang menempati kedudukan Ma-
syikhatul al-Azhar (Imam Besar al-Azhar). Keduanya adalah
teman seperjuangan, ulama yang sangat luar biasa, memiliki
tingkat keimanan yang tinggi, sama-sama pernah dijoblos-
kan ke dalam bui lantaran karena mempertahankan pema-
haman dan ideologinya serta menanggung penderitaan yang
sangat berat demi memperjuangkan negara dan agama.
Pada akhirnya Muhammad al-Khidr ditakdirkan oleh Allah
13 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, Kajian Komprehensif, hlm. 313.
14 http://haanadza.blogspot.com/2008/03/biografi-ibn-’Asyur-penulis-tafsir-t.
html.# diakses tanggal 12 Januari 2011.
15 Abdul Qadir Muhammad Shalih, al-Tafsir wa al-Mufassirun fi al-’Asr al-Hads, hlm.
228.
Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir ...
21
Abd. Halim
16 Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, Kajian Komprehensif Metode Para
Ahli Tafsir, hlm. 314.
Jurnal Syahadah
22
Vol. II, No. II, Oktober 2014
ُشَ ْط َره
َِم َو ْج ُه اللَّه َّ فَث
Jurnal Syahadah
24
Vol. II, No. II, Oktober 2014
22 Lihat kembali pengantar Ibnu ‘Asyur dalam Muhammad Tahir Ibnu ‘Asyur,
Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 1, hlm. 5.
23 Muhammad Tahir Ibnu ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 23, hlm. 311.
24 Muhammad Tahir Ibnu ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir ... hlm. 312-313.
Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir ...
25
Abd. Halim
Nabi.25
d) Menganalisis makna serta kedudukan kata dalam bahasa
Arab.
Analisis kata per kata dan menjelaskan ketinggian nilai
bahasa al-Qur’an adalah metode yang paling sering digu-
nakan oleh Ibnu ’Asyur dalam tafsirnya. Bahkan di setiap
menjelaskan suatu ayat, Ibnu ’Asyur tidak lepas dari anali-
sis kata yang merupakan ciri khas dari tafsirnya.
e) Menjelaskan tafsir suatu ayat dengan al-Qur’an atau
hadis.
Dalam menjelaskan tafsirnya, Ibnu ’Asyur juga sering
menggunakan ayat al-Qur’an atau hadis.
f) Mengungkapkan perbedaan qira’at dan menjelaskan
penafsiran dari masing-masing qira’at serta men-tarjih
(mengunggulkan) salah satu yang paling kuat.
g) Mengutip pendapat para Ulama dan terkadang mem-
bandingkannya serta memilih pendapat yang lebih kuat.
h) Menjelaskan keterkaitan ayat (tanasub al-ayat) dalam al-
Qur’an.
Dalam menjelaskan keterhubungan antar ayat ini, Ibnu
’Asyur mengikuti metode yang digunakan oleh al-Biqa’i
dalam kitabnya Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa
al-Suwar.26
d. Kontribusi Tafsir Ibnu ‘Asyur dalam pengembangan Tafsir
Jika ditilik dari perkembangan tafsir di era kontempo-
rer, karya tafsir Ibnu ’Asyur ini tidak bisa dipandang sebelah
mata. Dengan gayanya yang khas, tafsir ini telah menyumbang-
kan beberapa pemikiran yang cukup inovatif. Sebagaimana
diungkapkan oleh Abdul Mustaqim dalam karyanya Episte-
mologi Tafsir Kontemporer, bahwa paradigma tafsir kontempo-
rer meniscayakan kritisisme, objektivitas, dan keterbukaan
bahwa produk penafsiran itu tidaklah kebal dari kritik.27 Ada
beberapa kontribusi yang disumbangkan Ibnu ’Asyur dalam
ِ) إ۲۲
ل
)۲۲( ٌَى رَِّبهَا نَا ِظ َرة ( َِان ٍذِئَمَْيو ٌهجُو ُو
َرٌةض
ِى ْمرَأ ْنَعُُتهْلَفَع َام
َ وهَاْن
َ عبَاَْقرَت فَتَكُونَا الظاملني
Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir ...
27
Abd. Halim
C. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tafsir Ibnu
‘Asyur merupakan salah satu mahakarya tafsir yang memiliki banyak
kelebihan dan keistimewaan di samping juga ada beberapa kekuran-
gan. Tafir karya Ibnu Asyur memiliki peran yang sangat penting
dalam kancah keilmuan tafsir kontemporer. Budaya kritisisme dalam
tafsir ini sangat bagus dan merupakan sikap yang perlu dikembang-
kan. Selain itu, asumsi dasar penafsiran serta pedoman-pedoman
penafsiran yang digagas Ibnu ‘Asyur dalam tafsirnya bisa menjadi
pijakan ulama-ulama kontemporer dalam menulis karya tafsir.
Daftar Pustaka
Lenni Lestari
Dosen IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
Abstrak
Tafsir al-Kasysyaf dikenal sebagai salah satu karya tafsir ideologis
yang memiliki keunikan tersendiri. Selain pesona linguistik yang
begitu kental, tafsir ini juga sarat akan penanaman prinsip-prinsip
Mu’tazilah. Tulisan ini mengkaji salah satu dari prinsip Mu’tazilah
yang diusung al-Zamakhsyari dalam tafsirnya. Fokus masalah terletak
pada; 1) Bagaimana prinsip keadilan dan indeterminasi menurut al-
Zamakhsyari?, 2) Bagaimana prinsip ini diterapkan dalam ayat-ayat
kisah Nabi Adam dan Hawa? Penulis menyimpulkan; 1) Konsep
keadilan menurut al-Zamakhsyari adalah Tuhan harus adil dalam
memberikan hukuman bagi orang yang melakukan keburukan dan
memberikan pujian bagi orang yang melakukan kebaikan. Tuhan
juga harus memberikan kebebasan bagi manusia untuk memilih ja-
lan kebaikan atau keburukan. 2) Prinsip ini menempati posisi yang
tepat dalam penafsiran al-Zamakhsyari terhadap kisah Nabi Adam
dan Hawa. Mereka dipandang telah melakukan kedzaliman atas diri
mereka sendiri dan wajar mendapat hukuman dari Allah swt.
Key Word : Kisah, Al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf, Keadilan, Indeterminasi
A.
Satu Jam Bersama Maha Guru (al-Imam al-Kabir)
al-Zamakhsyari
Abu al-Qasim Mahmud bin ‘Umar bin Muhammad bin ‘Umar
al-Khuwarizmi al-Zamakhsyari yang akrab dipanggil dengan al-Za-
makhsyari ini, lahir di kota Zamakhsyari,1 tanggal 27 Rajab 467 H
atau 18 Maret 1075 M. Dilihat dari masa tersebut, ia lahir pada masa
pemerintahan Sultan Jalal al-Din Abi al-Fath Maliksyah dengan wa-
zirnya Nizam al-Mulk. Wazir ini terkenal sebagai orang yang aktif
dengan pengembangan kegiatan keilmuan. Dia mempunyai kelom-
pok diskusi yang terkenal maju dan selalu penuh dihadiri para il-
1 Yaqut bin ‘Abdillah al-Hamawi Abu ‘Abdillah. Mu’jam al-Buldan. Jilid III. (Bei-
rut: Dar al-Fikr. T.th), hlm. 147.
Jurnal Syahadah
32
Vol. II, No. II, Oktober 2014
B. Tafsir al-Kasysyaf
a. Sejarah Penulisan
Al-Zamakhsyari menulis kitab tafsirnya bermula dari per-
mintaan suatu kelompok yang menamakan dirinya dengan
sebutan “al-Fi’ah al-Najiyah al-‘Adliyah” atau kaum Mu’tazilah.
Didorong oleh permintaan di atas, al-Zamakhsyari menulis
kitab tafsir, dan kepada mereka yang meminta didiktekanlah
mengenai fawatih al-suwar dan beberapa pembahasan tentang
hakikat-hakikat dari surat al-Baqarah. Penafsiran al-Zamakh-
syari tampak mendapat sambutan hangat di berbagai negeri.
Berdasarkan desakan pengikut-pengikut Mu’tazilah di
Makkah dan atas dorongan al-Hasan ‘Ali ibn Hamzah ibn
Wahhas, serta semangat dari dirinya sendiri, al-Zamakhsyari
berhasil menyelesaikan penulisan tafsirnya dalam waktu
kurang lebih 30 bulan. Dimulai ketika ia berada di Makkah
pada tahun 526 H dan selesai pada haris Senin 23 Rabi’ul
Akhir 528 H. Tafsir ini terdiri dari 4 jilid dan bercorak i’tizali.
b. Sumber Penafsiran
Sumber-sumber yang dijadikan rujukan oleh al-Zamakh-
syari dalam menulis kitab tafsirnya meliputi berbagai bidang
ilmu, antara lain:5
1. Sumber tafsir; Tafsir al-Mujahid, Tafsir al-Zajjaz, Tafsir al-
Rumani, Tafsir dari kelompok Jabbariyah dan Khawarij.
2. Sumber hadis; dalam menafsirkan al-Quran, al-Zamakh-
syari mengambil dari berbagai macam hadis, tetapi yang
disebutkan secara jelas hanya Sahih Muslim. Ia biasanya
menggunakan istilah fi al-Hadis.
3. Sumber qiraat; Mushaf ‘Abdullah ibn Mas’ud, Mushaf
Haris ibn Suwaid, Mushaf Ubay bin Ka’ab, dan Mushaf
ulama Hijaz dan Syam.
4. Sumber Sastra; al-Hayaran karya al-Jahiz, Hamasah karya
Abi Tamam, dan lain-lain.
ُشَ ْط َره
• ( ِج ُه اللَّه ْ َم َو َّ ) فَث, maksudnya di tempat (Masjidil Haram)
itu ada Allah, yaitu tempat yang disenangi-Nya dan ma-
ِ النَّاسnusiaِس إَِله ِ َّاdiperintahkan
مَلِكِ الن untuk menghadap Allah pada tem-
pat tersebut. رب الناسMaksud ayat di atas adalah apabila seorang
Muslim akan melakukan shalat dengan menghadap Mas-
عمر الفاروق,حفص jid al-Haram سرية أيبdan Bait al-Maqdis, akan tetapi ia ragu akan
arah yang tepat untuk menghadap ke arah tersebut, maka
ِهُ ْم وَرُهْبَاَنهُ ْم أَرْبَابًا مِ ْن دُو ِن اللَّهAllah ََأحْبَارmemberikan اتَّخَذُوا kemudahan kepadanya untuk mengh-
adap ke arah manapun dalam shalat, dan di tempat mana-
pun sehingga ِسامل إَِلهِاملالنَّاia tidak بالقرآن بالقرآن
terikatحممد حممد على
oleh على جربيل
lokasi جربيل أنزل
tertentu. أنزل
اهلل 7إن اهلل
إن
امل إن اهلل أنزل جربيل على حممد بالقرآن
Dariللبيان
أنزل جعل
contoh غاية امليتةdi القرأن
penafsiran atas,القرأن terlihat خلق bahwa الذي احلمد هلل
al-Zamakh-
امليتة جعل أنزل syari أنزل di جعل
احلمد هلل الذي خلق القرأن
samping امليتة
menggunakan akalnya, خلق juga الذي menggunakan هلل احلمد ri-
۲۲( ٌ) ِإلَى رَِّبهَا نَا ِظ َرة۲۲(wayat ض َر ٌة
ِ َان(naql)
ٍذ
ِئَمْوَيsebagai
ٌُوه
ُوجpenguat.
