Anda di halaman 1dari 14

HUDAN AL-MUSTAFID

Buku Panduan Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Disusun Oleh:
Tim Perumus HMJ IQTAF
Editor :
Muhammad Reynaldi
Penyunting :
Muhammad Wildan Najwanuddin

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas buku
panduan ini. Shalawat serta salam juga senantiasa kita panjatkan kepada junjungan kita
Baginda Nabi Muhammad saw. beserta Keluarga, Sahabat, dan kita yang semoga diaku
sebagai umatnya.
Buku panduan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan buku panduan ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki buku panduan ini. Akhir kata kami berharap buku panduan ini semoga
bermanfaat untuk seluruh mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dan dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Penyusun

Tim Perumus HMJ IQTAF

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................4
BAB II..............................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................5
A. SEJARAH PENAFSIRAN AL-QUR’AN DI INDONESIA............5
B. SEJARAH JURUSAN TAFSIR DI PERGURUAN TINGGI
INDONESIA....................................................................................................8
C. JURUSAN ILMU AL – QUR’AN DAN TAFSIR DI IAIN
SYEKH NURJATI CIREBON......................................................................9
BAB III............................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................13
KESIMPULAN...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur’an adalah kitab suci bagi semua umat manusia di dunia ini yang
diturunkan Allah SWT dengan jalan mutawattir kepada Nabi Muhammad saw. sebagai
mukjizat kerasulannya, yang berisi wahyu Allah Swt. untuk memberi petunjuk kepada
manusia ke arah yang benar dan jalan yang lurus.

Dalam ruang lingkup sejarah, Al-Qur’an terus mengalami penafsiran yang


berkembang di tiap-tiap masa. Dalam hal penafsiran Al-Qur’an, seperangkat keilmuan
harus senantiasa digunakan agar tujuan Al-Qur’an sebagai petunjuk, bisa terus bersinar
hingga hari nanti.

Semangat untuk menjadikan Al-Qur’an bahan kajian keilmuan terus digaungkan


oleh ulama-ulama penafsir dari masa ke masa, hingga keilmuan tersebut melahirkan
produk baku berupa jurusan tafsir yang didirikan setelahnya. Hingga sampailah keilmuan
Al-Qur’an ke Indonesia yang diwadahi oleh Perguruan Tinggi Keagamaan, baik yang
negeri maupun swasta.

Melalui buku panduan ini, diharapkan mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan
Tafsir akan mendapatkan pemahaman yang singkat namun kokoh tentang sejarah Al-
Qur'an, khususnya dalam konteks Indonesia, dan sejarah jurusan Ilmu Al-Qur’an Tafsir,
baik ruang lingkup nasional maupun ruang lingkup kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon,
serta informasi yang diperlukan untuk menjalani perjalanan studi mereka di jurusan ini.
Buku ini juga akan menjadi panduan yang berharga bagi mahasiswa, membantu
mengenal lebih dekat jurusan ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, HMJ IQTAF, dan kesempatan
belajar di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PENAFSIRAN AL QUR’AN DI INDONESIA

Penafisran Al-Qur'an telah dimulai sejak Al-Qur'an itu disampaikan oleh Nabi
Muhammad saw. kepada umatnya. Pada saat itu, media yang digunakan untuk menulis
mushaf Al-Qur'an tergolong masih sangat sederhana, yakni menggunakan kulit hewan,
tulang hewan, batu, dan lain-lain. Pada era ini, sekretaris utama yang ditugaskan untuk
menulis Al-Qur'an adalah Sahabat Zaid bin Tsabit.

Setelah masa Rasulullah saw., perkembangan akan pembukuan Al-Qur'an di era


Sayyidina Abu Bakar mulai terjadi. Hal ini pada awalnya di gagas oleh Sayyidina Umar
bin Khattab, dan pengumpulan dan pembukuan Al-Qur'an kembali dilakukan oleh
Sahabat Zaid bin Tsabit. Al-Qur'an yang disusun pada era ini menggunakan tartib nuzuli,
dimana urutan-urutan surat menggunakan urutan sesuai penurun Wahyu kepada
Rasulullah saw.

