Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


ULUMUL QUR’AN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron,M.Si

Disusun Oleh:
Nirma ilmiyah (2619004)
Kelas B

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Berkat limpahan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Ulumul Qur’an yang berjudul Perkembangan Ulumul Qur’an. Tak lupa shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Semoga kelak
mendapatkan syafa’atnya di yaumul akhir nanti.
Dalam penyusunan makalah ini, kami buat dengan harapan, bab makalah
ini dapat berguna bagi Mahasiswa IAIN PEKALONGAN dan dalam perkuliahan.
Adapun makalah ini kami susun dengan sebenar-benarnya serta dengan sumber
yang akurat, dan apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan atau kesalahan
baik dalam isi, penulisan maupun segi bahasa,kami mohon maaf sebesar-
besarnya.
Karena kesempurnan hanya milik Allah SWT. Mohon maklum,kami
masih dalam proses pembelajaran, serta kami siap diberi masukan dan bimbingan,
Sekian pengantar yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam pembelajaran mata kuliah ini.

Pekalongan, 14 Februari 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 3

A. Latar Belakang .................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

C. Tujuan ................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 4

A. Perkembangan Ulumul Qur'an

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 32

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 32

B. Saran ................................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 33

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi
Muhammad Saw. mempunyai perjalanan yang panjang. Pertumbuhan dan
perkembangan al-Quran ketika itu terus berlangsung karena apa yang diterima
Nabi, beliau sampaikan kepada para sahabat, dan sahabatpun menyampaikannya
pula kepada sahabat lainnya. Proses perkembangan dan pertumbuhan yang begitu
cepat disebabkan karena al-Quran turun dengan menggunakan bahasa Arab,
sehingga para sahabat yang memang orang Arab cepat memahaminya. 1
Penjelasan-penjelasan yang diberikan Nabi terhadap pertanyaan-
pertanyaan sahabat mengenai maksud suatu ayat dapat dikatakan sebagai tafsir
Nabi Saw. Penafsiran dari Nabi selanjutnya diriwayatkan oleh sahabat dan
generasi sesudah mereka. Dengan demikian tafsir pada bahasan ‘ulum al-Qur’an’
sudah ada pada masa Nabi,dan Nabi sendiri menjadi pelopornya. 2
Penafsiran dan atau penjabaran yang diberikan rasulullah Saw. Terhadap
Al-Qur’an,baik melalui ucapan,perbuatan dan taqrir(sikap persetujuannya) yang
kemudian menjelma menjadi Hadis/Sunah Rasulullah Saw.,merupakan soko guru
utama bagi perkembangan tafsir-ilmu khususnya dan Ulumul Qur’an pada
umumnya. Baik dimasa-masa para sahabat dan kemudian tabi’in,maupun bagi
generasi-generasi sesudahnya sejak zaman tabi’ al-tabi’in hingga sekarang dan
seterusnya oleh generasi-generasi mendatang.Seiring dengan kebutuhan
penafsiran Al-Qur’an sendiri,yang selalu berkembang dari waktu ke waktu,maka
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami Al-Qur’an
pun kian hari semakin beraneka ragam. Maka tidaklah heran bahwa “Ulumul
Qur’an” itu selalu up to date.3

1
Syamsu Nahar, Studi Ulumul Quran,( Medan: Perdana Publishing,2015),hlm.6.
2
Abdul Wahid dan Muhammad Zaini,Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis,(Banda Aceh:
Yayasan Pena Banda Aceh,2016),hlm.20-21.
3
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2013),hlm.12.

3
Sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, ulumul Qur’an tidak lahir
sekaligus, melainkan melalui proses pertumbuhan dan perkembangannya tersebut.
Istilah ulumul Qur’an itu sendiri tidak dikenal pada masa awal pertumbuhan Isam.
Istilah ini baru muncul pada abad ke 3, tapi sebagaian ulama berpandangan bahwa
istilah ini lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri pada abad ke 5. Karena ulumul
Qur’an dalam arti, sejumlah ilmu yang membahas tentang Al-Qur‟an, baru
muncul dalam karya Ali bin Ibrahim al-Hufiy (w.340), yang berjudul al-Burhan
fiy Ulum al-Quran (Al Zarqaniy :35).4
Sejak abad ke 14 H. Pada era keemasan Islam Ulumul Qur’an tumbuh dan
memberikan hasil posistif terhadap perkembangan Islam khususnya keilmuannya,
dan beberapa karya ulama’ Islam seperti ibn Sina, alGhazali, dan lainnya. Dalam
dunia Ilmu al-Qur’an sendiri, beberapa perkembangan khususnya teori dan
metode tafsir menjadi pusat perhatian hingga saat ini.Beberapa orang yang berjasa
dalam penyebaran ilmu-ilmu al-Qur’an adalah keempat khalifah dan beberapa
sahabat-sahabat lainnya. 5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dapat disusun sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah Perkembangan dan Pertumbuhan Ulumul Qur’an ?
C. Tujuan
Adapun tujuan masalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan Perkembangan dan Pertumbuhan Ulumul Qur’an.

