Penulisan Mushaf Al-Qur’an Fase Pertama Dan Keummian Nabi Muhammad SAW
Oleh :
Jl. H. Amat No.21, RT.6 / RW.1, Kukusan, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan terima kasih kepada kehadirat Allah swt. atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga terwujudnya makalah berjudul “Penulisan Mushaf
Al-Qur’an Fase Pertama Dan Keummian Nabi Muhammad SAW”. Makalah ini dibuat
untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan sekaligus memenuhi tugas mata kuliah
Tarikh al-Mushaf dengan dosen pengajar Dr. KH. Muhaimin Zen. Kami ucapkan terima
kasih kepada dosen pengajar yang selalu membimbing dan memberikan arahan serta
ilmu yang telah beliau sampaikan
Makalah ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan berbagai hal tentang Ayat-
ayat yang dianggap kontradiksi. Diharapkan kepada para pembaca dapat lebih
mengetahui kepada materi yang akan disampaikan kali ini sehingga dapat bermanfaat
dan diterapkan dalam kehidupan nantinya.
Kami mengucapkan mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritik membangun
demi terciptanya kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah............................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................................3
A. Penulisan Mushaf Al-Qur’an..........................................................................................3
1. Penulisan Mushaf pada Masa Rasulullah..................................................................3
2. Media dan Huruf yang Digunakan untuk Penulisan Al-Qur’an.............................4
3. Ketika Wahyu Turun Pertama Kali Turun, Para Sahabat Menghafal Dan
Menuliskannya......................................................................................................................5
4. Para Sahabat Penulis Wahyu......................................................................................5
5. Penulisan Mushaf pada Masa Abu Bakar.................................................................6
6. Cara Pengumpulan Al-Qur’an di Masa Abu Bakar.................................................7
B. Konsep Keummian Nabi Muhammad SAW..................................................................7
1. Definisi dan Lafal Ummi..............................................................................................7
2. Bentuk Lafadz Ummi Dalam AL-Qur’an..................................................................8
3. Penisbatan Lafal Ummiyun Kepada Nabi Muhammad SAW.................................8
4. Pendapat Para Mufassir tentang Al-Ummiyyun.......................................................9
5. Analisis Keummian Nabi Muhammad SAW...........................................................11
BAB III........................................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................................13
Kesimpulan.............................................................................................................................13
Saran........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci diwahyukan kepada Nabi Muẖammad saw.
melalui perantara malaikat Jibrîl as. serta diturunkan secara berangsur-angsur,
membacanya dinilai sebagai ibadah. Ia terpelihara dari sisi keaslian bahasa tanpa
ada perubahan, tambahan maupun pengurangan dan relevan dalam segala ruang dan
waktu. Proses penjagaan Al-Qur’an dilakukan dengan dua cara, yakni melalui
hafalan dan tulisan. Tulisan Al-Qur’an yang ditulis oleh para kuttab wahyu atas
perintah Nabi saw. dikumpulkan menjadi sebuah mushaf di kemudian hari pada
masa khulafa ar-Rasyidin. Berkat usaha mereka dan izin Allah membuat AL-
Qur’an terjaga kevaliditasannya hingga dapat kita nikmati sekarang.
Mengkaji mushaf mulai dari masa pembentukan hingga masa setelahnya
merupakan hal yang penting. Hal itu karena eksistensi Al-Qur’an sebagai kitab suci
yang istimewa yang senantiasa terjaga keotentikannya hingga akhir zaman
dibandingkan dengan kitab-kitab sebelumnya. Dengan mengkajinya juga akan
memperkaya wawasan kita terkait perkembangan penulisan mushaf pada masa
wahyu turun pertama kali dan ketika Nabi saw. telah wafat.
