Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ULUMUL QURAN

“SEJARAH ULUMUL QURAN DAN SEJARAH AL-QUR’AN”

DI

OLEH :

FARA ALVISYA RIZKY WIFA (4032020010)

ARIA SYAHPUTRA (4032020006)

M. ALBAR ZAJI (4032020012)

Dosen pembimbing : Mukhlis. Lc. M. Pd. I

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI LANGSA (IAIN)

T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya


layak kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Sejarah AL-Quran Dan Ulumul Qur’an”.
Penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan makalah ini, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu Mata Kuliah Ulumul
Quran, MUKHLIS. Lc. M. Pd. I yang telah memberikan dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar.
Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih
baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Selasa 15 Jan 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………....4

a. Latar belakang…………………………………………….............................................4.
b. Rumusan masalah…………………................................................................................4
c. Tujuan…………………………………………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………5

a. Pengertian ulum al-quran…….........................................................................................5


b. Sejarah perkembangan ulum al-quran…………………………………………………..6
c. Ruang lingkup ulum al-quran…………………………………………………………...7
d. Cabang-cabang ulum al-quran…………………………………………………………..7
e. Pengertian dan sejarah al-quran…………………………………………………………9
f. Nama-nama lain al-quran………………………………………………………………..9
g. Hikmah diwahyukan al-quran secara berangsur-angsur……………………………......10
h. Penulisan al-quran pada masa nabi……………………………………………………..11
i. Penulisan Al-Qur’an pada masa khulafa’ al-rasyidin…………………………………..11
j. Pemeliharaan Al-Quran setelah khalifah ‘utsman ibn ‘affan…………………………..12

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………….12

Kesimpulan………………………………………………………………………………………............12

DAFTAR PUTAKA…………………………………………………………………………………….13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. alQur’an diturunkan
dalam bahasa Arab, namun yang menjadi masalah dan pangkal perbedaan adalah kapasitas
manusia yang sangat terbatas dalam memahami alQur’an. Karena pada kenyataannya tdak
semua yang pandai bahasa Arab, sekalipun orang Arab sendiri,mampu memahami dan
menangkap pesan Ilahi yang terkandung di dalam al-Qur’an secara sempurna. Terlebih orang
ajam (non-Arab). Bahkan sebagian para sahabat nabi, dan tabi’in yang tergolong lebih dekat
kepada masa nabi, masih ada yang keliru menangkap pesan al-Qur’an. Kesulitankesulitan itu
menyadarkan para sahabat dan ulama generasi berikutnya akan kelangsungan dalam
memahami al-Qur’an. Mereka merasa perlu membuat rambu-rambu dalam memahami al-
Qur’an. Terlebih lagi penyebaran Islam semakin meluas, dan kebutuhan pada pemahaman al-
Qur’an menjadi sangat mendesak. Hasil jerih payah para ulama itu menghasilkan cabang
ilmu al-Qur’an yang sangat banyak. Adanya permasalahan tersebut menjadi urgensi dari
ilmuilmu al-Qur’an sebagai sarana menggali pesan Tuhan, serta untuk mendapat pemahaman
yang benar terhadap al-Qur’an.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian al-quran ?
2. Bagaimana sejarah al-quran ?
3. Apa pengertian ulumul quran ?
4. Bagaimana sejarah ulumul quran ?

C. Tujuan

Agar kita mengetahui tentang apa itu ulumul quran, al-quran, dan sejarah nya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulum Al-Quran

