Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Metode dan Corak Tafsir Al-Qur’an Al-Majid An-Nur Karya Hasbi As-Shiddieqi
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Linguistik Al-Qur’an
Yang diampu oleh : Dr. Ainul Churia Almalachim, S.Ud., M.Ag.

Oleh Kelompok 4 :
1. Husnul Hotimah 212104010004
2. Kumala Rohmatun Nazilah 212104010005
3. Ahmad Baihaqi Zhandoz 212104010031
4. Faizatul Ummah 212104010038

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM KH. ACHMAD SIDDIQ


Maret 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
PEMBAHASAN.......................................................................................................................1
A. Biografi Hasbi As-Shiddieqi.........................................................................................1
B. Latar belakang penyusunan kitab...............................................................................2
C. Sistematika Penafsiran.................................................................................................3
D. Karakteristik Penafsiran..............................................................................................6
1. Metode Penulisan.......................................................................................................6
2. Sumber Penafsiran....................................................................................................6
3. Corak Penafsiran.......................................................................................................7
4. Keluasan Penjelasan..................................................................................................7
E. Contoh Penafsiran.........................................................................................................8
F. Penilaian terhadap karya tafsir.................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
PEMBAHASAN

1. Biografi Hasbi As-Shiddieqi

Nama lengkap Hasby Ash-Shiddiqiey adalah Teungku Muhammad Hasby Ash-


Shiddiqiey, ia lahir di Lhokseumawe pada tanggal 10 Maret 1904 dan wafat di Jakarta
pada tanggal 9 Desember 1975. Ayahnya bernama Teuku Kadi Sri Maharaja
Mangkubumi Husein bin Mas'ud, ia adalah seorang ulama yang terkenal di kampungnya
dan mempunyai sebuah pesantren. Ibunya bernama Teuku Amrah binti Teuku Sri
Maharaja Mangkubumi Abdul Aziz, beliau merupakan seorang putri seorang kadi
kesultanan Aceh ketika itu. Kata Ash-Shiddieqiey di nisbahkan kepada Abu Bakar ash-
Shiddiq. Karena menurut silsilah Hasby ash-Shiddieqiey mempunyai kaitan nasab
dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq melalui ayahnya.

Sebagai anak yang lahir di lingkungan yang taat beragama dan cenderung fanatik,
hasby mendapatkan pendidikan islam sejak kanak-kanak, terutama dari ayahnya. Masa
kecil hasbi sudah melakukan perantauan untuk nyantri di berbagai dayah atau pesantren
di kawasan Aceh. Pertama kali beliau mengaji di pesantren Teungku Abdullah Chik di
Peyeung. Di tempat beliau banyak mempelajari ilmu nahwu dan sharaf. Setelah itu beliau
banyak mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf. Setelah itu beliau pindah ke pesantren
Teungku Chik di Bluk Bayu.

Dalam dunia keilmuan dan keulamaan, hasbi Ash-Shiddieqy sudah tidak di ragukan
lagi kemampuannya. Beliau adalah ulama pembaharu yang berfikir kritis dan bebas dari
pengaruh yang lain, yang tampak pada karya-karya ilmiahnya. Aktifitas hasbi menulis
telah dimulai sejak awal tahun 1930 an. Karya tulis nya yang pertama adalah sebuah
booklet yang berjudul penoetoep Moeloet. Sebagai ulama dan penulis, hasby tercatat
sebagai penulis yang produktif dan berkualitas tinggi. Puluhan buku dan lebih seratus
artikel serta karya semacamnya telah beliau tulis. Karya tulis yang beliau hasilkan
berjumlah 73 judul buku, terdiri dari 142 jilid , dan 50 artikel. Sebagian besar karyanya
adalah buku-buku fiqih yang berjumlah 36 judul, tafsir 6 judul, dan tauhid 5 judul,
selebihnya adalah tema-tema yang bersifat umum. Jumlah karya-karya hasbi yang
terbanyak adalah dalam bidang ilmu fiqih, tercatat sebanyaknya kurang lebih 40 karya-
karya dalam bidang fiqih yang dihasilkan.1