Kondisi Nabi saw. yang ummi mengindikasikan bahwa beliau memang adalah
utusan Allah, karena jika tidak mungkin saja akan terjadi penyelewangan Al-
Qur’an sehingga keberadaan Al-Qur’an akan dianggap tidak orisinil lagi
sebagaimana kitab- kitab yang diturunkan sebelumnya. Namun, beberapa ulama
juga memiliki pandangan yang berbeda perihal keummian Nabi saw. Di antara
mereka ada yang berpendapat bahwa keummian Nabi itu berlaku permanen dan
adapula yang berpendapat hanya sementara sampai beliau diangkat sebagai Nabi
dan Rasul
Melihat permasalahan di atas, pemakalah tertarik untuk melakukan kajian
mengenai sejarah penulisan mushaf Al-Qur’an yang terjadi ketika Rasulullah hidup
dan masa ketika beliau telah wafat. Selain itu, wawasan keummian juga tak luput
dari perhatian pemakalah.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaiamana Penulisan Mushaf al-Qur’an masa Rasulullah dan Abu Bakar ra.
1
b. Bagaiamana proses ketika wahyu turun pertama kali turun, para sahabat
menghafal dan menuliskannya
c. Bagaimana ayat ayat yang baru turun dihafal dan ditulis oleh para sahabat
d. Siapa saja para penulis wahyu
e. Bagaiaman huruf dan alat apa yang dipakai dalam penulisan mushaf al-Qur’an
f. Jelaskan wawasan keummian definisi bentuk dan lafaz
g. Jelaskan penisbatan lafal ummiyun kepada Nabi Muhammad
h. Bagaimana Pandangan para mufassir tentang al-Ummiyun
i. Sebutkan analisis keummian NAbi Muhammad, apakah permanen atau
sementara
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Cece Abdulwaly, Sejarah Singkat Penulisan Mushaf Al-Qur’an Memahami Penegertian Mushaf,
Sejarah dan Perkembangannya, (Sukabumi: CV. Farha Pustaka), hal. 18
2
Cece Abdulwaly, … hal. 20
3
Cece Abdulwaly, …. hal. 28-29
3
4
Mustofa Bugho, Al-WAdhih fi Ulumil Qur’an 1998 (Damaskus: Dar al-Ulum al-Insaniyah), hal. 74
4
kecuali Al-Qur’an, “dan siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an,
maka ia harus menghapusnya”. Beliau ingin agar Al-Qur’an dan hadis tidak ditulis
pada halaman yang sama agat tidak terjadi kekeliruan. Para sahabat yang tak dapat
menulis, mereka selalu hadir di masjid sambil memegang kertas kulit dan meminta
orang lain untuk menuliskannya. Berdasarkan kebiasaan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pada masa Nabi Muhammad saw. seluruh Al-Qur’an sudah
tersedia dalam bentuk tulisan.5
2. Media dan Huruf yang Digunakan untuk Penulisan Al-Qur’an
Di antara keterangan yang menunjukan bahwa penulisan al-Qur’an telah dimulai
sejak masa Nabi saw. adalah perkataan Zaid ibn Tsâbit ra. yang dapat ditemukan
dalam al-Mustadrak ‘alâ ash-Shaẖîẖain:
“Kami pernah berada di sisi Rasulullah saw. dan menulis al-Qur’an dari kulit-kulit
(ar-riqâ’).”
Berikut adalah di antara media yang digunakan oleh para sahabat untuk menuliskan
al-Qur’an:
1. Ar-riqâ’, jamak dari ar-riq’ah, yaitu lembaran kulit, atau bisa juga dari kertas
atau kain.