4
Wahyuddin dan M.Saifulloh,“Ulum Al-Quran, Sejarah dan Perkembangannya”(JSH Jurnal
Sosial Humaniora, Vol 6 No.1, Juni 2013),hlm.25-26.
5
Zaenatul Hakamah “Konsep Ulumul Quran Muhammad Mafudz al-Tarmas dalam Manuskrip
Fath al-Khabir bi Sharh Miftah al’Tafsir” (Nun, Vol. 4, No.1, 2018),hlm.180-181.

4
BAB II
PEMBAHASAN
1) Perkembangan dan Pertumbuhan Ulumul Qur’an
pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Quran, dapat ditelusuri dari fase-
fase berikut (Anwar, 2004 : 18) yaitu:
1) Fase Sebelum Kodifikasi
Sebelum Ulumul Qur’an kodifikasikan, Ulumul Quran telah dikenal para
sahabat sejak masa Nabi. Hal itu dapat dilihat dari antusias para sahabat Nabi
untuk mempelajari al-Quran dengan semangat tinggi. Apabila mereka menemui
kesulitan dalam memahami al-Quran, mereka bertanya langsung kepada Nabi Saw
(Al-Qaththan: 437). Nabi bagi para sahabat adalah sebagai kamus berjalan dan
sumber ilmu. Hanya kepada Nabi mereka menanyakan segala sesuatu yang tidak
mereka pahami termasuk makna atau pengertian ayat-ayat al-Quran. 6
Periode ini dimulai sejak masa Nabi Saw. Sampai masa tabi’ al tabi’in
(120H). Pada saat Nabi masih hidup,ilmu-ilmu al-Qur’an tidak dibukukan karena
umat islam saat itu belum membutuhkannya 7
Pada permulaan islam bangsa arab adalah satu bangsa yang buta
huruf,mereka belum mengenal kertas,Perkataan “al-Waraq” (daun) yang lazim
pula dipakaikan dengan arti “kertas” dimasa itu hanyalah pada daun kayu
saja.Adapun kata “al-qirthas” (daun) yang daripadanya terambil kata-kata
Indonesia “kertas” ,dipakai oleh mereka hanya kepada benda-benda (bahan-
bahan) yang mereka pergunakan untuk ditulis,yaitu : kulit binatang,batu yang tipis
dan licin,pelapah tamar(korma),tulang binatang,dan lain-lain sebagainya. 8
Setelah mereka menaklukan negeri Persia,yaitu sesudah wafatnya Nabi
Muhammad Saw. Barulah mereka mengetahui kertas. Orang Persia menamai
kertas itu “kaqhid”,maka dipakailah kata-kata kaqhid ini untuk kertas oleh bangsa

6
Syamsu Nahar,Loc.Cit
7
Shubhi al-Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Malayin, 1988),hlm.119.
8
Fatihuddin,Sejarah Ringkas Al-Qur’an,Kandungan dan Keutamaannya,( Yogyakarta: Kiswatun
Publishing,2015),hlm.7.

5
arab semenjak itu. Demikianlah keadaan bangsa arab diwaktu kedatangan agama
islam itu. Nabi menjalankan suatu cara yang “amali” (praktis) yang selaras dengan
dengan keadaan itu dalam menyiarkan Al-Quaanul Karim dan memeliharnya.
Pada peperangan Badar,orang-orang musyrikin yang ditawan oleh Nabi,yang
tidak mampu menembus dirinya dengan uang tetapi pandai menulis baca,masing-
masing darinya diharuskan mengajar sepuluh orang muslim menulis dan
membaca sebagai ganti tebusan9
Tiap-tiap diturunkan ayat-ayat itu,nabi menyuruh menghafalnya dan
menuliskannya dibatu,kulit binatang,pelapah tamar,dana pa saja yang bisa disusun
dalam suatu surat,artinya oleh nabi diterangkan tertib urut ayat-ayat itu. Nabi
mengadakan peraturan,yaitu: Al-Qur’an sajalah yang bias dituliskan. 10
Ada beberapa sebab peraturan tersebut (Kadar, 2009: 6) mengapa penafsiran
nabi sebagai bagian dari Ulumul Quran tidak ditulis para sahabat, yaitu :
a. Ada larangan dari rasul menulis sesuatu selain Al-Quran, karena
dikhawatirkan perhatian para sahabat menjadi terbagi, tidak sepenuhnya
kepada Al-Quran, padahal proses penurunan Al-Quran ketika itu masih
berlangsung. Atau khawatir bercampurnya Al-Quran dengan sesuatu yang
bukan Al-Quran.
b. Para sahabat tidak merasa perlu menulisnya, sebab mereka orang orang
dhabit, dan jika ada problem mereka dapat langsung bertanya kepada nabi.
c. Banyak para sahabat yang tidak pandai menulis. 11
Setelah Rasulullah wafat, pengembangan ilmu al-Qur’an tidak hanya pada
tafsir. Pada masa Abu-Bakar, terjadi peperangan Yamamah yang yang
menggugurkan 70 orang penghafal Al-Qur’an.Oleh karena itu,Umar bin
Khaththab akan gugurnya para sahabat penghafal Al-Qur’an yang masih hidup
,maka ia datangi Abu Bakar memusyawarahkan mengenai kebaikan pengumpulan
ayat-ayat al-Qur’an dari daun,pelapah kurma,batu,tanah kasar,tulang unta atau
kambing dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an. Abu bakar meminta Zaid
bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an. Pada masa ini, dikenal
9
Ibid.,hlm.8.
10
Ibid.,hlm.9.
11
Syamsu Nahar,Op. Cit.,hlm.9.

