HARUN NASUTION
OLEH:
KELOMPOK IV
Ulfa: 2120203886108046
Kelompok IV
DAFTAR ISI
JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................2
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN..............................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah islam, mulanya berkembang pemikiran rasional, tetapi
kemudian berkembang pemikiran tradisional. Pemikiran rasional berkembang
pada zaman klasik islam, sedangkan pemikiran tradisonal berkembang pada
zaman pertengahan islam (1250-1800 M).
Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya
kedudukan akal seperti terdapat al-quran dan hadis.
Pertemuan dan peradaban yunani ini melahirkan pemikiran rasional di
kalangan ulama islam zaman klasik.
Oleh karena itu, kalau di yunani berkembang pemikiran rasional yang
secular, maka dalam islam zaman klasik berkembang pemikiran rasional yang
agamais. Pemikiran ulama filsafat dan ulama sains, sebagaimana halnya pada
para ulama dalam bidang agama sendiri, terikat pada ajaran-ajaran yang
terdapat dalam kedua sumber utama tersebut. Dengan demikian dalam sejarah
perbedaan islam, pemikiran para filsafat dan penemuan-penemuan ulama sains
tidak ada tang bertentanagan dengan al-quran dan hadis.
Sejak abad kesembilan belas ini kembali tumbuh di dunia islam pemikiran
rasional yang agamais dengan perhatian pada filsafat, saian, dan teknologi. Di
abad kedua puluh perkembnagan itu lwbih maju lagi, lahir interptasi rasional
dan baru atas al-quran dan hadis. Pemikiran tradisional islam segera mendapat
tantangan dari pemikiran rasional agamais ini.
Dalam pemikiran rasional agamais manusia punya kebebasan dan akal
mempunyai kedudukan tinggi dalam memahami ajaran-ajaran Al-qur’an dan
hadis. Kebebasan akal hanya terikat pada ajaran-ajaran absolut kedua sumber
utama islam itu, yakni ajaran-ajaran yang disebut dalam istilah qath;I al-
wurud dan qaaath’iy al-dalalah. Maksud ayat al-quran dan hadis ditangkap
sesuai dengan pendapatakal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Profil Harun Nasution
Kata akal yang sudah menjadi kata Indonesia itu berasal dari bahasa Arab,
yaitu al-„aql ( ) العقل, artinya pikiran atau intelek (daya atau proses pikiran
yang lebih tinggi berkenaan dengan ilmu pengetahuan). Dalam bahasa
Indonesia perkataan akal menjadi kata majemuk akal pikiran.13Akar kata al-
„aql mengandung makna ikatan, yaitu dipergunakan untuk menerangkan
sesuatu yang mengikat manusia dengan Tuhan. Ia juga mengandung arti
mengerti, memahami dan berfikir.
Dalam Al-Qur‟an tidak terdapat kata „aql. Akan tetapi, dalam bentuk kata
kerja sebanyak 49 kali, kata-kata itu datang dalam arti faham, berfikir dan
mengerti, seperti „aqaluh ayat yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 75:
ق ِم ْْن ْ ُم ي َْس َمعُونَ َكلَ َم ا ه ل َِّل َُُْ طمعُونَ َأ ْن يُْؤ ِمنُوا ل
ِ َ َك َوقَ ْد َكن
ٌ فري َ ْ ََأفت
2. َي رِّ فُوه َُو ِم ْن ب َْع ِد َم ا َعقَل ُوهُ َوهُُْ ي َْعل َمُون َُُ ثُُه
َُ ب َوي ُو
نس ْ وب َو
َ الْ َْسبَا ِط َو ِعي َس ٰى َوأيَ ُّو َ ُق َوي ْعق ْ ِإب َرا ِهي َم َوِإ
َ سْ اَ ِعي َل َوِإس َْحا
ي نَا دَا ُوود زَب ُورًا َ َوهَارُونَ َو ُسلَ ْي َمانَ َوآت
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu
sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang
kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim,
Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan
Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud... (QS. An-Nisa: 163).
Selanjutnya, Al-Wahy mengandung arti pembicaraan secara tersembunyi
dan dengan cepat. Wahyu juga berarti petunjuk langsung dari Allah atau
kebenaran langsung disampaikan Tuhan kepada salah seorang hambanya.
Dengan kata lain, wahyu merupakan komunikasi antara Tuhan dan manusia.
Sementara wahyu secara bahasa, wahyu adalah pemberian isyarat,
pembicaraan dengan rahasia, dan menggerakan hati. Adapun yang dimaksud
dalam terminologi, wahyu adalah pemberitahuan yang datang dari Allah
kepada nabinya yang di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan dan petunjuk
kepada jalannya yang lurus dan benar.
Berbicara tentang wahyu, wahyu adalah firman Allah yang dijadikan
panduan untuk menetapkan suatu hukum, yang tidak dapat diganggu gugat
sama sekali. Para nabi dan rasul saja yang terpelihara penuturan serta akal
pikirannya dari kesalahan dan menyimpang dari kebenaran, baik dalam hal
kehidupan di dunia, akhirat, perkara yang telah berlaku maupun akan datang.
Hal tersebut karena Allah tidak pernah berkata atau berfikir mengikuti hawa
nafsu, semuanya melalui ilham dan wahyu dari Allah SWT.
C. Corak pemikiran teologis Harun Nasution
Akal, sebagai daya pikir yang ada dalam diri manusia, berusaha keras
untuk sampai kepadaTuhan. Sedangkan wahyu sebagai pengkabaran dari
alam metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan
tentang Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap-Nya. Persoalan
yang kemudian timbul dalam pembahasan ilmu kalam yaitu sampai
dimanakah kemampuan akal manusia dapat mengetahui tuhan dan kewajiban-
kewajiban manusia? Dan sampai dimanakah besarnya fungsi wahyu kedalam
kedua hal tersebut?
Persoalan kemampuan akal dan fungsi wahyu ini dihubungkan dengan dua
masalah pokok yaitu:
1. Tentang mengetahui Tuhan, yang melahirkan dua masalah, yaitu
mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan
2. Tentang baik dan jahat, yang melahirkan dua masalah juga, yaitu
mengetahui baik dan jahat dan kewajiban mengerjakan perbuatan baik
dan meninggalkan perbuatan jahat.
A. Kesimpulan
Muhammad Daud Ali, (2009). Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesia, : RajawaliPers, Jakarta.
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam,
Mohammad Daud Ali, (2006). Pendidikan Agama Islam, : RajaGrafindo,
Jakarata.
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam,
Surajiyo, et. al, (2009). Dasar-dasar Logika, Cet V,: Bumi Aksara, Jakarta.