TAFSIR AL-BAYAN
KARYA TM.HASBI ASH SHIDDIQIEY
Dosen Mata Kuliah: Dr. Mursalim, S.Ag M.Ag
Kelompok IX:
1
DAFTAR ISI
Kesimpulan ..................................................................................................... 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tafsir al Bayan merupakan sebuah kitab Tafsir yang unggul.
Dikarang oleh tokoh Agung yang tidak asing lagi yaitu Prof. Dr. T.M
Hasbi Ash Shiddieqy. Hasil karya ini terdiri dari dua jilid dan merupakan
karya kedua beliau setelah Tafsir An-Nur. Prof. Dr. T.M Hasbi Ash
Shiddieqy menggunakan metode tersendiri dalam menyusun dan
mengolah tafsir al-Bayan Dan mempunyai perbedaan dengan Karya yang
pertamanya. Kitab ini juga mempunyai keistimewaan dan perbedaan yang
tersendiri dibanding dengan kitab kitab Tafsir lainnya.
Tafsir al Bayan adalah kitab Tafsir dan terjemahan Al-Quran dalam
bahasa Indonesia yang dihasilkan pengarang pada tahun 60-an cetakan
pertamanya ialah pada tahun 1971 yang diterbitkan PT. Almaarif ,
Bandung Dengan ukuran 15 X 22 cm. Kitab ini dinamakan Tafsir al-
Bayan yaitu dari ayat Al-quran, surah Ali imran ayat 138
ِّ ََّٰ َهذَا َب َيا ٌن ِّللن
َاس َوهُدًى َو َم ْو ِّع َظةٌ ِّل ْل ُمت َّ ِّقين
Artinya :al-qur’an adalah penerangan (penjelasan) bagi seluruh
umat manusia dan nasihat bagi mereka yang bertakwa”
Hasbi Ash Shidieqy menamai kitab tafsir Al-bayan ini bermaksud
untuk menjadikan suatu penjelasan bagi makna-makna Al-qur’an.
Singkatnya kitab tafsir ini banyak memberi sumbangan terhadap
pembelajaran ulum Al-qur’an di Nusantara. Dan masih digunakan hingga
saat ini.
B. Rumusan Masalah
1. Biografi Prof. Dr. T.M Hasbi Ash Shiddieqy ?
2. Karya-karya Prof. Dr. T.M Hasbi Ash Shiddieqy?
3. Profil kitab tafsir Al-bayan?
4. Metode penyusunan dan contoh penafsiran kitab tafsir Al-bayan?
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hasbi Ash-Shiddy, dalam sekilas tentang penulis, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, (semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 2000)
2
Lilik Ummi Kulsumdan Mafri Amir, Hasbi Ash-Shiddieqy, M. Bibit Suprapto, Ibid
4
Kemudian selama 20 tahun beliau mengunjungi (nyantri) di berbagai
pesantren dari kota ke kota lain. Kemampuan bahasa Arabnya diperoleh dari
Syekh Muhammad ibn Salim Al-kalali, seorang ulama berkebangsaan Arab.
Beliau mesantren dikawasan Aceh hingga dewasa kurang lebih selama 8
tahun. Pertama kali mengaji kepada teungku Abdullah Chik di Peyeung,
khususnya mempelajari ilmu alat (nahwu dan sharaf). Kemudian pindah ke
pesantren Teungku Chik di Bluk Bayu. Setahun berikutnya mengaji kepada
Teungku Chik di Blang Kabu, Gendong dan selanjutnya nyantri di pesantren
Teungku Chik Blang Manyak Samakurok. Rata-rata beliau nyantri didaerah
Pasei masing-masing hanya satu tahun. Pada tahun 1916 beliau nyantri
ketempat yang lebih jauh yakni di pesantren Teungku Idris Chik di Tanjungan
Barat, Samlanga, khusus untuk mempelajari ilmu fiqih selama dua tahun.
Kemudian pindah ke Aceh Besar (Aceh Rayeuk) dan belajar di pesantren
Teungku Hasan Krueng Kale (Teungku Chik di Krueng Kale) seorang ulama
terkemuka Aceh pada saat itu.