6
istilah jam‘ al-Qur’an . Kemudian Mushaf diserahkan kepada abu-Bakar. Setelah
beliau wafat,Mushaf dipindahkan ke rumah Hafsah,puteri Umar,isteri Rasulullah
sampai masa pengumpulan dana penyusunan al-Qur’an dimasa khalifah Utsman.
Pada masa pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan, mushaf yang dikumpulkan
pada masa Abu-Bakar diminta dan dikodifikasi karena terjadi perselisihan bacaan
al-Qur’an. Tindakan ‘Utsman tersebut dinilai sebagai perintisan bagi kelahiran
suatu ilmu yang dikenal dengan istilah ‘ilm rasm al-Qur’an atau ‘ilm rasm al-
‘Utsmani .
Pada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi Thalib, bangsa non Arab banyak yang
masuk Islam dan mereka tidak menguasai bahasa Arab sehingga terjadi kesalahan
ketika membaca al-Qur’an karena pada waktu itu al-Qur’an tidak ada harakat,
huruf-hurufnya belum ada titik, dan tanda-tanda lain yang memudahkan juga
belum ada. Oleh karena itu, Khalifah ‘Ali memerintahkan kepada Abu al-Aswad
al-Duwali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Tindakan Khalifah ‘Ali
dipandang sebagai perintis bagi kelahiran ‘ilm al-nahw dan ‘ilm i‘rab al-Qur’an .12
Adapun para perintis Ulumul Quran (Anwar,2000:20) pada abad I (sebelum
kodifikasi) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Dari kalangan sahabat: Khulafa’ al-Rasyidin, Ibn ‘Abas, Ibn Mas’ud, Zaid bin
Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abu Musa al-‘Asy’ari, dan Abdullah bin Zubair.
b) Dari kalangan tabi’in : Mujahid, Atha’ bin Yasar, Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan
Al- Bashri, Sa’id bin Jubair, Zaid bin Aslam.
c) Dari kalangan tabi’ut tabi’in: Malik bin Anas 13 Priode sebelum kodifikasi
tersebut terjadi pada abad I H.14
2) Fase kodifikasi
Sebenarnya Ulumul Quran dan ilmu-ilmu lainnya belum dikodifikasikan
dalam bentuk kitab atau mushaf sebelum fase kodofikasi. Hanya kitab al-Quran
yang telah dikodifikasikan pada saat itu (Syahbah:3), bukan ulumul Quran.
Seiring berjalannya waktu terus berlangsung sampai ketika Ali bin Abi Thalib

12
Kadar M. Yusuf, Studi Al Quran,(Jakarta: Penerbit Amzah, 2012),hlm.7.
13
Shubhi al-Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an ,Op. Cit.,hlm.120-121.
14
Usman, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009),hlm.21.

