Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISLAM DAN PERADABAN MELAYU


Tentang
ULAMA-ULAMA PENYEBAR AGAMA ISLAM DAN KARYA-
KARYANYA DI KAWASAN MELAYU

Dosen Pengampu : DRS A faruk MA.

Disusun Oleh :

Salman (104230042)

Ridho hidayat (104230025)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.wr.wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, TuhanYang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas makalah
ini dapat diselesaikan.Demikianlah tugas ini disusun semoga dapat bermanfaat
dan dapat memenuhi tugas mata kuliah

Tugas ini tentu tidak lepas dari kekurangan, maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan sarannya, sehingga penyusunan makalah yang akan
datang akan lebih baik dari sebelumnya. Terima kasih.

Jambi, November
2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Hamzah Fansuri............................................................................................2
B. Syekh Bakri Syatha.......................................................................................2
C. Syekh Burhanuddin.......................................................................................3
D. Syaikh Abdus Shamad al-Palimbani.............................................................4
E. Raja Ali Haji..................................................................................................5
F. Syaikh Abdurrahman Siddik..........................................................................6
G. Ahmad hanafiah............................................................................................7
H. Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi........................................8
I. Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Besilam......................................................9
J. Syekh Burhanudin Imam Senggolo................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan


kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh
individu dengan individu lainnya atau antara kelompok satu dengan
kelompok lainnya, hasilnya membentuk jaringan pergaulan yang bisa
membedakan dan menghubungkan yang satu dengan yang lainnya.
Kebudayan yang mengakar dan mempengaruhi bentuk- bentuk kebudayaan
yang ada di wilayah pesisir Melayu adalah kebudayaan Islam. Kebudayaan
Islam adalah kebudayaan besar di dunia yang berasal dari sebuah
peradaban manusia yang mengakar dan menyebar di seluruh benua.
Kebudayaan Islam terus menyebar dari mulai abad ke-13 sampai sekarang ini.
Eksistensinya menunjukkan kepada dunia bahwa kebudayaan Islam mampu
memperlihatkan keragamannya sekaligus mampu mengikuti
perkembangan zaman dan waktu. Kebudayaan islam meski bermula
dari semenanjung Arab kini menyebar merata keseluruh dunia
dengan berbagai adaptasi dan aplikasi yang diterjemahkan oleh masyarakat
pendukungnya. Masing-masing masyarakat Islam dunia memiliki karakternya
sendiri dalam melahirkan kebudayaan yang mencerminkan dinamika
kehidupannya. Dalam satu kebudayaan, seni tari tumbuh dan
berkembang karena masyarakat pendukungnya memerlukan aktivitas
untuk meningkatkan kapasitas dan kwalitas hidupnya, yang sekaligus
menguatkan identitas jati dirinya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi ulama-ulama islam di tanah melayu


2. Apa saja karya-karya ulama-ulama islam di tanah melayu

C. Tujuan

1. Mengetahui biografi ulama-ulama islam di tanah melayu

iv
2. Mengetahui karya-karya ulama-ulama islam di tanah melayu

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Hamzah Fansuri

Hamzah Fansuri adalah seorang ulama dan sufi besar pertama di Aceh.
Beliau adalah penulis produktif yang menghasilkan karya risalah
keagamaan dan juga prosa yang sarat dengan ide-ide mistis. Selain itu aktif
menulis karya-karya tentang tasawuf pada paruh ke dua abad ke- 16. dan
menguasai bahasa Arab, bahasa Parsi, disamping juga menguasai bahasa
Urdu. Paham tasawuf yang dibawanya adalah Wujudiyah.
Kepopuleran nama Hamzah Fansuri tidak diragukan lagi, banyak pakar
telah mengkaji keberadaan Hamzah yang sangat popular lewat karya-
karyanya yang monumental.