Mengenai
corak
penafsiran,
dapat dijelaskan sebagai
berikut;
ب
ُ ر
ِ ُقمَ ْغوَارِلْمَب
غ
ْ ُ ْقشْرِوَال ُ َوَلَِّل ِهوَاللَِّْلمَِه اشْلْرِم
Zamakhsyari ُب ِق وَالْمَ ْغر
terkenal ُsebagaiِِه الْمَشْرorang وَلَِّلyang ahli dalam bidang
فَتَكُونَا تَ ْقرَبَا عَْنهَاbahasa الظاملنيArab, َالعدل مِن yang meliputi sastranya, balaghah-nya,
ا و
ْ َل
ُّو ت
ُ َام ن
َ ْ
ي أ
َ َ
ف َاَأيْنَُتومَُّلَاوُْتاوَُّلوْاnahwu-
َفََأيْنَمف
nya atau gramatikanya. Oleh karena itu, tidak mengherankan
َل
ِّ و ف
َ َل
ِّ وَاkalau
السضَامَفَاه
ضَاهَاbidang-bidang
ًكََلكَةً قِبَْتفَلرْةْكَيَنَّ قِب َّءُِنوَلِّيَنkeahliannya
َِي السَّمَاءِ فَل فituَكjuga َِلُّ َو ْجهsangat بَق ََىَلُّ تَنرتَقmewarnai
قَدْ َنقَردَْى
ِء َفلَُنوَلِّيَنَّكَ قِبَْلةً َترْضَاهَاhasil َّ َْترpenafsirannya.
ِي ِبَفَلَُن َووَلِّ ْجهAl-Zahabi,
ُّدْفِيَنرَىالسَّ تَمقَاَلmisalnya, َبَ َو ْجهِكَق menyatakan bahwa
م
ْ ك
ُ ه
َم
ْ ك
ُ
ُو ج ه
َ ُ
و ُو
penafsiran ج ُ
و
ُّواَل
و ُّوا
ف
َ َل
و
م
ْ ف
َ
ت
ُ ن
ْ ُ
ك م
ْ
al-Zamakhsyariت
ُ ن
ْ
َاُ
كم ث
َُا م ْ
ي َ
حث
ُ و
َ ْ
ي َ
ح م
ِ و
َ
َار
lebih ح
َ م
ِ َا
ْ
لرا ح
َ د
ِ
banyak ْ
لج
ِا ْ
سد
ِ ج
ِ
م
َ ْ
لْ
س ا َكَ ْطرَشَ اْطلْرَم
berorientasi َكَهَ ش ج
ْ و
َ
pada َ َو ْجهas-
يْثُ مَا كُنْتُمْ َفوَلُّوا وُجُوهpek َ َوحbalaghah,ِحرَامَ ْجِدِ الuntuk ْرَ الْمَسmenyingkap َو ْجهَكَ شَ ْطkeindahan dan rahasia yang
terkandung dalam al-Quran. Tafsir al-Kasysyaf uraiannya
dan tidak bertele-tele.8 ُشَ ْط َره ُ ْط َرشَهُ ْط َرهjelas َش
Contoh penafsiran al-Zamakhsyari dengan
َِم َو ْج ُه اللَّه َّ فَث ِلَّ ُههِ اللَّهmenekankan
َمْج ُه َوالْجَّ َم فََوث َّ فَث
aspek linguistiknya, yaitu QS. Al-Nas: 2-3, س
ِ (النَّاهِسِالنَّال
َ إ
ِ س
ِ ِسنَّاإَِله
ِكِ ال ) مَلِكِمَلِالنَّا,
ِس إَِلهِ النَّاس ِ مَلِكِ النَّا
al-Zamakhsyari mengatakan bahwa dua pasangan idafah
الناس الناس رب
tersebut رب
sebagai ‘ataf bayan bagi ( ) رب الناس. Hal ini sama halnya sep-
erti seseorang mengatakan ( الفاروق الفاروق عمر عمر , حفص ,حفص أيب سرية أيب
سرية ) atau
عمر الفاروق, حفصal-Faruq.
sejarah Abu Hafs,ِلَّهUmar
سرية أيبMaksudnya adalah setelah
ُوابَاَأرَحْهُبَاْمرَوَهُرُْمهْبوََاَنرُهُهْبْمَاَنأَهُرْبْمَابأًَارْبمَِابْنًا دمُِوْن ِندال ْاتَّخَذاتَُّواخَ َأذح
دُو ِن اللَّ ِهada رُلَّهْهِبَاَنهُ ْم أَرْبَابRabb
ًا ِم ْنpenjelasan ُوْم ِنوَال ُهal-Nas,
َُوا َأحْبَارkemudian اتَّخَذ ditambah lagi dengan
س
ِ َّان ال ه
ِ ل
َ إ
ِ ِسِنَّاس إَِلهِ الإَِلنَّاهِ ال
7 Al-Zamakhsyari. Al-Kasysyaf. (T.tp. T.th), hlm. 90.
للبيان للبيانغاية غاية
8 Subhi Shalih. Membahas Ilmu-ilmuللبيان al-Quran. غاية Terj. Tim Pustaka Firdaus. (Jakarta:
Pustaka Firdaus. 1996),)۲۲ hlm. ( ٌ
ة
390. ر
َ ظ
ِ َان َاه َب
ِّ
Sebagaimana ر َى () إِل۲۲dikutip(ض نَرَاٌةoleh
ض
ٍِوْ نمَئَِاذFauzan
ٍهٌجَيُووْهٌمَئَِيذNaif, ُوجُوAl-
)۲۲( ٌ) إِلَى رَِّبهَا نَا ِظ َرة۲۲( ض َر ٌة
Kasysyaf Karya )
Al-Zamakhsyari,۲۲ ( ٌ
ة ر
َ ظ
ِ َا ن َا
ِ ُوجُوهٌ َيوْمَئِذٍ نَا
hlm. ه َب
ِّر 55.َى ل إ
ِ ) ۲۲ ة
ٌ ر
َ ِ و
ُ
ُوتَنَاك تَُونْقَارَبَاتَ ْقرَبَاعَْنهَاعَْنه وَمَا فَعَلُْتهُ َع ْن أَ ْمرِى
العدل مِنَ الظاملني فَتَك
ِىهَا وَمَا فَعَلُْتهُ َع ْن أَ ْم
الظاملنيَا وَفَتَمَاك فَُونعََالُْتهُتَ ْق َعرَبْنَا أَ ْمرعَْن َالعدل مِنَ الظاملني فَالعدل مِن
ُهَرط
َْش
شَ ْط َر ُه ُشَ ْط َره
َِم َو ْج ُه اللَّه َّ فَث َِم َو ْج ُه اللَّه َّ ُب
ق وَالْمَ ْغرِ فَث ُ ِوَلَِّل ِه الْمَشْر
َِم َو ْج ُه اللَّه َّ فَث
Jurnal Syahadah
36
س
ِ النَّاII,ِهNo.
Vol. س ِإَل ِ II,النَّاOktober ِ مَلِك2014 ِس إَِلهِ النَّاس ِ سا إَِلهِ النَّاسِ مَلِكِ النَّا ْفََأيْنَمَا ُتوَُّلو
ِ مَلِكِ النَّا
َل
ِّ الناسالسَّمَاءِ فَلَُنوَلِّيَنَّكَ قِبَْلةً َترْضَاهَا َفو رب فِي َقَدْ َنرَى تَقَلُّبَ َو ْجهِك
رب الناس رب الناس
الفاروقَفوَلُّوا وُجُو َهكُ ْم
Ilah al-Nas. Hal ْعمرَا كُنْتُم
ini untuk ثُ م,ْحفصي َحأيبرَامِ َوح
membedakan َ ْسريةل
هَكَ شَ ْطرَ الْمَسْجِدِ اyang
Tuhan manusia َو ْج
عمر الفاروق , حفص أيب سرية
lainnya, seperti dalam QS. Al-Taubah: 31, عمر,سرية أيب حفص الفاروق
ُشَ ْط َره
ُوابًاَأ مِحْبْنَارَدهُُو ْمِن وَاللَّرُ ِههْبَاَنهُ ْم أَرْبَابًا ِم ْن دُو ِن خَرْذبَا َُوارَْأبَابحًْابَامِرَهُْن ْمدُووَرُِنهْبالَالََّنهِهُاتَّْم أَخَ ْمذ أ ُاتَّخَذُوا َأحْبَارَهُ ْم وَرُهْبَااتََّنه
Adapun ( ِ ) إَِلهِ النَّاسbermakna tidak ada sekutu bagiِسAllah.
ِإَِلهِ النَّاس َِم َو ْج ُه اللَّه َّ فَث
إَِلهِ النَّا
Kalimat ini dijadikan sebagai ( سِ) غاية للبيانtujuan إَِلهِ النَّاpenjelasan
س
ِ مَلِكِ النَّا
ayat. 9 للبيان غاية غاية للبيان
)۲۲ رب الناس
ٌ) إِلَى رَِّبهَا نَا ِظ َرة۲۲ ( ض َر(ٌة ٌِ َرةAl-Zamakhsyari
َىهٌ َيرَِّبوْهمََائِذٍنَا نِظَا )ُو)إِجلُو۲۲ ۲۲(sebagai (ٌضِظَرَرٌةة
ِذٍهَانَانَاtokoh
)ُوهٌإِلَيَىوْمَئِرَِّبMu’tazilah
ج۲۲ض َرٌة ( ُو ِ نَاyang
ٍ َيوْمَئِذbenar-
ٌُوجُوه
benar menguasai bahasa Arab dan balaghah, sering menggu-
nakan
keahliannya
untuk
الفاروق
alirannya.
عمرJika ,حفص سرية أيب
membela ia menemu-
kan suatu lafadz yang ِاللَّهsecara ْن دُو ِنlahiriah
ِ(ْم أَرْبَابًا مtampaknya) ُرَهُ ْم وَرُهْبَاَنهtidak ُوا َأحْبَاsesuai اتَّخَذ
ِى ر م
ْ َ
أ ن
ْ ع
َ ه
ُ ت
ُ ْ
ل ع
َ َ
ف َا
م َ
و
فََتكُونَا تَ ْقرَبَا عَنْهkemampuannya َا ه
الظاملنيِى
dengan ن
ْ َ
ع َاب َ
ر ق
ْ
العدلفَعَلُْتمِهُنَ َع ْن أَ ْمر
pendapat َ
ت َا ن ُو ك
مَاuntuk ت
َ َ
ف
Mu’tazilah,
َْنهَا وmembatalkan الظاملني ن
َ
َكُونَا تَ ْقرَبَا عmaknaiaِ مberusahaالعدلَالظاملني فَت dengan segenap
ََّاسِمِنmene-
العدل
lahir dan إَِلهِ الن
tapkan makna lainnya yang terdapat dalam bahasa. Misalnya
ketika ia menafsirkan QS. Al-Qiyamah: 22-23, غاية للبيان
)۲۲( ٌ) إِلَى رَِّبهَا نَا ِظ َرة۲۲( ض َرٌة ِ ُوجُوهٌ َيوْمَئِذٍ نَا
22. Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. 23.
Kepada Tuhannyalah mereka melihat.
Dalam ayat di atas, al-Zamakhsyari mengesampingkan
ِىرمْ َ
أ العدل مِنَ الظاملني فَتَكُونَا تَ ْقرَبَا عَْنهَا وَمَا فَعَلُْتهُ َع ْن
makna lahir kata nazirah (melihat), sebab menurut Mu’tazilah,
Allah swt tidak dapat dilihat. Oleh karena itu, kata nazirah
diartikan dengan al-raja’ (menunggu, mengharapkan).
Al-Zamakhsyari juga memperlihatkan keberpihakannya
pada Mu’tazilah dan membelanya secara gigih, dengan men-
arik ayat mutasyabihat pada muhkamat. Oleh karena itu, ketika
ia menemukan suatu ayat yang pada lahirnya bertentangan
dengan prinsip-prinsip Mu’tazilah, ia akan mencari jalan ke-
luar dengan cara mengumpulkan beberapa ayat, kemudian
mengklasifikasinnya pada ayat muhkamat dan mutasyabihat.
