Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM


INDONESIA
HM RASYIDI DAN HARUN NASUTION
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Sandi Miftahudin, M.Pd.I

Disusun oleh :
Kelompok 8

Susanti Lestari : P.21.141541


Fia Nur Aripa : P.21.141530
Mugiana Silmun : P.21.141533

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM / REGULER


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARQAM
MUHAMMADIYAH GARUT
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan syukur kehadirat Allah swt., yang berkat rahmat
dan karunianya-lah kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini yang berjudul
“ALIRAN DALAM ILMU KALAM INDONESIA HM RASYIDI DAN HARUN NASUTION”.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada Rasulullah saw., yang dengan
perantaraannya-lah kita semua dapat merasakan nikmatnya kehidupan.Harapan penulis, semoga tugas
makalah ini dapat membantu pembaca dalam mempelajari ILMU KALAM
Sehingga tugas makalah ini bukan hanya sekedar memperkaya khazanah keilmuan, tetapi
juga benar-benar membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Akhirnya, penulis menyadari
bahwa tugas makalah ini tidak luput dari kekurangan, karena kesempurnaan hanya-lah milik Allah
semata. Oleh karena itu, kritik konstruktif dan saran yang baik dari para pembaca sangat penulis
nantikan, demi penyempurnaan tugas makalah ini

Garut, 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1. Tujuan kegiatan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
A. Sejarah ilmu kalam..................................................................................................................2
B. Hm Rasyidi................................................................................................................................2
1. Riwayat Hidup H. M Rasyidi........................................................................................................2
a. Pendidikan.............................................................................................................................2
b. Karier.....................................................................................................................................2
c. Kegiatan Lain........................................................................................................................2
d. Karya......................................................................................................................................2
2. Pemikiran Kalam H.M Rasyidi......................................................................................................2
a. Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi...........................................................................2
b. Tema-tema ilmu kalam..........................................................................................................2
c. Hakikat iman..........................................................................................................................2
3. Harun Nasution..............................................................................................................................2
a. Masa Muda..............................................................................................................................2
b. Karier.....................................................................................................................................2
4. Pemikiran Harun Nasution a.........................................................................................................2
a. Peranan Akal..........................................................................................................................2
b. Pembaharuan Teologi............................................................................................................2
c. Hubungan akal dan wahyu.....................................................................................................2
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................2
A. Kesimpulan................................................................................................................................2
B. Saran..........................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................2

3
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ajaran Islam, yang sumber ajarannya berasal dari Al-qur’an dan sunnah Nabi ‫ﷴﷺ‬,
diyakini oleh umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang diproduksi oleh
perputaran zaman. Pada dasarnya Islam itu satu, tetapi pada kenyataannya bahwa tampilan Islam
itu beragam, karena lokasi penampilannya mempunyai budaya yang beragam, perubahan jaman
telah membawa budaya dan teknologi yang berbeda-beda. Misalnya, ada komunitas yang senang
menampilkan Islam dengan pemerintahan kerajaan, ada pula yang senang pemerintahan republik.
Bahkan, ada yang ingin kembali ke pemerintah bentuk khilafah Ada yang terikat dengan teks Al-
Qur’an dan Hadis dalam memahami ajaran Islam. Tidak bisa dihindari lagi, semua merasa
pemikirannyalah yang paling benar antara sesama Muslim yang terjadi dimana-mana dalam
rangka menampilkan Islam. Tampaknya, pemahaman itu utuh, pesan ketuhanan dapat ditangkap,
fanatik buta dapat diredam, sejarah tampilan ajaran Islam dari waktu ke waktu perlu dicermati.
Dengan cara ini proses terselengaranya syariat Islam di masa Nabi dan generasai-generasi
berikutnya dapat dipahami. Alasan kebijakan para tokoh Islam untuk maksud ini pun dapat
dimengerti. Dalam era kontemporer ini kemudian teraktualisasi perdebatan kalam dikalangan
tokoh modernis. Di antara tokoh yang ada di era kontemporer ini adalahHm Rasyidi Dan Harun
Nasution

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang ilmu kalam masa kini tentang pemikiran
Tokoh Khususnya tokoh Hm Rasyidi Dan Harun Nasution.