Adapun karya-karya Hamzah Fansuri antara lain:

 Syair Burung Pingai


 Syair Dagang
 Syair Pungguk
 Syair Sidang Faqir
 Syair Ikan Tongkol
 Syair Perahu

Adapun kitab ilmiah karya beliau di antaranya :

 Asfarul ‘Arifin fi Bayani ‘Ilmis Suluki wa Tauhid


 Syarbul ‘Asyiqin
 Al-Muhtadi
 Ruba’i Hamzah al-Fansuri

B. Syekh Bakri Syatha

Biasa disebut Sayid Bakri Syatha. Aktif mengajar di Masjid Al-Haram


pada akhir abad 19. Syekh Bakri Syatha lahir di Mekah pada tahun 1266 H

v
(1850 M). tiga bulan setelah kelahirannya, ayahnya, Sayid Muhammad Zayn
al- „Abidin wafat. Dia kemudian dididik oleh kakaknya Sayid Umar
Syatha. Pada usia tujuh tahun dia sudah menghafal al-Quran dan
sejumlah kitab-kitab dasar seperti Matn al-Jazuriyah, Matn Abi Syuja , Matn
Zubad, Matn‟ Ar-Ruhabiyah dan Matn alalfiyah. Dia kembali mempelajari
kitab-kitab yang telah dihafal tersebut kepada Sayid Ahmad Zayni Dahlan.
Kemudian dia melanjutkan belajar di Masjid al- Haram sehingga menguasai
ilmu „aql dan naql. Syekh Bakri Syatha memiliki beberapa karya. Kitabnya
fikihnya, I anat Ath-Thalibin merupakan salah satu yang paling banyak
digunakan‟ di pesantren-pesantren Indonesia. Kitab ini merupakan
kumpulan catatan muridnya atas komentar Syekh Bakri Syatha terhadap
kitab Fath al-Mu in. Beberapa murid asal Nusantara turut serta mencatat
kitab I anat Ath-Thalibin yang kemudian disatukan menjadi kitab
tersebut, termasuk Syekh Abd al-Majid Jambi. Syekh Bakri Syatha memiliki
beberapa karya fiqh dan tafsir al-Quran. Sebagian besar karyanya tentang
hukum syari ah seperti I anat At-Thalibin yang membahas fikih Syafi i secara
keseluruhan, hasyiah Tuhfah juga membahas‟ fikih, hasyiahUmdat al-Abrar
membahas tentang hukum haji dan, dan satu kitab tafsir yang hanya sampai
pada surat al-mu`minun.

Dari karyanya dapat diketahui bahwa Syekh Bakri Syatha lebih


menguasai ilmu fikih dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya. Akan tetapi,
bukan berarti dia tidak menguasai disiplin ilmu yang lain. Dia juga
mengajar ilmu hadis, ilmu al-Qur`an, ilmu tafsir, ilmu kalam, fara`idh,
dan ushul al-fiqh.143 Hanya saja dia dikenal sebagai ulama fikih Syafi i.‟

C. Syekh Burhanuddin

Syekh Burhanuddin adalah salah seorang bangsa Arab yang datang kc


Nusantara untuk menyebarkan agama Islam yang diwahyukan oleh Allah
Swt kepada Nabi Muhammad Saw untuk keselamatan manusia di dunia dan
di akhirat. Beliau lahir dikota suci Mekkah tahun 530 H ( 1111 M) dan
meninggal di Kuntu pada tahun 610 H/1191 M (Ma’ruf, 1956, h. 4) Beliau
berdomisili di daerah Kuntu Kampar selama 20 tahun yang dimulai dari tahun

vi
590 H / 1171 M hingga 610 H/1191 M guna menyebarkan agama Islam
kepada masyarakat Riau .Strategi yang digunakan Syekh Burhanuddin dalam
melaksanakan tugasnya dalam mengembangkan dakwah Islam di daerah
Kuntu dilakukan dengan pendekatan yang berbagai macam antara lain,
pendekatan kepada kepala sukudengan maksud untuk mengajak mereka
(kepala suku) memeluk agama Islam. Setelah kepala suku ini masuk Islam,
Syekh Burhanuddin berharap agar para kepala suku ini nantinya akan
menyampaikan dan mengajak anggota sukunya untuk memeluk agama Islam.
Cara seperti inilah yang dilakukan Syekh Burhanuddin ketika memasuki desa
Kuntu.