7
memerintahkan Abu al-Aswad al-Da’uli untuk menulis ilmu Nahwu. Perintah Ali
inilah yang mengawali semangat untuk mengkodifikasikan ilmu-ilmu agama dan
bahasa Arab. Pengkodifikasian ini semakin berkembang ketika kejayaan Islam
berada dibawah pemerintahan Bani Umayyah dan pemerintahan Bani Abbasiyah.
Adapun kondisi pertumbuhan Ulumul Quran sebagaimana ditulis para ulama
adalah sebagai berikut:
a. ‘Ulumul Qur’an pada Abad 2 H
Pada abad ke-2, para ulama memberikan prioritas pada penyusunan tafsir.
Tafsir dalam hal ini termasuk umm al-‘ulum al-Qur’aniyah . Mereka menghimpun
berbagai pendapat para sahabat dan tabi‘in tentang berbagai hal yang bersumber
dari Rasulullah. Kebanyakan mereka adalah ahli hadis. Oleh karena itu, pada
periode ini, tafsir selalu berkaitan dengan hadis dan fiqih.
Diantara ulama abad II H ini yang menyusun tafsir (Syahbah: 31) adalah :
1) Hasan al-Bashri (w. 110 H)
2) Atha’ bin Abi Rabah (w. 114 H)15
3) Syu’bah al-Hajjaj (w. 160 H)
4) Sufyan bin Uyainah (w. 198 H)
5) Sufyan al-Tsauri (w. 161 H)
6) Waqi’ bin al-Jarrh (w. 197 H)
7) Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H)
8) Ibn Jarir Ath-Thabari (w. 310 H)16
b. ‘Ulum al-Qur’an pada Abad Ke-3 dan 4 H
Istilah ‘ulum al-Qur’an’ sebagai suatu disiplin ilmu yang lengkap tentang al-
Qur’an lahir pada abad 3 H.Istilah ulum al-Qur’an ini untuk pertama kalinya
dipakai oleh ibn Marzuban dalam kitabnya al-Hawi Fi Ulum al-Qur’an.Usaha
para ulama abad 3 H selanjutnya diteruskan oleh para ulama di abad 4 H. Yang
hidup sejak awal abad 4 H dan selanjutnya dalam studi ilmu-ilmu keislaman
disebut dengan ulama mutaakhkhirin atau ulama khalaf. Pada abad 4 H ini

15
Sahid, ULUM AL-QUR’AN (Surabaya: Pustaka Idea,2016),hlm.20.
16
Syamsu Nahar,Op. Cit.,hlm.10.

8
dimulai disusun ilmu garib al-Qur’an dan beberapa kitab ulum al-Qur’an dengan
memakai istilah ulum al-Qur’an.17
Kata ‘ulum al-Qur’an bukanlah sesuatu yang asing bagi para ulama yang
muncul sebelum abad ke-3 H. Ilmu-ilmu yang berkenaan dengan al-Qur’an sudah
tertanam sangat kuat dalam dada mereka. Hal ini terbukti dengan ucapan al-
Syafi‘i kepada khalifah Harun al-Rasyid. Ketika Harun al-Rasyid menanyakan
pendapatnya tentang ilmu al-Qur’an, al-Syafi‘i menjawab bahwa ilmu al-Qur’an
itu sangat banyak.18
Hanya saja, pengertian ‘ulum al-Qur’an dalam diskursus terminologis, baru
dikenal pada akhir abad ke-3 H atau awal abad ke-4. Dengan munculnya kitab al-
Hawi fi ‘Ulum al-Qur’an, ‘ulum al-Qur’an mulai dipandang sebagai satu ilmu
komprehensif yang meliputi berbagai cabang ilmu. Karena itu, pada abad ke-4
beberapa kitab yang membahas ilmu al-Qur’an sebagai satu kesatuan yang utuh
dengan menggunakan istilah ‘ulum al-Qur’an bermunculan. 19
Pada abad ke-3 H, selain tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai menyusun
beberapa ilmu al-Qur’an, di antaranya adalah:
1) ‘Ali bin al-Madini (w. 234 H).
2) Abu Ubaid al-Qasimi bin Salam (w. 224 H) menyusun ilmu Nasikh wa
Mansukh, ilmu Qira’at, dan Fadha’il al-Quran.
3) Muhammad bin Ayyub al-Dhurraits (w. 294 H) menyusun ilmu Makki wa
al-Madani.
4) Muhammad bin Khalaf al-Marzuban (w. 309 H) menyusun kitab al-Hawi fi
Ulum al-Quran.

17
Muhammad Zaini, Pengantar Ulumul Qur’an (Banda Aceh:Yayasan Pena Banda
Aceh,2012),hlm.7.
18
al-Shalih, Mabahits,hlm.123. Dalam dialog, al-Syafi‘i diintrogasi oleh khalifah Harun al-Rasyid
di Baghdad berkenaan dengan tuduhannya terhadap al-Syafi‘i yang dianggap sebagai pendukung
Syi‘ah. Dalam dialog itu al-Rasyid bertanya: “Bagaimana pengetahuanmu tentang al-Qur’an?”
AlSyafi‘i menjawab: “Kitab apa yang tuan maksud? Allah menurunkan kitabNya sangat banyak.”
Al-Rasyid berkata: “Anda sangat baik. Yang saya tanyakan adalah kitab Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad.” Al-Syafi‘i menjawab: “‘ Ulum al-Qur’an ruang lingkupnya sangat luas.
Aspek manakah yang tuan tanyakan? Apakah tuan menanyakan tentang muhkam dan mutasyabih ,
nasikh dan mansukh atau tentang hal yang lain?.” Muhammad Sa‘id Ramadlan al-Buthi, Min
Rawa’i‘ al-Bayan (Beirut: Dar al-Fikr, 1977). Lihat ‘Abd al-‘Adhim al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan
fi ‘Ulum al-Qur’an , juz 1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), 33.
19
Sahid,Op. Cit.,hlm.22.