Ayat-ayat yang sesuai dengan paham Mu’tazilah dikelompok-
kan ke dalam ayat muhkamat, sedangkan ayat-ayat yang tidak
sesuai dengan paham Mu’tazilah dikelompokkan ke dalam
ayat mutasyabihat, kemudian dita’wilkan agar sesuai dengan
prinsip-prinsip Mu’tazilah. Misalnya ketika ia menafsirkan QS.
menyiksanya, maka Tuhan dalam hal ini telah Dzalim dan tidak
senang dengan perbuatanNya sendiri.
Terkait hal ini, maka yang menjadi persoalan adalah apakah
perbuatan manusia diwujudkan oleh Tuhan atau oleh manusia
sendiri. Perbuatan manusia terbagi menjadi 2 bagian yaitu perbua-
tan yang terjadi karena disengaja/diusahakan (ikhtiyari) dan perbua-
tan yang terjadi secara paksa dan di luar kesengajaan (idtirari). Nah,
permasalahan di sini adalah perbuatan yang terjadi karena disengaja.
Dengan konsep keadilan, Mu’tazilah mengatakan, apabila Tuhan
adil, tentu Ia akan memperhitungkan perbuatan manusia tersebut
dan memberikannya balasan. Oleh karena itu, manusia harus bebas
berbuat sehingga dapat dimintai pertanggungjawabannya.14
Menurut Mu’tazilah, dengan kemampuannya, manusia mewu-
judkan atau tidak mewujudkan kehendaknya merupakan kebebasan
tanpa intervensi dari Tuhan. Sebab kalau tidak demikian, tidak ada
artinya beban syara’ (taklif). Kalau manusia tidak memiliki daya un-
tuk berbuat atau tidak, maka manusia tidak berhak menerima pujian
atau celaan, bahkan tidak adanya gunanya lagi pengutusan para Ra-
sul.15 Karena pemikirannya mereka yang demikian itu, mereka dike-
nal sebagai golongan yang cenderung kapada faham Qadariyah (free
will/indetermination) atau indeterminasi. Menurut Al-Qadhi ‘Abd al-
Jabbar, -salah satu tokoh Mu’tazilah-, jika penyandaran perbuatan
hamba kepada Tuhan, maka akan menyebabkan kehancuran syariat
dan agama.16
فلم عطف قوله { َوَأنَّ اهلل لَْيسَ بظالم لّلْعَبِيدِ } { على: فإن قلت
ً وكيف جعل كونه غري ظالم للعبيد شريكا، } ما قدّمت أيديكم
معىن كونه غري: الجتراحهم السيئات يف استحقاق التعذيب؟ قلت
ظالم للعبيد أنه عادل عليهم ومن العدل أن يعاقب املسيء منهم
ويثيب احملسن
17
Selain itu, ia juga menganggap bahwa Islam itu sejak dulu su-
dahُثidentik
ْغَدًا حَيdengan
ََا مِْنهَا رkeadilan.
جََّنةَ وَكُل18ْالBahkan
َوَ َز ْوجُكia meyakini
َسْكُنْ أَنْتbahwa
َآ َدمُ اilmuلْنَا يَاyang
ُوَق
paling mulia dan paling tinggi di sisi Allah adalah ilmu keadilan dan
tauhid.19 َج َرةَ فَتَكُونَا مِ َن الظَّالِ ِمني
َ َّشِئْتُمَا وَلَا َت ْقرَبَا هَ ِذ ِه الش
Terkait dengan konsep keadilan dan indeterminasi di atas,
}كُونَاakan
penulis َاهلل {فَت مبعصيةbagaimana
memotret ظلموا أنفسهم من الذينmenerapkan
al-Zamakhsyari }}مِنَ الظاملنيteo-
loginya ke dalam kisah Nabi Adam dan Hawa yang dikisahkan dalam
الضمري يف
al-Quran. .جواب للنهى
Mengingat, Nabi Adam نصبdan أوHawa }تَ ْق َربَاadalah
{ علىmanusiaجزم عطف perta-
ma yang mendapat ganjaran langsung dari Allah karena melakukan
.الزلة بسببهاApakah
pelanggaran. علىprinsip
الشيطانkeadilan فحملهماini أي . للشجرةtelah}َاditerap-
benar-benar {عَْنه
kan atau justru sebaliknya.
{وَمَا فَعَلُْتهُ عَنْ أَ ْمرِى} [الكهف: مثلها يف قوله تعاىل،و(عن) هذه
D. Kisah Nabi Adam dan Hawa dalam Tafsir al-Kasysyaf
اجلنةPembahasan
فأزهلما عن:dalam
بِ وقيلsubْ ُشرjudul
ْ وعَنini
ٍأَكْلterbagi
ْ ْونَ عَنmenjadi
يَْن َه:وقولهdua,
.]۲۲ :
yaitu;
.مبعىن أذهبهما عنها وأبعدمها
1) Metode pemaparan kisah Nabi Adam dan Hawa dalam Tafsir al-
Kasysyaf dan 2) Pemikiran al-Zamakhsyari tentang kisah Nabi Adam
dan،]1) Metode
والشِّجرةpemaparan
Hawa. [ ،] وهذيkisah [ .Nabi
بكسر التاء » «وال تِقربا: وقرىء
Adam dan Hawa dalam Tafsir
al-Kasysyaf [ والشرية] بكسر الشني والياء.بكسر الشني
Kisah tentang Nabi Adam dan Hawa diabadikan al-
Qur’an dalam 3 surat, yaitu Surat Al-Baqarah: 35-38, والصحيح أنه
al-A’raf:
19-25, dan Taha: 115-123. Setelah mencermati penafsiran al-
.واحلية : وقيل:وإبليس
Zamakhsyari tentang وحواءkisah Nabi آلدمAdamخطابdan}اهبطوا Hawa, { penulis
:قيل
ألهنما ملا كانا،والصحيح أنه آلدم وحواء واملراد مها وذريتهما
17 Al-Zamakhsyari. Al-Kasysyaf. Jilid I. (T.tp. T.th), hlm. 355.
18 Ibid, Hlm. 260. أصل اإلنس ومتشعبهم جعال كأهنما اإلنس كلهم
19 Ibid, Hlm. 226.
امل إن اهلل أنزل جربيل على حممد بالقرآن
Jurnal Syahadah
40
جعلامل أنزل
امليتةVol. II,
القرأن No. II, Oktober
احلمد هلل الذي خلق 2014
جربيل على حممد بالقرآن امل إن اهلل أنزل ل جربيل على حممد بالقرآن
أنزل merumuskanجعل املامليتة خلق القرأن
بالقرآن
beberapa حممد metode
الذي yangعلى أنزلهلل
جربيل احلمد أنزل
digunakan
امليتةإن اهللجعل al-Zamakh-
الذي خلق القرأن
أنزل syari, على ; yaitu
} { امليتة
ِيدِبظالملّلْعَبسَ بُ اهللرِلَْي
مَْ غ قَوَأوَانَّ لْ
قولهشْرُِ{ لْمَ
عطف ا َِّل ِه فلم وَل
بالقرآن احلمد :
قلت فإن
جعل a. Menggunakan القرأنanalisis bahasa melaluiخلق الذي هلل امل kaidah-kaidah هلل أنزل جربيل على حممد
ilmu
شريكاً Analisisاوْلْا
أيديكiniم فََأيْ}نَمَ،اوَلُتَِّلوِهَُّل
للعبيد ظالم غري بُكونهْغرِ جعلوَا وكيفَم ما قدّمت
Balaghah.لْمَdan
ق
أنزلُ شْرِ جعل امليتة الذيرِبُ قهلل وَالْمَ ْغ درِ ُ
Nahwu, Sharaf, tidak hanya
fokus pada satu ayat, tetapi sering juga dikaitkan dengan خلق القرأن
َل
ك قِبَْلةً َترْضَاهَا َفو ِّ َayat-ayatنَّغريَ
كونهَلِّي
معىن فَلَُنو lainمَاءِ قلت :السَّ membicarakanفِي
التعذيب؟ yang
بَا َو ْجهِكَ استحقاق
و
ْ َل
ُّو َىمَاتَ ُتقَلُّ ن
َ ْي أ
ََ yangنيففَر الجتراحهم sama.قَدْ
السيئات وْا
ب
ُ
ر
ِ
غ
ْ َ
م ْ
ل َا
و
ق
ُ hal
ِ
ر ْ
ش
م
َ Analisisوَلَِّلِه الْ
ُّواَلةً وَُترْجُوضهََاهكَُا ْم َفوَل كَفوَلقِبْ
منهمونَْلِّتُيَنَّمْ َ
iniلَُنكُ
املسيءِءمَا َف يعاقبَوحَيْالسَّثُمَا كَرَامِف ح
العدلَودِ ْج اأنهِلْ َ َلجِ padaوسْ ومنلْقَفَلُّمَ َىرَهَاتَا َtataranاْط
كََترَْنرشَ عادلَلهَوْقَةًادْ
كََوُتقِْجوبَُّلْ
juga tidak berhenti tekstual saja, tetapi
terkadang ِيal-Zamakhsyari بَِّ juga عليهمض
menggali أنهنَم
َmaknaا للعبيدُنوفََلَِّأييَْنَّ ظالممَاءِ
terdalamفَلَ تَقَلُّبَ َو ْجهِكَ فِي السَّ
dari susunan kata atau kalimat dalam ه
ُ ر
َ ط
ْ ش
َ
ayat-ayat ق وَالْمَ ْغرِبُ tersebut. لْمَشْرِ ُ
َل وُجُوهَكُم ُّوا ِّ
ثُقِبَْلمةًَا َترْكُنْتُضَامْهَاَفوَلَفو QS.فََالَمُِنوَلِّيَوَنَّحَيَْ
ك حر Al-Baqarah:ماَالْءِ َ
كَ ْمالْفمَِيسْجِدِ
السَّ 35,هِهَْطرَكُ كوُ َوج ْجشَ
ُو َى َفتََووقَلَلُّْجُّواهَبَ َ احملسنَادْ َنكُنْرتُمْ ويثيبحَيْثُ مقَ حرَامِ َو شَ ْطرَ الْمَسْجِدِ الْ َ
;Contoh
َم َوشَ ْج ْطُه َرهُاللَّ ِه فَث َّ ُتوَُّلوْا
ثُ رَمَاغَدًاكُنْتُحَيمْثَُفوَلُّوا وُجُوهَكُ ْم َلَاوَمِكُلَاَوحَمِيْنهَا حرِّ كَشَتَْطقِبْرََلوَةًاَزلْ ْوَتمَرْجُسْضكََاجِهدِاَالْ الْجََفَّنوةَ كَ أَنْ وَقُلْنَا يَا َآ َدمُ َواجسْهَكُنْ
س ْجِإَلُههِاللَّالنهَِّاسِ َمَّا َوِ َى تَقَلُّبَ َو ْجهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَُنوَلِّمَيلَِنَّكِفَثال َّن ر
ثُ ْطهَرمهُِذَا ِه الكُنْتُشَّمَْج َرَفةَوَلفَتَُّواكُونوَُاجمُِوَنهَ الكُظْمَّالِ ِمنيَ حتُرمَاَامِ وَلَاَو َتحَْقيْرَبشََا َ كَهِ شَ ْطرَ الْمَسْجِدِ الْشِئْ للَّ
س إَِلهِ النَّاسِ الناسالنَّا ِ رب المَلَّلِهِكِ َم َومنْج ُه الظاملنيث}َّ فَ س إَِلهِ النَّاسِ ِ
مبعصية اهلل {فَتَكُونَا} حفص ,عمر الفاروق أنفسهم ظلموا الذين
أيب سرية ن
َ م
ِ } هُ
سِالناس ربهِ النَّا س إَِل مَلِكِ النَّا ِ س
الضمرياللَّ ِهيف الفاروق ْن دُو ِن . للنهى
عمر أَرْبَابًا مِ جوابحفصهْ,بَاَنهُ ْم نصب
سريةحْبَاأيبرَهُ ْم وَرُ أو } َا
اتَّخَذُوا َأبرَ ق
ْ َ
ت { على عطف جزم ه
ِ َّ
ل ال ه
ُ ج
ْ
رب الناس حفص ,عمر الفاروق
س إَِلهِ النَّاسِ {عَْنهَا} للشجرةإَِلهِ .النَّاأيسِ فحملهما الشيطان على الزلة بسببها. النَّا ِ
الفاروقهْبَاَنهُ ْم أَرْبَابًا مِ ْن دُو ِن اللَّ ِه عمررَهُ ْم وَرُ حفصُواَ ,أحْبَا سرية أيب اتَّخَذ حْبَارَهُ ْم وَرُهْبَاَنهُ ْم أَرْبَابًا مِ ْن دُو ِن اللَّهِ
للبيانتعاىل{ :وَمَا فَعَلُْتهُ عَنْ أَ ْمرِى} [الكهف غاية قوله و(عن) هذه ،مثلها يف لناس
اتَّخَذُوا َأ إِحَْلبَاهِرَالهُنَّاْمسِوَرُهْبَاَنهُ ْم أَرْبَابًا مِ ْن دُو ِن اللَّهِ
فأزهلما ِظ َرةٌ ()۲۲
اجلنة عن َى :رَِّبهَا نَا وقيل )۲۲إِل ضنَْرٌة ُش(رْبِ للبيانعَ ِ غايةأَمَئِكْذلٍ نوَا الفاروق] .وقوله :يَْن َهُوْوجنَُوهٌعَ َينْوْ أيب حفص ,عمر ۲۲:
سِ ه
ِ َّ
ل الُو ِنالنَّا نوا َأحْبَارَهُ ْم وَرُهْبَاَنهُ ْم أَرْبَابًا مِ ْن إِدَلهِ
مبعىن أذهبهما عنها وأبعدمها.