5
Pernikahan kedua ini ia dikaruniai empat orang anak yakni Zuharah, Anisatul
Fuad, Nourouzzaman dan Zakiyatul Fuad.
6
Aceh), serta mendirikan perguruan Darul Irfan. Setelah itu yakni pada zaman
Jepang hingga kemerdekaan beliau kembali ketanah kelahirannya Lhok
Seumawe dan meramaikan kembali Dayah (pesantren) Mon Gondong yang
telah ditinggal wafat oleh ayahnya pada tahun 1943. Kemudian dengan
statusnya sebagai tawanan akibat revolusi sosial pasca kemerdekaan, beliau
menjadi guru di SMI (Sekolah Menengah Islam) Lhok Seumawe. Tekanan
demi tekanan di Aceh selalu dirasakannya, karena beliau termasuk
pembaharu yang cukup keras dalam kegiatannya. Pada zaman demokrasi
liberal, beliau terlibat secara aktif mewakili partai Masyumi (Majelis Syuro
Muslimin Indonesia) dalam perdebatan ideologi di konstituante.Bersaan
dengan itu, Kementrian Agama Republik Indonesia mendirikan PTAIN
(Perguruan Tinggi Agama Islam di Yogyakarta) pada tahun 1951. Menteri
Agama KH. Wahid Hasyim menarik Hasbi Ash-Shiddieqy untuk dijadikan
dosen. Selain itu Hasbi AshShiddieqy juga mengajar dibeberapa tempat di
Yogyakarta yaitu, di SGHAN (Sekolah Guru dan Hakim Agama Negeri),
PHIN (Pensdidikan Hakim Islam Negeri), Sekolah Menengah Islam Tinggi,
Mualimin Muhammadiyah. Jabatan struktural yang pernah diembannya
adalah sebagai Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
pada tahun 1960-1972, merangkap Dekan sementara Fakultas Syari’ah IAIN
ar-Raniri Banda Aceh pada tahun 1960-1962, merangkap pula sebagai
pembantu Rektor III IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 1963-1966. Selain
bertugas di IAIN, beliau juga pernah menjadi anggota konstituante wakil dari
Masyumi, dan berkecimpung pula dalam lembaga pendidikan swasta
diantaranya: sebagai guru besar UII (Universitas Islam Indonesia) pada tahun
1964, Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA)
Semarang pada tahun 1967-1975, Rektor Universitas Cokro Aminoto
Surakarta, guru besar UNISBA (Universitas Islam Bandung), UMI
(Universitas Muslim Indonesia) di Makasar.8 Pada tahun 1960 lah beliau
dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu hadis di IAIN Sunan
Kalijaga, sementara gelar profesor dalam bidang ilmu hadis beliau peroleh
pada tahun 1962 berdasarkan surat keputusan Menteri Agama No. B.IV.I/37-
7
92 dan dikukuhkan dengan keputusan presiden RI No. 71/M-1 tanggal 22 Mei
1963. sedangkan gelar Doktor Honoris Causa (DR.C) diterimanya dari
UNISBA pada tanggal 22 maret 1975 dan dari IAIN Sunan Kalijaga pada
tanggal 29 oktober 1975. Beliau wafat pada hari selasa 9 Desember 1975
pukul 17.45 WIB pada usianya yang ke 71, yang pada saat itu beliau sedang
berada dikarantina persiapan pemberangkatan ibadah haji bersama istrinya.
Beliau dikebumikan dipemakaman IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat,
Tanggerang.
8
ini memuat terjemah dan tafsir ayat-ayat alQur’an secara keseluruhan,
yakni 114 surah.3
Latar belakang penulisan tafsir al-bayan disebabkan oleh dua
faktor: Pertama, (faktor Internal) yang dimaksud di sini adalah motivasi
dari penulisnya sendiri untuk mengembangkan karya tafsirnya yang telah
ia tulis sebelumnya. Dalam hal ini, TM. Hasbi menyadari bahwa karya
tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Nur masih perlu dikembangkan dan
disempurnakan, khususnya dari aspek metodologi tafsir. Dalam aspek ini,
Tafsir al- Nur yang mendahului Tafsir al-Bayan hanya merupakan karya
tafsir yang secara metodologis menginterpretasikan ayat-ayat al- Qur’an
secara singkat. Atau dengan kata lain, sebagian lafaz atau ayat di dalam
Tafsir al-Nur tersebut tidak terinterpretasi secara tuntas.
