Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KITAB TAFSIR BIL MA’TSUR

KARYA JALALUDDIN RAKHMAT

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Tafsir Nusantara

Muhadlir Pengampu : Ust. Muh. Akrom, S.Ag., S.Pd.

Kelas Khusus

Kelompok 10 :

1. Fatahillah Mursyid Archan

2. Ahmad Syamsul Arifin

3. Herman

MA’HAD ALY YANBU’UL QUR’AN FI AL-QUR’AN WA ULUMIHI

TAHUN 2023
KITAB TAFSIR BIL MA’TSUR KARYA JALALUDDIN RAKHMAT

Abstrak

Munculnya para mufassir di Indonesia era modern ini tidak terlepas dari dua persoalan,
pertama; untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam daerah suatu
wilayah karena tidak semua persoalan dalam suatu daerah sama seperti kasus Timur
tengah , Kedua Karena adanya minat para ulama Nusantara juga untuk mengikuti jejak
para pembaharu di Mesir di antaranya Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, berkemungkinan
inilah awal munculnya para mufassir modern di Indonesia. Hal ini tidak kalah pentingnya
seperti di Indonesia. Misalnya Tafsir Al-Azhar karangan Hamka, dan tafsir Malik Ahmad
, Tafsir an_Nur karangan Hasbi ash-Shidieqi dan sebagainya, munculnya tafsir-tafsir
Indonesia membuktikan adanya minat para ulama untuk mengembangkan ilmu di bidang
tafsir. Dalam kajian ini penulis akan menguraikan seorang tokoh cendikiawan tentang
tafsir beliau yang terdapat dalam Tafsir bil Ma’tsur Pesan Moral AlQuran karangan
Jalaluddin Rakhmat.

Kata Kunci : Tafsir, bil Ma’tsur, Moral, al_Qur’an

A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat ajaran-ajaran yang bersifat universal,
yang mengatur kehidupan umat manusia. Al-Qur’an diturunkan dengan kandungannya
yang mujmal atau global, tetapi hal ini tidak mengurangi keistimewaannya serta
kesempurnaan kandungannya.1 Dalam menafsirkan al-Qur’an, para mufasir menggunakan
metode, corak dan pendekatan yang berbeda. Perbedaan latar belakang pendidikan dan
keilmuan para mufasir mengantarkan mereka pada perbedaan interpretasi terhadap al-
Qur’an sekaligus mempunyai peranan penting bagi maju mundurnya umat.

Seiring dengan perkembangan Islam, maka perkembangan kajian al-Quran juga


mendapat perhatian muslim nusantara. Islam datang di nusantara dengan cara damai,
karakter masyarakat yang ramah memberikan peluang bagi perkembangan Islam di
Nusantara khususnya Al Qur’an.

1
Ahmad al-Syirbasi, Sejarah Tafsir Qur’an (Cet. III; t. tp: Pustaka Firdaus, 1994), h. 2.

2
Kitab Tafsir yang ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat adalah Tafsir Bil Ma‟tsur:
Pesan Moral dalam Alquran. Tafsir ini tidak berdasarkan urutan ayat alquran sebagaimana
dalam Mushaf, tetapi lebih banyak berdasarkan pada pesan moral. Menurut Kang Jalal
tafsir yang paling baik adalah menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran. Tetapi
melakukannya jauh lebih sukar dari mengucapkannya. Banyak sarjana telah merumuskan
metode tafsir Al-Quran dengan Al-Quran.

Tafsir bil Ma’tsur Jalaluddin Rahmat (Literatur Tafsir Indonesia). Tentunya kita
semua akan bertanya-tanya apa yang mendorong Jalaluddin Rahmat menulis tafsir bil
Ma’tsur ini. Menurut penjelasan beliau adalah bahwa sebuah gambar Kartopus, yang sangat
mengesankan. Seorang gadis belia, berusia sekitar sepuluh tahun, berjilbab dan tersenyum
manis. Ia memeluk al-Quran berukuran besar. Inilah generasi al-Quran bersamaan dangan
kebangkitan islam, kita lihat minat generasi abad ini untuk mempelajari al-Quran. Tentunya
banyak hal-hal yang menarik dari tafsir ini, konon Gladstone adalah seorang arsitek
imprealism Inggris, pernah membawa al-Quran ke gedung parlemen. Sambil mengacung
kan kitab suci itu, ia berkata : “selama orang-orang Mesir itu memegang buku ini di tangan
mereka, kita tidak akan menikmati kedamaian di negeri itu”. Hari ini yang memegang al-
Quran bukan hanya orang-orang islam di Mesir, di Iran, presiden Rafsanjani mencium
Endang, anak Indonesia, karena ia menegakkan rakyat Iran dengan qira’atnya yang indah.2

