ABSTRAK
PENDAHULUAN
1
NIM: 211104010009
2
NIM: 211104010038
3
NIM: 211104010017
1
juga sampai ulama al-Asr (modern) saat ini. Kemudian, dari beberapa karya para
mufassir memiliki corak, sumber dan metode masing-masing.4
Dari beberapa tokoh mufassir yang ada di Indonesia, dalam paper ini kami
akan membahas mengenai Prof. Dr. Teungku Hasbi Ash-Shiddieqy yang mana
beliau merupakan salah satu tokoh yang memiliki pemikiran serta berwawasan
keislaman dan keindonesiaan yang terkenal di pertengahan abad ke-20. Disamping
beliau berwawasan yang luas tersebut, beliau juga merupakan tokoh pembaharu dan
dunia perguruan tinggi islam. Dan juga dalam dunia modernis beliau terkenal
sebagai seorang ulama mujaddid pemikiran islam dan juga mujtahid dibidang
hukum islam ataupun ilmu fiqh.6
PEMBAHASAN
4
Agung Perdana Kusuma, “Kajian Ulum Al-Qur’an Dalam Pandangan Mufassir
Nusantara Tgk. Hasbie Asshidiqie,” Journal of Qur’an and Hadith Studies 6, no. 2 (2019): 69–90.
5
Muhammad Faisal, “Kontribusi T.M Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Pengembangan Ilmu
Al-Qur’an Dan Tafsir Di Indonesia,” Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur’an dan Hadist 4, no. 1 (2020):
24–53.
6
Fikri Hamdani, “Hasbi Ash Shiddieqy Dan Metode Penafsirannya,” Rausyan Fikr:
Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 12, no. 1 (2018): 17–34.
2
Ayah memiliki gelar seperti itu juga. Ayah Hasbi Bernama al-Hajj Tengku
Muhammad Husein ibn Muhammad Su‘ud, seorang ulama terkenal yang memiliki
sebuah dayah (pesantren). Ibunya bernama Tengku Amrah, puteri Tengku Abdul
Aziz pemangku jabatan Qadhi Chik Maharaja Mangkubumi Kesultanan Aceh
waktu itu. Dia juga merupakan keponakan Abdul Jalil yang bergelar Tengku Chik
di Awe Geutah di mana menurut masyarakat Aceh Utara dianggap sebagai wali,
kuburannya hingga saat ini masih banyak diziarahi. 7
7
Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia: Penggagas Dan Gagasannya (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997).
8
Aan Sufian, “Kontribusi Pemikiran Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Bidang Fikih,” Media
Syari’ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial 14, no. 2 (2012): 185.
3
kemudian dia pergi meudagang (nyantri) dari dayah ke dayah. Dayah bisa disebut
juga dengan Pesantren atau Lembaga Pendidikan Agama Islam.
Hasbi menikah pada usia sembilan belas tahun dengan Siti Khadidjah,
seorang gadis yang masih ada hubungan kekerabatan dengannya. Perkawinan
dengan gadis pilihan orang tuanya ini tidak berlansung lama. Siti Khadidjah wafat
ketika melahirkan anaknya yang pertama. Hasbi kemudian menikah dengan Tengku
Nyak Asiyah binti Tengku Haji Hanum, saudara sepupunya. Dengan istrinya inilah
Hasbi mengayuh bahtera hidupnya sampai akhir hayat. Dari perkawinannya ini
Hasbi memiliki empat anak, dua laki-laki dan dua perempuan.
Hasbi sangat kritis terhadap siapapun yang percaya pada pendapatnya. Dia
tidak marah ketika pendapatnya dilanggar, sekalipun oleh sang anak sendiri. Tapi,
dengan anaknya, dia terlibat dalam diskusi yang terus-menerus. Tidak
mengherankan, dia membahas topik yang sedang dia tulis dengan seorang anaknya
yang menjadi asisten menulisnya dan pengoreksi tulisan-tulisannya. Jika pendapat
anaknya dirasa benar, dia mengakuinya. Namun jika salah, dia membetulkan dan
menasehatinya agar belajar lebih banyak dengan membaca buku sebagaimana yang
diperbuatnya.