Karya Syekh Burhanuddin Dalam usaha beliau mengembangkan ajaran


agama Islam dikalangan masyarakat Kuntu, tampaknya beliau lebih banyak
menggunakan metode ceramah. Sebab sampai akhir hayatnya, beliau tidak
banyak meninggalkan tulisan yang dapat dljadikan sebagai dokumen atau
sebagai warisan peninggalan bagi masyarakat Kuntu. Hal ini mungkin
dikarenakan kondisi masyarakati yang tidak mengenal tulis baca, baik Arab
maupun Latin atau ArabMelayu. Artinya masyarakat ketika itu masihbuta
huruf dalam membacadan menulis.. Syeh Burhanuddin dalam mensyiarkan
agama Islam berlandaskan kepada Al-qur’an dan Sunnah.Berdasarkan
observasi di Kuntu, maka dijumpai sebuah teks Khutbah Jumat yang
langsung ditulis oleh beliau demikian kata sang penyimpan. Teks tersebut
disimpan oleh salah seorang dari keluarga isterinya. Selain itu juga dijumpai
sebuah kitab dalam bentuk buku yang ditulis tangan.Kitab tersebut juga
disimpan oleh keluarga Syekh Burhanuddin di Kuntu.Berdasarkan
keterangan dari yang menyimpan bahwa kitab ini ditulis oleh Syekh
Burhanuddin semasa hidupnya guna pengembangan dakwah Islam.Hasil
salinan ini masih tersimpan sampai sekarang oleh keluarganya.

D. Syaikh Abdus Shamad al-Palimbani

Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra


Selatan. Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia dikirim
ayahnya ke Timur Tengah untuk belajar. Di antara ulama sezaman yang

vii
sempat bertemu dengan beliau adalah: Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari,
Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis al- Batawi dan Daud al-Tatani.
Semasa hidup, Syekh Abdus Shomad tidak hanya aktif dalam berdakwah ke
berbagai daerah di Timur Tengah, tetapi juga menjadi seorang penulis yang
produktif. Kitabnya sampai sekarang masih dibaca dan dipelajari di
Palembang, terutama Hidayatus Salikin dan Sairus Salikin. Adapun beberapa
karangannya adalah:

 Zuhratul Murid (Mantiq, 1764)


 Tuhfat alRaghibin (1774)
 Urwat al Wusqa (Tarekat Sammaniyah)
 Ratib Abdus Somad
 Zad alMuttaqin (Tauhid)
 Siwatha al Anwar
 Fadhail alIhya li alGhazali (Tasawuf )
 Risalah Aurad wa Zikir
 Irsyadan afdhal alJihad
 Nasihat al-Muslimin wa Tazkirat al-Mukminin fi Fadhail al-Jihad
fi Sabilillah (Perang Sabil)
 Hidayat al Salikin (Tasawuf, 1778)
 Sair as Salikin (Tasawuf, 17791788)

E. Raja Ali Haji

Lahir di Selangor, 1808. Raja Ali Haji atau RAH adalah putra dari Raja
Ahmad dan Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor. RAH mendapat
pendidikan pertamanya dari lingkungan istana Kesultanan Riau-Lingga di
Pulau Penyengat. Pada 1822, saat RAH bepergian bersama dengan
rombongan ayahnya ke Betawi, ia juga mendapat pendidikan dari luar
lingkungan kesultanan. Pada 1828, RAH bersama ayahnya pergi ke Mekah
untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama Islam. Baca
juga: Perjanjian Postdam: Tokoh, Isi, dan Dampak Kiprah Raja Ali Haji
dikenal sebagai orang pertama yang mencatat dasar-dasar tata bahasa Melayu

viii
melalui buku Pedoman Bahasa. Mulai dari situ, bahasa Melayu kemudian
dijadikan sebagai bahasa nasional melalui Kongres Pemuda Indonesia pada
28 Oktober 1928. Saat berusia 20 tahun, RAH sudah dipercaya untuk
melaksanakan tugas kenegaraan penting. Sampai waktu ia menginjak usia 32
tahun, RAH bersama sepupunya, Raja Ali bin Raja Ja'far, ditunjuk untuk
memerintah di daerah Lingga. Selain aktif di dunia politik, RAH juga telah
memiliki beberapa mahakarya. Ia menciptakan sebuah buku bertajuk Kitab
Pengetahuan Bahasa. Buku tersebut adalah Kamus Loghat Melayu-Johor-
Pahang-Riau-Lingga, kamus ekabahasa Melayu pertama di Nusantara. Selain
itu, karyanya yang paling tersohor adalah Gurindam Dua Belas. Gurindam
Dua Belas ditulis oleh Raja Ali Haji pada 1874, ketika ia berusia 38 tahun di
Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Karya sastranya ini terdiri atas 12 pasal
dan termasuk dalam kategori puisi didaktik yang berisi nasihat dan petunjuk
untuk hidup mulia.