Kedua, Faktor Eksternal, yang dimaksud disini adalah motivasi
yang bersumber ari tafsir-tafsir Al Quran di luar An Nur. Dalam hal ini, T.
M. Hasbi menyatakan bahwa terjemahan-terjemahan atau tafsir di masa itu
masih perlu di sempurnakan.
D. Metode penyusunan dan contoh penafsiran kitab tafsir Al-bayan
3
Surahman Amin, “Telaah atas Karya Tafsir di Indonesia: Studi atas Tafsir al-Bayan Karya Tm.
Hasbi al-Siddiqi”, Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman : Afkaruna. 2013. Hal 41
9
C. Sebelum menafsirkan surah baru, Hasbi menjelaskan urutan dan namasurat
berdasarkan mushaf Al Quran, dimana diturunkan dan berapa jumlahayat.
D. Muqaddimah, menyebutkan nama surah dan menyertakan isi
kandungannya secara ringkas
E. Menjelaskan munasabah surah dengan surah sebelumnya dan munasabah
ayat dengan ayat lainnya.
F. Menuliskan ayat dan menerjemahkan tiap ayat.
G. Membagi surah ke dalam beragai tema sesuai dengan topik pembahasan
ayat yang bersangkutan
H. Memberikan catatan kaki ke ayat yang perlu penjelasan lebih
I. Di dalam catatan kaki terkadang Hasbi memberikan penjelasan atas istilah
yang di catatan kaki4
Metode yang dipakai dalam tafsir Al Bayan adalah metode tahlili, biaa dikenal
juga dengan istilah metode analitis yakni para penafsir menjelaskan ayat-ayat Al
Quran, ia menerangkan makna ayat yang tercakup didalamnya dan menguraikan
secara runtut ayat demi ayat, surah demi surah sesuai urutannya didalam mushaf,
mulai dari surah Al Fatihah sampai surh An Nas. Ayat yang ditafsirkan oleh T. M.
Hasbi dijelaskan pula aspek munasabahnya, arti kosa kata ayatnya, asbab nuzul
pendapat Nabi Muhammad SAW atau sahabat, tabiín atau penafsir lain.
4
Sobari bin Sutarip, “Pembaruan Fiqih Indonesia (Telaah Tafsir Al Bayan Karya T. M. Hasbi As
Shiddiq”, Jurnal Kajian Interdisipliner Islam Indonesia Vol 10, 2020, hal 72
10
ketika dituangkan pemikiran fiqhinya dalam penafiran Al Quran. 5 Dikatakan juga
bahwa Tafsir Al Bayan ini juga terbangun dalam bentuk pemikiran (Al Raýu).
6
Beliau menggunakan nalarnya dalam menginterprestasikan ayat-ayat Al Quran.
Hal ini bisa dilihat dari penafsirannya yang berhubungan dengan ayat ahkam
Contoh penafsiran
Hasbi menjelaskan : ayat ini memberi peringatan bahwa malaikat juga dibebani
ibadah.
5
Ibid hal 45
6
Sulaiman Ibrahim, “Khazanah Tafsir Nusantara : Telaah atas Tafsir Al Bayan Karya TM. Hasbi Ash
Shiddieqy”, Jurnal Pemikiran Konstruksi Bidang Filsafat dan Dakwah, Vol 8. 2018.Hal 112
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Shiddiqi, Nourouzzaman, Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Perspektif
Sejarah Pemikiran Islam di Indonesia, disertasi Doktoral (IAIN Sunan
Kalijaga, 1987).
Dahlan, Abdul Aziz, Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam 1:
Pemikiran Teologi Gakarta: Penerbit Beunebi Cipta, 1987).
Nasution, Harun, Teologi Islam (Jakarta: UI-Press, cet. 5, 1985).
13