Ada tiga hal yang Hasbi sangat jengkel jika dilakukan oleh anggota
keluarganya. Pertama, bermalas-malas dan tidak menggunakan waktu senggang
9
Sufian, “Kontribusi Pemikiran Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Bidang Fikih.”
4
untuk membaca. Istrinya juga diharuskan membaca. Pagi sebelum subuh, ia harus
membangunkan keluarganya, tidak boleh ada yang malas-malasan dan harus tepat
waktu dalam beribadah. Tidur siang tidak boleh lebih dari satu jam. Kedua,
pekerjaan tidak boleh ditunda. Semua pekerjaan harus diselesaikan secepatnya.
Pernah anaknya harus mengetik naskahnya dari subuh sampai tengah malam dalam
beberapa hari. Ia menghendaki agar anaknya mencontohnya dalam bekerja keras.
Ketiga, buku-bukunya baik yang ada di rak maupun di atas meja, yang terbuka atau
yang tertutup, tidak boleh ada yang berpindah tempat. Pulang kerja, yang pertama
dilakukan ialah melihat buku, bukan membuka sepatu, jas dan dasi, pakaian, apalagi
melihat makanan. Jika ada buku yang berubah letak, apalagi jika ia sedang
membutuhkannya, ia bisa marah.
10
Sufian, “Kontribusi Pemikiran Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Bidang Fikih.”
5
membacanya, dan yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan mengajarnya yang
sangat menarik dan sangat peduli dengan perkembangan kreatifitas murid-
muridnya.
Ketika masih kecil, Hasbi mulai belajar agama Islam di dayah milik
ayahnya. Ia mempelajari qiraah, tajwid, dasar-dasar fikih dan tafsir. Kemudian pada
usia delapan tahun beliau mulai melakukan perjalanan mencari ilmu. Pertama-
pertama Hasbi belajar di dayah Tenku Chik pimpinan Tengku Abdullah di Piyeung,
Aceh. Di sini ia memfokuskan pada ilmu nahwu dan sharaf. Setahun kemudian
Hasbi pindah ke dayah Tengku Chik di Bluk Bayu, Aceh. Di sini ia belajar hanya
setahun, kemudian ia nyantri di dayah Tengku Chik Bang Kabu, Geudong,
kemudian dayah Blang Manyak di Samakurok, dan akhirnya Hasbi melanjutkan
pelajarannya di dayah Tanjung Barat di Samalanga sampai tahun 1925.
Pada tahun 1926, Hasbi menerima saran dan tawaran Syekh Muhammad ibn
Salim al-Kalali untuk merantau ke Surabaya yang bertujuan agar Hasbi dapat
mendalami gagasan-gagasan pembaruan di Perguruan Al-Irsyad, sebuah organisasi
11
Faisal, “Kontribusi T.M Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Pengembangan Ilmu Al-Qur’an
Dan Tafsir Di Indonesia.”
6
keagamaan yang didirikan Syekh Ahmad Surkati (w.1943). Di perguruan tersebut,
Hasbi menempuh pendidikan dengan mengambil pelajaran takhassus (spesialisasi)
dalam bidang pendidikan dan bahasa Arab. Pendidikan di al-Irsyad dia lalui selama
satu setengah tahun dengan perolehan kemahiran berbahasa Arab dan kemantapan
di barisan kaum pembaharu untuk mengibarkan panji-panji Islam dengan semangat
ke-Indonesia-an.
Pada tahun 1928 Hasbi kembali ke Aceh, kemudian bersama dengan al-
Kalali sahabat yang sekaligus gurunya mendirikan madrasah yang diberi nama
madrasah Al-Irsyad di Lhokseumawe. Secara administratif madrasah ini tidak
memiliki hubungan dengan madrasah Al-Irsyad Surabaya, tempat Hasbi pernah
menimba ilmu. Namun secara idealis madrasah ini mengikuti kurikulum dan proses
belajar mengajar yang dikembangkan perguruan Al-Irsyad yang ada di Surabaya.
