Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TAFSIR KONTEMPORER “TAFSIR PASE KAJIAN SURAH

AL-FATIHAH DAN SURAH-SURAH DALAM JUZ ‘AMMA PARADIGMA


BARU” KARYA 5 MUFASSIR

Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Semester Ganjil

Mata Kuliah Kajian Sejarah Dinamika Tafsir Modern

Yang diampu oleh Dr. Islah Gusmian, M.Ag.,

Disusun oleh :
Romadhona Nurul Azizah
(171111013)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah serta rahmat-Nya
kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan untuk junjungan kita, suri tauladan
kita, Nabi agung Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan syafaat nya kelak di
yaumul akhir. Alhamdulillah, atas pertolongan Allah SWT tugas akhir semester tentang kajian
kitab “Tafsir Pase Kajian Surah Al-Fatihah Dan Surah-Surah Dalam Juz ‘Amma Paradigma
Baru” Karya dari 5 Mufassir dapat terselesaikan guna memenuhi tugas akhir semester dalam
mata kuliah Dinamika Tafsir Kontemporer. Semoga dengan adanya penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca sekalian.

Kartasura, 16 Desember 2019

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan tafsir sendiri tidak pernah mengalami kejumudan sejak jaman Nabi
Muhammad hingga saat ini. Justru corak tafsir semakin berkembang dan berusaha
memecahkan berbagai permasalahan di setiap jamannya, baik itu oleh mufassir masa
klasik maupun kontemporer. Hal ini menunjukkan bahwa sampai kapan pun tradisi
penafsiran tidak mengenal kata final selama akal masih eksis dalam diri manusia. Sejarah
penafsiran sendiri tercatat tidak hanya dikalangan orang arab atau timur tengah saja,
melainkan merambah hingga ke Indonesia yang dimulai pada abad ke-17 dan mulai
berkembang secara signifikan pada abad ke-20.

Salah satu tafsir kontemporer dari kalangan ulama indonesia adalah kitab “Tafsir
Pase”( Kajian Surah al-Fatihah dan Surah-surah dalam Juz ’amma Paradigma Baru).
Kitab tafsir yang diterbitkan Bale Kajian Tafsir Qur’an Pase di Jakarta ini disusun oleh 5
mufassir, yaitu Drs. T.H. Thalhas, SE, Drs. H. Hasan Basri, MA, Drs. Zaki Fuad, M.Ag,
Drs. A. Mufakhir Muhammad dan Drs. H. Mustafa Ibrahim. Sesuai dengan judul, tafsir
ini membahas seputar surat al-Fatihah dan surat-surat dalam juz ‘amma. Yang menarik
dari tafsir ini, yaitu adanya nadzam berbahasa aceh di setiap surat.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah biografi pengarang kitab “Tafsir Pase” ?
2. Bagaimana fisik kitab “Tafsir Pase” ?
3. Apa bentuk dan metode penafsiran dari “Tafsir Pase” ?
4. Bagaimana teknik penafsiran “Tafsir Pase” ?
5. Apa pendekatan dan contoh penafsiran “Tafsir Pase ” ?
C. Tujuan
1. Mengetahui biografi pengarang kitab “Tafsir Pase”
2. Mengetahui fisik kitab “Tafsir Pase”
3. Mengetahui bentuk dan metode penafsiran dari “Tafsir Pase”
4. Mengetahui teknik penafsiran “Tafsir Pase”
5. Mengetahui pendekatan dan contoh penafsiran “Tafsir Pase”