2. Al-aktâf, jamak dari al-katf, yaitu tulang keledai atau kambing yang telah kering.
3. Al-‘usub, jamak dari al-‘asîb, yaitu pelepah kurma.
4. Al-likhâf, jamak dari al-lakhfah, yaitu lempengan-lempengan.
5. Al-aqtâb, jamak dari al-qatb, yaitu pelana kuda.
6. Ash-shuẖuf (lembaran-lembaran), al-alwâẖ (papan-papan), al-karânîf (akar-akar),
dan lain-lain.6
Penulisan Al-Qur’an di masa Rasulullah belum menggunakan kertas sebagai
media tulis. Hal tersebut dikarenakan keberadaan kertas yang sulit didapati dan
belum masyhur (dikenal) oleh masyarakat Arab pada waktu itu. Kertas hanya
digunakan oleh beberapa kalangan kaum tertentu seperti orang-orang Persia dan
Romawi, namun keberadaannya masih jarang dan belum tersebar. Dengan
demikian, orang-orang Arab ketika itu menggunakan media yang layak yang
mereka dapati di hadapan mereka.7
5
Al-A’zami, Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Kompilas (Jakarta: GEMA INSANI), hal. 73-74
6
Cece Abdulwaly, ….hal. 32-33
7
Ashhobuni, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, hal. 78
5
Sedangkan huruf yang digunakan adalah khat kufi Kuno yaitu khat yang
digunakan oleh orang-orang Arab pra Islam. Khat yang banyak digunakan orang
Irak (khusunya Anbar) ini dipelajari oleh orang Quraisy ketika mereka sering
berniaga ke Irak-Syam yang di kemudian hari mereka ajarkan kepada penduduk
Mekah. Khat ini adalah khat kelanjutan dari khat Nabti (selatan Madinah) yang
mewarisi tulisan bangsa Aramis. Bangsa Aramis melanjutkan tulisan dari bangsa
Smith/Semit. Tulisan tersebut diperkirakan sudah ada sejak abad ke-9 SM.8
3. Ketika Wahyu Turun Pertama Kali Turun, Para Sahabat Menghafal Dan
Menuliskannya
Penulisan al-Qur’an yang ditulis oleh para sahabat dilakukan tidak berselang
lama setelah ayat-ayat atau surah kepada Nabi saw. Jika ayat-ayat atau surah al-
Qur’an turun pada malam hari, maka pada waktu itu pula para sahabat akan segera
menuliskannya. Misalnya, seperti apa yang berkaitan dengan surah al-An’am, Ibn
‘Abbâs ra. mengatakan: “Surah al-An’âm adalah surah makkiyah, turun sekaligus
pada malam hari, dan pada malam itulah mereka (para sahabat), kecuali enam ayat
darinya yang merupakan ayat madaniyah.9
Nabi saw. memiliki beberapa sahabat yang ia tugaskan untuk menuliskan setiap
wahyu yang diturunkan kepadanya. Bahkan, tercatat ada yang menghitungnya
hingga 44 sahabat. Kemungkinan jumlah diperoleh jika digabungkan antara
sahabat- sahabat yang menuliskan apapun yang dibutuhkan oleh Nabi saw dan
sahabat yang
10
Cece Abdulwaly,…..,hal.
6
8
Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan Ulumul Qur’an (Jakarta: Qaf Media) hal. 88
9
Al-A’zami, Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Kompilas (Jakarta: GEMA INSANI), hal. 34-35
10
Cece Abdulwaly,…..,hal.
7
khusus menulis al-Qur’an. Para penulis wahyu adalah orang-orang pilihan diantara
para sahabat. Nabi saw. memilih mereka karena kemutqinan dan keterampilan yang
mereka miliki agar dapat melaksanakan tugas yang mulia ini. Para penulis itu
antara lain Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Muawiyah bin Abu
Sufyan dan para khulafa ar-rasyidin. 11
Selain para penulis yang ditunjuk langsung oleh Nabi saw., sebenarnya banyak
sahabat-sahabat lain yang memiliki tulisan-tulisan al-Qur’an. Mereka menulis atas
inisatif sendiri, tanpa diperintahkan oleh Nabi saw. seperti Mushaf Ibnu Mas’ud,
mushaf Ali, Mushaf Aisyah dan para sahabat lainnya.12
13
Cece Abdulwaly,…..,hal. 48-
8
11
Ashobuni, …. 77.
12
Cece Abdulwaly,…..,hal. 35-56
13
Cece Abdulwaly,…..,hal. 48-
9
hidup umat Islam. Dalam merealisasikan tugasnya, Abu Bakar mengangkat Zaid
bin Tsabit sebagai pelaksana.
6. Cara Pengumpulan Al-Qur’an di Masa Abu Bakar
Dalam mengkodifikasi al-Qur’an ada 4 langkah yang langkah yang dilakukan
oleh Zaid bin Tsabit dalam mengumpulkan AL-Qur’an :
1. Mengumpulkan berbagai selebaran dan catatan yang pernah ditulis di masa
Nabi saw. kemudian menyalinnya dalam bentuk kumpulan lembaran.
2. Mengumpulkan al-Qur’an berdasarkan hafalan para sahabat penghafal al-Qur’an.
3. Tidak menerima tulisan al-Qur’an kecuali jika terpenuhi dua saksi bahwa
tulisan tersebut benar ditulis di hadapan NAabi saw.