F. Syaikh Abdurrahman Siddik

Intensifikasi penyebaran Islam di Pulau Bangka terjadi pada


pertengahan abad ke 19 yang dilakukan oleh ulama Banjar yang kemudian
diperkuat oleh Muhammad Afif dan dilanjutkan oleh anaknya bernama
Syaikh Abdurrahman Siddik Adapun karya karyanya

 Fathu al'Alim fi Tartib al Ta'lim, diterbitkan di Singapura, Matba'ah


Ahmadiah, 1322 H
 Risalah 'Amal Ma'rifah, diterbitkan di Singapura: Matba'ah
Ahmadiah, 1322 H
 Majmu' al Ayah wa al Hadist fi fada-il al ilmi wa al 'ulama wa al
Muta'allimin wa al Mustami'in, Singapura: Matba'ah Ahmadiah,
1355 H
 Kitab Asrar al Salat min Uddat al Kutub al Mu'tamadah, selesai
ditulis tahun 1334 H/1915 M, diterbitkan di Singapura: Matba'ah
Ahmadiah, 1931 M

ix
 Risalah Syajaroh al Arsyadiyah" yang menyebutkan silsilah dari
Syekh M. Arsyad al Banjari', Singapura: Matba'ah Ahmadiah,
1354 H
 Tazkirah li Nafsi wa li Amtsali, Singapura: Matba'ah Ahmadiah,
1354 H
 Kitab al Fara-id, Singapura: Matba'al Ikhwan, 1338 H
 Sejarah Perkembangan Islam di Kerajaan Banjar, Singapura:
Matba'ah Ahmadiah, 1355 H
 Bay'u al Hayawan li al Kafirin, Singapura: Matba'ah Ahmadiah,
1355 H
 'Aqaid al Iman, selesai ditulis 1919 M. diterbitkan di Banjarmasin,
1984 M
 Syair Ibarat Khabar Kiamat, Pertama kali dicetak di Singapura oleh
Matba'ah Ahmadiah, tahun 1344. Sebelumnya pada tanggal 1 Juli
1915 M/1344 H.

G. Ahmad hanafiah

Ulama sekaligus pejuang kemerdekaan dari Sukadana, Lampung Timur.


Tidak banyak orang yang tahu siapa dan bagaimana pemikiran dan
perjuangan Ahmad Hanafiah. Bahkan sebelumnya, namanya seperti lenyap di
telan waktu. Namun, setelah proses panjang, akhirnya Ahmad Hanafiah
ditetapkan menjadi pahlawan daerah Lampung yang dikuatkan SK Gubernur
Lampung Lampung Nomor: G/520/III.04/HK/2015, tanggal 2 November
2015. Sedikit sulit menguak sosok Ahmad Hanafiah jika dikaitkan dengan
dokumentasi sepak terjangnya. Sebab, ulama yang tulus ini sengaja
melenyapkan semua berkas tentang dirinya sebelum berangkat jihad
fisabilillah, perang melawan penjajah Belanda, berjuang mempertahankan
kemerdekaan Indonesia pada Agresi Militer Belanda I tahun 1947 di wilayah
Sumatera Selatan. Beruntung masih banyak saksi hidup yang mengetahui
sepak terjang ulama kharismatik ini.

Ahmad Hanafiah lahir pada 1905 di Kecamatan Sukadana, Kabupaten


Lampung Tengah (sekarang Kabupaten Lampung Timur). Dia adalah putra

x
sulung KH Muhamad Nur, pimpinan Pondok Pesantren Istishodiyah di
Sukadana yang termasuk menjadi pondok pesantren pertama di Provinsi
Lampung Konsep Syarikat Dagang Islam diterapkannya bersama umat Islam
di Sukadana dengan mengelola usaha-usaha berbasis akar rumput. Usaha
mebel, home industry sabun, bahkan rokok keretek pun digalakkanya. Selain
itu, Ahmad Hanfiah pun menggerakkan lembaga pendidikan.