Generasi abad ini adalah generasi al-Quran, tingakat kecintaan kepada al-Quran
sudah sangat ekstrim, sehingga sebagian orang menganggap al-Quran saja sudah cukup,
karena itu mereka menolak adanya sunnah yang dipandangnya selain tidak otentik juga
membingungkan, sebagian lagi menafsirkan al-Quran tanpa bantuan ilmu-ilmu al-Quran.
Tak jarang mereka manghasilakan penafisran yang aneh-aneh, dan akhirnya menafikan
tafsir-tafsir yang lain. Sebagian lagi mengusulkan penafsiran kontekstual. Kita harus
memahami ayat denga latar belakang historisnya. Kita harus melihat bahwa bagaimana
Rasulullah dan para sahabatnya memahami ayat-ayat itu. Hampir semua orang setuju
dengan cara ini, tetapi mereka kekurangan sumber rujukan. Tatkala umat islam sedang
bersemangat kembali kepada al-Quran, Tafsir bil Ma’tsur merupakan penafsiran al-Quran

2
Rakhmat, Jalaludin. Tafsir bil ma'tsur : pesan moral Alquran / Jalaluddin Rakhmat,
Bandung: Remaja Rosdakarya. 1993. Hlm. 42.

3
dengan al-Quran lagi, atau dengan mengutip sabda Rasulullah, ucapan Sahabat dan
Tabi’in.3

Tulisan tafsir bil ma’tsur ini terdiri dari pendahuluan, daftar isi, kemudian
penutup. Penulis tafsir ini dilakukan dalam beberapa cara yang nantinya akan dijelaskan
pada pembahasan berikutnya kemudian di sini akan dijelaskan sistematika tafsir panafsiran
dari bil Ma’tsur tersebut.

B. Metode Penelitian

Dalam tulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Melakukan


pengkajian melalui perpustakaan, mencari sumber-sumber dan refrensi dari internet,
menggunakan media cetak berupa buku-buku dan tafsir sebagai refrensi untuk mencari hal-
hal yang berkaitan dengan keseimbangan hidup di dunia dan akhirat.

C. Pembahasan

1. Biografi Jalaludin Rakhmat

Jalaluddin Rahmat adalah nama yang tak asing disebut dalam dunia ilmu
pengetahuan di Indonesia. Pria kelahiran 29 Agustus 1949 ini lebih dikenal sebagai pakar
komunikasi. Meski demikian, berbagai karya yang berkaitan dengan dunia keislaman,
termasuk karya dengan tafsir al-Quran. Ayahnya dalah seorang aktifis islam di desanya.
Ayahnya adalah seorang kyai yang juga lurah desa. Akibat kemelut politik islam pada saat
itu, ayahnya meninggalkannya dalam usia dua tahun.4

Ia meninggalkan desanya sejak masuk SMP di kota Bandung. Karena merasa


rendah diri, kang Jalal menghabiskan masa remajanya di perpustakaan negeri peninggalan
Belanda. Disinilah ia berkenalan dengan gagasan-gagasan besar para filosof, terutama
Spinoza dan Nietzche. Sejumlah buku berbahasa arab ditinggalkan ayahnya dan kemudian
di baca oleh kang Jalal. Dari sini ia berkenalan dengan Ihya’ Ulumuddin karya Imam
Ghozali.

Gelar kesarjanaannya di raih di jurusan penerangan Fakultas Publistik


Universitas Padjajaran Bandung (1976). Dalam posisinya sebagai dosen, ia memperoleh

3
al-Dzahabi, Al-Tafsir Wal Mufasirun. Juz 1 : hlm. 152.
4
Nashruddin, Baidan. 2003. Perkembangan Tafsir al-Qur’an di Indonesia, Cet. I; Solo:
Tiga Serangkai.

4
beasiswa Fulbright dan masuk Lowa State University. Ia mengambil kuliah komunikasi
dan psikologi. Ia lulus dengan predikat magna cum laude. Karena mendapat perfact 4.0
grade point average. Sepulangnya dari Amerika, ia aktif mambina mahasiswa dan banyak
memberikan kuliah etika dan agama islam di ITB dan IAIN, serta berobsesi untuk mengkaji
hubungan sains dan agama.

