Anda di halaman 1dari 9

Pemikiran filsuf Islam Harun Nasution meliputi sejarah lahir dan karyanya.

Pemikirannya tentang Islam rasional, falsafah dan misitisime serta hubungan


akal dan wahyu.

Disusun Oleh :

Varadiba Savira : 0403201084

Zyan Anggra Ulfia Nasution : 0403201011

PRODI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATRA UTARA

MEDAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Dengan izin dan petunjuk Nya kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Pemikiran filsuf Islam Harun
Nasution meliputi sejarah lahir dan karyanya. Pemikirannya tentang Islam rasional,
falsafah dan misitisime serta hubungan akal dan wahyu.” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Adenan Ritonga. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen pengampu yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih tidak sempurna dan
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan dalam segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami selaku penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk makalah ini. Demikianlah
makalah ini kami buat, semoga dapat menambah wawasan dan manfaat untuk kita
semua.

Medan, 27 Desember 2021

Pemakalah

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................4

A.LATAR BELAKANG..............................................................................4

B.RUMUSAN MASALAH..........................................................................4

C. TUJUAN MASALAH…………………………………………………………….…………….…..4

BAB II

PEMBAHASAN........................................................................................5
A.PEMIKIRAN FILSUF ISLAM MENURUT HARUN NASUTION.......................5

B.PEMIKIRAN TENTANG ISLAM RASIONAL....................................................5

C.FALSAFAH DAN MISITISIME SERTA HUBUNGAN AKAL DAN WAHYU....6

PENUTUP..........................................................................................8
A.KESIMPULAN................................................................... ...............................8

B.SARAN............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................9

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harun Nasution seorang Ahli Filsafat Islam. Harun menulis beberapa judul buku. Harun
Nausution dalam ceramah-ceramahnya sering mengatakan Islam merupakan agama yang sangat
menghargai akal. Dalam artikel-artikelnya, Harun Nasution sering mengutip ayat Alqur’ an yang
berisikan tentang keharusan umat Islam dalam mempergunakan akal. Pernah menjadi rektor
IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta sejak Maret 1984.

H.A. Jabbar Nasution, adalah ayah Harun Nasuton, bekerja sebagai seorang kadi (pemuka
agama). Harun Nasution sudah lancar memmbaca Al Qur’ an saat usianya baru tujuh tahun.
Harun pernah disekolahkan di SD sekuler kolonial Hollandsch Inlandsch School (HIS) kota
kelahirannya. Lulus dari HIS pada 1934, melanjutkan pendidikannya di Moderne Islamietische
Kweekschool (MIK) di Bukittinggi, hingga lulus tahun 1937. Orang tuanya tidak memberi izin
masuk sekolah menengah umum di Yogyakarta. Semasa usia sekolah, Harun aktif di kepanduan.

Tahun 1940, Harun dikirim ke Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Harun Nasution berada di
luar negeri selama kurang lebih 12 tahun. Setelah itu barulah dia pulang ke Indonesia. Setiba di
tanah air, Harun Nasution melamar kerja ke Departemen Luar Negeri. Harun bekerja di
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo dan Brussel antara kurun waktu 1953-
1960. Karirnya naik dengan cepat, sampai pada akhirnya menduduki jabatan sebagai Sekretaris
III di KBRI Brasil. Penguasaan bahasa asingnya membuat karirnya cukup baik di Departemen
Luar Negeri.

B. RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana pemikiran filsuf islam menurut Harun Nasution?

2.Bagaimana pemikiran tentang islam rasional?


3.Bagaimana falsafah dan misitisime serta hubungan akal dan wahyu?

C. TUJUAN MASALAH
1.Mengetahui pemikiran filsuf islam menurut Harun Nasution

2.Mengetahui pemikiran tentang islam rasional

3.Mengetahui falsafah dan misitisime serta hubungan akal dan wahyu

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran Filsuf Islam Menurut Harun Nasution


Harun Nasution adalah seorang yang menganggap pentingnya pemikiran filosofis dalam
memahami persoalan persoalan keagamaan pendekatan yang dilakukan Harun Nasution dalam
memahami Islam adalah dengan jalan membagi ajaran Islam ke dalam dua bagian besar yaitu
ajaran yang bersifat mutlak dan absolut serta ajaran yang bersifat relatif dan nisbi ajaran mutlak
dan absolut adalah ajaran yang termaktub dalam Alquran dan hadis sebagai sumber utama. Tidak
boleh dirubah dan tidak boleh berubah. merubah Alquran dan hadis berarti masih rusak Islam itu
sendiri titik sedangkan ajaran yang bersifat relatif dan nisbi adalah ajaran Islam yang termasuk
dalam kitab-kitab fiqih, tauhid, tafsir, tasawuf dan lain-lain.

