M. Quraish Shihab
2
Pemikiran Tafsir Modern
M. Quraish Shihab
Bagi Shihab, tafsir Al-Qur’an sejatinya memiliki kedudukan besar
dalam siklus peradaban masyarakat. Perwujudan tafsir Al-Qur’an
yang ada di masyarakat sekaligus merefleksikan arus pemikiran
mereka. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kualitas penafsiran
Al-Qur’an menjadi sesuatu yang signifikan. Shihab berpendapat
bahwa sudah saatnya untuk menggiatkan pendekatan yang tidak
monodisiplin dalam mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an.Pemikirannya
ini menunjukkan bahwa Shihab termasuk orang yang
menganjurkan upaya modernisasi dalam penafsiran Al-Qur’an.
3
Biografi M. Quraish Shihab
Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab,
lahir di Rapang Sulawesi Selatan pada tanggal 16
Februari 1944. Beliau adalah putra keempat dari seorang
ulama besar almarhum Prof. H. Abd. Al-Rahman Shihab,
guru besar ilmu Tafsir dan mantan Rektor UMI dan IAIN
Alauddin Ujung Pandang, bahkan sebagai pendiri kedua
Perguruan Tinggi tersebut.
4
Metode Tafsir M. Quraish Shihab
Corak atau metode penafsiran adalah kecenderungan seorang penafsir
(mufassir) dalam memahami Al-Quran. Biasanya, seorang penafsir memiliki
kecenderungan bidang tertentu dalam menafsirkan Al-Quran. Menurut
Quraish, corak-corak penafsiran yang dikenal selama ini antara lain:
1. Corak sastra bahasa
2. Corak filsafat dan teologi
3. Corak penafsiran ilmiah
4. Corak fiqh atau hukum
5. Corak tasawuf
6. Corak sosial kemasyarakatan
5
Pendekatan yang Digunakan M. Quraish Shihab
6
Pengaruh Pemikiran Tafsir Modern
7
Kesimpulan
Quraish memang bukan satu-satunya pakar Al-Qur’an di Indonesia, tetapi
kemampuannya dalam menerjemahkan dan menyampaikan pesan-pesan
AlQur’an dalam konteks kekinian dan masa post-modern membuatnya lebih
dikenal dan lebih unggul daripada pakar Al-Qur’an lainnya. Quraish Shihab
sangat berpengaruh dalam perkembangan Islam di Indonesia khususnya
dalam perkembangan yang sudah modern sekarang ini baik dari segi agama,
ekonomi, sosial, dan politik. Melalui karya-karyanya, Shihab telah berhasil
mengomunikasikan ide- idenya kepada masyarakat luas. Namun demikian,
posisi Shihab dalam kapasitasnya sebagai seorang cendekiawan muslim
Indonesia, tidak serta-merta memiliki pemikiran yang tidak dikritisi oleh
cendekiawan yang lainnya. Hal itu merupakan suatu keniscayaan dan
kewajaran dalam bidang ilmu pengetahuan.
8
TERIMA KASIH
9
9