Sejumlah karya telah di torehkan, beberapa diantaranya : Khutbah-khutbah di


Amerika, Catatan Kang Jalal, Visi Media, Politik dan Pendidikan, Islam Aktual, Rafleksi
Sosial seorang Cendekiawan Muslim, Islam Alternatif, Reformsi Sufistik, Psikologi
Komunikasi, sampai pada tahun 1999 buku ini telah di cetak ulang sebanyak 14 kali, Tafsir
bil Ma’tsur; Pesan Moral al-Quran, Meraih Cinta Ilahi;Pencerahan Sufistik, Rekayasa
Sosial; Reformsi atau Revolusi?, Psikologi Agama; Sebuah Pengantar, dan masih banyak
karya-karya yang lain.

Sebagai seorang aktifis, ia menjadi ketua Dewan Syura IJABI (Ikatan Jamaa Ahli
Bait Indonesia). Sosok yang sangat komunikatif dalam bertutur ini dikaruniai lima orang
anak dan dua orang cucu.

2. Sistematika Tafsir

Tafsir bil Ma’tsur karangan Jalaluddin Rahnmat ini dalam susunannya pertama-
tama dimulai dengan pendahuluan. Secara garis besasr dijelaskan tentang latar belakang
tafsir tersebut ditulis, sehingga pada akhir kata mengajak kita semua untuk mengetahui
latar belakang dibalik ayat-ayat al-Quran, kemudian daftar isi yang tediri dari tema-tema
tersebut tidak saling berkaitan antara satu sama yang lain, jadi tiap tema memliki
pembahasan yang berbeda.5

Setelah pendahuluan daftar isi kemudian lampiran. Dalam lampiran tersebut


terdapat beberapa hadist yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Quran yang ditafsir oleh
Jalaluddin Rakhmat.

3. Sistematika Penafsiran

Sistematika penafsiran Jalaluddin Rahmat ini tediri dari beberapa jilid,


sistematikanya tidak berdasarkan urutan ayat al-Quran, tetapi lebih banyak berdasarkan
pada pesan moral yang disampaikannya. Penulis berharap agar para pembaca dapat

5
Harahap, Rindom.. Tafsir Bil Ma’tsir Jalaludin Rakhmat. El-Afkar Vol. 5 No. II. Jurnal
IAIN Bengkulu. 2016. Hlm. 4

5
berpindah dari satu jilid ke jilid yang lain dengan mudah karena setip jilid adalah buku
tersendiri. Dalam penulisan teks, tafsir ini ditulis dengan diawali ayat-ayat al-Quran,
terjemah, kemudian teks yang menjelaskan kandungan ayat tersebut. Berdasarkan tafsir
yang saya ambil dari karangan Jalaluddin Rahmat ini, tafsir ini bentuknya seperti buku.
Sistematika penafsiran dalam penulisan teks tidak berurutan namun dalam buku tafsir
(pesan moral al-Quran) ini diawali dengan Ta’awudz beserta penafsiranya kemudian
basmalah juga beserta penafsiran setelah itu ayat-ayat yang secara tidak berurutan. Tafisr
bil Ma’tsur ini di tulis dengan menggunakan beberapa cara, diantaranya: menjelaskan
ayat-ayat dengan Asabun Nuzul, mengutip peristiwa-peristiwa diluar zaman Nabi, yang
digunakan para Mufasir untuk menerangkan kandungan makna al-Quran.

Dalam tafsir ini, juga terdapat beberapa hadist. Dalam lampiran-lampiran hadist
tersebut ditulis berdasarkan tiga hal :

1) Otentisitas, kesahihan hadist.


2) Relevansi, kaitannya dengaaan pesan moral yang di kandung ayat al-Quran.
3) Aktualitas; kaitan pesan moral itu dengan keadaan umat islam sekarang.6

Hadits-hadis tersebut dikutip berdasarkan peristiwa-peristiwa pada zaman


Rasulullah, tentu saja pemilihan hadist itu dilakukan secara selektif bukan untuk membela
mazhab tertentu seperti dituduhkan sebagian orang yang jahil. Tafsir ini lebih banyak
mengandung pesan moral yang disampaikan.

4. Keistimewaan Tafsir

Dilihat dari tafsir tersebut ada beberapa keistimewaan yang dapat kita temukan
seperti:

a) Tafsir bil ma’tsur (pesan moral) ini mudah dipahami,dibaca karena tafsir ini
menyerupai buku-buku bacaan.
b) Dalam pemilihan ayat, tidak begitu panjang dan penafsirannyapun mudah untuk
dicerna.
c) Sistematika penafsiran ini ditulis dengan asbabun-nuzul sehinggga dengan
mudah kita akan mengetahui kandungan dari ayat-ayat tersebut.7