4. Tidak menerima hafalan dari para sahabat kecuali hafalan itu diterima langsung
dari NAbi saw denan cara talaqqi
Dengan catatan tetap menjaga urutan surah dan ayat sebagaimana yang pernah
ditetapkan oleh Nabi saw. agar mushaf itu selalu terjaga dari berbagai bentuk
penyelewengan, tambahan dan pengurangan serta menjadi sumber rujukan bagi
kaum muslimin dalam mengetahui ayat dan surah dalam Al-Qur’an. 14
Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar ra. memakan waktu kurang
lebih 15 bulan, terhitung sejak terjadinya perang Yamamah (akhir tahun 11 H atau
awal tahun 12 H). 15 Setelah dinyatakan rampung penulisan ayat-ayat al-Qur’an ini,
selanjutnya berdasarkan musyawarah ditentukanlah Al-Qur’an yang sudah
terkumpul itu dengan nama mushaf.16
14
Mustofa Bugho, … hal. 82
15
Cece Abdulwaly,…..,hal. 59
16
Cece Abdulwaly,…..,hal. 56
17
Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab Jilid XII (Beirut: Daru as-Shadir, 1990), hal. 24
1
menulis dan mereka tidak mengetahui sedikit pun kecuali terkait sesuatu yang
mereka inginkan.18
اون مكُت ام ِّفى الَت ّ او ٰرىة وا ا ج ايل ي ال اُْل ن ر ل َالَّ ِّذ اين ُ ع
ع انَدُه ِّْل ان ٗه او ًبا ِّذي ال ُس الَّنِّ ب ِّ’م او
جُد يا او تَّ ِّب
157. (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa
baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil
yang ada pada mereka
ه, وك ِّل ٰم ِّت اؤ َِّف ٰا ِّمُن اوا ِ ور ه الن اْلُ ي
ِّمن ِّّٰلل
ي ا ِّبا ّّٰ ُس او ِّب ِّ’م الَّ ِّذ
يّ ا ِّل لل
ِ
ُي
158. maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang
ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-
kitab-Nya)
b. Jamak
Dalam bentuk jamak ummiyun disebutkan empat kali yaitu dalam surah Ali
‘Imran ayat 20 dan 75, surah al-Jumu’ah ayat 2, serta surah al-Baqarah ayat
78. pada Alquran surah Ali ‘Imran ayat 20 dan 75, serta Alquran surah
alJumu’ah ayat 2 kalimat ummiyun ditujukan kepada masyarakat Arab,
sedangkan bentuk jamak lafal ummiyyūna dalam Alquran surah al-Baqarah
ayat 78 ini ditujukan kepada orang-orang yahudi.
3. Penisbatan Lafal Ummiyun Kepada Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad adalah penutup para nabi. Keyakinan dan akidah Islam
menyatakan tidak akan ada Nabi lagi yang diutus pasca wafatnya beliau. Nabi
Muhammad saw. disifati sebagai ummi sebagaimana yang telah disebutkan
1
pada dua ayat dari surah di atas, yakni Surah al-A’raf ayat 157-158.
18
Maulana Iban Salda, Makna Ummi dan Penisbahannya kepada Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an,
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. UIN Ar-Raniri: Banda Aceh, hal 10
1
Selain itu, juga terdapat bukti pendukung terkait penisbatan Nabi sebagai
seorang yang ummi. Dalam Al-Qur’an surah Al’Ankabut ditegaskan bahwa
Nabi Muhammad SAW tidak pernah membaca kitab apa pun atau menulisnya
sebelum Al-Qur’an diturunkan sebagaimana bunyi ayat 48 berikut ini:
19
Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab Jilid XII (Beirut: Daru as-Shadir, 1990), hal. 24
1
ummiyyah” artinya pemberantasan buta huruf. Sifat ini memberi pengertian
bahwa orang yang ummi tidak mungkin membaca Taurat dan Injil yang ada
pada orang Yahudi dan Nasrani begitu pula dengan cerita-cerita kuno yang
dibawa oleh umat-umat dahulu. Ini membuktikan bahwa risalah yang dibawa
oleh Nabi Muhammad Saw itu benar-benar dari Tuhan Yang Maha Esa.
