Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

ILMU MANTIQ Prof. Dr. Afrizal M., MA

KONSEP DAN TERM

SEBAGAI DASAR PENALARAN ILMU MANTIQ

Disusun Oleh :

AMELIA SAFITRI (12030224453)

KELAS 4E

PRODI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur kehadirat Allah Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada saya
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan
makalah dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas di mata kuliah Ulumul
hadis di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Selain itu, saya juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca yang berjudul “KONSEP DAN TERM
SEBAGAI DASAR PENALARAN ILMU MANTIQ”

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Aamiin Ya Robbal 'Alamiin...

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kampar, 03 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. Dasar Penalaran Ilmu Mantiq ................................................................................. 2


1. Konsep ................................................................................................................. 2
2. Term .................................................................................................................... 5

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 10
B. Saran .......................................................................................................................... 10

DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gairah umat Islam memahami ilmu-ilmu keislaman antara lain, ilmu mantiq, nahwu, sharaf
dan ilmu yang lainnya ini amat menggembirakan. Hal ini boleh jadi karena dipacu oleh suatu
keyakinan, bahwa dengan memahami ilmu mantiq secara benar akan memberi dampak positif
terhadap pemahaman ilmu keislaman dalam memberikan argumen-argumen bagi orang lain
maupun bagi orang Islam itu sendiri yang menjadi satu keterampilan individu agar termanifestasi
dalam kemampuan untuk manalar sendiri secara tepat dan benar.

Di zaman modern ini kita sangat dituntut memahami logika dalam berpikir sesuatu dimana
ketika seseorang berpikir pada setiap saat, namun seseorang mungkin tidak menyadari dan tidak
mengerti tentang bentuk-bentuk susunan pikiran yang dipergunakan dalam proses pemikiran
tersebut, karena kita belum mempelajari logika.1

Setiap orang mempunyai karakter dan cara berpikir sendiri yang sesuai dengan pola pikir
yang diinginkan, baik mengenai situasi sosial politik, serta persoalan agama dan sesuai tempat
dimana ia hidup. Namun demikian, kehadiran orang-orang berpikir secara ilmiah atau rambu-
rambu logika dari waktu ke waktu sangat diharapkan kehadirannya dalam dunia. Islam untuk
mengembangkan wacana dan ilmu keislaman dari segala aspek kehidupan yang perlu digali dan
diteliti apa yang ada disekelilingnya yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia.

Memang diakui bahwasanya berpikir dengan cara kaedah-kaedah berpikir agak rumit dan sulit
dalam menyusun kata-kata (konsep) karena, ilmu mantiq sifatnya abstrak dan kurang diminati
baik mahasiswa maupun orang awam, padahal itulah yang sangat penting.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep sebagai Dasar Penalaran Ilmu Mantiq?
2. Bagaimana Term sebagai Dasar Penalaran Ilmu Mantiq?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Konsep sebagai Dasar Penalaran Ilmu Mantiq
1
H.M. Yusuf Syu’aib, Logika Hukum Berpikir, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1983), hal. 4.

1
2. Untuk Mengetahui Term sebagai Dasar Penalaran Ilmu Mantiq

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Penalaran Ilmu Mantiq


1. Konsep dan Term

Akal manusia apabila menangkap sesuatu terwujud dengan membuat konsep atau ide atau
juga pengertian. Dengan demikian, buah atau hasil dari tangkapan akal disebut dengan istilah
“konsep”. Jadi ide dan konsep dalam logika adalah sama artinya. Konsep atau ide atau juga
pengertian adalah bersifat kerohanian dan dapat diungkapkan ke dalam bentuk kata atau
istilah atau juga beberapa kata. Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau istilah disebut
dengan “term”.

Term sebagai ungkapan konsep jika terdiri atas satu kata atau satu istilah maka term itu
dinamakan term sederhana atau term simpel, dan jika terdiri atas beberapa kata maka term itu
dinamakan term komposit atau term kompleks. Dan kata sebagai suatu simbol untuk
menyatakan konsep dibedakan antara dua macam, yaitu kata kategorimatis dan kata
sinkategorimatis.