6
Harahap, Rindom.. Tafsir Bil Ma’tsir Jalaludin Rakhmat. El-Afkar Vol. 5 No. II. Jurnal
IAIN Bengkulu. 2016.
7
Ibid hlm.5

6
5. Karya – karya Intelektual

Jalaluddin Rakhmat dapat digolongkan sebagai Da’i dan cendikiawan yang


produktif. Hal ini seperti pernah juga dikatakan oleh Said Agiel Siradj. Dalam perjalanan
hidupnya sekitar 54 tahun sekarang ia sudah banyak menghasilkan karya, artikel. Adapun
buku-buku yang sudah terbit di antaranya :

a. Retorika Modern (1984) Buku ini oleh penulis dimaksudkan agar para pembaca
memahami seluk beluk retorika, apa itu retorika, sejarah retorika, untuk apa
retorika digunakan dan sebagainya.

b. Metode Penelitian Komunikasi (1985) Buku ini sampai tahun 1996 sudah dicetak
ulang sampai 6 kali. Oleh penulisnya, buku ini dimaksudkan untuk menjelaskan
bagaimana cara melakukan penelitian komunikasi yang memang cukup penting
badi kehidupan dunia modern seperti sekarang ini.

c. Psikologi Komunikasi (1985) Buku ini termasuk kategori best seller Pasalnya
sampai sekarang buku ini sudah dicetak ulang 16 kali dengan dua kali revisi yang
ketiga kalinya guna cetak ulang yang ke 17. Penulis ingin mengajak pembaca untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dengan sesama manusia.Karena berdasarkan
penelitian, sebagian besar (sekitar 70% waktu bangun dalam hidup kita ini
digunakan untuk komunikasi. Dengan memahami sisi Psikologi seseorang dan
massa kita akan sanggup membuka „‟topeng‟‟ dan menjawab pertanyaan
“mengapa”. Psikologi melihat komunikasi sebagai perilaku manusiawi, menarik,
melibatkan siapa saja dan dimana saja.

d. Islam Alternatif (1986), buku ini merupakan kumpulan dari ceramahceramah


penulis di ITB, yang kemudian diedit dan disarikan kembali kembali oleh Haidar
Bagir. Sampai saat ini buku yang tersebut sudah 8 kali cetak ulang.

e. Islam Aktual (1991) buku ini juga merupakan kumpulan dari artikel yang telah
dimuat oleh beberapa medi massa, mulai dari tempo,Gala,Kompas, Pikiran
Rakyat,Panji Masyarakat, Jawa Pos dan Berita Buana, menurut keterangan penulis
dalam pengantar buku ini, buku ini memang tidak utuh, karena merupakan
percikan-percikan pemikiran penulis yang dimaksudkan untuk konsumsi media
massa. Sesuai sifatnya media massa itu informatif. Oleh karenanya kajiannya tidak
tuntas dan mendalam dari setiap topik-topik yang disajikan.

7
f. Renungan-renungan Sufistik (1991). Meskipun menggunakan judul seperti itu,
menurut penulis pembaca tidak akan memperoleh penjelasan yang mendalam
layaknya buku Suhrawardi Awarif Al-Ma’rifah dan Ihya ‘Ulum al-Din karya sufi
besar alGhazali. Buku Kang Jalal ini mengajak para pembaca untuk menyesuaikan
diri kita dengan perintah Allah(muwafaqah) bagaimana mencintai Rasul dan para
imam suci, dan saling menyayangi sesama hamba Allah (munasabah), bagaimana
melawan keinginan hawa nafsu (mukhalafah), serta bagaimana memerangi
setan(muharabah).

g. Catatan kang Jalal (1997). Buku ini merupakan kumpulan dari tulisantulisan Kang
Jalal yang telah dimuat di berbagai media massa. Isinya berupa ceramah-ceramah
spontan, berlangsung dari 1990-an, kemudian disarikan kembali oleh Miftah Fauzi
Rakhmat. Ada beberapa visi yang ingin dilontarkan penulis dalam buku ini.

h. Reformasi Sufistik (1998) Buku ini juga merupakan respon penulis atas persoalan-
persoalan yang sedang terjadi di masyarakat, mulai dari politik, keadilan,
kepemimpinan nasional, kekerasan sosial, Demokrasi, figur pemimpin Nabi,
sampai persoalan sufistik.

i. Jalaluddin Rakhmat Menjawab Soal-soal Islam Kontemporer (1998). Buku ini


seperti yang dikatakan oleh sang editor, Hernowo, merupakan kumpulan dari tanya
jawab pengajian yang diasuh Kang Jalal mulai dari dari tahun 1980-an sampai
1998, baik yang berlangsung di Masjid Salman maupun di Mesjid Jami
AlMunawarah.