Ilmu kalam atau teologi dari masa ke masa mengalami perkembangan yang cukup pesat, banyak
tokoh-tokoh pemikir ilmu kalam bermunculan. Dan memiliki argumentasi yang berbeda-beda,
sehingga persoalan-persoalan yang mengenai ilmu kalam atau teologi itu sendiri semakin serius untuk
dibahas. Karena dari permasalahan tersebut akan memicu timbulnya pemikiran-pemikiran yang baru
dan tanggapan dari berbagai tokoh-tokoh ilmu kalam itu sendiri.

Banyaknya tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang yang berbeda, maka banyak pula pemikiran-
pemikiran dari mereka yang berbeda tentang permasalahan ilmu kalam ini. Sebagai contoh, di dalam
makalah ini insya Allah akan di bahas teologi atau ilmu kalam yang mengacu pada dua tokoh
yaitu:HM.Rasyidi dan Harun Nasution. Oleh karena itu, penulis mencoba mengangkat makalah
dengan judul “ Pemikiran kalam di indonesia”. Hal ini sebagai bahan diskusi, sehingga akan
mendapatkan wawasan keilmuan terkait dengan permasalahan ilmu kalam

4
B. Rumusan Masalah

Masalah yang kami angkat pada makalah kali ini ialah pemikiran kalam di Indonesia menurut
Harun Nasution dan H.M.Rasyidi.

1. Tujuan kegiatan

 Untuk mengetahui riwayat hidup H.M.Rasyidi


 Untuk mengetahui pemikiran kalam H.M.Rsayidi
 Untuk mengetahui riwayat hidup Harun Nasution
 Untuk mengetahui pemikiran kalam Harun Nasution

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah ilmu kalam

Ilmu kalam atau teologi sudah kita kenal sejak zaman Khulafaur Rasyidin, menurut Harun
Nasution kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa
pembunuhan Ustman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin
Abi Thalib. Ilmu kalam atau teologi dari masa ke masa mengalami perkembangan yang cukup pesat,
banyak tokoh-tokoh pemikir ilmu kalam bermunculan. Dan memiliki argumentasi yang berbeda-beda,
sehingga persoalan-persoalan yang mengenai ilmu kalam atau teologi itu sendiri semakin serius untuk
dibahas. Karena dari permasalahan tersebut akan memicu timbulnya pemikiran-pemikiran yang baru
dan tanggapan dari berbagai tokoh-tokoh ilmu kalam itu sendiri.
Dengan adanya permasalahan-permasalahan tentang ilmu kalam ini akan menambah wawasan
keilmuan bagi para tokoh pemikir itu sendiri maupun bagi orang-orang yang terlibat dalam keilmuan
tersebut. Banyaknya tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang yang berbeda, maka banyak pula
pemikiran-pemikiran dari mereka yang berbeda tentang permasalahan ilmu kalam ini. Sebagai contoh,
di dalam makalah ini insya Allah akan di bahas teologi atau ilmu kalam yang mengacu pada dua
tokoh yaitu: H. M. Rasyidi dan Harun Nasution. Akan tetapi dalam makalah ini akan di bahas hanya
terkait dengan teologi atau ilmu kalam kontemporer saja dan hanya terfokus pada teologi dua tokoh
yaitu: H. M. Rasyidin dan Harun Nasution

B. Hm Rasyidi
1. Riwayat Hidup H. M Rasyidi

Prof. Dr. H. Mohammad Rasjidi (lahir di Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915 meninggal 30
Januari 2001 pada umur 85 tahun) adalah Menteri Agama Republik Indonesia yang pertama yang
diangkat pada tanggal 3 Januari 1946 berdasarkan maklumat Pemerintah Republik Indonesia tentang
berdirinya Kementerian Agama RI.
Ia juga merupakan Guru Besar Fakultas Hukum
Universitas Indonesia bidang Hukum Islam dan Lembaga-Lembaga Islam, yang diangkat pada 20
April 1968. Ia adalah teman dekat Alm. Faisal dari Arab Saudi Sumbangsih Jasa - Jasanya
buat Republik Indonesia tak ternilai harganya dari kacamata Pendidikan Internasional. Jepang,
Prancis, Kanada, Amerika memerlukan tenaganya pada zamannya. Sarjana Cairo pertama dari
Mahasiswa Indonesia dengan Nilai A.