Al-quran diturunkan Allah SWT kepada manusia sebagai petunjuk mencapai keselamatan,
kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam upaya menggali dan memahami isi al-quran, umat islam
perlu kepada alat umtuk membedahnya. Mereka perlu ilmu untuk memahami al-quran. Ilmu
atau alat yang diperlukan tidak cukup satu, tetapi sangat banyak, maka muncul istilah ‘ulum al-
quran (ulum al-quran : ilmu-ilmu al-quran). Kata ‘ulum jamak dari ‘ilm, artinya al-fahm wa al-
idrak (paham dan menguasai).1 ‘ulum Al-Quran tidak muncul sekaligus menjadi satu kumpulan
yang sempurna, melalui proses yang cukup lama, Ulum al-quran, mengalami perkembangan
yang simultan dan berkesinambungan. Proses kemajuan itu akibat dari adanya sikap para ulama
yang memiliki kecenderungan yang berbeda dalam menggali Al-Quran. Diantara mereka ada
yang menitik beratkan kepada masalah rasm (penulisan), asbab al-nuzul (sebab turun ), I’jaz
(kemukjizatannya ), dan balaghah (gaya sastra). Jadi, tiap ulama mempunyai ketertarikan
tersendiri pada Al-quran, sehingga ilmu-ilmu tersebut masih belum teratur rapi dan beredar pada
tokohnya masing-masing. Suatu ketika imam syafi’I dituduh mempunyai paham yang
menyimpang berkenaan dengan al-quran. Khalifah harun rasyidin bertanya, ‘’bagaimana
pendapatmu tentang kitab allah?’’ imam syafi’I menjawab, ‘’kitab allah yang mana sebab allah
telah menurunkan banyak kitab suci.’’ ‘’kitab allah yang diturunkan kepada Muhammad
SAW,’’ jawab khalifah. Apakah anda bertanya tentang bagian-bagian yang mukham,
mutasyabih, bagian-bagian yang dibelakang kan, atau didahulukan, ataukah tentang nasikh dan
manasikh, atau soal-soal yang lain.2 Dari jawaban imam syafi’I itu, mengindikasikan bahwa
ulum al-quran itu sangat banyak. Ulum al-quran adalah sekumpulan ilmu yang membahas
tentang berbagai segi dari al-quran. Para ulama mendefinisikan ulum al-quran sebagai, ‘’ilmu
yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan al-quran dari segi aspek turun, sistematika,
pengumpulan dan penulisan, bacaan, tafsir, ke-mukjizatan, serta nasikh, dan manasikh.’’3
Sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu-ilmu ini juga disebut dengan ushul al-tafsir. Sebab
cakupan pembahasan dalam ulum al-quran berkaitan dasar-dasar memahami al-quran. Karna itu
seluk-beluk ulum al-quran mutlak harus dikaji dan dikuasai oleh seorang musafir.4

1
Manna’ khalil al-qaththan, studi ilmu-ilmu Al-quran, terj. Mudzakir AS, cet. 2, (jakarta: litera antar nusa, 1994),
hlm. 8.
2
Muhmmad ‘abd al-‘azhim al-zarqani, manahil al-irfan fi ‘ulum al-quran, jilid I, hlm. 26. Hal ini diceritakan kembali
dlam shubhu al-shalih, membahas ilmu-ilmu al-quran, terj. Tim pustaka firdaus, cet. 6, (jakarta: pustaka firdaus,
1996), hlm. 149.
3
Muhammad quraish shihab, et al., sejarah & ulum al-quran, (jakarta : pustaka firdaus, 1996), hlm. 40.
4
Qaththan, studi ilmu-ilmu al-quran, hlm.9.