3
BAB II
PENDAHULUAN
A. Biografi Pengarang Kitab “Tafsir Pase”
Tafsir pase melibatkan lima orang penafsir, beliau ini adalah Drs. T.H. Thalhas, SE,
Drs. H. Hasan Basri, MA, Drs. Zaki Fuad, M.Ag, Drs. A. Mufakhir Muhammad dan Drs.
H. Mustafa Ibrahim. Masing – masing penafsir memiliki latar belakang yang berbeda,
baik dari pendidikan, kondisi lingkungan serta segala sarana dan prasarana yang akan
membedakan bagaimana produk, corak dan pola tafsir.
Adapun penafsir pertama yang akan dibahas mengenai perjalanan hidupnya adalah
Drs. T.H. Thalhas, SE. Beliau lahir di pulau Labu Aceh Utara pada tanggal 5 April 1934.
Sejak kecil ia telah mendapatkan pendidikan formal di Aceh hingga dalam lembaga
Volks School pada tahun 1941-1943. Selain mengenyam pendidikan umum, beliau juga
mengikuti pendidikan keagamaan. Pendidikan agama secara formal beliau lalui di
Madrasah al-Muslim Peusangan pada tahun 1948. Pendidikan formal keagamaannya pun
semakin diasah ketika memasuki lembaga Pra SMI Lho Semawe dibawah asuhan T.M.
Hasby Ash-Shidiqie. Beliau juga pernah mendalami ilmu agama Islam di PGA Negeri
Kutaraja dan Bogor pada tahun 1951 sampai 1955. Pendidikan Hakim Agama Negeri
ditempuhnya di kota Yogyakarta selama 4 tahun, tepatnya tahun 1955 sampa 1958 dan
dikota yang sama ia melanjutkan pendidikan agama di Perguruan Tinggi Agama Islam
sejak tahun 1958 sampai 1961 dengan memperoleh gelar BA. Beliau menyempatkan diri
mengikuti pendidikan di Fakultas Ushuluddin, IAIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta,
jurusan Perbandingan Agama serta berhasil meraih gelar sarjana. Selain pendidikan
formal keagamaan, pada tahun 1974 beliau juga menempuh pendidikan ekonomi di
Jakarta.
Penafsir selanjutnya adalah Hasan Basri bin Ahmad. Beliau lahir di Pante
Geulima, Meureudu, Pidie, Aceh pada 2 Mei 1963. Pendidikan formal Bachelor of Arts
(BA) ditempuh di Surakarta tahun 1986 dalam bidang ilmu-ilmu Agama Islam. Beliau
juga pernah nyantri di Pesantren Sabran (Sobron) di kota Solo, Jawa Tengah tahun 1986.
Pendidikan S1 ditempuh di IAIN Ar-Raniry pada Fakultas Tarbiyah dan berhasil meraih
gelar Drs pada tahun 1990. Sedangkan Gelar M.A. (Master of Art), beliau peroleh di
kota Nederland, Belanda pada Universitas Leiden pada tahun 1997.

4
Biografi yang selanjutnya adalah Drs. Zaki Fuad, M.Ag,. Beliau lahir di
Peusangan, Aceh Utara pada tanggal 14 Maret 1964. Keseharian yang beliau geluti
adalah sebagai staf pengajar di IAIN Ar-Raniry Nangroe Aceh Darussalam tepatnya
Fakultas Syari’ah. Pengalaman pendidikannya dimulai pada tingkat Ibtidaiyah di
Matanglumpang Dua tahun 1976, pendidikan Tsanawiyah ditempuh di
Matanglumpang juga pada tahun 1980 kemudian melanjutkan ke tingkat Aliyah di
Peulangan pada tahun 1983 dan menyelesaikan program S1 di IAIN Ar-Raniry pada
tahun 1988.
Kemudian selanjutnya adalah tentang Drs. A. Mufakhir Muhammad. Beliau
memiliki tahun kelahiran 1963, tepatnya pada 2 Maret di Glumpang, Bungkok, Sigli,
Banda Aceh. Beliau adalah salah satu dosen di Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry.
Pengalaman pendidikannya dapat mengantarkannya ke jenjang karir sebagai tokoh
agama di Nagroe Aceh Darussalam. Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di MI Cot
Glumpang pada tahun 1975, tahun 1978 beliau telah menamatkan pendidikan
Tsanawiyah di Kampung Kembang Tanjung, Madrasah Aliyah ditempuh di Sigli
yang merupakan kabupaten tempat kelahirannya di tahun 1982. Selanjutnya, ia
memperdalam ilmu keislaman di IAIN Ar-Raniry pada tahun 1987. Beliau juga
pernah mengikuti pendidikan di LIPIA dalam daurah at-Tarbiyah pada tahun 1992.
Pendidikan terakhirnya adalah Master dalam kajian tafsir pada Fakultas Pascasarjana
IIQ (Institut Ilmu Qur’an) Jakarta mengambil konsentrasi Ilmu Al-Qur’an dan Ilmu
Hadits yang diseleseikannya pada tahun 2002.1 Dan mufassir yang terakhir adalah
mengenai Drs. H. Mustafa Ibrahim yang penulis sendiri belum menemukan biografu
beliau.