6
Sederhana, jujur dan amanah. Ia adalah Ketua Diplomatik RI pertama yang mengikuti utusan
diplomat Mesir yang berkunjung ke Ibu kota Yogyakarta pada tahun 1947.
Saat Blokade Agresi Militer Belanda diperketat, rombongan diplomat Indonesia menembus dengan
mengikuti pesawat diplomat Mesir yang berangkat menuju negara-negara Arab. Maka lahirlah
perjanjian-perjanjian dengan Belanda Konferensi Meja Bundar yang diakui oleh dunia Internasional.
a. Pendidikan
 Fakultas filsafat universitas kairo, mesir (1938)
 Universitas sorbonne Paris (DOKTOR 1956)
b. Karier
 guru pada Islamitische Middelbaare School (Pesantren Luhur), Surakarta (1939-
1941)
 Pegawai Departemen P & K pada zaman Jepang
 Pegawai RRI Jakarta, siaran luar negeri
 Menteri Agama Kabinet Sjahrir (1946)
 Ketua delegasi diplomatik RI Pertama ke negara- negara Arab, Mesir, Yordania,
Syria, Lebanon,Irak (1947-1949)
 Dubes RI di Mesir dan Arab Saudi(1949-1951)
 Dubes RI di Iran (1953-1954)
 Dirjen Penerangan Deparlu/Deplu (1954-1955)
 Dubes RI di Pakistan (1956-1958)
 Associate Professor pada Institut Studi Islam, Universitas McGill, Kanada
(1959)
 Direktur Islamic Center, Washington, AS ( 1964-1967)
 Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia ( 1968-1985 )
 Direktur kantor Rabitah Alam Islami, Jakarta
c. Kegiatan Lain

 Anggota Pengurus Besar PII Partai Islam Indonesia (1940)


 Anggota Allience Francaise (Perhimpunan Prancis) (1940)
 Anggota Islam Studie Club (1940)
 Anggota PP Muhammadiyah
 Anggota Dewan Pusat Dakwah

d. Karya

7
 Consideration critique du Centini ou evolution de I'Islam en Indonesie (1956)
 Unity and Diversity in Islam dalam Prof. Kenneth Morgan, Islam the Straight
Path, Ronald Press New York (1956)
 Filsafat Agama (1965)
 Keutamaan Hukum Islam
 Islam dan Kebatinan (1967)
 Koreksi terhadap Drs. Nurcholish Madjid tentang Sekuralisme (1972)
 Empat Kuliah Agama Islam di Perguruan Tinggi (1974)
 Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia di Jakarta (1975)
 Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang Islam ditinjau dari berbagai
aspeknya, Bulan Bintang, (1977)
 Bibel, Qur'an dan Sains Modern, terjemahan dari buku La Bible, le coran et la
science, dr. Maurice Bucaille (1978)
 Kebebasan Beragama, Media Dakwah (1979)
 Humanisme dalam Islam terjemahan I'Humanisme de I'Islam oleh Dr. Marcel
Boisard (1980)
 Strategi Kebudayaan dan Pembaharuan Pendidikan Nasional (1980)

2. Pemikiran Kalam H.M Rasyidi

Pemikiran kalam beliau banyak yang berbeda dari beberapa tokoh seangkatannya. Hal ini
dilihat dari keritikan beliau terhadap Harun Nasution, dan Nurcholis Majid. Secara garis besar
pemikiran kalamnya dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi.
Rasyidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan pengertian
ilmu kalam dan teologi. Untuk itu Rasyidi berkata, “…Ada kesan bahwa ilmu kalam
adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen.”
Selanjutnya Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan teologi. Menurutnya, orang Barat memakai
istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tak memiliki istilah lain. Teologi
terdiri dari dua perkataa, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan logos, artinya ilmu. Jadi teologi berarti
ilmu ketuhanan.adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen adalah ketuhananNabi Isa, sebagai
salah satu dari tri-tunggal atau trinitas namun kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek
agama Kristen, yang di luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama
dengan tauhid atau ilmu kalam.
b. Tema-tema ilmu kalam