5
Sejarah Perkembangan Ulum Al-Qur’an

Telah di singgung, bahwa pada masa nabi segala masalah selalu dikembalikan kepadanya. Karna
itu, kebutuhan ulum al-quran pada masa itu tidak dibutuhkan. Setelah ia wafat dan
kepemimpinan umat islam berada ditangan khulafa’ al-rasyidin, mulai muncul adanya ilmu-ilmu
al-quran. Khususnya dimulai ketika adanya perintah penulisan al-quran yang dipelopori oleh
usman bin affan. Karna nya ilmu yang pertama kali tentulah ilmu rasm al-quran, karna berkaitan
dengan tulis-menulis. Posisi utsman berarti sebagai perintis awal ilmu-ilmu al-quran sehingga
namanya tetap diabadikan dengan rasm al-utsmani.5
Setelah itu, tampil ‘ali bin abi thalib sebagai pengganti utsman. Lalu, ‘ali menugaskan abu al-
aswad al-duali6 merancang dan meletakkan kaidah-kaidah nahwu. Usaha pengembangan al-
quran ini tetap berlanjut pada masa sahabat. Sesuai dengan kapabilitas, bobot, dan kualitas
sahabat, mereka mempunyai konsen tersendiri, namun tujuan tetap sama menggali hikmah-
hikmah yang ada di dalam al-quran dan menyampaikan tafsir-tafsirnya kepada umat islam.
Usaha mereka berikut diganti oleh generasi tabiin, begitu seterusnya sampai sekarang. Pada
abad kedua hijriyah, dimana ilmu tafsir dan asbab al-nuzul, ilmu tentang makki dan madani,
serta nasikh dan manasikh merupakan ilmu-ilmu utama dalam mengkaji al-quran. Pada abad ini
tampil cendekiawan islam seperti syu’bah bin al-hajjaj, sufyan bin uyainah, dan waki’ bin
jarrah.7
Pada abad ketiga hijriyah, ‘ali bin al-madini (w. 234 H) yang juga sebagai guru al-bukhari,
menyusun kitab asbab al-nuzul. Abu ubaid al-qasim bin salam (w. 224 H) menyusun kitab
nasikh dan manasukh dan qira’at. Ibn qutaibah dengan musykilah al-quran. Kemudian pada abad
keempat , muhammad bin khalaf bin marzaban (w. 309 H) Menyusun kitab al-hawi fi ulum al-
quran. Pada abad kelima, abu bakar al-baqalani wafat pada tahun403 H menyusun kitab I’jaz al-
quran, ali bin ibrahim bin sa’id al-hufi (w.430 H) menyusun kitab I’rab al-quran, al-mawardi (w.
450 H) menyusun kitab amtsilah al-quran. Pada abad ketujuh hijriiyah muncul al- ‘izz bin ‘abd
al-salam (w. 660 H). menulis tentang majaz al-quran. ‘alam al-din al-sakhawi (w. 643 H)
menyusun kitab ‘ilm al-qira’at.8
Terhadap bertebarannya ilmu al-quran yang beragam dan berserakan ini, ada sebagian peneliti
yang mengkaji ilmu-ilmu tersebut. Pada masa modern, para pemikir membangkitkan wacana
pemikiran baru, dan mereka meramu kembali dan mengaitkan pengetahuan-pengetahuan modern
dengan ilmu-ilmu al-quran. Akhirnya timbul lah gerakan baru dalam bidang ini yang memberi
nuansa yang lebih segar dan dinamis, sehingga muncul karangan-karangan dengan coraknya
yang baru dan tampil beda. Misalnya kitab I’jaz al-quran karangan musthafa shadiq rafi’I.
khususnya dikalangan penulis indonesia, dijumpai buku-buku mengenai ilmu al-quran. Pakar
tafsir indonesia yang paling menonjol dewasa ini adalah Prof. Quraish Shihab yang menulis

5
Al-shalih, membahas ilmu-ilmu al-quran, hlm. 144.
6
Ibid.
7
Ibid
8
Ibid., hlm. 146-147.

6
membumikan Al-quran, dimana bagian penting dari ulum al-quran, sementara bagian kedua
menerangkan kajian tematik al-quran.

Ruang Lingkup Ulum Al-Quran


Ruang lingkup pembahasan ulum al-quran akan selalu berkembang, dengan begitu cakupan
kajian juga sangat luas. Cakupan pembahasan ulum al-quran yang telah ada meliputi al-quran itu
sendiri, penamaan nya, akar kata nya, pengertian, penamaan dan sifatnya, perbedaan nya dengan
hadis qudsi. Lalu wahyu yang meliputi pengertiannya, kemungkinan dan terjadinya wahyu, cara
turunnya kepada malaikat dan rasul, rahasia-rahasia di sekitar metode turunnya. Masalah
penghimpunan sejak masa nabi sampai terbitnya al-quran yang dinyatakan resmi sebagai bentuk
finalnya. Disamping itu juga membahas tentang asbab al-nuzul, ayat-ayat yang turun di mekkah
dan di madinah, tentang awal surah, ilmu qira’ah dan ahlinya, nasikh manasukh, ilmu rasm al-
quran, mukham dan mutasyabih, tafsir, kemukjizatannya, dan masih banyak lagi.