Setiap term mempunyai konotasi atau isi. Konotasi adalah keseluruhan arti yang
dimaksudkan oleh suatu term, yaitu kesatuan antara unsur dasar atau term yang lebih luas
dengan sifat pembeda yang bersama-sama membentuk suatu pengertian. Konotasi secara
singkat dapat dinyatakan merupakan suatu uraian tentang pembatasan arti atau definisi
sehingga konotasi term adalah suatu definisi karena menunjukkan genus (jenis) dengan sifat
pembeda.

Setiap term mempunyai denotasi atau lingkungan. Denotasi adalah keseluruhan hal yang
ditunjuk oleh term atau keseluruhan hal sejauh mana term itu dapat diterapkan. Denotasi atau
lingkungan atau sering juga disebut dengan luas, adalah mencakup semua hal yang dapat
ditunjuk atau lingkungan yang dimaksudkan oleh term.

Denotasi term ini menunjukkan adanya suatu himpunan karena sejumlah hal-hal yang
ditunjuk itu menjadi satu kesatuan dengan ciri tertentu (sifat-sifat tertentu). Jadi, dengan
adanya sifat-sifat yang diuraikan oleh konotasi (isi term) maka dapatlah dihimpun beberapa

3
hal tertentu menjadi satu kesatuan. Dan dengan menunjukkan beberapa hal maka denotasi
berhubungan dengan kuantitas.

Konotasi dan denotasi term, mempunyai hubungan yang erat tidak dapat terlepaskan,
berbentuk hubungan berbalikan (dasar balik) jika yang satu bertambah maka yang lain akan
berkurang, demikian sebaliknya. Dalam hal ini terdapat 4 kemungkinan sebagai berikut:

a. Makin bertambah konotasi makin berkurang denotasi.


b. Makin berkurang konotasi makin bertambah denotasi.
c. Makin bertambah denotasi makin berkurang konotasi.
d. Makin berkurang denotasi makin bertambah konotasi.
B. Macam-Macam Term
1. Signifikan term atas makna.2

Maksudnya adalah memahami sesuau dari sesuau yang lain atau memahami makna sesuatu
melalui term. Signifikan term terdiri atas makna ini diklasifikasi menjadi tiga bentuk yaitu :

a) Signifikasi Sempurna (al-dilalah al-muthabaqah), yaitu erm yang menunjukkan


makna dengan sempurna. Contoh signifikasi term manusia atas hewan berpikir,
arinya hewan berpikir menunjukan pengertian yang sama dengan manusia.
b) Signifikasi Inklusif (al-dilalah al-tazhamuniyyah), yaitu term yang menunjukkan
bagian dari makna, seperti term rumah yang menunjukkan dinding atau pintu.
Misalnya seseorang diminta mengecat rumah, artinya hanya mencat pintu atau
dindingnya saja, tidak lantas mengecat lantai, atap dan isinya.
c) Signifikasi Kelaziman (al-dilalah al-thizamiyyah), yaitu term yang menunjukkan
sesuatu yang diluar maknanya, tetapi ini merupakan kelaziman yang tidak
terpisahkan dari makna itu, seperti signifikasi rumah atas dapur. Misalnya dikatakan
memasak dirumah, ini berarti memasak di dapur.3
2. Dilihat dari segi isi yang terkandung dalam term ada dua, yaitu :
a. Term yang bersifat Kategorimatis.

2
Ibid, 21-3
3
Jamil Shaliba, al-Mu’jam al-Falsafi jilid 1, (Beirut : Dar al-Kutub al-Libnan, 1978), 563; Abu Hamid al-Ghazali,
Mi’yar al-Ilm, (Kairo: Maktabah al-Jund, 1973), 23-3

4
Term kategorimatis adalah kata atau sejumlah kata yang dapat berdiri sendiri.
Contohnya seperti kata bunga, binatang, burung, pohon. Kategori term itu disebut term
tunggal. Ada juga yang disebut term majemuk yaitu yang terdiri dari dua kata atau lebih
dan berfungsi sebagai S atau P. contohnya seperti gunung yang tinggi, Zulherman yang
memakai topi, Wafiq yang mengaji dan lainnya. 4

b. Term yang bersifat Sinkategorimatis.

Digunakan sebagai term yang tidak bisa memiliki arti jika bantuan kata-kata yang lain.
Dapat pula dikatakan sebagai kata penghubung. Contohnya kata yang, di, dan, untuk,
kepada, dan lainnya. Dalam term yang bersifat sinkategorimatis ini dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :

1) Univocal :

Dalam kategori ini digunakan untuk hal atau benda yang mempunyai arti sama.
Contohnya: Adam adalah Manusia. Regina adalah manusia. Jadi manusia digunakan
dalam arti yang sama berupa bahwa Adam dan Regina yang sama-sama manusia.