8
Salah satu tema ilmu kalam Harun Nasution yang dikritik oleh Rasyidi adalah deskripsi aliran-aliran
kalam yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi umat Islam sekarang, khususnya di Indonesia.
Untuk itu, Rasyidi berpendapat bahwa
menonjolnya perbedaan pendapat antara Asy’ariyah dan Mu’tazilah, sebagaimana dilakukan Harun
Nasution, akan melemahkan
iman para mahasiswa. Memang tidak ada agama yang mengagungkan akal seperti Islam, tetapi
dengan menggambarkan bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk, sedangkan wahyu hanya
membuat nilai yang dihasilkan pikiran manusia bersifat absolute-universal, berarti meremehkan ayat-
ayat al-Qur’an seperti:
Artinya; “Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 232) Rasyid kemudian menegaskan pada saat ini, di Barat sudah
dirasakan bahwa akal tidak mampu mengetahui baik dan buruk. Buktinya adalah kemunculan
eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Rasyidi mengakui bahwa soal-soal yang
pernah diperbincangkan pada dua belas abad yang lalu, masih ada yang relevan untuk masa sekarang,
tetapi ada pula yang sudah tidak relevan. Pada waktu sekarang, demikian Rasyidi menguraikan, yang
masih dirasakanlah oleh umat Islam pada
umumnya adalah keberadaan Syi’ah.
c. Hakikat iman
Bagian ini merupakan kritikan Rasyidi terhadap deskripsi iman yang
diberikan Nurcholis Madjid, yakni “percaya dan menaruh kepercayaan pada Tuhan. Dan sikap
apresiatif kepada Tuhan merupakan inti pengalaman keagamaan seseorang. Sikap ini disebut takwa.
Takwa diperkuat dengan kontak yang kontinu dengan Tuhan. Apresiasi ketuhanan menumbuhkan
kesadaran ketuhanan yang menyeluruh, sehingga
menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan.”
Menanggapi pernyataan di atas Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar menuju bersatunya
manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan dengan
manusia dengan manusia, yakni hidup dalam masyarakat. Bersatunya seseorang dengan Tuhan tidak
merupakan aspek yang mudah dicapai, mungkin hanya seseorang saja dari sejuta orang. Jadi, yang
terpenting dan aspek penyatuan itu adalah kepercayaan ibadah dan kemasyarakatan

9
3. Harun Nasution

Riwayat Singkat Harun Nasution Prof. Dr. Harun Nasution


(lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara, 23 September 1919 - wafat di Jakarta tanggal 18
September 1998) adalah seorang akademisi, intelektual, pemikir, filsuf dan
tokoh muslim Indonesia. Pernah menjabat sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah.

a. Masa Muda
Harun Nasution bersekolah di HIS( Hollandsche Indlansche School ) dan lulus pada tahun 1934. Pada
tahun 1937, lulus dari Kweekschool Ia melanjutkan pendidikan di Ahliyah Universitas Al-Azhar
pada tahun 1940. Dan pada tahun 1952, meraih gelar sarjana muda di American University of Cairo.
b. Karier
Harun Nasution menjadi pegawai Deplu Brussels dan Kairo pada tahun 1953-1960. Dia meraih gelar
doktor di Universitas McGill di Kanada pada tahun 1968. Selanjutnya, pada 1969 menjadi rektor
di IAIN Syarif Hidayatullah dan Universitas Negeri Jakarta. Pada tahun 1973, menjabat sebagai
rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Harun Nasution wafat pada tanggal 18 September 1998 di Jakarta.
c.Karya
Disamping sebagai seorang pengajar, Harun Nasution juga dikenal sebagai penulis. Beberapa buku
yang pernah ditulis oleh Harun Nasution antara lain:
 Akal dan Wahyu dalam Islam (1981)
 Filsafat Agama(1973)
 Islam Rasional (1995)
 Sejarah Pemikiran dan Gerakan(1975)
 Islam ditinjau dari berbagai aspeknya
 Teologi islam

Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23 September 1919 di Sumatera. Ayahnya, Jabar Ahmad
adalah seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab Jawi. Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah
Belanda HIS. Setelah tujuh tahun di HIS. Selama tujuh tahun, Harun belajar bahasa Belanda dan ilmu
pengetahuan umum di HIS itu, dia berada dalam lingkungan disiplin yang ketat. Di lingkungan
keluarga, harun memulai pendidikan Agama dari lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji,
shalat dan ibadah lainnya.[8] beliau meneruskan ke MIK (Modern Islamietishe Kweekschool) di
Bukittinggi pada tahun 1934. pendidikannya lalu diteruskan ke Universitas Al-Azhar, Mesir. Sambil
kuliah di Al-Azhar beliau kuliah juga di Universitas amerika di Mesir. Pendidikannya lalu
dilanjutkan ke Mc. Gill, Kanada pada tahun 1962.
Setiba di tanah air pada tahun 1969 beliau langsung terjun dalam bidang akademisi, yakni menjadi
dosen di IAIN Jakarta, IKIP Jakarta, dan kemudian juga pada Universitas Nasional. Harun Nasution

10
adalah figur sentral dalam semacam jaringan intelektual yang terbentuk dikawasan IAIN Ciputat
semenjak paruh kedua dasawarsa 70-an. Sentralitas Harun Nasution di dalam jaringan itu tentu saja
banyak ditopang kapasitas intelektualnya, dan kemudian kedudukan formalnya sebagai rektor
sekalibus salah seorang pengajar di IAIN.

4. Pemikiran Harun Nasution a.

a. Peranan Akal
Bukanlah secara kebetulan bila Harun Nasution memilih problematika akal dalam system teologi
Muhammad Abduh sebagai bahan kajian disertasinya di Universitas Mogill, Mentreal, Kanada. Besar
kecilnya peranan akal dalam system teologi suatau aliran sangat menentukan dinamis atau tidaknya
pemahaman seseorang tentang ajaran Islam. Berkenaan dengan akal ini,
Harun Nasution menulis demikian: “Akal melambangkan kekuatan manusia”.
Karena akal manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain
disekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk
mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah
kesanggupannya untuk menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.[11] Dalam sejarah Islam, akal
mempunyai kedudukan tinggi dan banyak dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan saja, akan tetapi dalam perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam sendiri. Pemikiran
akal dalam Islam diperintahkan Al-Qur’an sendiri. Bukanlah tidak ada dasarnya apabila ada penulis-
penulis, baik di kalangan Islam sendiri maupun di kalangan non-Islam, yang berpendapat bahwa Islam
adalah agama rasional.
b. Pembaharuan Teologi
Pembaharuan teologi yang menjadi predikat Harun Nasution. Pada dasarnya dibangun atas asumsi
bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam
Indonesia (juga di mana saja) adalah disebabkan “ada yang salah” dalam
teologi mereka. Pandangan ini serupa dengan pandangan kaum modernis lain pendahulunya
(Muhammad Abduh, Rasyid Ridha Al-Afghani, Sayid Amer Ali, dan lain-lain) yang memandang
perlu untuk kembali kepada teologi Islam yang sejati. Retorika ini mengandung pengertian bahwa
umat Islam dengan teologi fatalistic, irasional, predeterminisme serta penyerahan nasib telah
membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan
keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat Islam. Menurut Harun
Nasution, umat Islam hendaklah mengubah teologi yang berwatak free-will rasional, serta mandiri.
Tidak heran jika teori modernisasi ini selanjutnya menemukan teologi dalam khazanah Islam
klasik sendiri yakni teologi Mu’tazilah.

c. Hubungan akal dan wahyu

11
Salah satu focus pemikiran Harun Nasution adalah hubungan akal dan wahyu. Ia menjelaskan bahwa
hubungan akal dan wahyu memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan.
Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an. Orang yang beriman
tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak
menjelaskan semua permasalahan keagamaan.