1
Fikri hamdani, “Hasbi Ash-Shiddieqy dan metode penafsirannya”, 22.

1
Hasbi ash-Shiddieqy seorang ulama Indonesia, ahli ilmu fiqh dan ushul fiqh,
tafsir, hadis, dan ilmu kalam. Dua karya besarnya dalam bidang tafsir yaitu kitab tafsir
Alquran al-Madjid an-Nur dan kitab tafsir al-Bayan menjadi rujukan dan inspirasi bagi
para ulama Indonesia untuk menafsirkan Al-Qur’an dengan bahasa Indonesia.2

2. Latar belakang penyusunan kitab

Tafsir Al-Qur’an Al-Majid An-Nur ini merupaka kitab yang ditulis oleh Teungku
Muhammad Hasbi Al-Shiddieqy dari tahun 1952 sampai tahun 1961 disela-sela
kesibukannya mengajar, memimpin sebuah fakultas, dan menjadi anggota konstituante,
serta kegiatan-kegiatan yang lain. Dengan hidupnya yang sarat dengan beban itu
menjadikan dirinya tidak berpeluang untuk konsisten dalam mengikuti tahapan-tahapan
kerya yang ladzim seperti yang dilakukan oleh penulis-penulis lainnya. Dengan berbekal
pengetahuan, semangat, dan dambaannya untuk menghadirkan sebuah kitab tafsir yang
ditafsirkan kedalam kitab tafsir, namun ia tidak hanya sekedar menerjemahkan saja
namun juga mendiktekan kitab tafsirnya kepada seorang pengetik dan langsung jadi
naskah siap cetak.3
Dalam penulisan tafsir ini banyak perdebatan mengenai tafsir Al-Qur’an tentang
boleh dan tidaknya menerjemahkan serta menulis Al-Qur’an dengan bahasa diluar bahasa
induknya, yaitu bahasa Arab. Ibnu Taimiyah merupakan ulama’ yang melarang keras
dalam menafsirkan Al-Qur’an selain menggunakan bahasa Arab. Pendapat Ibnu Taimiyah
ini sangat jelas dalam Iqtida al-Sirat al-Mustaqim yang dikutip oleh Rasyid Ridha dalam
tafsir al-Manar. Alasan beliau dibalik ketidakbolehan ini karena tidak mungkin bahasa
Arab dapat disalin kedalam bahasa lain dengan makna yang tepat dan memadahi. 4
Sedangkan ulama’ yang membolehkan yaitu Al-Syatibi. Teungku hasbi sendiri
sependapat dengan al-syatibi. Menurut hasbi, Al-Qur’an dalam berbagai tempat
menyebutkan identitas dirinya sebagai peringatan bagi seluruh alam (dikr li al-‘alamin).
Bahkan nabi Muhammad diutus untuk menjadi pengingat bagi seluruh manusia (nazir li
al-‘alamin), maka dari itu digunakan oleh setiap bangsa merupakan salah satu cara untuk
menunjang tercapainya fungsi al-qur’an itu. Tidak terkecuali, dengan menggunakan
bahasa Indonesia merupakan cara yang efektif. 5

2
M. Abdurrahman Wahid, “Corak dan metodologi tafsir Al-Qur’an Al-Majid AN-Nur karya Hasbi Ash-
Shiddieqy,” Rausyan Fikr 14, no.2 (Desember 2018) : 395-426.
3
Dheanda Abshorina Arifah, “Karakteristik Penafsiran AL-Qur’an dalam Tafsir An-Nur dan Al-Azhar,” hal. 98.
4
Wahid, “Corak dan Metodologi,” 402.
5
Wahid, “Corak dan metodologi,” 403.