)۲۲ ظَرةٌ( )۲۲إِلَىرَِّب هَا نَاِ ضَرٌة ( هٌَ يوْمَئِذٍنَا ِ للبيانُوجُو )۲۲ ض َرٌة ( )۲۲إِلَى رَِّبهَا نَا ِظ َرةٌ (غاية ئِذٍ نَا ِ
اسِ
وقرىء « :وال تِقربا» بكسر التاء [ .وهذي ] [ ،والشِّجرة ]،
;Artinya
ِى نأَ ْمر
)“(Maksudوَمَا فََعلُْتهُ َعْ
۲۲ه َ)ا
ْن
ِ dariظرَبَرَاةٌ (عَ
ُونهَانتََاْق َىتَكرِّ
َب
kalimat )(۲۲إِلفَ الظاملني
( ضَرٌة yaituذٍ)نمَِانَِ العدل
مَئِ orang-orangهٌَ يوْ ُ yangو جُو للبيان
والياء mendzalimi dirinya sendiri [kepadaوالشرية] بكسر الشني
dengan bermaksiat Allah.الشني. بكسر
Adapunعَْن هَا وَمَا فَعَلُْتهُ َع ْن أَ ْمرِى ُو نَا(تَْقرَبَا ك فَتَ الظاملني
) merupakan ِى jazamمِأَنَْمر العدل َعْ
ن ُ‘athafتهُ فَ)عَلْ ۲۲ (bagiوَمَا ظ َرةٌ َkataاِ
أنهه
والصحيحَاعَْنَا
َىبَارَِّب(ه َ۲۲ا)) تَإِلْقرَ
ض َرٌةفَتَ(كُون الظاملنيَا ِ
هٌنَ َيوْمَئِذٍ ن
atau nashab jawab bagi nahi (yang sebelumnya). Dhamir dalam
َع ْن أَ ْمرِى واحلية.فَ َعلُْتهُ
َkataا
وقيلهَا ( :وَم
) kembaliعَْن
وإبليسَا
: padaنَا تَ ْقرَب
وحواءكُو
pohon.فَتَ الظاملني
آلدم syaitanمِنَ
Artinya,
خطاب العدل
اهبطوا}
{
yang
قيل:
mera-
yu mereka berdua sebagai perantaranya. Penjelasan ini sama
halnyaكانا
ألهنما ملا
denganوذريتهما،
مهارِى ( ayat
واملراد ْن أَ ْم
وحواءفَعَلُْتهُ َع آلدم
bukanlahأنه عَْنهَا
), “...danوَمَا والصحيحبَا
akuنَا تَ ْقرَ
فَتَكُو ل مِنَ الظاملني
melakukannya itu menurut kemauanku sendiri.” Maksud kalimat
كأهنما اإلنس كلهم
syaithan yang menggelincirkan mereka dariجعالومتشعبهم men-اإلنس
surga adalah أصل
اهلل الْ{فَتَجََّنكةَُونَاوَ}كُلَا مِْنهَا رَغَدًا حَيْثُمبعصيةجُكَ تَ وَ َز ْو أنفسهم ظلمواكُنْ أَنْ الذينَدمُ اسْ احملسن}وَقُلْنمنَا يَا َآ ويثيبالظاملني }مِنَ
الظيَّْالِيفثُِمنيَ
الضمريحَ
للنهىَانَ.ا رَمِغَ َندًا
كه
ُو جوابةَكُ
Konsepلَافَتَ مِْن
جوََرالشَّةَ َ نصب
danزرَبْوأوَاجُهَكَِذ ِهالْ
Keadilanجََّن تََا َت}وَْق
Indeterminasiلبَا
علىكتُنْمَا{تَأَنْْقوََر
عطفمُ اسْشِئْ جزمَا يَاَ ...آ َد
وَقُلْن
41
الشيطانِمنيَعلى الزلة بسببها. فحملهما مِ َن الظَّالِ ج َرةَ فَتَكُونَا .Lenniالشَّأي َ للشجرة ِذ ِه {شِئْعَتُْنمهَاَا وَ}لَا َت ْقرَ
Lestariبَا هَ
}مِنَ الظاملني} من الذين ظلموا أنفسهم مبعصية اهلل {فَتَكُونَا}
جواب للنهى .الضمري يف الكهف}
َا
ن ُو ك ت
َ َ
ف اهلل}{[
نصب
مبعصيةْمرِى
jauhkan mereka dari surga.
أنفسهملُْتهُ عَنْ أَ
أو } َا ب
ظلموا {وَمَا فَعَ
ر
َ ق
ْ َ
ت { على
الذين تعاىل:
20 عطف
الظاملني}مثلهامنيف قوله
جزم
عن) هذه، ن
َ م
ِ و}(
يف b. اجلنة فأزهلما عن
الضمري
Menampilkan . للنهى :ragam
وقيل
جواب qiraatبِ نصبُشرْ lain,عَنْ
baikكْلٍأوو } ْituقعََربنَْا أَ َ
ت ْdariونَ
{ علىَه :aspekيَْن
وقوله
عطف ].
perbe-۲۲
جزم :
الشيطان على الزلة بسببها. daan harakat فحملهما atau huruf للشجرة .dariأي sebuah}kata. {عَْنهَا
.Contoh:
علىQS.الزلة بسببها Al-Baqarah:فحملهما الشيطان 35,
. وأبعدمها
عنها .أي للشجرة أذهبهما مبعىنهَا}{عَْن
و(عن) هذه ،مثلها يف قوله تعاىل{ :وَمَا فَعَلُْتهُ عَنْ أَ ْمرِى} [الكهف
وهذيعَ ]نْ ،أَ ْم[رِىوال}ش[ِّجرة ]،
الكهف التاء{.وَ[مَا فَعَلُْتهُ تعاىل: بكسر مثلهاِقربايف»قوله هذه،وال ت وقرىء « : و(عن)
.]۲۲:وقوله :يَْن َه ْونَ عَنْ أَكْلٍ وعَنْ ُشرْبِ وقيل :فأزهلما عن اجلنة
والياء وقيل :فأزهلما عن اجلنة الشنْني ُشرْبِ بكسر وعَ
والشريةعَ]نْ أَكْلٍ وقوله [:.يَْن َه ْونَ بكسر].الشني
21
۲۲:
c. Untuk hal-hal yang abstrak, al-Zamakhsyari tetap . وأبعدمها عنها أذهبهما مبعىن mencan-أنه
والصحيح
أذهبهما عنها وأبعدمها. مبعىن
وهذي ] [ ،والشِّجرة ]، [ Akan :tetapi,التاء. وحواء» iaبكسر
tumkan riwayat lain, meski terkadang tanpa sumber yang
terpengaruhتِقربا
خطاب «وال {riwayatاهبطوا}وقرىء :
،.shahih.
واحلية] وال:شِّجرة وقيل وإبليس][ ، [tidakوهذي آلدمالتاء. denganتِقربا» بكسر وقرىء « :وال قيل:
كانا والياء
tersebut
ملا وذريتهما ،الشني
dan
ألهنما والشرية] بكسر
tetap fokus
مها
pada الشني[.
واملراد
analisisnya
وحواء بكسر آلدم
sendiri.
أنه
Jika
والصحيح
ia
tidak sepakat dengan والياءpendapat بكسر الشني tertentu, والشرية] ia akan الشني[. menegas- بكسر
).والصحيح أنه kan pilihannya dengan kata (...
اإلنسأنهومتشعبهم جعال كأهنما اإلنس كلهم أصل
22
فٌلَْيعَهِلَْيْمهِوَْملَاوَلهَُامْ يَهُمْْحزَيَنُوْحزَنَنُونَ
فَفَإِإِممَّاَّا َيَيأْأِْتِتيَيَنَّنَّكُكُمْمْ مِمِننِّيِّيهُهُددًىًى فَ فَمَمَنْنْتَبِتَعَبِعَهُدهَُادَايَ فَيَلَافَلَاَخ ْو َخ ْوفٌ عَ
جوابه الثاينمعمعجوابه الشرطالثاين الشرط الشرط األول
األول الشرط
األول الشرطاألول جوابالشرط جواب
2) Pemikiran al-Zamakhsyari tentang kisah Nabi Adam dan Hawa
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa ada 20 ayat
yang membicarakan Nabi Adam dan Hawa sejak tinggal di
surga hingga dikeluarkan ke bumi. Dua puluh ayat tersebut
terkadang diulang dalam surat-surat lain. Meskipun demikian,
Al-Zamakhsyari tidak mengulang penjelasannya pada ayat yang
memiliki kesamaan redaksi, kecuali jika dirasa perlu tambahan.