Dia seorang ulama yang bukan hanya sibuk dengan keilmuan,


melainkan diterapkan dalam praktik dengan mendampingi masyarakat sekitar
menumbuhkan ekonomi. Berbagai upaya membuat teknologi pertanian pun
dilakukan, bahkan Ahmad Hanafiah telah mempunyai laboratorium kimia
yang digunakannya di sela-sela kesibukan. Dia adalah ulama multitalen.

H. Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi

Lahir di Koto Tuo - Balai Gurah, IV Angkek, Agam, Sumatra Barat,


pada hari Senin 6 Dzulhijjah 1276 H (1860 Masehi) dan wafat di Mekkah
hari Senin 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M). Awal berada di Mekkah, ia
berguru dengan beberapa ulama terkemuka di sana seperti Sayyid Bakri
Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syekh Muhammad bin
Sulaiman Hasbullah al-Makkiy. Usai melaksanakan haji, ia menimba ilmu di
maktab milik Syekh Abdul Hadi, seorang syekh asal Inggris. Adapun karya
aryanya dalam bahasa arab; dalam bahasab ’Arab:

 Hasyiyah An Nafahat ‘ala Syarhil Waraqat lil Mahalli


 Al Jawahirun Naqiyyah fil A’malil Jaibiyyah
 Ad Da’il Masmu’ ‘ala Man Yuwarritsul Ikhwah wa Auladil
Akhwan Ma’a Wujudil Ushul wal Furu’
 Raudhatul Hussab
 Mu’inul Jaiz fi Tahqiq Ma’nal Jaiz
 As Suyuf wal Khanajir ‘ala Riqab Man Yad’u lil Kafir
 Al Qaulul Mufid ‘ala Mathla’is Sa’id
 An Natijah Al Mardhiyyah fi Tahqiqis Sanah Asy Syamsiyyah wal
Qamariyyah

xi
 Ad Durratul Bahiyyah fi Kaifiyah Zakati Azd Dzurratil
Habasyiyyah
 Fathul Khabir fi Basmalatit Tafsir
 Al ‘Umad fi Man’il Qashr fi Masafah Jiddah
 Kasyfur Ran fi Hukmi Wadh’il Yad Ma’a Tathawuliz Zaman
 Hallul ‘Uqdah fi Tashhihil ‘Umdah
 Izhhar Zaghalil Kadzibin fi Tasyabbuhihim bish Shadiqin
 Kasyful ‘Ain fi Istiqlal Kulli Man Qawal Jabhah wal ‘Ain
 As Saifu Al Battar fi Mahq Kalimati Ba’dhil Aghrar
 Al Mawa’izh Al Hasanah Liman Yarghab minal ‘Amal Ahsanah
 Raf’ul Ilbas ‘an Hukmil Anwat Al Muta’amil Biha Bainan Nas
 Iqna’un Nufus bi Ilhaqil Anwat bi ‘Amalatil Fulus
 Tanbihul Ghafil bi Suluk Thariqatil Awail fima Yata’allaq bi
Thariqah An Naqsyabandiyyah
 Al Qaulul Mushaddaq bi Ilhaqil Walad bil Muthlaq
 Tanbihul Anam fir Radd ‘ala Risalah Kaffil ‘Awwam, sebuah kitab
bantahan untuk risalah Kafful ‘Awwam fi Khaudh fi Syirkatil
Islam karya Ustadz Muhammad Hasyim bin Asy’ari yang
melarang kaum muslimin untuk bergabung di Sarekat Islam (SI)
 Hasyiyah Fathul Jawwad dalam 5 jilid
 Fatawa Al Khathib ‘ala Ma Warada ‘Alaih minal Asilah
 Al Qaulul Hashif fi Tarjamah Ahmad Khathib bin ‘Abdil Lathif

I. Tuan Guru Syeikh Abdul Wahab Besilam

Lahir 10 Rabiul Akhir 1242 H atau 1817, di Kampung Runda, Rantau


Benuang Sakti. Merupakan salah satu tokoh dari berbagai tokoh
Islam yang menjadi pembuka sebuah wilayah untuk kemudian
menciptakan sebuah masyarakat Islam dengan peraturan dan
perundang-undangan Islam. Nama kota madani tersebut adalah
Babussalam yang dikenal dengan Besilam di Kesultanan Langkat.
Kesultanan Langkat merupakan Kesultanan Islam, yang penduduknya

xii
kebanyakan Muslim Karo dan tunduk kepada kedaulatan Kesultanan Aceh
sebelum akhirnya dijajah Belanda. Kesultanan tersebut sejak dulu
merupakan pusat pengembangan Islam.