2
Hasbi sendiri menyadari bahwa pendepatnya berseberangan dengan pendapat majelis
ulama’-ulama’ besar di Saudi Arabia dalam keputusan No. 67, 21 Syawal 1399 H/ 1978
M. keputusan ini berisi tentang keharaman menafsirkan Al-Qur’an selain menggunakan
bahasa Arab. Namun, hasbi tetap menyelesaikan tafsirnya menggunakan bahasa
Indonesia.6
Moteivasi as siddiqi dalam menafsirkan tafsiran ini, memang untuk dikonsumsi oleh
bangsa Indonesia khususnya mereka yang tidak paham bahasa Arab,hal ini sesuai dengan
pernyataannya :
Bagi mereka yang dalam pengetahuannja tentang bahasa Arab dan
qaedah-qaedahnya mudah memilih salah satu tafsir jang mu'tabar, besar
atau sederhana jang ditulis para ulama jang kebilangan di dalam bahasa
Arab itu. Mereka dengan mudah memilih salah satu tafsir jang ditulis para
sardjana secara ilmijah selaras dengan perkembangan zaman baru ini.
Akan tetapi para peminat tafsir jang tidak mengetahui dengan dalam
tentang bahasa Arab, tentulah djalan memahamkan tafsir-tafsir dalam
bahasa Arab itu tertutup baginja.... Indonesia menghadjati perkembangan
tafsir dalam bahasa persatuan Indonesia.7
Cara asshiddiqi dalam penyusunan tafsir an-nur ini adalah beliau menyebutkan satu
atau sekumpulan ayat yang mempunyai makna sama menurut tertib mushaf dan
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan makna lafadz menurut
konteks ayat. Kemudian menafsirkannya itu secara ringkas dan menyebutkan ayat-ayat
atau surat lain yang digunakan sebagai penafsiran ayat yang sedang ditafsirkan, atau ayat
yang semasalah agar mudah dikumpulkan ayat-ayat yang semaudhu’. Kemudian pada
akhirnya setiap penafsirannya itu diberikan kesimpulan. Namun terkadang dalam
beberapa ayat sebelumnya itu diberi kesimpulan mengenai tafsirannya dengan
menyebutkan asbabun Nuzul yang berdasar kepada riwayat yang shahih. Setelah itu
diberi kesimpulan pada ayat berikutnya untuk diterjemahkan dan ditafsirkan.8

3. Sistematika Penafsiran

Bagian pertama dari aspek teknik penulisan tafsir adalah sistematika penyajian tafsir.
Sistematika penyajian tafsir yang dimaksud adalah rangkaian yang dipakai dalam

6
M. Abdurrahman Wahid, “Corak dan metodologi tafsir Al-Qur’an Al-Majid AN-Nur karya Hasbi Ash-
Shiddieqy,” Rausyan Fikr 14, no.2 (Desember 2018) : 403.
7
Arifah, “Karakteristik Penafsiran AL-Qur’an dalam Tafsir An-Nur dan Al-Azhar,” 99.
8
Arifah, “Karakteristik” 99.

3
penyajian tafsir. Sebuah karya tafsir secara teknis dapat disajikan dalam sistematika
penyajian yang beragam.
Dalam kaitannya dalam penyusunan kitab tafsir perlu diketahui adanya tiga
sistematika penyusunan tafsir yang dikenal di kalangan para ahli tafsir diantaranya:

1. Tartib mushafi (urutan ayat dan surat), dalam sistematika ini mufassir menguraikan
penafsirannya berdasarkan urutan ayat dan surat didalam mushaf (usmani). Dimulai
dari surat al-Fatihah, al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa’, al-Ma’idah hingga seterusnya
sampai surat anNas
2. Tartib nuzuli (urutan kronologi turunnya surat-surat), yaitu menafsirkan Alquran
berdasarkan kronologis turunnya suratsurat Alquran
3. Tartib maudhu’i (urutan sesuai tema), yaitu menafsirkan Alquran berdasarkan topik-
topik tertentu dengan mengumpulkan ayat-ayat yang ada hubungannya dengan topik
tertentu kemudian ditafsirkan9
Islah gusmian membagi sisi sistematika penyajian kedalam dua kelompok:
1. Sistematika penyajian runtut. Merupakan model sistematika penyajian penulisan tafsir
yang rangkaian penyajiannya mengacu pada:
a) Urutan surat yang ada dalam model mushaf standar. Model ini sudah umum
dipakai oleh para mufassir. Contohnya seperti karya tafsir klasik seperti Jalalain,
maupun karya tafsir kontemporer seperti al-Manar.
b) Mengacu pada urutan turunnya wahyu. Model kedua ini tidak banyak ditempuh
oleh ulama tafsir. Adapun contoh tafsir yang menggunakan penyajian tafsir model
ini antara lain: al-Tafsir al-Bayani li Alquran al-Karim karya bint alSyati’ dan
Surah al-Rahman wa Sumar Qisar karya Syawqi Dha’if.
2 Sistematika penyajian tematik, sistematika penyajian tematik yang dimaksud adalah
suatu bentuk rangkaian penulisan karya tafsir yang struktur paparannya diacukan pada
tema tertentu atau pada ayat, surat, dan juz tertentu. Literatur tafsir yang
menggunakan model penyajian tematik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
pokok. Diantaranya:
a) Penyajian tematik klasik, model sistematika penyajian tafsir yang mengambil satu
surat tertentu dengan topik sebagaimana tercantum dalam surat yang dikaji
tersebut.