Berdasarkan al-Quran, Nabi Adam dan Hawa adalah
sepasang manusia yang pertama diciptakan oleh Allah. Mer-
eka pula manusia pertama yang mendapat aturan sekaligus la-
rangan dari Allah swt. Ada dua aturan dan satu larangan yang
ditetapkan Allah kepada Nabi Adam dan Hawa, yaitu:
)a) Perintah untuk tinggal di surga (Al-Baqarah:35
ك الْجََّنةَ
ت وَ َز ْوجُ َ
وَقُلْنَا يَا َآدَمُ اسْكُ ْن أَنْ َ
b) Perintah menggunakan semua fasilitas di surga dan meng-
tersediaئْوَتَُزمْوَاجُ َ
ك الْجََّنةَ
konsumsi semua makanan yang تشِ
وَوَقُلْكُنلَاَا يمَِاْن َآهَادَمُرَ اغَسْدًاكُ ْنحَيْأَنْثُ َ
) • (al-Baqarah: 35 ك الْجََّنةَ
ت وَ َز ْوجُ َ وَقُلْنَا يَا َآدَمُ اسْكُ ْن أَنْ َ
كَْن أَهلَاَّا رَتَغَجدًاُوعَحَيْفِيثُهَاشِئْوَلتَُامَاتَعْرَى (َ )۱۱۲وأَنَّكَ لَا تَظْ َمأُ فِيهَا وَلَا إوَِنَّكُللََا مِ
وَكُلَا مِْنهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا
) • (Taha: 118-119 تَضْحَى ()۱۱۱
إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى (َ )۱۱۲وأَنَّكَ لَا تَظْ َمأُ فِيهَا وَلَا
ِإنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى (َ )۱۱۲وأَنَّكَ لَا تَظْ َمأُ فِيهَا وَلَا
ني
ج َرةَ فَتَكُونَا مِ َن الظَّالِمِ َ )۱۱۱الشَّ َ
َىبَا( هَذِ ِه
ضْ تَحْقرَتَوَلَا
تَضْحَى ()۱۱۱
أحب الكالم إىل اهلل ما قاله إنمِ َ
ني اهللُونَاعنهمِ َن :ال«ظَّالِ
رضيفَتَكج َرةَ مسعود
الشَّ َ ابن هَذِ ِه
وعن ْقرَبَا
وَلَا تَ
ني
وَلَا تَ ْقرَبَا هَذِ ِه الشَّ َج َرةَ فَتَكُونَا مِ َن الظَّالِمِ َ
أبونا آدم حني اقترف اخلطيئة :سبحانك اللَّهم وحبمدك وتبارك
وعن ابن مسعود رضي اهلل عنه « :إن أحب الكالم إىل اهلل ما قاله
فاغفر يل إنه ال نفسيما قاله ظلمت إىل اهلل
أحب الكالم رضي ،اهللالعنهإله« :إالإنأنت مسعودجدّك امسكابنوتعاىل وعن
أبونا آدم حني اقترف اخلطيئة :سبحانك اللَّهم وحبمدك وتبارك
َك الْجََّنة
َ ُت وَ َز ْوج
َ ْوَقُلْنَا يَا َآدَمُ اسْكُ ْن أَن
Jurnal Syahadah
وَكُلَا مِْنهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا
44
َا وَلَاVol.
فِيهII,ُ َمأNo.
َْا تَظII, لOktober 2014
َ) َوأَنَّك۱۱۲ ( إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى
c) Dilarang memakan buah pohon terlarang (Al-A’raf: 19)
)۱۱۱( تَضْحَى
ني
َ ِج َرةَ فَتَكُونَا مِ َن الظَّالِم
َ َّوَلَا تَ ْقرَبَا هَذِ ِه الش
Jika perintah dan larangan di atas dicermati dari teo-
قالهlogi
اهلل ماMu’tazilah
–الكالم إىلsebagaimana
«إن أحب: dipaparkan رضي اهلل عنهsebelumnya-, ابن مسعودmaka وعن
وتبارك سبحانك اللَّهم وحبمدك: أبونا آدم حني اقترف اخلطيئة
terlihat bahwa konsep keadilan Tuhan dalam hubungannya
dengan perbuatan manusia, sudah memenuhi syarat. Artinya,
إنه الAllah
فاغفر يل memang نفسيmemberikan
إال أنت ظلمت ال إله، ّك
kebebasan امسك وتعاىل جد
seluas-luasnya bagi
mereka untuk menentukan pilihan.
Allah dalam konteks ini sudah. berbuat
َك الْجََّنةَ ت وَ َز ْو ُج َ ْمُ اسْكُ ْن أَنdan َوَقُلْنَا يَا َآد
»إال أنتadil الذنوبtidak يغفر
dzalim karena terbukti Nabi Adam yang telah melakukan kes-
بيدك؟alahan,
ختلقينdan أملsebelumnya
«يا رب: pun قالAllah عنهماsudah رضيشِئْتُمَا
اهلل ُعباسحَيْث
memberikan ابن رَغَدًا ْنهَاultima-
ِوعن م
وَكُلَا
tum kepada mereka. Jadi, Allah itu adil karena telah memberi-
: قالkan
روحك؟َا
من َمأُ فِيهَا
وَلganjaran الروحَا
ْتَظyang َّ)يفّ َوأَن۱۱۲
كَ لsesuai أمل (تنفخ
“prosedur”. ربعْرَى هَاياوَلَا: فِيkonteks
َ تDalam قال
َجُوع. َبلى ت لَّاini,
َكَ أ : Nabi
َقاللَِّإن
Adam-lah yang dzalim karena tidak menempatkan sesuatu
: قالpada
. بلى : غضبك؟ قال
tempatnya. Selain itu, رمحتك Tuhan تسبقdinilai رب أمل adil)ياkarena
۱۱۱
: َى (قال .بلىح
Tuhan ْتَض
tidak menciptakan perbuatan mereka. Tidak boleh ada inter-
وأصلحت إن تبتdalam
vensi Tuhan يا ربperbuatan :ني
َ قال
ِظَّالِم.بلى ال
نَا مِ َن:قالكُو
manusia. َجنتك؟َرة
َ فَتKarena, تسكين
ذِ ِه الشَّ َجjika َوَلأملَا تَ ْقر
َبَا هTuhan
menciptakan perbuatan manusia, maka Tuhan itu dzalim. 24
» نعم: قالterlihat أنت إىل اجلنة؟pemberi- أراجعي
قالهDari
اهلل ماpenafsiran
أحب الكالم إىل «إن: رضي اهلل عنهbahwa
al-Zamakhsyari وعن ابن مسعود
an ganjaran bagi Nabi Adam dan Hawa adalah hal yang wajar,
وتباركmereka
karena وحبمدكsendiri سبحانك اللَّهمyang memilih : اخلطيئة jalanترف yang اقsalah.
آدم حنيHalأبونا ini
dapat dilihat ketika al-Zamakhsyari mengutip riwayat-riwayat
يل إنه الdoaفاغفر
tentang paraنفسي sahabat ظلمت yangأنت merasaإله إالtelah ال، mendzalimi
وتعاىل جدّكdirin- امسك
ya sendiri dan meminta ampun karena telah banyak melaku-
kan dosa. Adapun riwayat yang dikutip al-Zamakhsyari . »الذنوب إال أنت adalah; يغفر
«يا رب أمل ختلقين بيدك؟: وعن ابن عباس رضي اهلل عنهما قال
: يا رب أمل تنفخ يفّ الروح من روحك؟ قال: قال. بلى: قال
: قال. بلى: يا رب أمل تسبق رمحتك غضبك؟ قال: قال. بلى
يا رب إن تبت وأصلحت: قال. بلى: أمل تسكين جنتك؟ قال
» نعم: أراجعي أنت إىل اجلنة؟ قال
24 ‘Abdul Karim ‘Usman. Syarh al-Usul al-Khamsah li al-Qadi ‘Abdul Jabbar. (T.tp:
Maktabah Wahbah. 1996), hlm. 345.
«يا رب أمل ختلقين بيدك؟: وعن ابن عباس رضي اهلل عنهما قال
: يا رب أمل تنفخ يفّ الروح من روحك؟ قال: قال. بلى: قال
Konsep Keadilan dan Indeterminasi ...
: قال. بلى: رب أمل تسبق رمحتك غضبك؟ قال ياLestari 45
: قال. بلى
Lenni
Daftar Pustaka
Atik Wartini
Mahasisiwa dan Aktivis KMIP Universitas Negeri Yogyakarta
Dan Mahasiswa Studi Pasca Sarjana PGRA
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta1
Abtraks
Dalam alur sejarah perkembangan penafsiran, dan pemahaman
pergesekan dan perubahan paradigma serta epistemology pemaha-
man adalah suatu keniscayaan yang wajar, berbagai faktor melatar
belakanginya, baik itu sosial, politik, dan kebudayaan. Al-Misbah se-
bgai produk Tafsir adalah sebuah berangkat dari dialektika antara
teks, dan konteks yang di gagas oleh M. Quraish Shihab. dengan
demikian indikasi adanya perubahan dalam penafsiran selalu ada,
salah satu penafsiran yang berkaiatan dengan Perempuan. Tidak bisa
di sangkal bahwa dokrin agama sering kali dijadikan untuk mem-
benarkan tindakan tidak adil, sesuatu yang baku dan tidak bisa di
tafsirkan, sehingga posisi marginal perempuan dalam sebuah agama
di anggap takdir yang tidak dapat di ubah. Selain agama budaya juga ,
mempengaruhi terbentuknya stuktur dan sosial politik yang timpang
di masyrakat. Yang kemudian berdampak perempuan sebgai seorang
yang incapable dalam berbagai hal. Disinlah posisi al-Misbah sebgai
tafsir modern, dan menjadi pionir tafsir pembebasan perempuan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
analitis, dengan mendiskiripsikan dan menganalisis pembacaan M.
Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah terhadap ayat-ayat Isu gen-
der. Seeprti penciptaan perempuan, kepemimpinan keluarga, saksi,
warisan, dan nusyuz, dengan pendekatan historis dengan menelusuri
sejarah pertumbuhan dan pola pemikiran serta konteks sosial-buda-
ya yang mempengaruhinya. Serta di pengaruhi dengan penyebaran
ide-ide, adapun jenis penelitian ini adalah penelitian perpustakaan,
(library research) dan lebih menekankan pada tafsir al-misbah karya
M. Quraish Shihab. Dalam penelitian ini menghasilkan adannya
perkembangan terhadap penafsiran yang terkait dengan isu-isu jen-
der, dalam tafsir al-Misbah. Dalam konteks waris, nusyusz, kesaksian
perempuan, pemimpin keluarga, hingga maslah poligami, serta pen-
ciptaan perempuan, dalam hal ini M. Quraish shihab walaupun ma-
sih memengang penafsiran lama, tetapi tidak menolak adanya penaf-
siran baru. Terhadap isu-isu jender. Upaya M. Quraish Shihab adalah
membangun jembatan dan alur mata rantai agar penafsiran berwa-
1 Hadi.ari11@yahoo.com
Tafsir Berwawasan Gender
49
Atik Wartini
A. Pendahuluan
Al-Qur’an tersusun dengan kosakata bahasa Arab (QS. Yusuf
(12):2) kecuali bebrapa kata asing yang masuk di dalamnya karena
akulturasi.2 Banyak faktor dipilihnya bahasa Arab sebagai bahasa al-
Qur’an, diantaranya adalah keunikannya yang tercemin pada susu-
nan kata dan akar kata. Kosa kata bahasa Arab mempunyai dasar tiga
huruf mati dan dapat dibentuk dengan berbagai bentuk.3 Al-Qur’an
bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, India, Indonesia atau
yang lain, bukan lagi al-Qur’an, hal tersebut di karenakan sudah ada
perbedaan antara maksud yang dinginkan dan maksud yang sebena-
rnya ada dalam ruh ayat tersebut.
Perbedaan laki-laki dan perempuan terkadang masih menyim-
pan berbagai macam permasalahan, terutama tentang peran dan
subtansi kejadiannya dalam sosial masyarakat. Meskipun perbedaaan
dari segi atomi boilogis laki-laki dan perempuan ini adalah sesuatu
yang bersifat jelas, namun perbedaan ini terkadang masih melahir-
kan ketidakadilan pada salah satu pihak. Karena perbedaan secara
biologis ini, menghasilkan seperangkat konsep budaya. Interpretasi
dari budaya terhadap perbedaan jenis kelamin inilah yang kemudian
melahirkan apa yang disebut dengan konsep jender. Ketika terjadi
ketimpangan dalam menentukan peran dalam sosial masyarakat
akibat interpretasi budaya terhadap jenis kelamin inilah yang meng-
hasilkan ketidakadilan jender.
2 Di antara kosa kata al-Qur’an yang Muarrab adalah Yaqutt, yasin, yasuddun…..
lihat Jalaludin asy-Syuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo: tt, th) Juz I, halamn
136-141. Lihat juga Muhammad Rawwas qalahji, Lughat Arab, Luhgat al-Arabi
al-Mukhtarah, (Dar al-Nafais, tt) halaman 21 30.
3 Misalnya dari ketiga huruf adalaha lafaz qala, yakni qaf, wawu dan lam, dapat
melahirkan enam bentuk kata dan kesemua kata tersebut mempunyai bera-
gam makna lihat M Quraish Shihab Esklikopedia Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata.