Dalam perkembangannya, madrasah yang didirikan Hasbi bersama dengan Al-
Kalali ini kehabisan murid, karena tuduhan bahwa madrasah yang didirikannya
tersebut adalah madrasah sesat dan belajar di dalamnya adalah menyesatkan.
Tuduhan lainnya, sistem belajar mengajar di madrasah tersebut menerapkan metode
ala kolonial, dengan menggunakan bangku dan meja, yang sangat tabu Ketika itu.
Demikian propaganda yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak menyenangi
sikap dan tindakan Hasbi.
7
sebuah buku yang diberi judul Penoetoep Moeloet. Akibat dari tulisannya tersebut
yang kritis terhadap pemerintah Hindia-Belanda, Hasbi harus meninggalkan
Lhokseumawe dan pindah ke Kutaraja (sekarang: Banda Aceh).
Pada tahun 1933 Hasbi tiba di Kutaraja. Di sini dia memulai karirnya lagi
sebagai seorang pendidik. Hasbi mengajar pada kursus-kursus yang
diselenggarakan oleh JIB (Jong Islamietien Bond) Aceh dan menjadi pengajar pada
sekolah HIS dan MULO Muhammadiyah. Sejak kepindahannya ke Kutaraja, di
samping berprofesi sebagai guru, ia juga mendaftarkan diri menjadi anggota
Muhammadiyah. Pada tahun 1938, Hasbi menduduki jabatan Ketua Cabang
Muhammadiyah Kutaraja dan pada tahun 1943-1946 ia menduduki jabatan Konsul
(Ketua Majelis Wilayah) Muhammadiyah Provinsi Aceh.
8
Abu Bakar Aceh, Hasbi diperkenalkan dengan Wahid Hasyim, yang menjabat
Menteri Agama pada masa itu.
12
Sufian, “Kontribusi Pemikiran Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Bidang Fikih.”
9
bidang fiqh, yaitu ketika ia mengatakan untuk perlunya adanya fiqh yang
berkepribadian Indonesia yang akan lebih cocok dengan kebutuhan Nusa dan
bangsa Indonesia. Menurutnya, perlu adanya perbaikan dari sisi dai, materi yang
disampaikan, dan metode penyampaian yang digunakan. Berangkat dari hal itu, ia
juga menghimbau ulama ulama Indonesia untuk menyusun Kitab-Kitab baik fiqh,
Tafsir, Ushul Tafsir, Hadis, dll dalam bahasa Indonesia. Hal ini dirancangkan agar
masyarakat mudah dalam memahaminya.
Namun ketika melihat fenomena yang muncul pada saat itu, yaitu banyak
pengkaji ilmu Qur’an dan ilmu hadis yang sangat sulit untuk memahami kitab kitab
berbahasa Arab, sedangkan kebutuhan keilmuwan tersebut sangat penting dalam
perjalanan yang harus terus berkembang. Juga dalam masyarakat yang majemuk
itu, tidak semua orang memiliki thinking value atau nilai berpikir yang sama, dan
juga brain response atau respon otak dalam menerima ilmu yang banyak dengan
kondisi Indonesia yang banyak berjuang, dinilai perlu adanya answer to problems,
untuk menjawab kebutuhan masyarakat tersebut. Maka ia merancangkan untuk
melahirkan karya berbahasa Indonesia untuk memudahkan masyarakat Indonesia
yang tidak atau kurang pemahamannya terhadap bahasa Arab untuk bisa
mengambil dan mengamalkan pesan yang terkandung didalam Al Qur’an.
Semasa hidupnya, Muhammad Hasbi telah menulis 72 judul buku, 142 Jilid,
dan 50 artikel dibidang Al-Qur’an, Hadits, Fiqh , Ushul Fiqh dan lain-lain. Dan
buku mengenai Ulumul Qur’an yang beliau Tulis adalah :
10
1. Buku Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir13
No Tag Isi
1 Judul Sejarah & Pengantyar
Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsr
2 Halaman xvi +254
3 Penulis T.M Hasbi Ash
Shiddieqy
4 Editor H..Z Fuad Hasbi Ash
Shiddiey
5 Penerbit PT Pustaka Rizki Pura
6 Tahun Terbit 2009
7 ISBN 978-979-9430-60-1
8 Kota Penerbit Semarang
Dengan isi didalamnya mencangkup sebagai berikut
No Bagian Isi
1 Ta’rif Al kitab, Al-Quran dan al wahyu
2 Pertama Bab pertama: Sejarah Nuzul al-quran
Bab Kedua: Soal -soal yang bersangkutan
dengan nuzul al quran.
Bab ketiga : Usaha-usaha Rasulullah Saw dan
para sahabat menyampaikan al quran.
Bab keempat : Rupa rupa qiraat al quran
3 Kedua: Sejarah Bab pertama: al quran di masa abu bakar dan
mengumpulkan Umar
shuhuf-shuhuf Al Bab kedua: al quran dimasa Utsman
Qur’an Bab ketiga: sekiat tulisan al quran
13
Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al
Quran Dan Tafsir, ed. Fuad Hasbi ash Shiddieqy, 3rd ed. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,
2009).
11
4 ketiga: ilmu-ilmu Bab pertama: ilmu-ilmu dirayah dan riwayah al-
al-qur’an yang qur’an
perlu dipelajari Bab kedua: problem naskh al-Qur’an
oleh para
mufassirin dan
sejarahnya
5 Keempat: sifat- Bab pertama: sifat-sifat Al-Qur’an
sifat Al-Qur’an, Bab kedua: beberapa comntoh ushlub Al-Qur’an
rutbah-nya dan Bab ketiga: Al-Qur’an dasar asasi yang terpokok
maksud- bagi Islam
maksudnya
Kelima: Ta’rif Bab pertama: ta’rif tafsir dan takwil
tafsir, ta’wil, Bab kedua: ilmu-ilmu yang diperlukan oleh
kaidah-kaidah, seorang penafsir
istilah-istilah dan Bab ketiga: beberapa istilah tafsir
ilmu-ilmu yang Bab keempat: tafsir dari abad kea bad, sejarah
diperlukan untuk perkembangan tafsir
mentafsirkan al-
Qur’an
Keenam: Riwayat- Bab pertama: Riwayat hidup sahabat ulama Al-
riwayat hidup Qur’an
ulama-ulama Al- Bab kedua: Riwayat hidup ulama Al-Qur’an
Qur’an sesudah sahabat
Bab ketiga: sejarah ahli-ahli tafsir dan qira’at
12
referensi dalam Bahasa Indonesia sehingga dapat membantu mahasiswa agar
memahaminya dengan mudah.
Buku Sejarah Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir ini bisa dikatakan sebagai
sebuah buku yang disusun oleh Hasbi Ash-Shiddiqey untuk menjadi referensi atau
bahan bacaan. Didalamnya Hasbi mencoba menghadirkan seluk beluk keilmuan Al-
Qur’an dan menyusunnya secara sistematis. Ini bisa dilihat dari modul
penyusunannya di awali dengan Pengantar. Dalam Pengantar tersebut membahas
mengenai Ta’rif Kitab, Al-Qur’an dan Wahyu. Hingga akhir pembahasan terakhir
yaitu Riwayat-riwayat hidup ulama-ulama Al-Qur’an.14
No Tag Isi
1 Judul Buku Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
2 Penulis T.M Hasbi Ash Shiddieqy
3 Penerbit PT Pustaka Rizki Putra
4 Tahun Terbit 2009
5 ISBN 978-979-9430-58-8
6 Halaman xvi+300
7 Kota Penerbit Semarang
14
Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al Quran Dan Tafsir.
Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an ('Ulum Al-
15
Quran), ed. HZ. Fuad Hasbi ash Shiddieqy, 3rd ed. (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009).