Al-quran pada dasarnya dapat diketahhui dengan dua cara, yaitu dengan jalan naql dan dengan
jalan ‘aql. Dari dua cara ini dibagi menjadi dua, yaitu:9

1. Ilmu yang berhubungan dengan riwayat, yaitu ilmu yang pendekatannya berdasarkan
riwayat dari rasulullah, sahabat, dan tabi’in. ilmu semacam ini, antara lain adalah ilmu
tentang qira’ah (bacaan), tempat turun ayat, sebab, waktu, sebab turunnya, dan yang
semisalnya.
2. Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yaitu ilmu yang diperoleh dengan jalan
penelaahan secara mendalam. Ilmu semacam ini, antara lain adalah makna ayat yang
berhubungan dengan hukum, sosial, psikologi, dan lain-lain.

Cabang-cabang Ulum Al-Qur’an

Objek-objek kajian yang menjadi pokok pembahasan seperti yang disinggung di atas itu sangat
banyak. Demikian juga ilmu-ilmu yang memfokuskan pengkajian nya pada objek bahasan diatas
juga banyak. Cabang ilmu-ilmu itulah yang membentuk ulum al-quran. Badr al-Din al-zarkasyi
(w. 794 H/1392 M) didalam karya nya al-burhan fi ulum al-quran, menyebut 74 ilmu yang
termasukke dalam kelompok ulum al-quran.10

T.M. Hasbi al-shiddiqie menjelaskan, muatan-muatan yang dibahas didalam ulum Al-quran yang
terpokok meliputi :
9
Tengku muhmmad hasbi ash shiddieqy, sejarah dan pengantar ilmu al-quran/tafsir (semarang: PT pustaka rizki
putra, 2000), 102.
10
(jakarta: bulan bintang, 1992), hlm. 100-102.

7
1. ‘ilm mawathin al-nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan masa turun ayat, musim, awal, dan
akhirnya.
2. ‘ilm tarikh al-nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan dan menjelaskan masa turun ayat dan
tertib turunnya satu demi satu, dari awal turun hingga akhir nya, tertib surat dengan
sempurna.
3. ‘ilm asbab al-nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab turunnya ayat.
4. ‘ilm al-qira’ah, yaitu ilmu yang menerangkan macam-macam qira’ah yang diterima
rasulullah.
5. ‘ilm al-tajwid,yaitu ilmu yang menrangkan cara membaca, tempat mulai dan
berhentinya; dan lain-lain yang berhubungan dengan itu.
6. ‘ilm gharib al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata yang ganjil dan tidak
terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang
halus, tinggi dan pelik.
7. ‘ilm I’rab al-quran, yaitu yang menerangkan baris al-quran dan kedudukan lafal dalam
ta’bir (susunan kalimat).
8. ‘ilm al-wujuh wa al-nadha’ir, yaitu ilmu yang menyenangkan kata-kata al-quran yang
memiliki banyak arti, menerangkan makna yang dimaksud pada suatu tempat.
9. ‘ilm ma’rifat al-muhkan wa al-mutasyabih, yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang
dipandang muhkam dan mutasyabih.
10. ‘ilm al-nasikh wa al-manasukh, yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang dianggap
nasikh dan manasukh oleh sebagian ahli tafsir.
11. ‘ilm bada’I al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan keindahan-keindahan susunan al-
quran.
12. ‘ilm I’jaz al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan kekuatan susunan lafal al-quran yang
memiliki nilai mukjizat, dapat melemahkan ahli bahasa.
13. ‘ilm tanasub al-ayat wa al-suwar, yaitu ilmu yang menerangkan persesuaian antara satu
ayat dan surat, nai ayat dan surat yang ada dimuka maupun yang ada dibelakang.
14. ‘ilm aqsam al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah
allah yang terdapat dalam al-quran.
15. ‘ilm amtsal al-quran,yaitu ilmu yang menerangkan perumpamaan-perumpamaan yang
dikemukakan al-quran dan menyerahkannya.
16. ‘ilm jidal al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan macam-macam diplomasi yang telah
dihadapkan al-quran kepada orang-orang musyrik dan orang-orang kafir.
17. ‘ilm adab tilawat al-quran, yaitu ilmu yang menerangkan segala bentuk aturan yang
harus dipakai dan dilaksanakan dalam membaca al-quran.