j. Meraih Cinta Ilahi: Pencerahan Sufistik (1999). Buku ini lebih banyak penulis
mengajak pembaca bagaimana berusaha untuk menjadi kekasih Allah, dengan cara
melalui ibadah ritual dan ibadah sosial.

k. TafsirSufi Al-Fatihah (1999). Menurut penulis dalam pengantar buku ini, memang
sekarang tafsir Sufi (isyari) atau disebut juga tafsir simbolis, keberadaannya masih
diperdebatkan. Karena seperti ditulis oleh al-Zarqani tafsir ini adalah ta‟wil al-
Quran tanpa mengambil makna lahirnya untuk menyingkapkan petunjuk
tersembunyi yang tampak pada para pelaku suluk dan ahli tasawuf.

l. Rekayasa Sosial : Reformasi atau revolusi? (1999) Gelombang Reformasi pasca


Orde Baru memunculkan isuisu utama tentang perubahan sosial.

8
m. Rindu Rasul (2001), Melalui buku ini penulis menceritakan kepada pembaca
bagaimana dahulu ia tidak suka shalawat yang macam-macam, membaca barjanji,
minta syafaat kepada Nabi. “Paham modernis yang merasuki pikiran serta
kepongahan intelektual yang palsu telah menjauhkan saya dari cinta kepada Nabi
saw,‟‟dengan buku ini penulis ingin menumpahkan kerinduannya kepada Rasul
kesayangannya yang untuk sementara waktu kurang diindahkan.

n. Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih (2002).Pada intinya buku ini berisi pesan penulis
agar umat Islam tidak terpecah belah oleh karena perbedaan fikih yang diyakini,
karena seperti yang diungkapkan dalam peagantar, berbagai peristiwa yang kurang
harmonis sebagai akibat dari perbedaan fikih yang ia yakini banyak masyarakat
Muslim yang kesulitan menjalankan agamanya. Seperti seoran mahasiswa yang
urung mendapat gelar doktor di salah satu universitas di Jepang, oleh karena ia
tidak bisa makan masakan orang kafir. Menurut penulis buku ini, kesetiaan yang
berlebihan pada fikih akan mengukur kesalehan seseorang dengan ukuran fikih.
Baik tidaknya sesorang akan dinilai sejauhmana ia menjalankanfikih yang ia
yakini. Padahal fikih sendiri sesungguhnya adalah pemahaman para ulama tentang
syariah yang kemungkinan kebenarannya juga tidak mutlak.Penulis juga
berpendapat bahwa demi persaudaran, maka seseorang boleh meninggalkan fikih
yang diyakininya.
o. Khalifah Ali ibn Abi Thalib
p. Rintihan Suci Ahl bait
q. Tafsir bi Al-Ma’tsur
r. Zainab Al-Qubra

9
D. Kesimpulan

1) Setelah melihat tafsir bil ma’tsur karangan Jalaludin Rahmat ini, bahwa dalam
tafsir ini banyak mengandung pesan-pesan moral yang disampaikan. Selain itu
juga dalam tafsirnya bisa dilihat bahwa tafsir ini mudah dibaca dan dipahami
karena bentuknya seperti buku bacaan biasa.
2) Dalam tafsirnya yang juga terdapat beberapa hadits dalam lampiran yang tidak
dicantumkan dalam alur tulisan agar membacanya secara sinambung.
3) Dalam tafsir karangan Jalaludin Rahmat ini, kita juga dapat mengetahui beberapa
metode yang ditulis dalam penafsirannya.
4) Buku tafsir ini ditulis oleh Jalaludin Rahmat untuk mereka yang ingin mengetahui
latar belakang dibalik ayat-ayat al-qur’an, kepada mereka yang ingin memahami
ayat al-qur’an dalam bingkai kemanusiaan, yang ingin menghakimi dunia dengan
pesan moral abadi dari firman Allah swt.

10
Daftar pustaka

Al-Syirbasi, Ahmad. 1994. Sejarah Tafsir Qur’an, Cet. III; t. tp: Pustaka Firdaus.

Harahap, Rindom. 2016. Tafsir Bil Ma’tsir Jalaludin Rakhmat. El-Afkar Vol. 5 No. II.
Jurnal IAIN Bengkulu.

Rakhmat, Jalaludin. 1993. Tafsir bil ma'tsur : pesan moral Alquran / Jalaluddin Rakhmat,
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nashruddin, Baidan. 2003. Perkembangan Tafsir al-Qur’an di Indonesia, Cet. I; Solo: Tiga
Serangkai.

11

Anda mungkin juga menyukai