B. Pemikiran Tentang Islam Rasional


Harun Nasution menganggap penting untuk mempertimbangkan pemikiran rasional titik di
antara pemikiran rasional Yunani dengan pemikiran rasional dalam Islam. Sebab pemikiran
rasional dalam Islam tidak dapat lepas dari Alquran dan hadis, sehingga ia menamakannya
pemikiran rasional agamis. Dalam pemikiran ini, manusia memiliki kebebasan dan akal
mempunyai kedudukan tinggi dalam memahami ajaran Alquran dan hadis. Dalam pemikiran
rasional diusahakan pemahaman ayat dan hadits sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
pendapat akal dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran absolut.

Untuk menggunakan pemikiran rasional agar umat Islam memperoleh kemajuan Harun
Nasution banyak sekali atau sering mengintrodusir pemikiran filosofis klasik. Sebagaimana
tokoh-tokoh pembaharu Islam yang sering dijadikan rujukan yang seperti Muhammad Abduh
titik meskipun Harun Nasution sangat terkenal dengan pemikiran teologi nya pemikirannya di
lapangan filsafat juga tidak dapat dipandang remeh dua buah karya tulisnya filsafat dan
mistisisme dalam Islam dan filsafat agama karya penting untuk diteliti, sudah barang tentu karya-
karyanya yang lain yang ada kaitannya dengan pemikiran filsafat.

C. Falsafah dan Mistisme serta Hubungan Akal dan Wahyu


Pokok dari pemikiran Harun adalah mengenai hubungan akal dengan wahyu. Ia menyatakan
bahwa hubungan antar akal dengan wahyu memang masih banyak menimbulakn pertanyaan-
pertanyaan, meskipun di antara keduanya tidak ada pertentangan satu sama lainnya. Selain akal
dan wahyu, pemikiran Harun juga banyak bekisar pada kaum Mu‟tazilah, golongan yang dikenal
sebagai kaum rasional Islam, tetapi tidak menentang agama dan kemutlakan wahyu. Islam menurut Harun
berbeda dengan Islam yang banyak dipahami oleh umat Islam pada umumnya, karena baginya Islam
bukan hanya mempunyai satu-dua aspek saja, Islam di sini mempunyai beberapa aspek yang di antaranya
ialah: aspek teologi, aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisisme, aspek filsafat, aspek sejarah, aspek
kebudayaan dan lain sebagainya.

Inilah Islam yang sebenarnya menurut Harun, yang selama ini tidak banyak diketahui dan dipahami
oleh umat Islam hingga sekarang ini. Lebih lajut ia mengatakan bahwa Islam bukan hanya ibadah, fiqh,
tauhid, tafsir, Hadist dan akhlak. Menurut Harun, Islam lebih luas dari itu semua, termasuk di dalamnya
sejarah peradaban, falsafah, mistisisme, teologi hukum, lembaga-lembaga dan politik. Harun mengatakan
bahwa Islam juga terbagi atas “ ajaran” dan “ non ajaran” yang terakhir meliputi “ hasil dari
perkembangan Islam dalam sejarah” , seperti kebudayaan dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Sementara yang pertama meliputi “ ajaran dasar” , seperti yang terdapat dalam al-Qur‟an dan Hadist,
dan “ajaran sendiri bukanlah dasar” akan tetapi berupa penafsiran dan interpretasi yang dilakukan oleh
ulama-ulama terhadap ajaran-ajaran tersebut. Maka yang terjadi kemudian adalah madzhab-madzhab dan
aliran dalam hukum dan teologi, serta pemikiran dalam filsafat, mistisisme dan politik.61 Harun juga
berpendapat bahwa penyebab keterbelakangan umat Islam terutama di Indonesia, lebih disebabkan karena
umat Islam sudah banyak didominasi oleh pandangan hidup yang dibawa Asy‟ariyyah yang menurutnya
lebih bersifat tradisional.