2) Equivocal :

Dalam kategori ini digunakan untuk hal atau benda yang mempunyai arti berbeda.
Contohnya : Kambing itu adalah kambing hitam, Ujang adalah orang yang sering
dijadikan kambing hitam dikampusnya. Dapat kita perhatikan pada proposisi pertama
mempunyai arti kambing yang berwarna hitam. Sedangkan proposisi yang kedua
mempunyai arti bahwa Ujang sebagai kambing hitam itu adalah orang yang selalu
disalahkan padahal ia tidak salah.

3) Analogis
Dalam kategori ini digunakan untuk hal atau benda yang mempunyai arti
berlainan, namun dari segi tertentu memiliki arti yang sama. Misalnya kaki
seorang wanita dan kaki meja, atau seseorang yang sehat dan obat yang sehat.5

4
Alex Lanur, Logika Selayang Pandang, Kanisius: Yogyakarta, 1983, hlm: 15
5
John Hendrik Rapar, Pengantar Logika (Asas-Asas penalaran sistematis), Kanisisus : Yogyakarta, 1996, hlm: 27

5
3. Dilihat dari segi atas perlawanan atau ketidaksesuaian dapat dibedakan menjadi
empat bagian, yaitu :
1) Term-Term Kontradiktoris
Dua term yang saling mengingkari term lainnya. Contoh : mati-tidak mati,
hidup-tidak hidup, ada- tidak ada.
2) Term-Term Kontraris
Dua term yang berada dalam kelas yang sama. Contoh : dingin-panas
(temperature), bahagia-sengsara (perasaan), hitam-putih (warna).
3) Term-Term Privatif
Term yang menyatakan sesuatu yang secara ilmiah dimiliki atau tidak dimiliki.
Contoh : kekayaan-kemiskinan, kesehatan-ketidaksehatan
4) Term-Term Relatif
Term satu yang menyiratkan term lainnya. Contoh : Suami-istri, guru-murid.

4. Dilihat dari kuantitasnya, term dibagi menjadi empat, yaitu :


1) Term Singular
Adalah term yang menyebut hanya satu individu atau obyek tertentu. Contoh :
Zulherman, Wafiq, buku ini, pensil ini
2) Term Partikular
Adalah term yang menyebut hanya sebagian dari seluruhnya. Contoh :
beberapa mahasiswa, beberapa dosen, sebagian manusia, sebagian binatang.
3) Term Universal
Adalah term yang menyebut seluruh lingkungan dan bawahannya masing-
masing tanpa ada yang dikecualikan. Contoh : Manusia, hewan, kucing, tikus
4) Term Kolektif
Adalah term yang mengacu pada satu kumpulan atau obyek/individu yang
dianggap sebagai salah satu unit. Contoh : keluarga, masyarakat, regu, jama’ah,
rombongan.

5. Dilihat dari segi hakikat referen dibedakan menjadi tiga, yaitu :


1) Term Konkret

6
Yaitu term yang referennya nyata atau dapat dialami secara indrawi. Contoh :
rumah, kucing, manusia, pohon, bunga, dan lainnya.
2) Term Abstrak
Yaitu term yang referennya tidak dapat dialami secara empiris. Hanya dapat
dimengerti dalam pikiran saja. Contoh : keberanian, kemanusiaan, kebaikan,
keadilan.
3) Term Kosong
Yaitu term yang tidak memiliki referen-referen aktual tetapi memiliki referen-
referen imaginer. Contoh : peri, jin, malaikat, syaiton.6