13
4 Keempat Fawatih As-Suwar
5 Kelima Ilmu Qiraat
6 Keenam Ilmu Nasikh Mansukh
7 Ketujuh Ilmu Rasm Al-Quran
8 Kedelapan Ilmu Muhkam Mutasyabihah
9 Kesembilan Ilmu Amtsal Qur’an
10 Kesepuluh Ilmu Aqsam Al-Quran
11 Kesebelas Ilmu Qashash Al-Quran
12 Keduabelas Ilmu Jadal Al-Qur’an
13 Ketigabelas Ilmu Tafsir
14 Keempatbelas Kaidah kaidah yang diperlukan para Mufassir
15 Kelimabelas I’jaz Al-Quran
Salah satu karya beliau lainnya yang membahas mengenai studi Ilmu Al-
Qur’an adalah Ilmu Al-Qur’an dan media pokok dalam menafsirkan Al-Quran atau
dikenal dengan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.
Buku ini merupakan buku mengenai studi Al-Qur’an dan Tafsir yang kedua
setelah buku sejarah dan pengantar ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Buku kedua ini
berisi mengenai studi ilmu Al-Qur’an yang lebih komplek dan mendalam mengenai
studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. bisa dibandingkan dengan buku ilmu Al-Qur’an dan
tafsir sebelumnya. Buku ini bisa dikatakan sebagai penyempurnaan pembahasan
dari buku yang telah diterbitkan sebelumnya. uku ini terdiri dari 15 Bahagian.
Setiap bahagiannya terdiri dari dari beberapoa judul seperti yang telah kami
cantumkan diatas.16
PENUTUP
16
Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Ilmu Ilmu Al-Qur’an, ed. HZ.
Fuad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ke-3. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009).
14
Bakar Shiddiq (573-634 M) khalifah pertama, pada generasi ke-37. Masa kelahiran
dan pertumbuhan beliau bersamaan dengan tumbuhnya gerakan pembaharuan
pemikiran di Jawa yang meniupkan semangat ke-Indonesiaan dan anti-kolonial
pada saat itu.
Kemudian, dalam hal sikap dan perilaku beliau menurut penuturan murid-
muridnya dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya cukup menarik, yakni
dengan menggunakan sistem dialog. Selain itu juga, beliau memiliki kemampuan
menjelaskan buah pikirannya dengan baik dan juga mampu menguraikannya
dengan mudah dan bisa ditangkap juga bisa dimengerti. Hanya ada satu hal yang
membuat mahasiswanya mengeluh, yakni Hasbi sering memakai istilah-istilah
dalam bahasa Arab yang sulit dipahami, jika tidak medalami kitab-kitab yang
menjadi sumber rujukannya.
Ketika masih kecil, Hasbi mulai belajar agama Islam di dayah milik
ayahnya. Ia mempelajari qiraah, tajwid, dasar-dasar fikih dan tafsir. Dalam
perjalanan pemikirannya. Ia berkeyakinan bahwa pentingnya melihat kondisi
masyarakat Indonesia pada saat itu. Gagasannya bermula dari bidang fiqh, yaitu
ketika ia mengatakan untuk perlunya adanya fiqh yang berkepribadian Indonesia
yang akan lebih cocok dengan kebutuhan Nusa dan bangsa Indonesia. Menurutnya,
perlu adanya perbaikan dari sisi dai, materi yang disampaikan, dan metode
penyampaian yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
15
Nusantara Tgk. Hasbie Asshidiqie.” Journal of Qur’an and Hadith Studies 6,
no. 2 (2019): 69–90.
Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an ('Ulum
Al-Quran). Edited by HZ. Fuad Hasbi ash Shiddieqy. 3rd ed. Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009.
———. Ilmu Ilmu Al-Qur’an. Edited by HZ. Fuad Hasbi Ash-Shiddieqy. Ke-3.
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009.
Shiddieqy, Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash. Sejarah & Pengantar Ilmu
Al Quran Dan Tafsir. Edited by Fuad Hasbi ash Shiddieqy. 3rd ed.
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009.
16