Sementara pandangan hidup yang rasional seperti yang telah diterapkan oleh Mu‟tazilah tidak banyak
mereka ketahui, untuk itu perlu kiranya menurut Harun untuk mengenalkan teologi Mu‟tazilah agar
pandangan hidup tradisional bisa berubah dengan pandangan yang rasional. Sehingga umat Islam secara
kultural siap terlibat dalam pembangunan dan modernisasi dengan tetap berpijak pada tradisinya sendiri.
Muhammad „Abduh adalah tokoh yang paling berpengaruh terhadap pemikiran-pemikiran Harun
Nasution. Selain Muhammad „Abduh, Mu‟tazilah juga banyak memberikan pengaruh terhadap
pemikiranpemikiranya. Dalam pandangan Harun keduanya mempunyai pemikiran rasional dengan
menjunjung tinggi keberadaan akal yang sebenarnya dalam al-Qur‟an sendiri diperintakan untuk
digunakan. Keduanya juga banyak memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan dalam dunia Islam.

Harun mengatakan bahwa kata asli dari „aqala mempunyai arti mengikat dan menahan,
karena pada zaman jahiliyyah orang yang dapat menahan amarahnya dan mampu menyelesaikan
setiap permasalahan yang dihadapi disebut dengan „ aqil, karena mereka dapat menahan
amarahnya dan dapat bersikap bijaksana dalam mengatasi setiap adanya permasalahan, Akal
pikiran merupakan suatu nikmat dari Allah yang tiada taranya diberikan kepada manusia. Dengan akalnya
manusia bisa berpikir dan memikirkan apa yang terjadi di sekitarnya. Akal pula yang bisa membedakan
antara manusia dengan makhluk yang lainnya yang juga berada di bumi ini. Dengan akalnya, manusia
bisa membedakan yang baik dan yang buruk, dan bisa membedakan yang membahayakan dan
menyenangkan pada dirinya.

Wahyu menurut Harun adalah sebagai penolong akal untuk mengetahui alam akhirat dan
keadaan hidup manusia nanti. Wahyu juga memberikan kepada akal bagaimana kesenangan dan
kesengsaraan dan bentuk perhitungan yang akan dihadapinya di sana. Sungguhpun semua itu
sukar untuk dipahami oleh akal, akan tetapi menurut Harun akal bisa menerima adanya hal-hal
tersebut.65 Lebih lanjut Harun mengatakan bahwa wahyu sebagai pemberi informasi kepada akal
dalam mengatur masyarakat atas dasar prinsipprinsip yang sudah diwahyukan, dalam mendidik
manusia agar hidup dengan damai dengan sesamanya dan membukakan rahasia cinta yang
menjadi kententraman hidup dalam bermasyarakat. Wahyu juga mambawa syari‟at yang
mendorong manusia untuk melaksanakan kewajiban seperti kejujuran, berkata benar, dan
sebagainya.

Jadi Harun mengatakan bahwa antara akal dan wahyu seharunya tidak saling bertentangan,
bahkan sebaliknya iman seseorang akan semakin dalam apabila akal dipergunakan sepenuhnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa agama akan menemukan kembali vitalisnya dan
kemampuannya dalam menghadapi setiap tantangan zamannya apabila agama tersebut
memberikan tempat terhormat terhadap pikiran.

Menurut Harun Nasution, mistisisme dalam Islam memiliki keragaman aliran, dan masing-
masing aliran memiliki stasion puncak dalam perjalanan spiritualnya. Untuk mencapai puncak
spiritual tersebut, masing-masing aliran memiliki sejumlah al-maqamat (stations) yang harus
dilali dan setiap al-maqamat memiliki al-ahwal yang berbeda-beda pula. Lebih lanjut, subtansi
dari ajaran tasawuf adalah perpaduan antara iman, ibadah, amal sholeh dan ahlak mulia,
melahirkan manusia takwa, tawakkal, iklas, taubat, syukur, harapa, sabar, khauf, dan uzlah.
Seluruh elemen tersebut harus menyatu. Iman harus direflesikan dalam bentuk ibadah, dan
ibadah yang benar adalah yang membawa dampak positif dalam bentuk amal sholeh dan akhlak
mulia. Perpaduan elemen-elemen tersebut melahirkan peradaban Islam.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Filsafat yang pada sejarah awalnya sebagai induk dari ilmu pengetahuan berkembang dari
tradisi Yunani. Dan masuk ke dunia islam lewat penerjemahan karya-karya filsafat Yunani ke
dalam bahasa Arab dari sinilah mulai muncul adanya usaha mengungsikan filsafat dalam
lapangan agama Titiek Harun Nasution adalah salah seorang yang mengajarkan pentingnya
pemikiran yang menggunakan akal atau filsafat dalam lapangan agama titik yang biasanya
dinamakan pemikiran filosofis agar bisa atau dapat dikatakan sebagai filsafat Islam.

B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun, Falsafat Islam dan Misticisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1976
…………Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta : UI Press, 1986

Anda mungkin juga menyukai