Mustahil orang yang tidak dapat menulis dan membaca dapat membuat dan
membaca al-Qur’an dan hadis yang memuat hukum-hukum, ketentuan
ketentuan ilmu pengetahuan yang demikian tinggi nilainya. Seandainya
Alquran itu buatan Nabi Muhammad Saw, dan bukan berasal dari Tuhan
Semesta Alam tentulah manusia dapat membuat dan menirunya, tetapi sampai
20
saat ini belum ada seorang pun yang bisa menandinginya. Hal ini
sebagaimana Alquran Surah al-Ankabut ayat 48.
Ibnu Kasir menerangkan bahwa sifat Nabi Muhammad Saw telah disebutkan
dalam kitab-kitab Allah Swt yang dahulu yang diturunkan kepada rasul (nabi)
terutama Taurat dan Injil yang mana para nabi dan rasul itu memberitakan dan
menganjurkan supaya mengikuti Nabi Muhammad saw. Jika mendapatinya, dan
sifat-sifat Nabi Muhammad saw itu diketahui oleh para ulama mereka.21
20
Departemen Agama RI, Alquran dan Tafsirnya. . ., hal. 497
21
Ibnu Kastir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Kastir...., hal. 484
1
22
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir: Aqidah, Syari’ah, dan Manhaj, Cet I, Jilid 5, (Jakarta: Gema Insani,
2016), hal. 123
1
berikan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai tanda kesempurnaan
mukjizatnya yang memperkuat kerisalahannya. 23
23
Ibnu Asyur, at-Tahrir wa at-Tanwir,(Tunisia; Dar Sahnoun), hal. 133
24
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an Jilid X (Jakarta: Lentera Hati),
hal. 110
25
Quraish Shihab, …. 110
1
الَّ علَّ َم ِ با ْلَقلَ ِم َ و ا ْ َْل ْك سان ِا ˚ق َرأ˚ ِ ر ك ال “ خ ق ا
ِذي رأ َرب َر ˚مْ „ من ِذي َق ل ِْل ْن ِبا م
ق ’ِ س
ك ْق خ
ع ب
َل
َل
علَ ْم علَّ َم ا ْ ِْل سا ما
ْن ن ْم
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
1
26
Maulana Iban Salda, … hal. 52-53
1
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penulisan wahyu sudah dilakukan sejak Nabi Muhammad saw. masih hidup
sebagai bentuk pemeliharaan al-Qur’an selain dengan hafalan. Itu dibuktikan dengan
beliau menunjuk beberapa sahabat sebagai penulis wahyu. Ayat-ayat yang tertulis masih
berserakan dan belum terkumpul dalam bentuk kumpulan lembaran. Media yang
digunakan berupa tulang, pelepah kurma, kulit hewan dan sebagainya. Setelah beliau
wafat, Abu Bakar selaku khalifah berupaya untuk mengumpulkan al-Qur’an dalam
bentuk mushaf. Pengumpulan itu dilakukan karena banyaknya para penghafal al-Qur’an
yang gugur sebagai syuhada dalam perang Yamamah dan merasa khawatir jika tidak
ditulis maka al-Qur’an akan lenyap di muka bumi.
Konsep keummian Nabi saw. sebagai seorang yang tidak bisa membaca dan
menulis bukan menunjukkan kekurangan dan kelemahannya tapi ummi adalah bentuk
kemukjizatan yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad saw akan kebenaran
risalahnya. Selain itu, juga menolak anggapan dan cemohan orang Quraisy dan Ahli
Kitab yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah hasil dari karangan Nabi Muhammad
saw. bukan wahyu dari Allah swt.
Dalam memahami sifat ummi apakah berlaku permanen hingga beliau wafat
ataukah hanya bersifat sementara. Sebagian ulama diantaranya Quraish Shihab
berpendapat bahwa sifat ummi berlaku hingga beliau wafat. Sedangkan sebagian lain
berpendapat bahwa keummian Nabi saw. hanya berlaku sementara hingga beliau
diangkat menjadi seorang nabi.
Saran
Demikianlah makalah ini kami sampaikan, besar harapan kami agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.
2
DAFTAR PUSTAKA