Beberapa peninggalan arsitektur Islam di daerah ini masih


tersisa sampai sekarang.Tuan Guru, dari Besilam, menjadi pusat
organisasi tarekat Naqsabandiyah yang meliputi Asia Tenggara. Beberpa
buku dan ajarannya menjadi acuan jutaan ummat manusia yang menjadi
pengikutnya. Tuan Guru menjadi sebuah 'Imam' bagi ajaran tarekat ini

J. Syekh Burhanudin Imam Senggolo

Sebagai tokoh agama yang berikutnya mempertahankan dan


melanjutkan tradisi Tabut di Bengkulu, hingga masa sekarang perayaan
tradisi Tabut tetap berlangsung dan terus dilestarikan kepada para keturunan,
anak cucu beliau. Dimakamkan di Karbela Kota Bengkulu.

Karya karya salah satunya adalah tabut Tabut di Bengkulu dibawa oleh
orang Benggali India pada tahun 1714 dikepalai oleh Syekh Burhanudin,
bergelar imam Senggolo. Di Bengkulu Syekh Burhanudin mempersunting
dua orang dara yang masing-masing berasal dari dusun Cinggri (pen.
Cenggri) dan Sungai Leman (pen. Sungai Lemau) (Pondok Kelapa sekarang)
menetap disebuah perkampungan yang terletak dipesisir bantai Berkas
dengan anak dan cucunya . Masuknya budaya Tabut ke Bengkulu pada masa
penjajahan Inggris abad XVII yang dibawa oleh orang-orang Islam berasal
dari India yang berasal dari suku Sipai dan Benggali. Selain bukti sejarah
berupa kebudayaan, tulisan, dan lain sebagainya, bukti lain yang
mengindikasikan masuknya dakwah Islam ke suatu daerah antara lain adalah
adanya makam orang Islam atau makam yang bercorak Islam. Seperti
ditemukannya batu nisan yang bertuliskan dan atau berarsitektur Timur
Tengah.

xiii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ulama merupakan figur yang memiliki peranan khusus dalam


kehidupan masyarakat. Sejak masa lalu ulama selalu terlibat dalam berbagai
kegiatan baik yang berkaitan dengan peribadatan yang mahdhah1 maupun
dalam upacara yang berkaitan dengan siklus hidup, seperti, kelahiran,
perkawinan, dan kematian. Ulama mempunyai posisi tersendiri dalam
masyarakat Islam, meskipun telah terjadi beberapa perubahan dalam bidang
penekanan dan bidang garapannya, mereka tetap memiliki posisi penting
sampai sekarang2. Hal ini dikarenakan pengetahuan agamanya yang
benar-benar paham dan menguasai, ini juga didukung oleh beberapa
ayat Alqur’an dan hadits Nabi yang menunjukkan posisi penting seorang
ulama. Ulama dalam ajaran Islam berkedudukan sebagai waratsah al-
anbiya’(pewaris para Nabi) yang secara historis sosiologis memiliki
otoritas dalam keagamaan karena itu ulama sangat dihormati dan disegani
baik gagasan maupun pemikirannya. Dalam berbagai dimensi gagasan
dan pemikirannya tersebut dipandang sebagai kebenaran, dipegang
dan diakui secara ketat dan mengikat, dengan kata lain ulama
merupakan kelompok elit keagamaan yang sangat penting.

xiv
B. Saran

Penulis sadar akan kekurangan dan ketidak sempurnaan makalah ini,


maka dengan penuh hormat penulis meminta kritik dan sarannya, agar
menjadi bahan evaluasi penulis agar menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Badrul Munir Hamidy, Makalah; Masuk dan Berkembangnya Islam di Daerah


Bengkulu, Panitia Penyelenggara STQ Nasional, 2004.Dudung

Dahlan, Dadang A. 2007. Cahaya dan Perajut Persatuan Waliullah Ahmad Khatib
Al Minangkabawy. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Rizem Aizid, Biografi Ulama’ Nusantara, Yogyakarta : DIVA Press, 2016

Solihin, Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia, Bandung : Pustaka Setia,


2001.

xv

Anda mungkin juga menyukai