8
B. Pengertian dan Sejarah Al-Qur’an

Banyak pendapat tentang pengertian al-quran. Namun nama yang paling populer adalah Al-
Qur’an, yang merupakan bentuk kata masdar dari qa-ra-a, sehingga kata al-quran dimengerti
oleh setiap orang sebagai nama kitab suci yang mulia. Subhi al-shalih mengemukakan berbagai
pendapat dari para pakar al-quran ebagai berikut. Pertama, imam al-syafi’I mengatakan, lafaz al-
quran yang terkenal itu bukan musytaq dan bukan pula ber-hamzah. Jadi, bukan berasal dari akar
kata qa-ra-a. sebab jika demikian, tentu semua yang dibaca dapat dinamai Al-quran. Nama itu
khusus bagi al-quran seperti hal-nya Taurat dan Injil. Kedua, al-Farra yang berpendapat, lafaz al-
quran adalah pecahan dari atau musytaq dari kata qara’in, karna itu jelaslah bahwa huruf “nun”
pada akhir lafazh al-quran adalah huruf asli, bukan tambahan huruf. Ketiga, al-asy’ari dan para
pengikutnya mengatakan bahwa lafazh al-quran adalah musytaq dari akar kata qarn. Ia
mengemukakan contoh kalimat qarn al-sya’I yang berarti “menggabungkan sesuatu dengan
sesuatu”. Jadi, kata qarn dalam hal ini nermakna “gabungan atu kaitan”, karena surah-surah dan
ayat-ayat saling berkait dan bergabung.11

Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa lafazh al-quran tanpa hamzah
ditengahnya, jauh dari kaidah isytiqaq bahasa arab. Namun sekelompok ulama lain
mengemukakan bahwa dalam penulisan al-quran harus diletakkan hamzah ditengah. Mereka
adalah al-zajjaj dan al-lihyani. Al-zajjaj mengatakan lafaz al-quran ditulis dengan huruf hamzah
ditengah nya berdasarkan pola kata atas wazn fu’lan. Lafazh tersebut pecahan dari kat qar’un
yang berarti jam’un. Contohnya quri’a al ma’ufi al-haudhi, yang berarti “air berkumpul didalam
kolam.” Jadi, dalam kalimat tersebut bermakna jam’un atau kumpul. Alasannya, al-quran
menumpulkan atau menghimpun intisari kitab-kitab terdahulu.

Sementara, al-lihyani berpendapat, lafaz al-quran di tulis dengan huruf hamzah ditengahnya
berdasarkan pola kata ghufran dan merupakan pecahan kata dari qa-ra-a yang berarti tala atau
“membaca”. Pendekatan ini lebih akurat dan lebih tepat, karna dialam bahasa arab lafaz al-quran
adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim dengan kata qira’ah, yakni “bacaan.”

Nama-nama Lain Al-Qur’an

Al-quran memiliki banyak nama. Menurut abu al-ma’ali syaidzalah (w. 495 H/997 M), al-quran
memiliki 55 nama. Menurut abu al-hasan al-harali, al-quran memiliki lebih dari 90 nama.12
Banyaknya nama al-quran menunjukkan bahwa kedudukan al-quran sangat mulia. Banyak nama
mengisyaratkan kemuliaan nama tersebut. Beberapa nama al-quran diantaranya:

1. al-Qur’an , agar ia menjadi bacaan dan dibaca oleh umat Islam. Nama al-Qur’an disebut
dalam surat al-Baqarah [2] ayat 185 yang artinya : “Bulan Ramadan (adalah bulan)
yang Kami turunkan al-Qur’an (bacaan) sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan
dari petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil).”