B. Fisik Kitab Tafsir Pase


Kitab ini memiliki ukuran 14,5 . 21 cm, memiliki jumlah halaman 515 halaman.
Kitab yang berwarna coklat ini, pada halaman romawi v terdapat Pengantar dari tim
penyusun tafsir yang diketuai oleh T.H. Thalhas kemudian daftar isi menempati halaman

1
Tamrin, Paradigma Penafsiran Al-Qur’an Nusantara (Analisis Tafsir Aceh “Tafsir Pase”), (Hunafa
Jurnal Studia Islamika : Juni 2013) vol. 9, No. 1 hal.133-135

5
ix. Dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, yang pertama adalah dari Ketua Yayasan
Kesejahteraan Umat Drs. H. Nur Usman dengan halaman romawi xxv, kemudian
sambutan rektor Institut PTIQ Jakarta Prof. Dr. KH. Chatibul Umam serta sambutan dari
ketua MUI saat itu, Prof. Drs. H. Asmuji A. Rahman.
Pada halaman selanjutnya telah berganti menjadi angka biasa, pada halaman satu
terdapat iftitah. Pada bagian iftitah ini dijelaskan mengenai tinjauan tafsir dari segi
pendekatannya secara umum, segi corak, apa itu tarjamah, tafsir dan takwil serta
bagaimana metode penafsiran dari tafsir Pase, sumber rujukan yang digunakan tafsir Pase
dan yang terakhir adalah pedoman transliterasi. Penafsirannya sendiri baru dimulai pada
halaman 21 didahului surah al-Fatihah. Tafsir ini dicetak oleh PT. Dian Ariesta namun,
hak penerbitan berada dibawah naungan Bale Kajian Tafsir al-Qur’an Pase.
Latar belakang pemberian nama tafsir Pase ini diilhami oleh nama sebuah
kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia, yaitu kerajaan Kesultanan Islam
Samudera Pase. Dinamakan seperti itu karena kesultanan tersebut terletak di kampung
Kuta Krueng atau Kotakarang di tepi sungai Krueng Pase dalam wilayah Kecamatan
Samudera Geudong, sekarang sudah masuk dalam kawasan Kabupaten Aceh Utara,
kurang lebih 14 km sebelah timur kota Lhok Seumawe.
Untuk mengenang masa-masa kejayaan kesultanan samudera Pase, maka buku ini
diberi judul Tafsir Pase. Buku ini adalah hasil pengolahan dan penyempurnaan dari
makalah-makalah yang dipresentasikan dalam pertemuan-pertemuan pengajian Bale
Kajian Tafsir al-Qur’an : Masyarakat Pase, Kompleks Bappenas dan Perumahan Pondok
Indah Jakarta yang diadakan secara berkala setiap bulan, dengan berpindah-pindah dari
rumah ke rumah yang sudah berlangsung selama dua tahun lebih. Para penulis pun
berasal dari berbagai disiplin ilmu, demikian pula pesertanya yang heterogen.
Heterogenitas inilah yang menyebabkan pertanyaan yang beragam.2
Tafsir ini memiliki keunikan tersendiri. Walaupun pada dasarnya menggunakan
bahasa indonesia, namun juga disertai bahasa daerah Aceh dengan bentuk puisi dan
bersajak. Cara ini dimaksudkan agar penafsirannya dapat menyentuh perasaan pembaca,
terutama yang berasal dari Daerah Istimewa Aceh. Keistimewaan lainnya adalah
pemberian tema sentral pada setiap surah seperti, pada surah al-Fatihah (Esensi al-
2
T.H. Thalhas... [et al.], Tafsir Pase Kajian Surah al-Fatihah dan Surah-surah dalam Juz ‘amma Paradigma
Baru, (Jakarta : Bale Kajian Tafsir al-Qur’an Pase, 2001) hal v-vii