Kodifikasi tahap kedua dilanjutkan di era kepemimpinan Sayyidina Utsman bin


Affan. Hal ini terjadi karena pada saat itu Islam telah menyebar begitu luas, namun
eksemplar mushaf pada saat itu hanya ada satu eksemplar. walaupun sahabat nabi
mengandalkan hafalan sebagai pedoman utamanya, namun yang akhirnya terjadi pada
saat itu ialah daerah yang terletak jauh dari pemerintahan Sayyidina Utsman mengalami
pembacaan yang berbeda-beda ketika melafalkan ulang lafadz Al-Qur'an. Sehingga
Sayyidina Utsman bin Affan segera membentuk panitia sembilan yang dipimpin oleh
Sahabat Zaid bin Tsabit untuk kembali melakukan kodifikasi ulang mushaf dengan satu
pola standar (Rasm), yakni Rasm Utsmani, dan melahirkan satu mushaf utama yakni
mushaf utsmani.

Di masa setelah kodifikasi, Al-Qur'an mengalami banyak sekali perkembangan


dari masa ke masa, dimulai dari penambahan i'rab, tanda baca, harokat, sampai
melahirkan keilmuan untuk membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar, yakni ilmu
Tajwid.

5
Adapun perkembangan penafsiran Al-Qur'an di Indonesia jelas berbeda dengan
yang terjadi di dunia Arab (Timur Tengah), tempat turunnya Al-Qur’an sekaligus tempat
kelahiran tafsir Al-Qur'an. Perbedaan tersebut terutama di sebabkan berbedanya latar
belakang budaya dan bahasa.

Berdasarkan kondisi yang demikian, tafsir Al-Qur'an di Indonesia dapat di bagi


menjadi beberapa periode, yaitu pertama periode klasik, kedua periode pertengahan,
ketiga periode pra-modern, dan keempat periode modern hingga sekarang. Penetapan
keempat periode perkembagan tafsir Al-Qur'an itu didasarkan pada ciri-ciri tafsir yang
terdapat di Indonesia. Oleh karena itu, periode-periode tersebut berbeda mencolok dari
periode perkembangan tafsir yang terjadi di Timur Tengah pada umumnya.

Pada periode klasik, penyebaran dan perkembangan Al-Qur'an dilakukan sejak


permulaan Islam sampai ke Indonesia, sekitar abad ke-1 H, dan ke-2 H, dan berlangsung
sampai abad ke-10 H (VII-XV M). Penafsiran yang terjadi selama kurun waktu kurang
lebih sembilan abad itu disebut periode klasik, karena merupakan cikal bakal bagi
perkembangan tafsir pada masa-masa sesudahnya. Penafsiran pada periode ini boleh
dikatakan belum menampakkan bentuk tertentu yang mengacu pada pengelompokkan
tafsir bil matsur (Tafsir dengan dominan sumber riwayat) maupun tafsir bir ra'yi (tafsir
dengan dominan sumber penggunaan akal dan ijtihad). Oleh karena itu, jika di amati
secara seksama bentuk tafsir Al-Qur'an pada masa itu lebih tepat disebut sebagai
“Embrio” tafsir Al-Qur'an, artinya yang merupakan bibit tafsir yang akan tumbuh dan
berkembang kemudian. Diantara tokoh Mufassir pada era ini adalah para dewan
Walisongo periode awal, seperti Syekh Ri'ashiddin An-Naysaburi, Syekh As-
Shamarqand, dll.