9
M. Abdurrahman Wahid, “Corak dan metodologi tafsir Al-Qur’an Al-Majid AN-Nur karya Hasbi Ash-
Shiddieqy,” Rausyan Fikr 14, no.2 (Desember 2018) : 412

4
b) Penyajian tematik modern, model sistematika penyajian karya tafsir yang
mengacu pada tema tertentu yang ditentukan sendiri oleh seorang mufassir.
Hasbi sendiri dalam menulis kitab tafsirnya telah menempuh sistematika yang
pertama (tartib mushafi) atau sistematika penyajian runtut, yakni menafsirkan
Alquran menurut susunan urutannya dalam mushaf, dalam artian model
sistematika penyajian penulisan tafsir yang rangkaian penyajiannya mengacu
pada urutan surat yang ada pada model mushaf standar.
Dalam kaitan ini Hasbi telah merampungkan seluruh penafsiran Alquran, dimulai dari
surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nisa’. Adapun sistematika sebagai langkah
metodis yang ditempuh oleh Hasbi, biasanya disetiap awal surat dimulai dengan
muqaddimah dengan menguraikan seluk beluk seputar surat yang akan ditafsirkan.
Misalnya tentang jumlah ayat, makiyah atau madaniyah, kandungan pokok yang terdapat
pada surat tersebut dan bagaimana hubungan (munasabah) dengan surat sebelumnya.10
Model teknis penulisan yang diawali dengan bagian muqaddimah, dilanjutkan dengan
uraian ayat di setiap surat dengan menyebutkan ayat-ayat Alquran dan langsung
menjelaskan makna kandungan ayat demi ayat. Kemudian dalam analisisnya terkadang
juga ia menyebutkan asbab an-nuzul nya jika ada, kemudian mengutip riwayat hadis atau
qaul sahabat atau tabi’in.
Susunan atau sistematika yang digunakan oleh Hasbi dalam tafsirnya secara rinci ia
membaginya pada beberapa langkah.
1. Sebelum memulai penafsiran, ia menjelaskan nama surah yang akan ditafsirkan,
menyebutkan jumlah ayat, alasan penamaan surah, dan titik berat atau fokus kajian
yang ada dalam surah tersebut. Sebagai contohnya, saat ia akan menafsirkan QS. Ali
Imran, ia kemukakan terlebih dahulu penjelasan surah itu secara global. Kemudian, ia
menjelaskan pula secara global apa yang hendak dibahas dalam surah tersebut,
kandungan hukum yang ada di dalamnya, seperti syariat, ibadah, adat, wasiat, ataupun
yang lainnya.
2. Saat masuk dalam penafsiran, Hasbi menerjemahkan ayat lafazh- per-lafazh dengan
ringkas. Inilah alasan mengapa tafsir karya Hasbi ini dimasukkan dalam kategori
tafsir ijmali.
3. Menggunakan ilmu munasabah (korelasi) antar surah. Misalnya, ketika ia
menjelaskan isi kandungan QS. al-Faatihah yang berisi tentang dasar-dasar hukum al-

10
M. Abdurrahman Wahid, “Corak dan metodologi tafsir Al-Qur’an Al-Majid AN-Nur karya Hasbi Ash-
Shiddieqy,” Rausyan Fikr 14, no.2 (Desember 2018) : 413

5
Qur'an maka di QS.al-Baqarah ia menerangkan rincian-rincian hukum yang ada di
dalamnya.
4. Menyebutkan sababun nuzul suatu ayat dengan hadits-hadits yang dianggap shahih
oleh mayoritas ulama ahli hadits. Sababun nuzul berguna untuk mengetahui konteks
ayat, dan dari situlah suatu ayat dapat dipahami.
5. Setelah melalui beberapa tahap tersebut, Hasbi menyimpulkan inti dari penafsiran
yang terkandung dalam suatu ayat.11
4. Karakteristik Penafsiran