Suatu term sering kali mempunyai bermacam-macam arti. Jika dikelompokkan,


setidaknya ada tiga jenis makna term dan penggabungannya dalam kalimat, yakni
makna denotatif , makna kesan (sense) dan makna emotif.
Makna denotatif merujuk kepada satu arti yang tertera dalam kamus, sering disebut
makna sesungguhnya, namun penentuan makna seseungguhnya ini dilakukan
berdasarkan kesepakatan. Makna kesan (sense) ialah makna term berdasarkan
penggabungannya dengan kata lain. Dalam hal ini term dapat memiliki makna lain,
mesalnya penggunaan term hati pada kalimat “Saya sakit hati” berbeda dengan “Semur
hati itu enak sekali”.
Makna emotif ialah makna term yang didasarkan pada perasaan atau emosi, sikap
baik secara tersurat maupun secara tersirat. Term keras hati secara denotatif memiliki
makna yang sama dengan keras kepala, namun keras hati sering kali diartikan sebagai
teguh atau tahan godaan sedangkan keras kepala sering diartikan sebagai tidak mau
mengalah atau tidak mau mendengarkan orang lain.
Maka dari itu konsep dan term menjadi dasar sebagai penalaran ilmu mantiq karena
sudah dijelaskan diatas tadi bahwa konsep itu gambaran atau visualisasi tentang sesuatu
dan sesuatu itu masih berada di dalam pikiran dan konsep baru diketahui ketika
seseorang tersebut mengatakannya atau menuliskannya dengan kata-kata dan term disini
yang membuat konsep tersebut menjadi nyata. Kumpulan beberapa term disebut dengan

6
Rafael Raga Maran, Pengantar Logika, Grasindo : Jakarta, 2007, hlm : 30

7
kalimat atau proposisi. Jadi proposisi adalah sebuah kalimat yang tersusun dari term-
term tersebut.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir dengan
tepat dan jelas menuntut pemakaian kata-kata yang tepat dan jelas pula. Maka, dalam
usaha menyelidiki dan membentuk asas-asas pemikiran dan penalaran yang lurus, tepat
dan benar. Seseorang harus mengetahui unsur-unsur pembentuk konsep yang
merupakan dasar dari penalaran, yaitu pembahasan tentang term, makna-makna dan
substansi konsep serta yang lainnya.7

7
Zainul Kamal, Kritik Ibn Taimiyah, 20

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep dan term menjadi dasar sebagai penalaran ilmu mantiq karena sudah dijelaskan diatas
tadi bahwa konsep itu gambaran atau visualisasi tentang sesuatu dan sesuatu itu masih berada di
dalam pikiran dan konsep baru diketahui ketika seseorang tersebut mengatakannya atau
menuliskannya dengan kata-kata dan term disini yang membuat konsep tersebut menjadi nyata.
Kumpulan beberapa term disebut dengan kalimat atau proposisi. Jadi proposisi adalah sebuah
kalimat yang tersusun dari term-term tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa berpikir dengan tepat dan jelas menuntut pemakaian kata-kata yang
tepat dan jelas pula. Maka, dalam usaha menyelidiki dan membentuk asas-asas pemikiran dan
penalaran yang lurus, tepat dan benar. Seseorang harus mengetahui unsur-unsur pembentuk
konsep yang merupakan dasar dari penalaran, yaitu pembahasan tentang term, makna-makna dan
substansi konsep serta yang lainnya.

B. Saran

Dengan selesainya makalah ini disusun sebagai penulis masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan didalam penyusunan maklah ini. Oleh karena itu, sebagai penulis siap untuk
menerima kritikan dan saran.

Mohon diperiksa kembali dengan seksama karena di dalam penusunan makalah ini penulis
masih banyak kekurangan karena sumber refrensi yang penulis cari hanyalah terbatas dengan
kesesuaian standar. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pemabaca dan lebih lagi untuk penulis.

9
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Lanur, Alex . 1991, Logika Selayang Pandang, Yogyakarta : Kanisius.

al-Ghazali, Abu Hamid. 1973, Mi’yar al-Ilm, Kairo : Maktabah al-Jund

al-‘Abd, ‘Abd al-Lathif Muhammad. 1967, a-Tafkir al-Manthiqi, Kairo : Dar al-Nadhlah al-
Arabiyyah

Rapar, Jan Hendrik. 1996, Pengantar Filsafat, Yogyakarta : Kanisius.

Rapar, Jan Hendrik. 1998, Pengantar Logika : Asas-Asas Penalaran Sistematis, Yogyakarta :
Kanisius

Maran, Rafael Raga. 2007, Pengantar Logika, Grasindo : Jakarta

Shaliba, Jamil. 1981, Min Aflathan ila Ibn Sina, Beirut : Dar al-Andalus.

Hurley, Patrick J. 1985, A Concise Introduction to Logic, California : Wadsorth Publishing


company.

10

Anda mungkin juga menyukai