Pada periode pertengahan ( Abad XVI- XVII M ) Tafsir Al-Qur'an pada masa ini
lebih berkembang dan lebih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena tidak
didasarkan pada kekuatan ingatan semata sebagaimana periode klasik, dan sudah
mempunyai buku pegangan standar dari ahli tafsir yang kompeten dan profesional.
Berpijak pada kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tafsir Al-Qur'an di Indonesia
baru dimulai secara ilmiah pada periode tengah ini. Diantara upaya penafsiran yang

6
dilakukan ulama pada periode ini ialah membaca dan memahami tafsir tertulis yang
datang dari Timur Tengah, seperti kitab tafsir Al Jalalain yang dibacakan kepada murid-
murid lalu diterjemahkan kedalam bahasa murid (Melayu, Jawa, Sunda, dan sebagainya).
Diantara tokoh Mufassir Nusantara pada periode ini ialah: para dewan Walisongo periode
pertengahan sampai akhir. Seperti, Kanjeng Sunan Gunung Jati, Kanjeng Sunan Kalijaga,
dll.

Pada periode pra-modern (Abad XIX M) beberapa ulama-ulama yang menulis


dalam berbagai disiplin ilmu termasuk tafsir meskipun yang paling menonjol adalah
karya yang terkait ilmu tasawuf. Diantara ulama tersebut adalah Syekh Abdus Shomad
al-Falimbani, Syekh Muhammad Arsyad al- Banjari, Syekh Abdu Wahhab Bugis, Syekh
Abdurrahman al-Batawi dan Syekh Daud al-Fatani yang bergabung dalam komunitas
Jawa.

Pada periode Modern (Abad XX M) dan sejak akhir tahun 1920-an dan
seterusnya, sejumlah terjemahan Al-Qur’an dalam bentuk perjuz, bahkan seluruh isi Al-
Qur‟an mulai bermunculan. Kondisi penerjemahan Al-Qur’an semakin kondisif setelah
terjadinya sumpah pemuda pada tahun 1928 yang menyatakan bahwa bahasa persatuan
adalah bahasa Indonesia. Tafsir al-Furqon misalnya adalah tafsir pertama yang di
terbitkan pada tahun 1928. Selanjutnya atas bantuan pengusaha yaitu Saad Nabhan, pada
tahun 1953 barulah proses penulisannya di lanjutkan kembali hingga akhirnya tulisan
Tafsir al-Furqon secara keseluruhan 30 juz dapat di terbitkan pada tahun 1956.
Disamping tafsir Al-Qur’an, muncul juga berbagai ilmu yang terkait dengan Al-Qur'an,
baik itu sejarah Al-Qur'an/tafsir, ulum Al-Qur'an maupun ilmu yang secara tidak angsung
terkait dengan Al-Qur'an dan tafsirnya. Seperti karya Munawar Khalil dengan judul Al-
Qur’an Dari Masa ke Masa yang ditulis pada tahun 1952, dan Hasbi ash-Shiddiqy
dengan bukunya Sejarah dan Pengantar Al-Qur’an pada tahun 1954.

7
B. SEJARAH JURUSAN TAFSIR DI PERGURUAN TINGGI INDONESIA

Pada awalnya, kajian Al-Qur'an dan tafsir dilakukan dalam konteks pendidikan
agama Islam di pesantren dan madrasah tradisional. Namun, dengan berkembangnya
sistem pendidikan modern di Indonesia, perguruan tinggi mulai memperhatikan
pengembangan studi Al-Qur'an dan Tafsir.

Pada era 1950-an, beberapa perguruan tinggi Islam di Indonesia mulai


menawarkan mata kuliah yang berkaitan dengan Al-Qur'an dan tafsir. Salah satu
perguruan tinggi yang termasuk dalam upaya tersebut adalah Universitas Islam Negeri
(UIN) Syekh Syarif Hidayatullah di Jakarta, yang pada saat itu masih bernama Akademi
Dinas Ilmu Agama (ADIA) yang pada tahun 1957 mendirikan Jurusan Dakwah. Jurusan
ini memiliki salah satu mata kuliah yakni Ilmu Tafsir.

Pada era 1960-an, perkembangan Ilmu Tafsir semakin pesat di perguruan tinggi.
Beberapa perguruan tinggi Islam di Indonesia, seperti Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Gunung Djati Bandung dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mulai membuka
mata kuliah khusus dalam bidang Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.

Setelah mata kuliah Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir berkembang pesat di perguruan
tinggi di Indonesia. Maka, setelah itu akhirnya secara resmi pada tahun 1989 UIN Syekh
Syarif Hidayatullah (pada saat itu masih menjadi IAIN) meresmikan Jurusan Tafsir Hadis
sebagai jurusan tersendiri yang pada saat itu masih terjadi penggabungan antara jurusan
Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadis. Hingga pada tahun 2015 sesuai Permohonan Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor:
Un.01/R/OT.00.1/580/2015 tanggal 16 Maret 2015 tentang Penyesuaian Nomenklatur
Program Studi Tafsir Hadis menjadi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) dan Ilmu Hadis
(IH) yang secara resmi dipisah.

Sejak itu dan seterusnya, jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir terus berkembang di
perguruan tinggi di Indonesia. Program studi ini menawarkan mata kuliah yang meliputi
pemahaman Al-Qur'an, tafsir, Ilmu Al-Qur'an, dan penerapannya dalam kehidupan
muslim. Para lulusan dari jurusan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

8
bidang pengajaran, penelitian, penerbitan, dan penerjemahan Al-Qur'an serta literatur ke-
Islaman lainnya.

C. JURUSAN ILMU AL – QURAN DAN TAFSIR DI IAIN SYEKH NURJATI


CIREBON
Sejarah Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir tidak bisa terlepas dari sejarah IAIN
Syekh Nurjati Cirebon tersendiri. Pasalnya, dua hal tersebut juga tidak dapat dipisahkan
dari sejarah perjuangan umat Islam Indonesia khususnya mereka yang ada di Cirebon.
Situasi sosial politik Bangsa Indonesia pada awal tahun 1960-an yang diwarnai oleh
berkembangnya faham komunis (PKI), telah mendorong Umat Islam untuk menjadikan
lembaga pendidikan sebagai salah satu medan perjuangan mereka.
Dalam kaitannya itu, kehadiran Perguruan Tinggi Islam menjadi tuntutan objektif
karena banyaknya lulusan sekolah-sekolah Islam, seperti Madrasah dan Pesantren
setingkat sekolah lanjutan atas yang ingin melanjutkan studi dan adanya dorongan untuk
mempersiapkan tenaga birokrasi yang selama itu banyak diisi oleh hasil didikan kolonial
yang tidak mungkin mengemban aspirasi umat Islam.
Dilandasi semangat untuk mencetak sarjana Muslim Pejuang, maka pada awal
tahun 1960-an para aktivis Muslim yang tergabung dalam Forum Islamic Study Club
(ISC) Cirebon mendirikan Lembaga Pendidikan Islam Tingkat Tinggi yang kemudian
diberi nama Universitas Islam Syarif Hidayatullah (UNISHA) di bawah binaan Yayasan
Pendidikan Tinggi Islam Syarif Hidayatullah.
Pada tanggal 12 Agustus 1965, salah satu dari tiga Fakultas di lingkungan
UNISHA, yaitu fakultas Agama, dinegerikan dan diresmikan menjadi Fakultas Tarbiyah
IAIN “Al-Jami’ah” Syarif Hidayatullah Jakarta Cabang Cirebon. Sedangkan dua fakultas
lainnya yakni Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi menjadi cabang dari Universitas
Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Atas dasar itulah maka tanggal 12 Agustus 1965
dijadikan sebagai hari jadi IAIN Cirebon.
Dalam perkembangan berikutnya, IAIN Cirebon sempat membuka Fakultas
Ushuluddin yang diresmikan pada tahun 1967. Namun, karena kebijakan pemerintah
menghendaki adanya rasionalisasi, maka pada tahun 1974 fakultas tersebut ditutup
kembali. Kemudian sejalan dengan kebijakan itu pula, pada tanggal 15 Maret 1976
9
Fakultas Tarbiyah IAIN Cirebon dialihkan pembinaannya ke IAIN Sunan Gunung Djati
Bandung, sampai akhirnya beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Cirebon pada tahun 1997, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor: 11/1997
tanggal 21 Maret 1997. Pada tahun 2009 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 48 Tahun 2009 tanggal 10 November 2009 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Cirebon berubah status menjadi IAIN Syekh Nurjati Cirebon sampai dengan
sekarang.
Meskipun IAIN Syekh Nurjati Cirebon diubah statusnya pada 10 November 2009,
hari kelahiran IAIN Syekh Nurjati Cirebon ditetapkan pada tanggal 12 Agustus 1965,
yaitu tanggal diresmikannya Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cabang
Cirebon.
Sebelumnya, IAIN Syekh Nurjati Cirebon baru memiliki 3 fakultas, yaitu
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah
(FUAD), serta Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI). Pada tahun 2022 kemarin
menjadi lima fakultas dengan rincian, FUAD dan FSEI masing-masih dipecah menjadi
dua. FUAD dipecah menjadi Fakultas Ushuludin dan Adab (FUA) serta Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Islam (FDKI). Sedangkan FSEI menjadi Fakultas Syariah (FASYA)
serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. (FEBI). Hal ini tejadi karena IAIN berupaya
menjadi kampus berbasis siber bernama Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia
(UISSI) untuk pembelajaran jarak jauh.
Adapun tokoh-tokoh yang pernah memimpin lembaga Pendidikan Tinggi ini
sepanjang sejarahnya adalah:
1. Prof. Abdul Kahar Mudzakir : Rektor UNISHA (1962-1963);
2. Brigjen Sudirman : Rektor UNISHA (1964);
3. Prof. M.T.T Abdul Muin : Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN (1965-1972);
4. Prof. H Zaini Dahlan, MA : Dekan Fakultas Ushuluddin (1967-1974);
5. Drs. H.O. Djauharuddin AR : Dekan Fakultas Tarbiyah (1972-1975);
6. Drs. Salim Umar, MA : Dekan Fakultas Tarbiyah (1975-1977);
7. Drs. Marzuki Dimyati : Dekan Fakultas Tarbiyah (1977-1980 dan 1990-
1994);
8. DR. H. Muhaimin, MA : Dekan Fakultas Tarbiyah (1980-1987);

10
9. Drs. H. Syafiyuddin : Dekan Fakultas Tarbiyah (1987-1990);
10. Drs. H. Tauhid : Dekan/Pjs. Ketua STAIN Cirebon (1994-1998);
11. Drs.H. Djono : Ketua STAIN Cirebon (1998-2002);
12. Prof. DR. H. Imron Abdullah, M.Ag : Ketua STAIN Cirebon (2002-
2006);
13. Prof. DR. H. Imron Abdullah, M.Ag : Ketua STAIN Cirebon (2006-
2010);
14. Prof. DR. H. Mastna, M.A : Pjs. Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon
(2010-2011);
15. Prof. DR. Maksum M, M.A : Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon (2011-
2014);
16. Dr. H. Sumanta, M.Ag – Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon (2015-
2023).
17. Prof. Dr. Aan Jaelani, M.Ag – Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon (2023-
2027).

Setelah melihat profil IAIN Syekh Nurjati Cirebon, sekarang beralih pada Jurusan
Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir yang merupakan salah satu jurusan yang berada di Fakultas
Ushuluddin dan Adab (FUA) Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon.

Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir berdiri pada tahun 2008 dengan nama Program Studi
Tafsir Hadis Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor:
Dj. I/306/2008 tentang daftar nama Perguruan Tinggi Agama Islam yang diberikan izin
penyelenggaraan Program Studi Tafsir Hadis.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal


Pendidikan Islam Nomor: 2886 Tahun 2015 Tentang Nomenklatur Program Studi pada
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon. Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir menjadi
program studi baru dan berpisah dengan Ilmu Hadis dan saat ini Program Studi Ilmu Al-
Qur'an dan Tafsir diampu oleh dosen-dosen yang berkompeten dibidangnya. Berikut akan
ditampilkan Visi dan Misi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

11
Visi Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Menjadi pusat kajian Al-Qur'an dan Tafsir yang unggul dan terkemuka dengan
paradigma integratif, aktif, transformatif sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi di tingkat nasional tahun 2025.