9
5) Ibn Jarir al-Thabari (w. 310 H) menyusun tafsir Jami’ Al-Bayan fi Tafsir al-
Quran.20
Khusus dalam bidang tafsir,orang pertama yang dinobatkan sebagai penulis
kitab tafsir Al-Qur’an dalam bentuk karangan yang sesungguhnya bukan hanya
sekedar catatan-catatan kecil seperti yang dilakukan para sahabat Nabi ialah
Muhammad Ibn Jarir al-Thabari(w.310) dengan karya monumentalnya Jami’ al-
Bayan fi Tafsir Al-Qur’an (Himpunan penjelasan tentang Tafsir Al-Qur’an).21
c. ‘Ulum al-Qur’an pada Abad Ke-5 dan 6 H
Abad ke-5 H merupakan babak baru bagi ulama dalam penulisan ilmu al-
Qur’an yang terkait dengan i‘rab al-Qur’an dalam satu kitab. Selain itu, ulama
juga mengembangkan wawasan ilmu al-Qur’an kepada beberapa aspek.22
Diantara ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Quran pada abad
ini adalah :
1) Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w. 430 H) menyusun kitab al-Burhan fi
Ulum al-Quran.
2) Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H) menyusun kitab al-Taisir fi Qira’at al-Sab’ah
dan kitab al-Muhkam fi al-Naqth.23
Pada pada abad ke 5 muncullah Ali bin Ibrahim ibn Sa‟id al Hufiy (w.430 H)
yang menghimpun bagian bagian dari ulum al Qur’an dalam karyanya al-Burhan
fiy Ulum al-Qur’an. Dalam kitabnya ini, beliau membahas Al-Qur’an menurut
suruh dalam mushaf, selanjutnya beliau menguraikannya berdasarkan tinjauan al-
Nahwu dan al-Lugah, kemudian mensyarahnya dengan tafsir bi al-Masur dan
tafsir bi al-Ma’qul, lalu dijelaskan pula tentang waqaf (aspek qira’at), bahkan
tentang hokum yang terkandung dalam ayat. Atas dasar inilah maka uluma
menganggap al-Hofiy sebagai tokoh pertama yang membukukan ulumul
Qur‟an.(Manna al Qattan : 1973)24

20
Ibid.
21
Muhammad Amin Suma, Op. Cit.,hlm.14.
22
Ibid.,hlm.23.
23
Syamsu Nahar,Op. Cit.,hlm.11.
24
Wahyuddin dan M.Saifulloh,Op. Cit.,hlm.28.

10
Pada abad ke-6 H, ulama mengembangkan lebih lanjut ilmu ilmu al-Qur’an
yang terkait dengan ‘ilm i‘rab al-Qur’an . Yang lebih penting pada abad ini, ulama
mulai menyusun ‘ilm muhkamat al-Qur’an.25
Ulama yang terkenal pada abad ini antara lain :
1) Abu al-Qasim bin Abdu al-Rahman al-Suhaili (w. 581 H) menyusunkitab
Mubhamat al-Quran, kitab ini menjelaskan maksud kata-kata alQuran yang
tidak jelas, apa atau siapa yang dimaksudkan.
2) Ibn al-Jauzi (w. 597 H) menyusun kitab Funun al-Afnan fi ‘Aja’ib al-Quran
dan kitab al-Mujtab fi ‘Ulum tata’allaq bi al-Quran.26
d. ‘Ulum al-Qur’an pada Abad Ke-7 dan 8 H
Pada abad ke-7 H, ilmu-ilmu al-Qur’an terus dikembangkan oleh ulama.
Perkembangan ini memunculkan ‘ilm majaz alQur’an dan ‘ilm al-qira’ah.
Ulama yang menaruh perhatian dalam bidang ini adalah :
1) Alamuddin al-Sakhawi (w. 643 H) menyusun kitab Hidayat al-Murtab fi
Mustasyabih.
2) Ibn ‘Abd al-Salam (w. 660 H) ia mempelopori penulisan ilmu Majaz al-
Quran. 3) Abu Syamah (w. 655 H) menyusun kitab al-Mursyid al-Wajiz fi
Ulum al-Quran tata’allaq bi al-Quran al-‘Aziz. 27
Pada abad ke-8 H, beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang al-
Qur’an bermunculan dan penulisan kitab-kitab tentang ilmu-ilmu al-Qur’an masih
terus berjalan. Mereka yang bergiat dalam penulisan Ulumul Quran abad ini
antara lain adalah :
1) Ibn Abi al-Isba’ menyusun ilmu Bada’i al-Quran yakni ilmu badi’ (tentang
keindahan bahasa yang kandungan al-Quran).
2) Ibn al-Qayyim (w. 752 H) menyusun Ilmu Aqsam al-Quran (tentang sumpah-
sumpah yang terdapat dalam al-Quran).