11
Shubhi al-shalih. Mabahits fi ‘ulum al-quran, (beirut: dar al-‘ilm al-malayin, 1985), hlm. 10.
12
Ibid, 28.

9
2. Al-furqan. Al-Qur’an disebut al-Furqan (pembeda), karena ia membedakan antara yang
benar dan yang batil. Nama ini dapat ditemukan antara lain dalam surat al-Furqan [25]
ayat 1: yang arinya “Maha Suci Dzat (Allah) yang telah menurunkan alFurqan kepada
hambaNya, agar dia menjadi pemberi peringatan.”
3. Al-Kitab . Al-Qur’an disebut al-Kitab (kitab, buku), karena ia menjadi pegangan atau
pedoman hidup bagi manusia. Nama ini dapat ditemukan antara lain dalam surat al-Nahl}
[16] ayat 89: yang artinya “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab untuk menjelas kan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah
diri (kepada Allah).”
4. Al-Dzikr . Al-Qur’an disebut al-Dzikr , karena ia dijadikan peringatan untuk mengingat
Allah. Nama ini dapat ditemukan dalam surat al-Hijr [15] ayat 9, yang artinya
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Dzikr (al-Qur’an) dan sesungguhnya
Kami (pulalah) yang memeliharanya.”

Hikmah diwahyukan al-quran secara berangsur-angsur

Al-quran tidaklah turun secara sekaligus dalam satu kali pewahyuan. Al-quran diturunkan secara
bertahap. Al-quran turun secra periodik kepada nabi ini dapat dipahami, karna memang tujuan
utama diwahyukan firman-Nya adalah untuk memperbaiki umat manusia, baik berupa
penjelasan, sanggahan terhadap kaum musyrik, teguran, ancaman, kabar gembira, dan seruan.
Ada yang turun 5 ayat sekaligus, ada pula yang 10 ayat sekaligus, bahkan adakalanya terdapat
wahyu yang diturunkan kepada nabi muhammad SAW itu, kurang atau bahkan lebih dari itu.

Mengenai tahap-tahap turunnya al-quran, teerdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. Al-
sya’bi mengatakan al-quran mula-mula turun pada malam hari, lailah al-qadar setelah itu turun
berangsur-angsur secara periodik. Pendapat al-sya’bi ini didasarkan atas firman allah SWT :
“sesungguhnya kami telah menurunkan al-quran pada malam qadr (lailah al-qadr) dan
seterusnya.”13 Penilaian al-sya’bi ini dinilai sangat tepat, karena tidak bertentangan dalam apa
yang diisyaratkan oleh al-quran, bahwa al-quran diturunkan pada malam penuh berkah dalam
bulan ramadhan. Ada juga yang berpendapat bahwa al-quran diturunkan melalui tiga tahapan.
Pertama, allah menurunkannya di lauh al-mahfuzh, selanjutnya diturunkan ke bait al-‘izzah di
langit pertama, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur diturunkan kepada nabi
muhammad SAW sesuai keperluan dan sesuai dengan peristiwa yang sedang dihadapi.

Kemudian yang lebih penting lagi, menggali hikmah diblik tahapan-tahapan turunnya al-quran.
Hikmah yang terpenting adalah memenuhi kebutuhan dan keperluan nabi dan kaum muslim. Ada
dua bentuk keperluan yang dibutuhkan oleh rasulullah akan turunnya al-quran yang berangsur-
angsur. Pertama, meneguhkan hati nabi, karna setiap turun disertai dengan suatu peristiwa
tertentu. Kedua, mudah menghafalnya. Al-quran diturunkan secara berangsur-angsur dan tidak
dapat ditulis sekaligus, karna nabi yang menerimanya seorang nabi yang ummi, dalam arti tidak

13
Q.s al-qadr [97]: 1.

10
dapat membaca dan menulis.14 Al-makki mengatakan turunnya al-quran secara berangur-angsur,
sangat tepat, jika al-quran diturunkan tidak dengan berangsur-angsur, maka orang banyak yang
meninggalkan islam, karna banyaknya larangan dan perintah. Dengan berangsur-angsur, maka
akan terasa ringan dan tidak begitu memberatkan.15

Penulisan Al-Qur’an pada Masa Nabi

Pada masa nabi Muhammad SAW masih hidup, penulisan al-quran dalam ssatu buku komplet
belum merupakan kebutuhan tuhan mendesak dan belum ada naskah yang sempurna. Penulisa
al-quran al-quran dalam sati naskah seperti yang ada sekarang baru terealisasikan pada masa
khulafa’ al-rasyidin. Namun, demikian, keaslian dan keutuhan al-quran tetap terjaga dengan
baik. Al-quran cukup terjaga keaslian dan keutuhan nya melalui hafalan dari nabi dan dari para
sahabat. Mekanisme penjagaan hafalan itu bermula dari hafalan nabi yang pada tiap bulan
ramadhan selalu dicek ulang oleh malaikat jibril. Kemudian, para sahabat mengecek kepada nabi
SAW.