6
Qur’an), Surah an-Nas (Penagkal kejahatan), surah al-Falaq (permohonan perlindungan),
dan lain-lain.3
C. Bentuk Penafsiran
Tafsir memiliki dua bentuk yaitu bi al-ma’tsur dan bi al-ro’yi. Tafsir bi al-
ma’tsur adalah penafsiran yang berdasarkan pada penjelasan al-Qur’an, penjelasan nabi,
penjelasan sahabat melalui ijtihadnya, dan qoul tabi’in. Sedangkan tafsir bi al-ro’yi
adalah ijtihad menggunakan akal.4
Dengan penjelasan diatas, tafsir Pase ini menggunakan bentuk bi al-ro’yi.
Walaupun menggunakan bentuk bi al-ro’yi kitab tafsir ini juga menggunakan bentuk bi
al-ma’tsur dengan mencantumkan beberapa ayat al-qur’an, hadits, qoul sahabat dan tabiin
meskipun tidak mendominasi.
D. Metode Penafsiran
Jika ditelusuri perkembangan tafsir al-Qur’an sejak dulu sampai sekarang, akan
ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran al-Qur’an itu dilakukan melalui empat
cara (metode) yaitu, ijmali, tahlili, muqarin dan maudhu’i.5
Metode ijmali atau dapat disebut metode global ialah penafsiran yang dilakukan
dengan cara mengemukakan isi kandungan al-Qur’an melalui pembahasan yang bersifat
umum (global), tanpa uraian yang panjang dan luas, juga tidak dilakukan secara rinci.6
Kemudian metode tahlili yaitu menafsirkan ayat dengan memaparkan segala
aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Qur’an yang ditafsirkan itu serta
menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan mufassir dalam menafsirkan ayat tersebut.7
Metode muqarin (perbandingan) yang dimaksud metode muqarin adalah
membandingkan teks ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki persamaan atau kemiripan
redaksi dalam dua kasus atau lebih dan atau memiliki redaksi yang berbeda dalam bagi
satu kasus yang sama, membandingkan ayat al-Qur’an dengan hadis yang pada lahirnya
3
T.H. Thalhas... [et al.], Tafsir Pase Kajian Surah al-Fatihah dan Surah-surah dalam Juz ‘amma Paradigma
Baru, (Jakarta : Bale Kajian Tafsir al-Qur’an Pase, 2001) hal xxvii
4
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2015) hal 149 & 156
5
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 1998) hal 3,
cet 1
6
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., M.A., M.M., Ulumul Qur’an, (Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2013) hlm 381
7
________, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 1998) hal 31, cet 1

7
terlihat bertentangan, dan membandingkan pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan al-
Qur’an.8 Serta yang terakhir adalah metode maudhu’i ialah membahas ayat-ayat sesuai
dengan tema atau judul yang telah ditetapkan.
Setelah diketahui macam-macam metode penafsiran maka tafsir Pase ini
dikategorikan sebagai tafsir dengan menggunakan kombinasi metode tahlili-maudhu’i,
yaitu menafsirkan ayat dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-
ayat al-Qur’an yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup
didalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir dalam menafsirkan ayat
tersebut dan menetapkan beberapa judul besar tema – tema tertentu.
Namun, tafsir Pase ini tidak menafsirkan keseluruhan dari al-Qur’an melainkan hanya
menafsirkan surah al-Fatihah dan juz amma.
E. Teknik Penafsiran
Penafsirannya sendiri baru dimulai pada halaman 21 didahului surah al-Fatihah
dengan menuliskan keseluruhan ayat, kemudian tepat dibawahnya terdapat terjemah ayat.
dan yang paling istimewa dari kitab tafsir Pase ini adalah dicantumkannya nazham Aceh.
Setelah itu dijelaskan mengenai ikhtisar dari surat per ayatnya. Pada halaman selanjutnya
terdapat judul besar surah dilengkapi denga nomor surah, ayat dan tema dari surah
tersebut. Misal pada surah al-Fatihah tertulis Esensi Al-Qur’an. Dibawahnya terdapat
muqodimah yang menerangkan tentang informasi dari surah al-Fatihah, terdapat asbabun
nuzul surah disertai penafsirannya, munasabah ayat dan yang terakhir adalah mauizah
atau hikmah yang dapat di ambil dari surah tersebut.9
Bahasa yang digunakan tafsir ini bahasa Indonesia yang mudah dipahami bagi
intelektual islam maupun masyarakat yang membaca.

F. Pendekatan dan Contoh Penafsiran

8
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 1998) hal 65
cet 1

9
T.H. Thalhas... [et al.], Tafsir Pase Kajian Surah al-Fatihah dan Surah-surah dalam Juz ‘amma Paradigma
Baru, (Jakarta : Bale Kajian Tafsir al-Qur’an Pase, 2001) hal 21-53

8
Masing-masing mufassir memiliki kecenderungan yang berbeda sehingga
menghasilkan corak sesuai dengan kecenderungan tiap mufassir. Adapun tafsir Pase ini
adalah menggunakan corak adabi al-ijtima’i. Dimana didalam kitab ini terdapat
penjelasan mufassir untuk menjawab problem yang sedang dihadapi umat.
Adapun contoh penafsirannya adalah sebagai berikut
)4( ‫د‬O‫ر النفثت في العق‬O‫) و من ش‬3( ‫) و من شرغاسق اذاوقب‬2( ‫) من شرماخلق‬1( O‫قل اعوذبربالفلق‬
)5(‫و من شر حاس ٍداذا حسد‬
Tarjamah :
(1) Katakanlah :”Aku berlindung kepada Tuhan yang mengusai subuh; (2) dari
kejahatan makhluk-Nya; (3) dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita; (4)
dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul; (5)
dan dari kejahatan orang dengki apabila ia dengki”.