5. Metode Penulisan

Hasbi dalam menafsirkan Alquran dapat dikategorikan sebagai metode global


(ijmali). Kategori ini dikarenakan Hasbi menafsirkan ayat secara global. Terlihat
ketika Hasbi menafsirkan ayat-ayat Alquran tidak menjelaskan secara rinci. Pola-pola
penjelasannya juga singkat, sederhana dan hanya mengungkapkan kandungan makna
suatu ayat secara umum. Meski demikian, menurut pendapat penulis metode yang
digunakan tidak murni ijmali. Tafsir an-Nur juga menggunakan metode analitis
(tahlili). Ada penggabungan antara ijmali dan tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat
Alquran. Dikatakan menggunakan metode tahlili karena Hasbi juga menggunakan
ayat-ayat tertentu secara luas. Terkadang dalam menafsirkan ayat Hasbi
mengungkapkan munasabah (hubungan/korelasi) antar ayat dan menjelaskan maksud
hubungan antara ayat tersebut.

6. Sumber Penafsiran

Tafsir an-Nur ini menggunakan campuran antara bi al-ra’yi dan bi al-ma’sur.


Hal ini dapat dilihat dari sumber-sumber penafsiran yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa sumber tafsir Hasbi adalah sumber al-naqli dan al-aqli. Hasbi berpedoman
kepada riwayat yang shahih dan pertimbangan penalaran yang sehat. Hal ini
dikarenakan Hasbi menyebutkan riwayat dalam tafsir an-Nur ini tidak hanya di dalam
beberapa surat saja, tetapi hampir penafsirannya didominasi dengan hadishadis. Telah
disebutkan pada penjelasan sebelumnya bahwa hadis hadis yang terdapat di dalam
tafsir ini sebanyak 209 hadis. Dan ini juga berdasarkan pernyataan Hasbi di

11
Dr.Ahmad Zainal Abidin, M.A., Thorikul Aziz . M,Ag. 2023…Hlm 139

6
muqaddimah kitabnya yang mengatakan bahwa, dalam tafsir ini ia berpedoman
kepada tafsir induk, baik itu kitab tafsir bi al-ma’sur maupun kitab tafsir bi alma’qul.12

7. Corak Penafsiran

Corak tafsir merupakan bidang keilmuan yang mewarnaisuatu kitab tafsir, hal
ini disebabkan karena setiap mufasir memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-
beda. Sehingga tafsir yang dihasilkan pun memiliki corak yang sesuai dengan disiplin
ilmuan yang dikuasainya. Adapun Tafsir Al-Majid An-Nur sendiri banyak mangambil
beberapa kitab tafsir sebelumnya. Jika diteliti kembali tafsir ini menampakkan warna
tentang Fiqh atau hukum islam yang cukup jelas. Terbukti dari luasnya penafsiran
ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum atau masalah-masalah fiqh. Hal ini dapat
diketahui karena latar belakang Teungku Hasby sendiri yang berlatar belakang
akademik syariah.
Tafsir Al-Majid An-Nur dominan ke corak Fiqhi, namun hal tersebut tidak
menafikan corak lainnya seperti corak Adab Al-Ijtima’i. Hal ini telah disebutkan
dalam muqoddimah tafsirnya bahwa Hasby ingin menjadikan bahasa Tafsir Al-Majid
An-Nur mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat.13

8. Keluasan Penjelasan

Dalam menafsirkan Ayat-Ayat Al-Qur'an metode yang ditempuh oleh Hasby


dalam kitab Tafsir Al-Qur'an Majid An-Nur dikategorikan sebagai metode ijmali
(global). Di sebut menggunakan metode ijmali dalam menafsirkan Al-Qur'an karena
dalam menafsirkan nya beliau tidak menafsirkannya secara luas atau rinci akan tetapi
beliau menafsirkannya secara global. Pola-pola penjelasannya singkat, sederhana dan
hanya mengungkapkan kandungan makna suatu ayat secara umum.
Akan tetapi Tafsir An-Nur juga menggunakan metode Analisis (tahlili). Dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an ada penggabungan antara ijmali dan tahlili. Adapun
Hasby dikatakan menggunakan metode Tahlili dalam penafsirannya karena Hasby
menggunakan Ayat-ayat tertentu secara luas. Beliau mengungkapkan Munasabah
(hubungan atau kolerasi) antara ayat dan menjelaskan maksud hubungan antara ayat

12
M. Abdurrahman Wahid, “Corak dan metodologi tafsir Al-Qur’an Al-Majid AN-Nur karya Hasbi Ash-
Shiddieqy,” Rausyan Fikr 14, no.2 (Desember 2018) : 422
13
Wahid, “Corak dan metodologi,” 410.

7
tersebut. Beliau juga menyebutkan Asbab An-Nuzul, dalil-dalil dari rosul, sahabat,
tabiin serta para ulama -ulama dan dikombinasikan dengan pendapatnya. 14
Hasby Ash-Shiddiqiey dalam menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan
dengan persoalan fiqih atau ayat-ayat yang bernuansa hukum, beliau menmberikan
penjelasan yang relatif luas, karena memang hasbi merupakan seorang yang ahli di
bidang fiqih dan Hukum islam, sehingga ketika ia menafsirkan ayat-ayat hukum
penafsirannya akan luas dan rinci.
Dalam proses penafsiran Al-Qur’an, beliau tidak begitu saja menerima hukum
tersebut secara tepat ataupun menafsirkan ayat-ayat hukum tersebut sesuai dengan
madzhab imam syafi’i, selain itu beliau berusaha menampilkan dan menguraikan
tentang berbagai riwayat atau pendapat para ulama yang senilai dengan tema,
kemudian setelah itu beliau mengaitkan dengan konteks kehidupan masyarakat
indonesia yang kebudayaannya berbeda-beda. Dengan begitu penafsiran beliau mudah
untuk dipahami.

9. Contoh Penafsiran

Berikut ini contoh bagaimana Hasbi menafsirkan ayat Alquran dengan menggunakan
metode ijmali:
ِ َ‫الرس ۖ ِل وآَتينَ ا ِعيس ى ابن م رمَي الْبِّين‬
ِ ‫ات َوَأيَّ ْدنَاهُ بِ ُر‬ ِِ ِ ِ
‫س َأفَ ُكلَّ َم ا َج اءَ ُك ْم‬
ِ ۗ ‫وح الْ ُق ُد‬ َ َ َْ َْ َ ْ َ ُ ُّ ِ‫اب َو َقفَّْينَ ا من َب ْع ده ب‬
َ َ‫وسى الْكت‬
َ ‫َولََق ْد آَتْينَا ُم‬
‫استَكَْب ْرمُتْ َف َف ِري ًقا َك َّذ ْبتُ ْم َوفَ ِري ًقا َت ْقُتلُو َن‬ ‫رس ٌ مِب‬
ْ ‫ول َا اَل َت ْه َو ٰى َأن ُف ُس ُك ُم‬ َُ
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami
telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami
berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami
memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul
membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu
menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa
orang (yang lain) kamu bunuh? (Al-Baqarah: 87).
Tafsirannya:

ُّ ِ‫اب َو َقفَّْينَا ِمن َب ْع ِد ِه ب‬


‫الر ُس ۖ ِل‬ ِ
َ َ‫وسى الْكت‬
َ ‫َولََق ْد آَتْينَا ُم‬
Dan sesungguhnya kami telah mendatangkan al-kitab (taurat) kepada musa, dan kami
telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul. Yakni: Sungguh telah
14
M. Abdurrahman Wahid, 416.

8
kami berikan kepada Musa sebuah kitab suci Taurat. Kemudian sesudah Musa itu kami
kirimkan lagi Rasul demi Rasul menurut jejaknya

ِ ۗ ‫وح الْ ُق ُد‬


‫س‬ ِ َ‫وآَتينَا ِعيسى ابن مرمَي الْبِّين‬
ِ ‫ات َوَأيَّ ْدنَاهُ بُِر‬ َ َ َْ َ ْ َ ْ َ
Dan telah kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada isa putera maryam dan
kami memperkuatnya dengan ruhul qudus.
Yakni: Allah memberikan kepada Isa berbagai mukjizat yang menunjuk kepada
kebenaran kenabiannya. Dan Allah memperkuat Isa dengan ruh wahyu sebagaimana
halnya dengan nabi yang lain. Dan inilah yang disebut dengan ‘ruh suci’.