25
Sahid,Op. Cit.,hlm.24.
26
Syamsu Nahar,Loc.Cit.
27
Ibid.

11
3) Najmuddin al-Thufi (w. 716 H) menyusun Ilmu Hujaj al-Quran atau Ilmu
Jadal al-Quran (membahasa bukti atau argumentasi yang dipakai al-Quran
untuk menetapkan sesuatu.
4) Abu al-Hasan al-Mawardi, menyusun Ilmu Amtsal al-Quran.
5) Badruddin al-Zarkasy (w. 794 H) menyusun kitab al-Burhan fi Ulum al-
Quran.
6) Taqiyuddin Ahmad bin Taimiah al-Harrani (w. 728 H) menyusun kitab Ushul
al-Tafsir. 28
e. ‘Ulum al-Qur’an pada Abad Ke-9 dan 10 H
Pada abad ke-9 H dan permulaan abad ke-10 H, karangan-karangan yang
ditulis oleh ulama tentang ilmu-ilmu al-Qur’an semakin banyak. Pada masa ini,
perkembangan ilmu al-Qur’an mencapai kesempurnaan.
Perkembangan Ulumul Quran pada masa ini dipandang telah mencapai
kesempurnaan. Para ulama abad ini adalah :
1) Jalaluddin al-Bulqini (w. 824 H) menyusun kitab Mawaqi’ al-Ulum min
Mawaqi; al-Nujum.
2) Muhammad bin Sulaiman al-Kafiyaji (w. 879 H) menysun kitab al-Taisir
fi Qawa’id al-Tafsir.
3) Jalaluddin ‘Abd al-Rahman bin Kamaluddin al-Suyuthi (w. 911 H)
menyusun kitab al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir. Kemudian ia juga menyusun
kitab yang lebih sempurna lagi yang bernama al-Itqan fi Ulum al-Quran,
membahas 80 macam ilmu al-Quran. Kitab ini belum ada yang
menandingi mutunya sehingga diakui sebagai kitab standard dalam mata
pelajaran Ulumul Quran.29
Setelah wafatnya al-Sayuti pada tahun 911 H, seolah-olah perkembangan
ulum al-Qur’an telah mencapai puncaknya dan terjadi stagnasi dalam
perkembangan ilmu al-Quran sampai ahir abad XIII H, sehingga tidak terlihat
penulis-penulis yang memiliki kemampuan seperti beliau. Hal ini menurut
Ramli Abdul Wahid (1994) disebabkan karena meluasnya sikap taklid di

28
Ibid.,hlm.12.
29
Ibid.

12
kalangan umat Islam, yang dalam sejarah ilmu-ilmu agama umumnya mulai
berlangsung setelah masa al-Sayuti (awal abad ke -10 H) sampai akhir abad
ke-13 H.30
f. ‘Ulum al-Qur’an pada Abad Ke-11 dan 12 H
Meskipun pada abad ke-11 dan 12 mengalami kestagnasian, terdapat ulama
yang menulis karya ‘ulum al-Qur’an, di antaranya adalah:
1) Ahmad bin Muhammad al-Maqqari (w. 1041 H) menyusun kitab I‘rab al-
Qur’a>n
2) 2. Al-Syaikh Mar’ al-Karami (w. 1033 H) menyusun kitab Qala’id al-
Marjan fi al-Nasikh wa al-Mansukh min al-Qur’an
3) Al-Banna’ (w. 1117 H) menyusun kitab Ittihaf Fudlala’ al Basyar fi
Qira’at al-Arba‘ah ‘Asyara
4) ‘Abd al-Ghina al-Nabilsi (w. 1143 H) menyusun kitab Kifayat al-
Mustafid fi ‘Ilm al-Tajwid
5) Al-Jamzuri (w. 1197 H) menyusun kitab Tuhfat al-Athfal wa al-Ghilman
fi Tajwid al-Qur’an
6) Muh}ammad bin ‘Abd al-Wahhab (w. 1206 H) menyusun kitab Fadla’il
al-Qur’an31
g. ‘Ulum al-Qur’an pada Abad Ke-13 dan 14 H
Selanjutnya, sejak penghujung abad ke-13 H hingga saat ini, perhatian ulama
terhadap ulum al-Qur’an bangkit kembali. Pada masa ini pembahasan dan
pengkajian Al-Qur’an tidak hanya terbatas pada cabang-cabang ulum al-Qur’an
yang ada sebelumnya, melainkan telah berkembang, misalnya penterjemah Al-
Qur’an kedalam bahasa asing. Juga telah disusun berbagai kitab ulum al-Qur’an,
diantaranya ada mencakup bagian-bagian (cabang-cabang),ulum al-Qur’an secara
keseluruhannya, ada pula yang hanya sebagian.32
Pada abad ke-13, terdapat ulama yang menyusun kitab, di antaranya:
1) Al-Dimyathi (w. 1287 H), menyusun kitab Risalat fi Mabadi’ al-Tafsir

30
Wahyuddin dan M.Saifulloh,Loc.Cit.
31
Ar-Rumi Fahd bin Abdurrahman, Ulumul Qur’an: Studi Kom pleksitas al-Qur’an.ter. Amirul
Hasan dan Muhammad Halabi (Yogyakarta: Penerbit Titian, 1997),hlm.64-65.
32
Wahyuddin dan M.Saifulloh,Op.Cit.,hlm.28-29.