Dalam pemikiran Islam, baik di bidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi di bidang ilmu fiqih, akal
tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap
benar. Akal dipakai untuk memahami teks wahu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya
memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan pemberi
interpretasi. Yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam sebenarnya bukan akal dan wahyu,
tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan lain dari teks wahyu itu juga. Jadi, yang
bertentangan sebenarnya dalam Islam adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal
ulama lain

12
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa H.M. Rasyidi berpandangan bahwa ilmu
kalam sama sekali berbeda dengan teologi. Beliau tidak sependapat dengan Harun yang sangat
mengagungkan akal yang dapat mengetahui baik dan buruk dilihat dari perkembangan
zaman.Tentang iman, Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar bersatunya manusia dengan
Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan
manusia,yakni hidup dalam masyarakat. Jadi, yang lebih penting dari aspek penyatuan itu adalah
kepercayaan, ibadah, dan kemasyarakatan.

Sementara, Harun Nasution adalah seorang tokoh pemikir ilmu kalam/teologi di mana beliau
memilki beberapa pemikiran-pemikiran terkait dengan masalah ini, di antaranya yaitu: beliau pernah
menulis bahwa Akal Melambangkan Kekuatan Manusia, hal ini mengartikan bahwa dengan akal lah
manusia dapat melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan keperluan hidupnya. Dengan akal
manusia dapat mengalahkan makhluk lain, dan bertambah tingginya akal manusia maka bertambah
tinggi pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal
manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi kekuatan-kekuatan lain
tersebut. Beliau juga berpendapat bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat
Islam Indonesia (juga di mana saja) adalah disebabkan “ada yang salah” dalam
teologi mereka, maka dari itu beliau memiliki pemikiran tentang pembaharuan teologi. Beliaupun
berpendapat bahwa ada hubungan antara akal dan wahyu. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi
dalam Al-Qur’an, orang yang beriman tidak
perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan
semua permasalahan keagamaan.
1. H. Mohamad Rasjidi (Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915
30 Januari 2001) adalah mantan Menteri Agama Indonesia pada Kabinet Sjahrir I dan Kabinet Sjahrir
II.Fakultas Filsafat, Universitas Kairo, Mesir (1938) Universitas Sorbonne, Paris (Doktor, 1956) Guru
pada Islamitische Middelbaare School (Pesantren Luhur), Surakarta (1939-1941) Guru Besar Fakultas
Hukum UI Direktur kantor Rabitah Alam Islami, Jakarta.
2. Pemikiran kalam Rasyidi antara lain : tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi, tema-tema
ilmu kalam, hakikat iman.

3. Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23 September 1919 di Sumatera. Ayahnya, Jabar
Ahmad adalah seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab Jawi.Pendidikan formalnya

13
dimulai dari sekolah Belanda HIS. Beliau meneruskan ke MIK (Modern Islamietishe
Kweekschool) di Bukittinggi pada tahun 1934. pendidikannya lalu diteruskan ke Universitas
Al-Azhar, Mesir. Sambil kuliah di Al-Azhar beliau kuliah juga di Universitas amerika di
Mesir. Pendidikannya lalu dilanjutkan ke Mc. Gill,Kanada pada tahun 1962.
4. Pemikiran Harun nasution ialah : peranan akal,pembaharuan teologi, hubungan akal dan
wahyu.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari
segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya. Dari segi isi juga masih perlu ditambahkan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat
memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/41752235/
MAKALAH_ALIRAN_DALAM_ILMU_KALAM_INDONESIA_HM_RASYIDI_DAN_HARUN_
NASUTION

https://id.wikipedia.org/wiki/mohammad_Rasjidi/Harun_Nasution

15

Anda mungkin juga menyukai