ْ‫استَكَْب ْرمُت‬ ‫َأفَ ُكلَّما جاء ُكم رس ٌ مِب‬


ْ ‫ول َا اَل َت ْه َو ٰى َأن ُف ُس ُك ُم‬ َُْ ََ َ
Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak
sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong.
Yakni: apakah setiap datang kepadamu seseorang rasul dan rasul-rasul Allah membawa
membawa agama yang tidak sesuai dengan nafsu-nafsumu maka kamu menyombongkan
diri dan tidak mau mengimaninya.
‫َف َف ِري ًقا َك َّذ ْبتُ ْم َوفَ ِري ًقا َت ْقُتلُو َن‬

Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain)
kamu bunuh? Yakni: Bani Israil mendustakan sebagian rasul Isa dan seruan Muhammad
dan membunuh sebagiannya seperti Zakaria dan Yahya.
Dari contoh tafsiran di atas terlihat bahwa Hasbi menafsirkan ayat tersebut dengan
metode ijmali, ayat tersebut ditafsirkan secara global. Hasbi menyajikan beberapa
penggalan ayat yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan diikuti
dengan penjelasan-penjelasan ayat secara ringkas. Asumsi penulis, penulisan ayat
dengan literatur bahasa Indonesia ini dilakukan Hasbi karena ia beranggapan bahwa
masih banyak pembaca yang masih belum memahami bahasa Arab, sehingga penulisan
seperti ini dapat memudahkan pembaca dalam memahami tafsir tersebut.
Berbeda ketika Hasbi menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan persoalan fiqh.
Sebagai seorang yang ahli di bidang fiqh dan hukum Islam, ketika menafsirkan ayat-ayat
yang bernuansa hukum, Hasbi memberikan penjelasan yang relatif luas. Seperti ketika
Hasbi menafsirkan ayat puasa dalam al-Baqarah: 183. Hasbi menjelaskan ayat ini dengan
rinci, sehingga menghabiskan tiga halaman, persoalan puasa dikupas tuntas dengan
menjelaskan manfaat puasa tersebut. Kemudian memasukkan ayat yang semakna serta
pendapat para sahabat dan para ulama terdahulu.

9
10. Penilaian terhadap karya tafsir

Seperti halnya kitab tafsir pada umumnya Tafsir Alquran Al Majid Al Nur Karya
Hasbi as-siddiqi ini juga mempunyai kekurangan dan kelebihan seperti kitab-kitab tafsir
yang lain. Adapun kelebihan dan kekurangan kitab tafsir ini adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan Tafsir Al-majid
1. Menerangkan sebab-sebab turun ayat atau asbabun nuzulnya, jika diperoleh
Atsar yang Shahih yang diakui shahihnya oleh ahli-ahli Atsar atau ahli-ahli
hadits.
2. Menerjemahkan makna ayat ke dalam bahasa Indonesia dengan cara yang
mudah dipahami.
3. Menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan menunjuk pada intisari ayat.
4. Menjelaskan kaitan antara surat tersebut dengan surat yang sebelumnya.
5. Pada setiap ayat yang ditafsirkan dicantumkan kesimpulan dari ayat tersebut.
6. Tafsirnya singkat dan mudah dipahami.
7. Urutan ayatnya sesuai mushaf dan mudah untuk dipelajari.
8. Pada akhir peraturan surat terdapat kesimpulan sehingga memudahkan para
pembaca untuk mengetahui intisari dari pembahasan ayat.
b. Kekurangan Tafsir Al-majid
1. Tafsirnya tidak menggunakan kata perkata.
2. Tidak Diuraikan Nahwu dan shorofnya.
3. Tidak bisa dijadikan rujukan pengkajian islam secara mendalam karena
penafsirannya yang terlalu singkat.
4. Ketika menafsirkan ayat-ayat tentang fiqih cenderung penafsirannya panjang
dan lebar sedangkan ayat-ayat yang berkaitan dengan hal lainnya cenderung
penafsirannya sedikit. Hal ini dapat dimaklumi karena dilihat dari latar
belakang penulis yakni seorang ahli fiqih. 15

15
al tadabbur: jurnal imu al-qur’an dan tafsir, Pemetaan kajian tafsir al-qur’an di indonesia. Vol : 05 no. 01 juni
2020

10
DAFTAR PUSTAKA

Wahid, Abdurrahman., “Corak dan metodologi tafsir Al-Qur’an Al-Majid AN-Nur karya
Hasbi Ash-Shiddieqy,” Rausyan Fikr 14, no.2 (Desember 2018).

Arifah, Dheanda Abshorina., “Karakteristik Penafsiran AL-Qur’an dalam Tafsir An-Nur dan
Al-Azhar,”

Idris, Anwar., “Pemetaan kajian tafsir Al-Qur’an di Indonesia,” At tadabbur 5, no. 1 (Juni
2020).

11

Anda mungkin juga menyukai