Nazham Aceh :
Deungon nan Allah lon puphon surat
Tuhan Hadrahat nyang Maha Murah
Tuhanlon sidroe geumaseh that-that
Donya akhirat rahmat Neulimpah
(1) Takheun lon lakee lindong bak bulan
Po seukalian makheuluk Allah
(2) Nibak buet jeuhuet makheuluk Tuhan
(3) Lom jeuheut malam ‘oh seupot leupah
(4) Lom jeuheut inog nyang pruh-pruh neukeue
‘oh lheueh jikue-kue teuma jirajah
(5) Lom jeuheut ureueng pubuet deungki
Watee jideungki keu hamba Allah

IKHTISAR

9
SURAH AL-FALAQ (113)
PERMOHONAN PERLINDUNGAN
1. Allah menganjurkan kita untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya dari
segala macam kejahatan
2. Kejahatan yang menggangu manusia biasanya terjadi pada malam hari dan
menjelang subuh
3. Bentuk-bentuk kejahatan yang mungkin terjadi dan dapat membahayakan
manusia misalnya: kejahatan tukang sihir dan orang-orang yang berhati dengki
4. Ada diantara manusia yang mempunyai niat jahat dan dengki untuk mencelakakan
orang lain pada waktu gelap dan saat malam kelam.
AL-FALAQ
Surah ke – 113: 5 Ayat
PERMOHONAN PERLINDUNGAN
Muqaddimah
Surah al-falaq terdiri dari 5 ayat, diturunkan di Makkah setelah surah al-Fil dan
sebelum surah an-Nas. Surah ini dan surah an-Nas dinamai surah al-Muawwidatain
karena keduanya menggunakan kata a’udzu yang bermakna aku berlindung. Dengan
kata lain al-muawwidatain berate dua surah yang menuntun pembacanya menuju
tempat perlindungan Allah, atau memasukkannya ke dalam area yang dilindungi-Nya.
Tafsir :
Surah ini mengajarkan manusia untuk selalu memohon perlindungan hanya kepada
Allah yang menguasai subuh, memiliki semua makhluk dan menciptakan semua yang
ada di alam ini, dari setiap penyakit dan kejahatan yang dilakukan oleh salah seorang
makhluk tanpa disadari.
Munasabah :
Jika ditinjau dari korelasi antar surag, surah ini sangat erat kaitannya dengn surah al-
Ikhlas. Jika surah al-Ikhlas yang dibicarakan adalah ke – Esaan Allah dan bahwa Allah
adalah Shamad, yakni tempat semua manusia menggantungkan seluruh harapan dan
kebutuhannya, maka wajar sekali apabila kepada-Nya juga setiap makhluk memohon
untuk dilindungi dari berbagai kejahatan.
Mauizah

10
Allah memerintahkan Rasul dan Manusia untuk selalu memohon perlindungan
hanya kepada-Nya semata yang menguasai segala keadaan dan kondisi dari kejahatan
makhluk-Nya.

BAB III

11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir Pase merupakan salah satu tafsir era kontemporer yang menggunakan nazham
Aceh. Tafsir ini juga memiliki 5 mufassir dalam penyusunan kitab ini. Meskipun
menggunakan bahasa Indonesia namun tafsir ini tidak menghilangkan bahasa-bahasa
lokal khususnya bahasa Pase dari Aceh.

DAFTAR PUSTAKA

12
Amin Suma, Prof. Dr. H. Muhammad.2013. Ulumul Qur’an. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Anwar , Rosihon. 2015. Ilmu Tafsir. Bandung : CV Pustaka Setia
Baidan, Nashruddin.1998. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset,
cet 1
T.H. Thalhas... [et al.]. 2001. Tafsir Pase Kajian Surah al-Fatihah dan Surah-surah dalam Juz
‘amma Paradigma Baru. Jakarta : Bale Kajian Tafsir al-Qur’an Pase
Tamrin. 2013. Paradigma Penafsiran Al-Qur’an Nusantara (Analisis Tafsir Aceh “Tafsir
Pase”),
Hunafa Jurnal Studia Islamika vol. 9, No. 1

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai