Anda di halaman 1dari 12

Makalah Studi Al-Qur’an

Sejarah Kodifikasi dan Penulisan Al – Qur’an

Dosen Pengampu : Anggi Dharma,M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Olivia Zein

NIM : 12140322358

Kelas : 1/ E ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH & KOMUNKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM


PEANBARU RIAU

1443 H / 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
dan terus dapat menimba ilmu di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Studi
Aqur’an yaitu Pak Anggi Dharma,M.Pd. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang
dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa
dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini saya menyadari masih banyak terdapat


kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini saya sangat berharap
perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
saya sendiri selaku penyusun makalah ini.

Terima kasih, Wassalamu’ alaikum Wr.Wb.

Pekanbaru, 3 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

C. Tujuan........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Sejarah Penulisan Al – Qur’an Pada Masa Nabi SAW ............................. 2

B. Sejarah Penulisan Al – Qur’an Pada Masa Sahabat .................................. 5

BAB III PENUTUPAN ....................................................................................... 8

A. Kesimpulan ............................................................................................... 8

B. Saran .......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9

ii
BAB I

A. LATAR BELAKANG

Nabi Muhammad tidak kembali ke Rahmatullah melainkan Al - Qur’an


seluruhnya telah ditulis, hanya saja belum terkumpul dalam satu mushaf dan tidak
pada satu tempat (penulisan). Al - Qur’an pada waktu itu masih di tangan para
sahabat dan mereka membacakan nya di hadapan Rasulullah tulisan ayat-ayat
yang mereka miliki dimasa Rasulullah masih hidup.

Sejarah telah mencatat, bahwa sarana yang di gunakan oleh para sahabat
untuk menulis ayat-ayat Al - Qur’an itu dengan menggunakan sarana: ujung
pelepah kurma (al-usb), batu-batu tipis (al-lakhaf), kulit binatang atau pohon (ar-
riqa’), pangkal pelepah kurma yang tebal (alkaranif), tulang belikat yang telah
kering (al-akhtaf), kayu tempat duduk pada unta (al-akhtab), tulang rusuk
binatang (al-adhla’). Beberapa bagian Al - Qur’an telah dikodifikasikan pada
benda yang bermacam-macam yang mudah didapat di pada waktu itu.1

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Sejarah Penulisan Al – Qur’an Pada Masa Nabi SAW?


2. Bagaimana Sejarah Penulisan Al – Qur’an Pada Masa Sahabat?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa mengetahui Sejarah Penulisan Al – Qur’an Pada Masa


Nabi SAW.
2. Mahasiswa mengetahui Sejarah Penulisan Al – Qur’an Pada Masa
Sahabat.

1 Al-Athar Dawud, Ilmu Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994) hal.154

1
BAB II

A. SEJARAH PENULISAN AL – QUR’AN PADA MASA NABI SAW


Pada masa Nabi Muhammad SAW penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an
melalui dua cara yakni hafalan dan penulisan dalam lembaran (shuhuf).
Rasulullah SAW juga menghafal Al-Qur’an dan dipandu langsung oleh malaikat
Jibril dalam sekali setahun. Disaat Rasulullah telah faham dan hafal, kemudian
beliau memberikan dan membacakannya kepada sahabat untuk menghafalkan dan
mengingat juga ayat demi ayat Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW juga sering
memberikan ulangan kepada para sahabat dan menyuruh untuk membacakan Al-
Qur’an dihadapan beliau dengan tujuan membetulkannya jika terjadi kesalahan.
Begitu kuatnya Nabi SAW untuk mengingat dan menghafal setiap wahyu yang
telah diterimanya, sehingga sahabat Nabi menghafalkannya dan berlangsung
sampai penghabisan turunya wahyu.
Nabi Muhammad SAW merupakan “Sayyid Al-Huffazd” atau penghulu dari
penghafal Al-Qur’an. Beliau juga menjadi tempat bertanya bagi kaum muslim
yang kesulitan tentang Al-Qur,an. Para sahabat pun berlomba-lomba dalam
menghafal Al-Qur’an sehingga semakin banyak yang menghafal Al-Qur’an
sebagian bahkan seluruhnya.

Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi didorong dengan dua faktor :

1. Memback-up hafalan yang telah dilakukan Nabi dan para sahabatnya.

2. Mempresentasikan wahyu dengan cara sempurna.

Pada umumnya masyarakat muslim pada masa Nabi belum ada yang bisa menulis
dan membaca. Tapi, tidak menutup kemungkinan tidak adanya yang bisa
membaca serta menulis diantara mereka. Ada beberapa diantara mereka yang
sudah bisa membaca dan menulis terutama suku Quraisy sebelum Nabi diutus
menjadi Rasul, seperti Zaid bin Tsabit dari orang-orang yang berada di Madinah.
Setelah datangnya Islam, orang-orang yang mampu baca tulis memperoleh
perhatian khusus dari Nabi SAW. Ini dari pemanfaatan tawanan perang yang

2
diharuskan oleh Nabi memberikan pengajaran menulis kepada para sahabat.
Kemudian ketika sudah banyak sahabat yang bisa membaca dan menulis. Nabi
Muhammad SAW merasa Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan dihafal melainkan
juga harus ditulis. Dengan demikian akan lebih terjaga karena ada dua cara dalam
memelihara serta menjaga keutuhan Al-Qur’an yaini dalam dada (Hafalan) dan
tulisan. Sejak saat itu sahabat beramai-ramai menulis Al-Qur’an dengan
disaksikan Rasulullah sendiri.

Tentang penulisan wahyu di masa Rasulullah ada beberapa orang yang


khusus ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an. Mereka di kenal sebagai penulis
wahyu yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas-’ud, Abu Musa al-
Asy’ari, Khalid bin Walid, Aban bin Sa’id, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Zubair
bin Awwam, Handholah bin Ar-Robi, Al-Asadi, Muatqid bin Fatimah, Abdullah
bin Arqam, Tsabit bin Qais, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqas, Amir
bin Fuhairah, Hudzaifah bin Al-Yaman, Mughiroh bin Asy-Syu’ban, Amru bin
‘Ash dan lain-lain. Terdapat informasi yang cukupekstensif mengenai bahan-
bahan yang digunakan sebagai media untuk menuliskan wahyu yang turun dari
langit melalui Muhammad SAW. Dalam suatu catatan, disebutkan bahwa
sejumlah bahan yang ketika itu digunakan untuk menyalin wahyu-wahyu yang
diturunkan Allah kepada Muhammad,2 yaitu:

1. Riqa, atau lembaran lontar atau perkamen;

2. Likhaf, atau batu tulis berwarna putih, terbuat dari kepingan batu kapur yang
terbelah secara horizontal lantaran panas;

3. ‘Asib, atau pelapah kurma, terbuat dari bagian ujung dahan pohon kurma yang
tipis;

4. Aktaf, atau tulang belikat, biasanya terbuat dari tulang belikat unta;

2Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Cet. I, (Yogyakarta; Penerbit Forum Kajian Budaya
dan Agama), 2001, 151

3
5. Adlla’ atau tulang rusuk, biasaya juga terbuat dari tulang rusuk unta;

6. Adim, atau lembaran kulit, terbuat dari kulit binatang asli yang merupakan
bahan utama untuk menulis ketika itu.

Pembukuan Al-Qur’an dilakukan secara tersusun berdasarkan Hadist Nabi


yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Utsman bin Affan bahwa apabila
diturunkan kepada Nabi suatu wahyu, ia memanggil sekretaris untuk
menuliskannya, kemudian bersabda “letakkanlah ayat ini dalam surat yang
menyebutkan begini atau begitu”.3 Pembukuan Al-Qur’an tersebut tidak disusun
berdasarkan kronologis turunnya wahyu.

Para penulis wahyu itu diperintahkan oleh Rasulullah untuk menulis wahyu
yang diterimanya dan peletakan urutan-urutannya sesuai dengan petunjuk Nabi
Muhammad SAW berdasarkan petunjuk Allah SWT melalui Jibril. Kemudian
semua ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ditulis di hadapan Nabi SAW di atas benda
yang bermacam-macam itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan masih
terpencar-pencar, ayat-ayat belum dihimpun dalam suatu mushaf atau shuhuf Al-
Qur’an. Di samping itu para penulis wahyu secara pribadi membuat naskah dari
tulisan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut untuk mereka simpan masing-masing. Shuhuf
Al-Qur’an yang disimpan di rumah Nabi Saw dan diperkuat dengan naskah-
naskah Al-Qur’an yang dibuat oleh para penulis wahyu untuk pribadi mereka
sendiri serta ditopang dengan hafalan para sahabat yang tidak sedikit jumlahnya.
Maka semuanya dapat menjamin Al-Qur’an agar tetap terpelihara secara lengkap
dan murni.

3 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi sejarah Al-Qur’an, 132

4
B. SEJARAH PENULISAN AL – QUR’AN PADA MASA SAHABAT
1. Masa Abu Bakar
Pada dasarnya, Al-Qur’an sudah ditulis pada masa Nabi Muhammad masih
hidup. Akan tetapi kondisi ayat-ayatnya ditulis masih terpencar-pencar. Ketika
Nabi wafat, kaum uslimin mengangkat Abu Bakar menggantikan Rasulullah
menjadi khalifah pertama ketika masa permulaan.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar timbullah keinginan untuk
mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu mushaf. Usaha pengumpulan Al-Qur’an
ini timbul ketika terjadi perang Yamamah pada tahun 12 H yang menyebabkan
sebagian orang- orang yang hafal Al-Qur’an mati Syahid. Hal inilah yang menjadi
pemikiran Umar bin Khattab, betapa besar kerugiannya bila huffazhul Qur’an itu
banyak yang meninggal di medan pertempuran.
Umar bin Khattab mengingatkan Khalifah akan bahaya yang mengancam
Al-Qur’an. Kemudian beliau berpendapat agar khalifah mengambil langkah-
langkah untuk mengumpulkan Al-Qur’an menjadi suatu mushaf. Umar kemudian
bermusyawarah dengan Abu Bakar akan pendapatnya untuk mengumpulkan Al-
Qur’an. Pada Mulanya Khalifah menolak pendapat itu, karena tidak pernah
dilakukan Rasulullah semasa hidupnya. Namun Umar menyakinkan bahwa usaha
itu amat baik dan sangat diperlukan.
Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator
pelaksaan tugas tersebut. Dalam melaksanakan tugasnya Zaid kriteria yang ketat
untuk setiap ayat yang dikumpulkna. Ia tidak akan menerima ayat yang hanya
berdasarkan hafalan tanpa didukung dengan tulisan. Sikap kehati-hatian Zaid
dalam mengumpulkan Al-Qur’an ini didasarkan atas pesan Abu Bakar: ”
Duduklah kalian di pintu masjid. Siapa yang datang kepada kalian membawa
catatan Al-Qur’an dengan dua saksi, maka catatlah”.4

2. Masa Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan khalifah ke – 3 yaitu Utsman bin Affan, timbul


hal-hal yang menyadarkan beliau untuk memperbanyak naskah mushaf dan

4 http://runasa.blogspot.com/2012/11/sejarah-turunnya-al-quran.html

5
mengirimkannya ke kota-kota dalam wilayah negara Islam. Akan tetapi,
tumbullah perbedaan dalam menbaca Al-Qur’an karena perbedaan bahasa bangsa-
bangsa Islam. Perselisihan dalam membaca Al-Qur’an sudah cukup serius
sehingga Khudzaifah melaporkan kepada khalifah Utsman dan mendesaknya agar
mengambil langkah guna mengakhii perbedaan yang terjadi.

Itulah sebabnya Khalifah Utsman berfikir serta merencanakan untuk


mengambil langkah-langkah positif sebelum perbedaan bacaan Al-qur’an semakin
meluas. Usaha Awal yakni mengumpulkan para sahabat yang alim dan jenius seta
mereka terkenal pandai memadamkan dan meredakan persengketaan itu. Akhirnya
mereka sepakat menerima instruksi Utman yaitu membuat mushaf Hal ini
menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk
membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang
ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku.

Mereka sepakat dalam menerima instruksi Ustman, yakni ‘Utsman


mengirim utusan kepada Hafshah guna meminjam Mushaf yang terwariskan dari
‘Umar. Dari Mushhaf tersebut, lalu dipilihnya tokoh andal dari kalangan senior
sahabat untuk memulai rencananya. Pilihannya jatuh kepada Zayd bin Stabit,
‘Abdullah bin Zubayr, Sai‘id bin ‘Ash dan ‘Abdurrahman bin Hisyam mereka dari
suku Quraisy, golongan Muhajirin, kecuali Zayd bin Tsabit, ia golongan Anshar.
Usaha yang mulia ini berlangsung pada tahun 24 H.

Terdapat banyak perdebatan mengenai sistematika pengurutan surat dan


ayat dalam Al-Qur’an, apakah taqifi atau taufiqi sejak dahulu dan perdebatan
tersebut belumberakhir hingga saat ini. Pendapat pertama, bahwa Al-Qur’an
merupak hasil tauqif Nabi artinya susunan serta urutan surat didapat melalui
ajaran beliau.5 Pendapat yang kedua, pandangan yang mengatakan bahwa urutan
surat Al-Qur’an adalah berdasarkan Ijtihad sahabat. Pendapat ini disandarkan
pada banyaknya mushaf yang dimiliki oleh sahabat yang berbeda, ada yang tertib
urutannya seperti mushaf yang dikenal saat sekarang ini, ada pula yang tertibnya

5
H. Nasaruddin Umar.2008. Ulumul Qur’an (mengungkap makna-makna tersembunyi Al-Qur’an, (Jakarta,
Al-Gazali Centre). 152

6
berdasarkan kronologis turunnya ayat. Pendapat yang kedua ini juga diperkuat
oleh Teks Hadist Mutawatir mengemukakan mengenai turunnya Al-Qur’an
dengan tujuh huruf. Rasulullah saw. Bersabda. “Jibril membacaka kepadaku
dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku meminta agar huruf itu ditambah,
iapun menambahkannya kepadaku hingga tujuh huruf”.6

Pada mulanya penulisan huruf-huruf Al-Qur’an tidak diberi tanda titik dan
garis, tetapi tidak mengelirukan dalam membacanya. Namun setelah
perkembangan Islam meluas keluar tanah Arab, maka bagi orang-orang yang
bukan bangsa Arab akan susah dalam membacanya dan mungkin mengelirukan.
Yang pertama membuat baris itu dan pembubuhan tanda syakal berupa fathah,
dhamah, dan kasrah dengan titik yang warna tintanya berbeda dengan warna tinta
yang dipakai pada mushaf, yakni Abu Aswad Dauli di masa Khalifah Muawiyah.
Pada masa Daulah Abbasiyah, yang memulai memberi titik untuk membedakan
huruf-huruf yang sama bentuknya dan tanda syakal diganti. Tanda dhamah
ditandai dengan dengan wawu kecil di atas huruf, fathah ditandai dengan alif kecil
di atas huruf, dan kasrah ditandai dengan ya` kecil di bawah huruf.

6
Syaikh Manna’ Al-Qathnhan.2007. Pengantar Studi Ilu Al-Qur’an, (Jakarta; Pustaka Al-Kautsar).195

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas tentang penulisan dan pembukuan Al-Qur’an dapat


disimpulkan menjadi beberapa hal yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa penulisan dan pembukuan Al-Qur’an dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama pada masa Nabi dan Tahap yang kedua pada masa Sahabat
yakni Abu Bakar As Shidiq dan Utsman bin Affan.
2. Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an pada masa Nabi masih dalam bentuk
lembaran-lembaran dan masih terpencar-pencar. Penulisan Al-Qur’an pada
masa Nabi didorong dengan dua faktor : a) Memback-up hafalan yang
telah dilakukan Nabi dan para sahabatnya. b) Mempresentasikan wahyu
dengan cara sempurna.
3. Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar yakni
pebentukan Mushaf karena banyak para penghafal Al-Qur’an yang telah
meninggal dalam medan perang sehingga dikhawatirkan sebagian Al-
qur’an akan hilang.
4. Penulisan dan pembukuan Al-Qur’an masa Utsman bin Affan yang
terkenal dengan sebutan mushaf Utsmani ini karena banyak perbedaan
dalam pembacaan Al-Qur’an di bangsa-bangsa Islam.
5. Urutan surat-surat dalam Al-Qur’an ini bukan didasarkan karena keinginan
Nabi atau para sahabat sendiri melainkan dari Allah melalui petunjuk
Jibril.

B. Saran

Demikianlah penulisan makalah ini, apabila masih terdapat kesalahan atau


kekurangan dalam pembahasan makalah saya ini, terutamanya saya ucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan juga saya harapkan teguran yang sehat
sekiranya dapat membangun dalam perbaikan pembuatan makalah saya ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Athar Dawud, Ilmu Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994) hal.154

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Cet. I, (Yogyakarta;


Penerbit Forum Kajian Budaya dan Agama), 2001, 151

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi sejarah Al-Qur’an, 132

http://runasa.blogspot.com/2012/11/sejarah-turunnya-al-quran.html

H. Nasaruddin Umar.2008. Ulumul Qur’an (mengungkap makna-makna


tersembunyi Al-Qur’an, (Jakarta, Al-Gazali Centre). 152

Syaikh Manna’ Al-Qathnhan.2007. Pengantar Studi Ilu Al-Qur’an, (Jakarta;


Pustaka Al-Kautsar).195

Anda mungkin juga menyukai