(Jakarta: Lentera Hati, 2007) halamn vii.
Jurnal Syahadah
50
Vol. II, No. II, Oktober 2014
Salah satu topik yang menarik menjadi isu global, dan menjadi
perbincangan yang tak pernah henti adalah gerakan pembelaan ter-
hadap kaum perempuan, yang menuntut keadilan dan kesetaraan
jender. Serta juga melakukan pembebebasan perempuan dari segala
bentuk subordinasi laki-laki terhadap perempuan. Hal ini akibat
dari pemahaman jender yang bias priarkhi. Gerakan ini lebih dike-
nal dengan feminism. Yaitu gerakan yang memperjuangkan untuk
menuntut kesamaan hak dan sederajat antara laki-laki dan perem-
puan dalam segala bidang. Dan menetang segala bentuk penindasan
terhadap kaum perempuan.4
Para feminis Muslami cukup menyadari, bahwa kondisi yang
dialami oleh para perempuan, khususnya di Negara-negara Islam,
bukanlah tanpa sebab. Oleh karena itu, mereka mencoba mengkaji
dan mengarahkan perhatian kepada sumber yang menyebabkan ter-
jadinya ketimpangan terhadap kaum perempuan. Karena umat Islam
sangat memegang teguh ajaran Islam sebagai landasan filosofisnya,
maka rujukan sumber ajaran utama dalam Islam, yaitu al-Qur’an
dan Hadis.
Para feminis menyadari, bahwa penting untuk melakukan
pendekatan studi dan kajian-kajian, juga reinterpretasi terhadap
sumber utama tersebut, karena dengan mempengaruhi cara berpikir
dan tindakan seorang muslim dalam kehidupannya, dan merekapun
sadar dengan apa yang sedang dihadapi oleh kaum perempuan terse-
but. Tidak lepas dari penafsiran al-Qur’an dan Hadis yang terkadang
lebih memihak laki-laki dan menindas perempuan.
Adapun hal-hal yang memicu antara lain adalah faktor Par-
thiarkhi5 dalam duania Islam, salah satu yang mencolok adalah
dominasi laki-laki dalam pendidikan dan keilmuan. Bahkan sebagai
penafsir al-Qur’an muncul dari kaum laki-laki, yang sangat jarang
sekali memperhatikan aspek sisi-sisi feminis atau memperjuangkan
kepentingan kaum perempuan. Hal tersebut terjadi dalam kurun
yang sangat lama dan mungkin sudah mengendap dan menjadi se-
buah keyakinan selama berabad-abad lamanya.6
Keterkaitan antara penafsir al-Qur’an dengan cara pandang
muslim tersebut menghasilkan produk penafsiran yang bias laki-laki
sehingga terjadi pengekangan norma-norma keadilan dan sifat egali-
ter yang menjadi hak perempuan, yang di atas namakan segai sebuah
dogma agama atau dari ajaran al-Qur’an.7
Berangkat dari asusumi di atas dapat disimpulkan bahwa dis-
kriminasi perempuan salah satu faktornya adalah disebabkan oleh
penafsiran-penafsiran yang bias partihiarkhi dan tidak memberikan
porsi keadilan dan hak-hak perempuan dalam kesetaraan, maka dari
itu dalam hal ini mencoba memberikan wawasan penafsiran jender
ala ulama Kontemporer yang ada di dunia khususnya di Indonesia.
Salah satu pakar tafsir yang sudah diakui oleh masyarakat luas dan
sekarang masih hidup dan menjadi rujukan di belahan wilayah Indo-
nesia adalah M.Quraish Shihab dengan tafsir Adabu Ijtima’I dengan
mengungkapkan kesan dan pesan dalam al-Qur’an beliau mencoba
meramu penafsiran yang tidak bias terhadap laki-laki dan mencoba
menafsirkan ulang ayat-ayat jender untuk mengangkat derajat perem-
puan dalam tradisi Islam di Negara-negara muslim.
tera Hati).
10. Tafsir al-Qur’an Al-Karim: Tafsir Surat-surat Pendek Berdasarkan Uru-
tan Turunya Wahyu, tahun 1997 diterbitkan di Bandung (Pustaka
Hidayah).
11. Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Berbagai Aspek Kebahasaan, Isyarat
Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, tahun 1997 di terbitkan di Band-
ung (Mizan).
12. Sahur Bersama M. Quraish Shihab, di RCTI, tahun 1997 diterbit-
kan di Bandung (Mizan).
13. Menyingkap Ta’bir Illahi: al-Asma’ al-Husna dalam Prespektif al-
Qur’an, tahun 1998 diterbitkan di Bandung (Mizan).
14. Haji Bersama Quraish Shihab: Panduan Prakstis Untuk Menuju Haji
Mabrur, tahun 1998 di terbitkan di Bandung (Mizan).
15. Fatwa-Fatwa seputar Ibadah Mahdhah, tahun 1998 diterbitkan di
Bandung (Mizan).
16. Yang Tersembunyi Jin Syetan dan Mayarakat: dalam Al-Qur’an dan
as-Sunnah serta Wacan Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini,
tahun 1999 diterbitkan di Jakarta (Lentera Hati).
17. Fatwa-Fatwa Seputar Al-Qur’an dan Hadist, Tahun 1999 diterbit-
kan di Bandung (Mizan).
18. Panduan Puasa bersama Quraish Shihab, tahun 2000 diterbitkan di
Jakarta (Reblublika).
19. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-QUR’AN, Volume
II, tahun 2001 diterbitkan di Jakarta (Lentera Hati).
20. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-QUR’AN, Volume
III, tahun 2001 diterbitkan di Jakarta (Lentera Hati).
21. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-QUR’AN, Volume
IV, tahun 2002 diterbitkan di Jakarta (Lentera Hati).
22. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-QUR’AN, Volume
V, tahun 2002 diterbitkan di Jakarta (Lentera Hati).
23. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-QUR’AN, Volume
VI, tahun 2002 diterbitkan di Jakarta (Lentera Hati).
24. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-QUR’AN, Volume
VII, tahun 2002 diterbitkan di Jakarta (Lentera Hati).
25. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-QUR’AN, Volume
VIII, tahun 2002 diterbitkan di Jakarta (Lentera Hati).
26. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-QUR’AN, Volume
Jurnal Syahadah
56
Vol. II, No. II, Oktober 2014
20 M. Syafi’i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik Tentang
Cendekiawan Muslim Orde Baru (Jakarta: Paramadina,1995) halaman 182.
21 Dewan Redaksi Eklopedia Islam, Suplemen Eklopedia Islam 2, (Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1994) halaman 112.
اتبع هُدَاىَ فَالَ يَضِلُّ وَالَ يشقى } واملعىن أن الشقاء يف
ضلّ يف الدنيا عن طريق الدينTafsir
منBerwawasan
هو عقابGender اآلخرة
59
Atik Wartini
فمن اتبع كتاب اهلل وامتثل أوامره وانتهى عن نواهيه
puan,
.جنا من الضالل ومن عقابه
contoh aplikasi penafsiran mereka adalah sebagai berikut,
pertama penafsiran At-Tabari (w. 310) dalam surat an-Nisa (4) :34:
Artinya :
Kaum Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, oleh karena itu Allah Telah
melebihkan sebgaian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebgai harta mereka, sebba itu
maka perempuan yang saleh, yang taat kepda Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatillha
mereka dan pisahkanlah merak dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka,
dan jika mereka mentatatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya, sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi maha Besar. ( Q.S al-
Nisa (4) : 34)
Sedangkan dalam surat lainya al-Baqarah (2), 228, Allah berfirman:
Artinya :
Perempuan-perempuan yang ditalak hendaklah diri
menahan (menunggu)
tiga
kali quru’ tidak boleh merek menyembunyikan apa yang di ciptakan Allah
dalam Rahimnya jika mereak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Mereka
suami
para menghendaki
(Islah)
dan perempuan
para mempunyai
hal
seimbang
dalam kewajibanya menurut cara yang lebih ma’ruf, akan tetapi para suami,
Jurnal Syahadah
60
Vol. II, No. II, Oktober 2014
mempunyai suatu tingkatan kelebihan dari pada pada istrinya, dan Allah maha
perkasa lagi maha bijaksana.” (Q.S al-Baqarah (2) : 228)
At-Tabari (w. 310) menyatakan dalam ke dua ayat ini adalah
legitimasi superoritas laki-laki terhadap perempuan, secara lahiri-
yyah dikatakan bahwa ayat tersebut laki-laki adalah al-Qawam atau
pemimpin, dan pada al-Baqarah disebutkan bahwa derajat laki-laki
setingkat dari pada perempuan. Meskipun pada surat al-Baqarah
(2) :228, terdapat potongan kalimat yang menyatakan wa Lahunna
Mislu al-Lazina bi al-Ma’ruf, bahwa perempuan mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajiban menurut cara yang baik”, menurut at-
Tabari kesamaan hak itu baru muncul dengan sendirinya ketika ked-
uanya sudah melakukan kewajiban masing-masing, yaitu perempuan
melaksanakan sebagai istri yang patuh kepada suami. Ketika mem-
bahas kata bi Ma Faddla Allahu, menyatakan bahwa kelebihan yang
dimiliki oleh perempuan adalah sebagai akibat kewajiban suami
memberi mahar nafkah atau perlindungan.22 Kedua, dalam pemba-
hasan surat al-Baqarah (2) :228, al-Jassah (w. 370 ) menyatakan penaf-
siran ayat tersebut pada bab “hak suami dan istri” dengan mengutip
pendapat Abu Bakar bahwa Allah SWT mengkonfirmasikan bahwa
antara suami dan istri mempunyai hak, tetapi suami memiliki hak
khusus yang hanya di peruntukkan kepadanya. Selanjutnya al-Jassas
menjelaskan hak-hak suami yang menjadi kewajiban Istri, seperti
menjaga nama baik suami dan keluarga, menjaga harta benda, dan
patuh pada suami. Selain suami mempunyai kelebihan boleh ber-
poligami dan kelebihan bagian warisan, serta seorang suami berhak
memukul istrinya ketika nusyuz, pemahaman ini menurut al-Jassas,
sesuai dengan apa yang ada di surat an-Nisa’ (4) : 34. Ketiga, Farrur
Razi (W. 606), berkaitan dengan tafsiran di atas menyatakan ayat
ini disatu sisi memberikan superioritas terhadap kaum laki-laki yang
hampir-hampir mutlak, disisi lain menimbulkan tanggung jawab,
dan kewajiban cukup besar bagi kaum laki-laki, seperioritas laki-laki
ini, meliputi kelebihan kaum laki-laki di bidang akal, bagian warisan,
hal talak dan rujuk, dan bagian harta rampasan perang (gharimah).
Dari tinjauan di atas bahwa seorang perempuan di posisikan inferior
atas laki-laki dan menunjukkan kaum perempuan itu diciptakan se-
bagai hamba yang lemah. Kemudian ar-Razi mengutip sebuah hadis
22 Khoirudin Nasution, Fazlur Rahman Tentang Perempuan, halaman 53-54.
Tafsir Berwawasan Gender
61
Atik Wartini
Nabi yang artinya: “Dan takutlah kepada Allah kepada kedua kelom-
pok yang lemah yakni anak yatim dan kaum perempuan.” Penyebutan
hadis ini masih bertujuan untuk menunjukkan legitimasi lemahnya
perempuan.
Ar-Razi menyatakan dan berargumen ayat di atas sebagai dasar
atas kelebihan laki-laki terhadap perempuan yang dilegitimasikan
oleh al-Qur’an, dan menimbulkan tanggung jawab melebihi perem-
puan. Berupa keharusan memberi nafkah, menciptakan keluarga
yang baik dan mencegah kerusakan.23 Adapun yang keempat, al-Qur-
tuby (W. 671) menafsirkan ayat yang sama seperti penafsir sebelum-
nya, yaitu keseimbangan hak dan kewajiban, namun disamping hal
tersebut, Qurtuby mempunyai pendapat sama dengan yang lain, bah-
wa laki-laki mempunyai derajat yang lebih tinggi dari perempuan.24
Sedangkan apabila dilihat dari model penafsiran yang kedua,
yaitu penafsiran perspektif modern-kontektualis adalah kalangan
ulama yang menggunakan model pemikiran sebelumnya, yang ber-
nuansa bertolak belakang terhadap paradigma diskriminatif terha-
dap perempuan. Pemikiran modern-kontektualis ini adalah penafsir-
an yang menawarkan paradigma baru dalam memahami jender, yang
mengusung tema kesetaraan jender dan pembebebasan perempuan.
Perpektif penafsiran model ini, lebih menekankan aspek kontektuli-
tas teks dari pada tektualitas teks dalam memahami nash al-Qur’an
dan Hadist. Sehingga pemikiran model ini selalu adaktif dan fleksi-
bel. Adaktif berarti bisa mengakomodir perubahan keadan den-
gan lebih baik, sedangkan fleksibel dapat merubah sesuai dengan
konteks penafsiran dan problem aktual kekinian. Beberapa contoh
dapat dilihat sebagai berikut :
Pertama, penafsiran Musthafa al-Maraghi terhadap ayat-ayat
surat al-baqarah (2) 228, bahwa ayat itu mengandung pengertian
bahwa suami mempunyai hak dan kewajiban yang harus ditunaikan
kepada istrinya, bersamaan dengan hal itu, istri juga mempunyai hak
dan kewajiban yang juga seimbang terhadap suami.
Dengan kata lain hubungan suami istri bersifat memberi dan
menerima (take and give), penafsiran al-Maraghi semakin tepat den-
gan ungkapan saling menerima dan memberi ketika dihubungkan
23 Ibid halaman 56-57.
24 Ibid halaman 57-58.
Jurnal Syahadah
62
Vol. II, No. II, Oktober 2014
25 Lihat kata pengantar M. Quraish Shihab “Kesetaraan Jender dalam Islam” dalam
Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Jender, Prespektif al-Qur’an. (halaman XXX-
Viii-XXXX)
Tafsir Berwawasan Gender
63
Atik Wartini
Artinya:
sesuatu
“Sesungguhnya kami ciptakan
qadar.
dengan (Q.S al-Qamar
(54) :49)
Oleh para pakar, qadar disini diartikan sebagai ukuran-ukuran.
Sifat-sifat yang ditetapkan oleh Allah bagi segala sesuatu. Dalam hal
yang
itulah dimaksudkan
juga dalam istilah
qodrat. Dengan demiki-
an, laki-laki maupun perempuan, sebagai makhluk individu dan jen-
is kelaminmemiliki masing-masing.
kodratnya Quraish Shihab
juga
menegaskan, bahwa Allah selain menciptakan adanya perbedaan
laki-laki dan perempuan namun juga memberikan anugrah keistime-
waan pada
al-Qur’an
keduanya, memberikan
isyarat :
“Janganlah kamu iri hati terhadap keistimewaan yang dianu-
Allah
grahkan terhadap
sebagaimana
kamu atas sebagaian
yang lain,
laki-laki mempunyai hak atas apa yang diusahakannya dan perem-
puan juga mempunyai hak atas
apa
yang diusahakannya
( Q.S an-
Nisa (4) :32)
Dari ayat tersebut dapat dipahami, bahwa perbedaan yang su-
dah diciptakan oleh
Allah laki-laki
terhadap dan perempuan,
menye-
Artinya:
Tuhan
Maka mengabulkan
mereka permintaan
mereka
dengan
firman
sesung-
guhnya aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang beramal diantra kamu,
baik lelaki maupun perempuan.” (Q.S Ali Imran (3) : 195).
Bisa ditarik kesimpulan bahwa kaum perempuan setara den-
gan dan sejajar dengan kaum laki-laki dalam potensi intelektualnya.
kaum
Sebagaimana perempuan,
laki-laki, kemampuan
mempunyai
berpikir, mempelajari dan mengamalkan apa yang mereka hayati
dari dan
bertafakur berzikir
kepada
Allah
dan
juga yang
dari
mereka
pikirkan dari alam semesta ini. 33
dan
Laki-laki juga
perempuan sama
dansetara Allah
dihadapan
SWT. Memang dalam al-Qur’an terdapat ayat yang berbicara ten-
tang lakai-laki sebagai pemimpin para perempuan (Q.S An-Nisa (4)
34,) akan tetapi, tersebut
kepemimpinan tidak
boleh
mengantarkan
Umar,
Argumen Jender, halaman
32 Lihat kata pengantar M. Quraish Shihab “Kesetaran jender dalam Islam” dalam
Nasarudin Kesetaraan Perpektif
al-Qur’an xxvi
33 Ibid halaman xxxvii
kesewang-wenangan.
kepada Karena
al-Qur’an
disatu
sisi
memer-
intahkan untuk tolong-menolong antara laki-laki dan perempuan,
sisi
pada lain
yang al-Qur’an
juga
memerintahkan
untuk
berdiskusi
dan musyawarah dalam persoalan mereka. Tugas kepemimpinan
itu selintas adalah sebuah
sebagai
keistimewaan dan“derajat
yang
tinggi” dari perempuan. Namun derajat itu adalah kebesaran hati
suami terhadap istrinya untuk meringankan sebagian kewajiban-ke-
wajibanya.34
Menurut Quraish Shihab, persamaan antar laki-laki dan perem-
puan baik laki-laki maupun perempuan, maupun antar bangsa, suku,
dan keturunan,
adalah
pokok
ajaran
danprinsip
dalam
utama
ajaran
Islam, dalam al-Qur’an Allah berfirman :
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia dian-
kamu
tara di
sisiAllah orang
adalah yang
paling
taqwa kamu.
diantra
Sesung-
guhnua Allah maha mengetahui dan lagi maham mengenal.” ( Q.S al-Hujarat
(49) : 13) .
Perkara yang digaris bawahi dari perbedaan tersebut, bahwa
yang meninggikan dan merendahkan derajat seseorang adalah ni-
lai pengabdian dan kepada
ketakwaan SWT.
Allah karena
Oleh
itu,
dalam ajaran Islam, laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbe-
daan yang mendasar dan subtansial dalam beberapa hal utama, an-
tara lain : asala kejadian, hak-haknya dalam berbagai bidang, dan
kedudukan serta perannya, tugas dan tanggung jawabnya.35
al-Misbah,
Dalam Quraish
Shihab
penafsiran
menyatakan ayat-
ayat penciptaan perempuan (Hawa) yang berasal dari tulang rusuk la-
ki-laki (Adam) sesungguhnya adalah sebuah ideyang
mempengaruhi
dari sumber penafsirannya. Seperti yang pernah diutarakan oleh
34 Ibid, halaman xxvii-xxviii
35 Muhammad Quraish Shihab, “Konsep Perempuan menurut Al-Qur’an, Hadis,
dan Sumber-sumber Ajaran Agama Islam, halaman 3-4.
Tafsir Berwawasan Gender
67
Atik Wartini
Rasyid Ridha. Bahwa ide tentang kisah Adam dan Hawa seperti itu
adalah berasal dari kitab perjanjian lama. sesungguhnya al-Qur’an ti-
dak pernah memuat ide tersebut secar ekplisit di dalam redaksi ayat-
ayatnya. Justru al-Qur’an diturunkan dalam rangka mengkikis segala
perbedaan yang membedakan laki-laki dan perempuan, khususnya
dalam bidang kemanusiaan.36 Sedangkan hak-hak perempuan baik
hak di luar rumah, hak memperoleh pendidikan, hak politik dan
sebagainya. Setara dan sederajat dengan hak yang dimilki oleh para
kaum laki-laki, demikian juga dengan kewajiban dan peran perem-
puan, al-Qur’an tidak mendiskriminasi perempuan, dan membicara-
kan hal itu semua dalam konteks keadilan dan kesetaraan.37
E. Kesimpulan
Tulisan ini secara ringkas, menjelaskan bagaimana konsep ke-
setaran dalam pandangan M. Quraish Shihab, pertama, bahwa M.
Quraish Shihab adalah ulama atau pakar tafsir yang mempunyai
pandangan modern-kontekstual, dimana dalam menafsirkan ayat-
ayat yang bersifat jender melakukan pendekatan multidisipliner,
kedua, Quraish Shihab mencoba menempatkan perempuan dalam
bingkai kesetaraan dan persamaan hak-haknya dengan laki-laki, dan
ketiga, Quraish Shihab mencoba memberikan pandangan tentang
pentinganya mengangkat harkat dan martabat kaum wanita karena
itu adalah amanah al-Qur’an dan hadis yang sampai sekarang masih
di pahami dengan semena-mena dan salah sangka oleh para kaum
laki-laki.
Daftar Pustaka
Afriadi Putra
Peneliti & Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Abstrak
Kitab tafsir Tarjuman Al- Mustafid merupakan kitab tafsir pertama
yang ditulis lengkap tiga puluh juz berbahasa Melayu sehingga ia juga
disebut dengan Tafsir Melayu. Ditulis oleh ulama yang sangat ber-
pengaruh di Kesultanan Aceh dan memiliki ilmu yang sangat luas di
bidang agama. Di dunia Melayu, tafsir ini menjadi rujukan penting
dalam upaya memahami ajaran Islam lansung dari sumber utama yai-
tu, al-Qur’an. Melalui tulisan ini penulis ingin membuktikan bahwa
tafsir Tarjuman Al- Mustafid menjadi pelopor kajian tafsir al-Qur’an di
Nusantara. Di lihat dari segi metodolgis, penggunaan qira’at sebagai
analisis penafsiran membuat tafsir ini menjadi unik. Sekaligus mem-
perkenalkan ilmu qira’at yang belum populer di kalangan pengkaji
al-Qur’an ketika itu.
A. Pendahuluan
Masuknya Islam ke Indonesia secara terorganisir pada abad ke
12 M menjadi tonggak mulainya kajian al-Qur’an. Islam masuk ke
Indonesia berawal dari Sumatra, selanjutnya menyebar di pulau Jawa
dan sekitarnya. Di Jawa, peran kerajaan Demak ketika itu yang be-
ragama Islam sangat besar dalam pembelajaran al-Qur’an. Al-Quran
dipelajari dan diajarkan oleh para wali seperti Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Ampel dan lain-lain. Selain dari wali-wali itu ada
juga nama-nama lain seperti Hasanuddin, Syekh Abdulmuhji dan
banyak lagi yang lainnya.1
Al-Qur’an dikaji oleh umat Islam dengan berbagai cara. Per-
tama dari segi aturan tentang tata cara membacanya dan yang kedua
dari segi akademis yaitu dalam bentuk karya tulis. Terkait dengan
hal di atas, muncullah beberapa karya yang menandakan dimulainya
1 Aboebakar Atjeh, Sedjarah Al-Qur’an, (Jakarta: Sinar Pudjangga, 1952) hlm. 279
– 282.
Jurnal Syahadah
70
Vol. II, No. II, Oktober 2014
2 Ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia
pada VII/VIII M dan menjadi tanda dimulainya periodesasi tafsir al-Qur’an
di Indonesia. Lihat, Indal Abror, Potret Kronologis Tafsir Indonesia, dalam Jurnal
Esensia, Vol. 3, No. 2 Juli 2002, hlm. 191.
3 Sultan Sultanah adalah gelar bagi seseorang yang memiliki kekuasaan yang
tinggi dalam sebuah negara (pemerintahan) Islam. Gelar ini untuk pertama
kalinya dipakai dalam Islam pada zaman pemerintahan Dinasti Abbasiyah
(750-1258 M). Di Indonesia, gelar sultan pertama kali dipakai oleh “Malikush
Saleh”, raja pertama dan pendiri Kerajaan Samudera Pasai. Setelah itu, raja-raja
di Kerajaan Islam Indonesia pada umumnya memakai gelar Sultan. Lihat De-
wan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve, 1993), hlm. 291.
Khazanah Tafsir Melayu
71
Afriadi Putra
7 A. Hasjmi, Syekh Abdurrauf Syiah Kuala, Ulama Negarawan yang Bijaksana. Dalam
Universitas Syiah Kuala Menjelang 20 Tahun. (Medan: Waspada, 1980), hlm. 370-
371.
Khazanah Tafsir Melayu
73
Afriadi Putra
c. Bidang Fikih
Mi’rat al-Thullab fi Tasyil Ma’rifah al-Ahkam al-Syar’iyyah li al-
Malik al-Wahhab (Cermin para penuntut ilmu untuk men-
getahui hukum-hukum Syara’ Tuhan) berbahasa Melayu.
Karya ini ditulis atas permintaan Sultanah Shafiyyah al-Din,
diselesaikan pada tahun 1663 M. Mi’rat al-Thullab memba-
has tentang fikih muamalat, kehidupan politik, sosial, eko-
nomi dan keagamaan kaum Muslim.
d. Bidang Tasawuf
Kifayat al-Muhtajin ila Masyrab al-Muwahidin al-Qa’ilin bi Wah-
dat al-Wujud (Bekal bagi orang yang membutuhkan pelepas
dahaga ahli tauhid penganut Wahdah al-Wujud) ditulis berba-
hasa Melayu.9
12 Zulkifli Mohd Yusuf dan Wan Nasyrudin Wan Abdullah, Tarjuman al-Mustafid;
Suatu Analisa terhadap Karya Terjemahan, Jurnal Pengajian Melayu, jilid 16, ta-
hun. 2005. hlm. 157 – 158.
13 M. Abed Al-Jabiri, Fahm al- Qur’an al-Hakim: al-Tafsir al-Wadih Hasba Tartib al-
Nuzul, (Beirut: Markaz Dirasat al-Wihdah al-’Arabiyyah, 2009).
Khazanah Tafsir Melayu
77
Afriadi Putra
kah,
maka
tersebut
di Al-Baidawi
dalam bahwa al-Fatiha
itu
ini terdiri dari tujuh ayat yang dibangsakan kepada Mek-
Puasakan oleh kamu segala hari yang sedikit, maka barangsiapa diantara
kamu yang melihat Ramadhan
bulan itu,
iadalam
keadaan
sakit atau
ia
sedang ”berlayar” lalu ia berbuka, maka diwajibkan atasnya mempua-
sakan sebilang hari yang telah ia bukakan itu sebagai ganti di hari yang
lain. Dan wajib atas orang yang tidak kuasa untuk membayar pidyah pada
tiap-tiap hari itu sekira-kira yang dimakan oleh orang miskin sehari-hari,
maka barangsiapa yang berbuat kebaktian dengan melebihkan dari yang
itu maka
demikian itu
baginya.
baik
lebih
Dan puasa
kamu
itu baik
lebih
bagi kamu daripada berbuka dan membayar pidyah, jika kamu tahu bahwa
puasa kamu itu lebih baik maka puasakan oleh kamu hari
semua 19
itu.
18 Al-Sinkili, Abd Rauf, Tarjuman al-Mustafid, (Jakarta: Dar Fikr, 1981), hlm.
1.
19 Al-Sinkili, Abd Rauf, Tarjuman al-Mustafid,,, hlm. 28.
Khazanah Tafsir
Melayu
79
Afriadi Putra
Pada ayat di atas dapat dilihat bagaimana Al-Sinkili mere-
spons keadaan ketika itu. Penafsiran kata safar dengan makna
“berlayar”
menunjukkan
bahwa
kondisi
masyarakat
lebih
ban-
yak melakukan perjalanan dengan berlayar, bukan dengan per-
darat.
jalanan Hal
ini sesuai
dengan
letak
geografis
Kesultanan
Aceh yang dekat dengan Samudera Hindia. Melalui penafsiran
ayat ini jelas sekali Al-Sinkili memberikan sumbangsih pemiki-
ran sesuai
dengan
zamannya,
meskipun
penjelasan tersebut
sangat ringkas.
Disamping itu, Al-Sinkili
dalam
menafsirkan
ayat
ter-
kadang menambahkan dengan kisah yang diambil dari Al-
Khazin, penafsirannya
20contoh QS. Al-Baqarah
[2]: 1–2 seb-
agai berikut:
Allah Ta’ala jua yang lebih tahu akan yang dikehendakinya dengan yang
itu.
demikian Inilah yang
al-Qur’an dibaca Nabi
oleh saw
Muhammad
yang tiada syak di dalamnya bahwa ia dari Allah Ta’ala.21
[Kisah] Di dalam Al-Khazin disebutkan bahwasanya Allah Ta’ala
menjanjikan kaum Bani Israil atas lidah Nabi Allah Musa bahwa
ia akan menurunkan lagi seorang Rasul dari anak cucu Nabi Allah
Ismail, maka tatkala Rasulullah saw pindah padahal
keMadinah
di dalamnya ada beberapa makhluk yang amat banyak maka ditu-
runkan Allah Ta’ala surat ini untuk menyempurnakan janji, wallahu
a’lam.
3. Qira’at dalam Tafsir Tarjuman Al- Mustafid
Tradisi menggabungkan uraian perbedaan qira’at di
dalam karya tafsir bukanlah suatu hal yang baru. Jauh sebe-
lumnya tradisi ini telah ada dalam karya-karya tafsir klasik
20 Nama lengkap mufassir ini adalah ‘Ala al-Din Abu al-Hasan ‘Ali ibn Muhammad
ibn Ibrahim ibn Umar ibn Khalil al-Syaihi al-Baghdadi al-Syafi’i al-Sufi al-Khazin. Ia
lahir di Baghdad tahun 678 H dan wafat tahun 741 H di kota Halb. Kitab tafsir
karangannya cukup masyhur yaitu; Tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil. Lihat
Muhammad Husain Adz-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun, juz I, (Kairo: Dar al-
Hadis, 2005), hlm. 265.
21 Al-Sinkili, Abd Rauf, Tarjuman al-Mustafid,,, hlm. 2.
Jurnal Syahadah
80
Vol. II, No. II, Oktober 2014
22 Beliau adalah Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Katsir ibn Ghalib
al-Thabari. Karya tafsirnya sangat populer yaitu, Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an.
Lihat Muhammad Husain Adz-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun,,, hlm. 180.
23 Ia adalah penulis kitab tafsir Al-Kasyaf fi Haqaiq al-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi
Wujuh al-Ta’wil. Nama lengkapnya yaitu, Abu al-Qasim Mahmud ibn Umar ibn
Muhammad ibn Umar al-Khawarizmi. Lihat Muhammad Husain Adz-Dzahabi,
Tafsir wa al-Mufassirun,,, hlm. 362.
24 Dia adalah Nasr al-Din Abu al-Khair Abd Allah ibn umar ibn Muhammad ibn
‘Ali al-Baidawi al-Syafi’i. Kitab tafsir karya beliau adalah Anwar al-Tanzil wa Asrar
al-Ta’wil. Lihat Muhammad Husain Adz-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun,,, hlm.
254.
25 Secara etimolgis, qira’at merupakan bentuk jamak dari qira’atun yang akar ka
tanya adalah qara’a-waqriu-qira’atan. Lafazh tersebut merupakan bentuk masdar
yang mempunyai arti bacaan. Sedangkan secara terminologi, terdapat banyak
redaksi yang dikemukakan oleh para ulama sehubungan dengan pengertian
qira’at ini. Namun, menurut hemat penulis, definisi yang mudah dipahami
adalah seperti yang dikemukakan oleh Abdul Fatah al-Qadli dalam Al-Budur al-
Zahirah, dikutip oleh Ahmad Fathoni. Ilmu qira’at yaitu:
ِت القرأنيةِ وطريقِ ادائِها اِتفاقا واختالفا مع َعزْو
ِ علم يعرف به كيفي ُة الُن ْطقِ بالكلما
كلِّ وجهٍ لناقله
“Ilmu yang membahas tentang tata cara pengucapan kata-kata al-Qur’an berikut cara
penyampaiannya, baik yang disepakati maupun yang diikhtilafkan dengan cara me-
nyandarkan setiap bacaannya kepada salah seorang imam qira’at.” Lihat Ahmad
Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh, jilid I, (Jakarta: PTIQ, 2009), hlm. 13.
Khazanah Tafsir Melayu
81
Afriadi Putra
Jurnal Syahadah
82
Vol. II, No. II, Oktober 2014
ingat ketika itu ilmu qira’at belum dikenal oleh umat Islam
diNusantara.
27 Menurut
hemat
penulis, qira’at
pembahasan
dalam tafsir Tarjuman Al- Mustafid ini dipengaruhi oleh Tafsir
Al-Baidawiyang salah
menjadi satu acuan
Al-Sinkili
dalam
menafsirkan al-Qur’an. Perbedaannya, Tafsir Al-Baidawi mengg-
gunakan analisis tujuh imam qira’at bahkan lebih.
Contohaplikasi qira’at
analisis dalam
penafsiran
al-
Sinkili pada QS. Al-Baqarah [2]: 9 – 10;
kisah-kisah dan sebab turunnya ayat. Adapun hal yang dikurangi ti-
dak memasukkan penjelasan tentang i’rab dan analisis semantik.31
Pendapat kedua ini juga dikuatkan oleh Azra, ia mengatakan
bahwa pemilihan Tafsir al-Jalalayn sebagai sumber penafsiran karena
Al-Sinkili mempunyai isnad-isnad yang menghubungkannya dengan
Jalal al-Din al-Suyuthi, baik melalui al-Qusyasyi maupun al-Kurani.32
Contoh yang penulis paparkan pada aplikasi penafsiran juga mem-
buktikan bahwa penafsiran Al-Sinkili terhadap QS. Al-Baqarah [2]:
1–2 sama persis dengan Tafsir al-Jalalayn.
E. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis jelaskan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;
1. Tafsir Tarjuman al-Mustafid adalah kitab tafsir pertama di Nusan-
tara yang ditulis lengkap 30 juz berbahasa Melayu-Jawi. Ditulis
oleh ulama sekaligus Qadi Malik Adil di Kesultanan Aceh yaitu
Abd Rauf Al-Sinkili. Posisinya sebagai seorang Qadi membuat-
nya bertanggungjawab atas masalah keagamaan. Berbekal den-
gan keilmuan yang luas ia memikul tanggungjawab berat untuk
menulis satu karya sebagai rujukan persoalan keagamaan.
2. Dalam penulisan tafsirnya, Al-Sinkili menggunakan sistematika
mushafi, metode penafsirannya menggunakan metode tahlily/
analisis. Tafsir ini termasuk kategori tafsir bi al-Ra’yi dengan corak
ijtima’i (sosial kemasyarakatan). Mengenai status, penulis lebih
condong bahwa tafsir Tarjuman al-Mustafid merupakan terjemah
dari Tafsir al-Jalalayn, meskipun Al-Sinkili juga mengutip tafsir al-
Baidawi dan manafi’-al-Qur’an.
3. Sebagai kitab tafsir paling awal di Nusantara, tafsir ini adalah
tafsir yang sangat baik dan berpengaruh selama lebih kurang tiga
abad. Terlebih ia ditulis oleh ulama yang sangat luas ilmunya dan
berpengaruh ketika itu.
31 Peter G. Riddell, “Tafsir Klasik di Indonesia: Study Tafsir Tarjuman al-Mustafid
karya Abdur Rauf Singkel”, Study Islamika. XVII. No. 2, 2000. hlm. 5 – 6.
32 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama,,, hlm. 259.
Khazanah Tafsir Melayu
85
Afriadi Putra
Daftar Pustaka
PEDOMAN PENULISAN