13
2) Al-Hurni (hidup sekitar 1286 H) menulis kitab al-Jauhar al-Farid fi Rasm
al-Qur’an al-Majid
3) Ibn Hamid al-’Amiri (w. 1295 H) menulis kitab al-Nasikh wa al-Mansukh33

Setelah memasuki abad ke-14 H, perhatian ulama bangkit kembali dalam


menyusun kitab-kitab yang membahas al-Qur’an dari segi dan macam ilmu al-
Qur’an. Pada masa ini Universitas Al-Azhar Mesir diakui telah memicu
kebangkitan kembali penyusunan kitab-kitab yang membahas tentang al-Quran
setelah memasuki abad XIV H karena telah membuka jurusan bidang studi tafsir
hadis. Para ulama yang berjasa pada abad ini terkait penyusunan Ulumul Quran
antara lain adalah :
1) Syekh Thahir al-Jaziri, yang menyusun kitab al-Tibyan fi Ulum alQuran.
2) Jalaluddin al-Qasimi, (w. 1332 H) menyusun kitab Mahasin alTa’wil
3) Muhammad Abd al-‘Azhim al-Zarqani, menyusun kitab Manahil al-Irfan fi
Ulum al-Quran
4) Muhammad ‘Ali Salamah, menyusun kitab Manhaj al-Furqon fi Ulum al-
Quran
5) Syeikh Tanthawi Jauhari, menyusun kkitab al-Jawahir fi Tafsir al-Quran dan
al-Quran wa Ulum ‘Ashriyyah. 34
Di Indonesia buku yang berkaitan dengan ‘ulum al-Qur’an juga banyak yang
terbit, di antaranya adalah Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir karya M.
Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar ‘Ulum al-Qur’an karya Masyfuq Zuhdi, Sejarah
al-Qur’an karya Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tafsir karya Rif‘at Syauqi
Nawawi dan Ali Hasan, al-Qur’an dari Masa ke Masa karya Munawar Khalil,
Membumikan al-Qur’an karya M. Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an
karya kumpulan naskah dari para tokoh (M. Quraish Shihab, Ahmad Sukahardja,
Badri Yatim, Dede Rosyada, dan Nasaruddin Umar) yang dieditori oleh
Azyumardi Azra, ‘Ulum al-Qur’an karya Abdul Djalal H.A., Rekonstruksi
Sejarah al-Qur’an karya Taufik Adnan Amal, dan beberapa karya ‘ulum al-Qur’an

33
Sahid,Op. Cit.,hlm.28.
34
Syamsu Nahar,Op. Cit.,hlm.13.

14
yang ditulis untuk pegangan di Perguruan Tinggi. Di kalangan masyarakat Islam,
istilah ‘ulum al-Qur’an kemudian tidak hanya menjadi sebuah disiplin ilmu, tetapi
menjadi nama sebuah lembaga pendidikan, di antaranya Institut Ilmu al-Qur’an
(IIQ) dan Institut Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (IPTIQ). Istilah ‘ulum al-
Qur’an menjadi nama bagi majalah, seperti majalah ‘Ulum al-Qur’an yang
diterbitkan oleh Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) di Jakarta. Sebuah
lembaga milik Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta memberi nama
Lembaga Bahasa dan Ilmu al-Qur’an (LBIQ).35
Pada masa sekarang,di Mesir,di sekolah-sekolah Awaliyah diwajibkan
menghafal Al-Qur’an.Kalau mereka hendak menamatkan pelajaran di sekolah-
sekolah Awaliyah dan hendak meneruskan pelajarannya ke sekolah-sekolah
Muallimun.
Di Indonesia,di pondok-pondok,surau-surau,pesantren-pesantren,rangkang-
rangkang dan madrasah-madrasah terdapat pula usaha-usaha menghafal Al-
Qur’an . Untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an yang diterbitkan di Indonesia
ataupun yang didatangkan dari luar negeri,pemerintah Republik Indonesia
cq.Departemen Agama telah membentuk suatu panitia yang bertugas untuk
memeriksa dan mentassheh Al-Qur’an yang akan dicetak dan yang akan
diedarkan,yang dinamai “Lajnah Pentassheh Mushhaf Al-Qur’an“,yang ditetapkan
dengan penetapan Menteri Agama No.37 th.1957.
Selain itu pemerintah juga sudah mempunyai Al-Qur’an pusaka berukuran 1 x
2 M,yang ditulis dengan tangan oleh penulis-penulis Indonesia sendiri,mulai
tanggal 23 Juni 1948/17 Ramadhan 1367 dan selesainya tanggal 15 Maret
1960/17 Ramadhan 1379.,yang sekarang disimpan di Masjid Baiturrahman dalam
istana negara. Al-Qur’an pustaka itu selain untuk menjaga kesucian dan
kemurnian Al-Qur’an juga dimaksudkan untuk menjadi induk dari Al-Qur’an
yang diterbitkan di Indonesia.
Dengan usaha-usaha yang disebutkan diatas terpeliharalah Al-Qur’an Karim
itu,dan samapailah dia kepada kita sekarang dengan tidak ada perubahan
sedikitpun juga dari apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad

35
Sahid,Op. Cit.,hlm.29-30.

15
Saw.Dalam pada itu,pada tiap-tiap zaman dan masa dia hafal oleh jutaan umat
islam dan ini adalah salah satu inayat Tuhan untuk menjaga Al-Qur’an ,dengan
demikian terbuktilah firman allah SWT 36 :

36
Fatihuddin,Op. Cit.,hlm.16-17.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa,Ulum al-Qur’an
adalah beberapa pembahasan yang terkait dengan AlQur’an dari segi : tempat,
waktu dan sebab turunya wahyu, lafal dan uslub bahasanya, kesusasteraan
(Balaghah)-nya, penulisannya, pengumpulannya, bacaannya, naskh-mansukhnya,
tafsirnya dan hal-hal lain yang terkait dengan AlQur’an.,Ulum al-Qur’an yang
terdiri dari berbagai macam dan cabangnya tidak lahir sekaligus, melainkan
melalui proses perkembangan yang dapat dibagi ke dalam fase-fase : (1) fase
periwayatan, mulai zaman Rasulullah saw hingga awal abad ke-2 (2) fase lahirnya
cabang-cabang,ulum al-Qur’an dan kodifikasinya, mulai abad ke-2 hingga abad
ke-5 dan (3) fase kondifikasi ,ulum al-Qur’an sebagai suatu ilmu yang mencakup
berbagai ilmu Al-Qur‟an, yaitu sejak abad ke-5 hingga saat ini. Hingga sat ini
telah lahir puluhan tokoh di bidang,ulum al-Qur’an, diantara mereka yang paling
termasyhur adalah Jalil al-Din al-Sayuti pengarang kitab alItqan fiy,ulum al-
Qur’an dan al-Zarqasyi pengarang kitab al-Burhan fiy ulum al-Qur’an. Kedua
kitab ini masih ada hingga sekarang dan menjadi rujukan bagi kajian-kajian,ulum
al-Qur’an. 37
B. Saran
Dalam makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
makalah yang kami buat. Dan kami juga sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, karena kami sadar tidak ada hal yang sempurna di dunia ini, karena
kesempurnaan hanya milik Allah. Sehingga kami berharap kritik yang
membangun dari pembaca mengenai makalah ini, agar kami dapat memperbaiki
dalam karya tulis kami selanjutnya.

37
Wahyuddin dan M.Saifulloh,Op.Cit.,hlm.30-31.

17
DAFTAR PUSTAKA

al-Shalih, Shubhi.1988.Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an.Beirut: Dar al-Malayin.


Usman.2009.Ulumul Qur’an.Yogyakarta: Penerbit Teras.

Fahd bin Abdurrahman, Ar-Rumi.1997. Ulumul Qur’an: Studi Kom pleksitas al-
Qur’an.ter. Amirul Hasan dan Muhammad Halabi.Yogyakarta: Penerbit Titian
Ilahi Press.

Hakamah, Zaenatul.2018.“Konsep Ulumul Quran Muhammad Mafudz al-Tarmas


dalam Manuskrip Fath al-Khabir bi Sharh Miftah al’Tafsir”.Dalam Jurnal :
Nun,Vol. 4 No.1.

Nahar, Syamsu.2015. Studi Ulumul Quran.Medan: Perdana Publishing.

Suma, Muhammad Amin.2013.Ulumul Qur’an.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sahid.2016.ULUM AL-QUR’AN.Surabaya: Pustaka Idea.

Wahyuddin dan M.Saifulloh.2013.”Ulum Al-Quran”. Dalam Jurnal : Sejarah


dan Perkembangannya JSH Jurnal Sosial Humaniora.Vol. 6 No.1.

Wahid, Abdul dan Muhammad Zaini.2016.Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul


Hadis.Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh.

Yusuf, Kadar M.2012.Studi Al Quran.Jakarta: Penerbit Amzah.

Zaini, Muhammad.2012.Pengantar Ulumul Qur’an.Banda Aceh:Yayasan Pena


Banda Aceh.

18

Anda mungkin juga menyukai