Penulisan Al-Qur’an pada masa khulafa’ al-rasyidin


Pada masa khalifah abu bakar, khalifah disibukkan oleh para pembangkang. Dalam penumpaan
inilah, banyak sahabat yang menjadi syahid, terutama mereka yang menyandang gelar sebagai
huffazh al-quran. Para penghafal al-quran semakin menipis jumlahnya akibat peperangan
diyamamah, para sahabat yang syahid mencapai tujuh puluh orang lebih. ‘umar bin khatab
sangat mengkhawatirkan, juga mencemaskan kelangsungan risalah yang dibawa oleh nabi
muhammad SAW. Atas kegeniusan dan kecemerlangan visi kedepannya itu, ‘umar dengan
inisiatifnya itu kemudian mengusulkan pengumpulan dan pembukuan al-quran kepada abu
bakar.
Pada awalnya khalifah abu bakar keberatan, namun dengan argumen yang dikemukakan oleh
‘umar, akhirnya abu bakar menrima usulan itu.16 Usaha itu dimulai dengan mengumpulkan para
sekretaris nabi. Terutama zaid bin tsabit, walaupun melalui perdebatan dengan abu bakar dan
‘umar, akhirnya menyetujui ugas yang bakal diemban nya. Ia mlai mengumpulkan al-quran yang
masih berserakan di pelepah-pelepah kurma, kepingan batu, dan dari hafalan para pengahafal al-
quran.17 Akhirnya, tersusunlah apa yang disebut mushaf seperti yang ditugaskan oleh abu bakar
disamping mushaf-mushaf lainyang bersifat mushaf pribadi seperti mushaf milik ‘ali, ubai, dan
mushaf ibn mas’ud, tetapi mushaf-mmushaf ini tidak ditulis secara teratur sebagaimana mushaf
abu bakar.18
Pemeliharaan Al-Quran setelah khalifah ‘utsman ibn ‘affan
14
Jalal al-din al-suyuthi, al-itqan fi ‘ulum al-quran, jilid I, (beirut : dar al-fikr, t.t), hlm. 71.
15
Al-shalih, mahabits fi ‘ulum al-quran, hlm.62.
16
Manna’ khalil qaththan, mahabits fi ‘ulum al-quran, cet. 3, (riyadh: mansyurat al-‘Asr al-hadist, 1973), hlm. 188.
17
Ibid., hlm. 189.
18
Ibid., hlm. 191.

11
Jadi, sebenarnya tugas pemeliharaan al-quran itu, disamping jaminan langsung dari allah swt
yang akan tetap menjaganya. Maka pemeliharaan juga berlangsung ditengah-tengah umat islam
itu sendiri, mekanisme pemeliharaan al-quran dikalangan umat islam akan berlangsung secara
otomatis, ketika terjadi suatu huruf pun yang menyimpang dari formula mushaf ‘utsmani, maka
segera dapat terdeteksi dan diperbaiki.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari materi yang telah kami uraikan di atas, dapat kita pahami bahwasanya Ulumul Qur’an itu
mencakup berbagai macam keilmuan. Baik itu Al-Qur’an it sendiri, Al-Hadits, Wahyu, dan ilmu
yang lainya yang dapat kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Drajat, Amroeni. 2017. ULUMUL QUR’AN pengantar ilmu-ilmu al-qur’an. Depok:


KENCANA.

HM, Sahid. 2016. ULUM AL-QUR’AN (memahami otentifikasi al-qur’an). Surabaya, jawa
timur: pustaka idea.

13

Anda mungkin juga menyukai