Misi Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

1. Menyelenggarakan pendidikan dengan memahami dan menerapkan kajian Ilmu


Al-Qur'an dan Tafsir;
2. Mentradisikan riset dan studi kritis metodologis dalam kajian Al-Qur'an dan
Tafsir;
3. Berperan aktif dalam melakukan pengabdian dan pendampingan kepada
masyarakat berdasarkan nilai-nilai qurani secara integratif transformatif;
4. Membangun jaringan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga riset, pendidikan
formal dan non-formal, pengabdian dan pendalaman kepada masyarakat dalam
taraf lokal, nasional, dan internasional.
Adapun lulusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir dapat berkiprah menjadi :
1. Mufassir Pemula
2. Tenaga Pendidik atau Guru
3. Asisten Peneliti
4. Perancang aplikasi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.

Pada saat ini, Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir adalah Bpk. H. Muhammad
Maimun, M.A, M.Si. dan Sekretaris Jurusan Ibu Hj. Nurkholidah, M.Ag. serta saat ini
Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir memilki jurnal publikasi ilmiah yakni Diya al Afkar
yang bekerjasama dengan Jurusan Ilmu Hadis.

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Perkembangan studi Al-Qur'an dan Tafsir di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia


pertama kali muncul sekitar tahun 1950-an dimana salah satunya yaitu di Akademi Dinas
Ilmu Agama (ADIA) yang saat ini sudah berganti nama menjadi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dimana pada tahun 1957 menambah Jurusan Dakwah
yang mana salah satu mata kuliahnya yaitu Ilmu Tafsir. Kemudian pada 1989 di UIN
Syekh Syarif Hidayatullah Jakarta yang pada saat itu masih menjadi IAIN, Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir resmi menjadi jurusan baru dengan pembahasaanya masih menyatu
antara kajian mengenai Ilmu Tafsir dan Ilmu Hadis. Baru pada tahun 2015 melalui
Permohonan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor:
Un.01/R/OT.00.1/580/2015 tanggal 16 Maret 2015 tentang Penyesuaian Nomenklatur
Program Studi Tafsir Hadis menjadi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) dan Ilmu Hadis
(IH) yang secara resmi dipisah.

Kemudian, Perkembangan Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di IAIN Syekh


Nurjati Cirebon berdiri pada tahun 2008 dengan nama Program Studi Tafsir Hadis
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj. I/306/2008
tentang daftar nama Perguruan Tinggi Agama Islam yang diberikan izin penyelenggaraan
Program Studi Tafsir Hadis.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal


Pendidikan Islam Nomor: 2886 Tahun 2015 Tentang Nomenklatur Program Studi pada
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon. Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir menjadi
program studi baru dan berpisah dengan Ilmu Hadis.

DAFTAR PUSTAKA

13
Aqsho, Muhammad. “Kaidah-kaidah Tentang Penafsiran.” Jurnal Warta Edisi:49, juli
2016.

As-Suyuthy Jalaluddin, Abdurrahman. Al-Itqan fii Ulumil Qur'an. kairo: Maktabah


Darruturats, 2009.

Basir, Abdul. “Kaidah Tafsir dalam Ulumul Qur'an.” Jurnal Ilmiah Keagamaan,
pendidikan dan dakwah (Jurnal Al jami) 15 (2019).

Nikmah, Fuad. Mulakhas Qawaidul al Arabiyyah. Beurit: Daar As-Tsaqofa Al-


Islamiyyah, tt, t.thn.

https://www.referensimakalah.com/2012/08/kaidah-dhamir-dalam-al-qur’an.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai