Anda di halaman 1dari 11

TYPOLOGY KUTUB AL-HADITS

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

“ULUM AL-HADITS II”

Dosen Pengampu:
Mohamad Anas, S.T, M.Th.I.

Disusun Oleh:
Kun Muhammad Naufal Maulana

Ilham Akbar

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

JURUSAN USHULUDDIN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALFITHRAH

SURABAYA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis Nabi diyakini oleh umat Islam sebagai sumber ajaran Islam
kedua setelah Al-Qur’an. Sebagai sumber ajaran, tentunya hadis Nabi
dipelajari umat dari tingkat yang paling dasar hingga yang paling tinggi,
terutama berkaitan dengan berbagai kajian yang berhubungan dengan
hadis. Selain itu, hadis juga merupakan salah satu rujukan penting dalam
pembentukan hukum Islam sesudah Al-Qur’an.
Di samping itu, hadis juga mempunya fungsi sebagai penjelas
terhadap makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Kitab hadis karya
para mukharrij al-hadits, sangatlah beragam baik dilihat dari sistematika,
metode, topik penghimpunan maupun kualitas hadis yang terkandung
dalam kitab tersebut. Dengan adanya keragaman kitab hadis, terutama dari
segi kualitas hadis yang dikandungnya, maka upaya meneliti validitas
hadits-hadis yang dikandungnya menjadi sangat urgen untuk dilakukan,
agar umat Islam benar-benar mampu membedakan dan memilah-memilih
hadis antara yang shahih dengan yang tidak shahih.
Disini pemakalah akan membahas tentang typology kutub Al-
Hadits diantaranya al jami`,al musnad,sunan,mustadrak dan mustakhraj

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana typology kitab Al-Jami`,Al-Musnad dan Sunan?
2) Bagaimana typology kitab Mustadrak dan Mustakhraj?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Typology Kitab Al-Jami`,Al-Musnad dan Sunan


1. Al-Jami`
Kata al-Jami’ dalam ilmu hadits mengandung pengertian
bahwa kitab tersebut menghimpun hadits dari berbagai bidang,
seperti aqidah, hukum, tafsir, tarikh dan sebagainya. Dalam kitab
al-Jami’ al-Shahih, Bukhari memasukkan semua hadits shahih
yang berkaitan dengan al-Ahkam, al-Fadha’il, al-Akhbar masa lalu
dan masa yang akan dating dan sebagainya1
Menurut Muhibbudin al-Khathib, sebagaimana dikutip
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, perhitungan paling akurat terhadap
hadits shahih Bukhari adalah sebagaimana yang dilakukan oleh
Muhammad Fuad Abdul Baqi. Menurutnya, jumlah hadits dalam
Shahih Bukhari disertai pengulangan sebanyak 7563, selain ta’liq,
muttabi’, mauquf dan munqathi’. Sedangkan jika tanpa
pengulangan jumlah keseluruhan haditsnya sebanyak 2607.2
Kitab al-jami’. Karakteristik kitab model jami' adalah kitab
hadits tersebut mengumpulkan semua bab hadits; mulai dari
aqidah, fiqih, sejarah, dan adab atau akhlaq.
Contohnya adalah kitab al-Jami' as-Shahih karya Imam
Bukhari (w. 256 H), al-Jami' as-Shahih karya Imam Muslim (w.
261 H), Jami' at-Tirmidzi karya Imam at-Tirmidzi (w. 279 H).
Memang kadang suatu kitab bisa masuk satu kategori tapi juga
masuk kategori lain. Misalnya: al-jami’ as-shahih karya Imam
Bukhari ini masuk dalam jajaran kitab al-jami’, tetapi kitab ini juga
bisa masuk dalam jajaran kitab as-Shahih, karena penulisnya hanya
memasukkan hadits shahih saja.

1
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1989, 1989), 313.
2
Ibid. h. 312.

2
2. Al-Musnad
Kitab-kitab al-Musnad. Metode musnad ialah membuat bab
sesuai rawî tertingginya yaitu sahabat. Berbeda dengan kitab-kitab
al-Muwattha’ yang masih mencampur Hadits dengan perkataan
sahabat dan yang lainnya, kitab-kitab musnad hanya memasukkan
Hadits nabi saja3. Orang pertama yang menyusun Hadits dengan
konsep ini adalah Abû Dawûd Sulaymân ibn al-Jarrad al-Tayyalasi
(133-204 H)104
Pengertian musnad secara terminologis, menurut Subhi al-
Shalih musnad adalah kitab yang hadis-hadis di dalamnya
disebutkan sesuai nama sahabat periwayatnya, baik menurut
cepatnya masuk Islam atau menurut nasab.2 Sedangkan menurut
al-Mubarakfury, musnad adalah kitab yang menyebutkan hadis-
hadis sesuai dengan urutan nama sahabat periwayatnya, baik secara
alfabetis, menurut urutan yang pertama masuk Islam, ataupun
menurut kemuliaan nasab5
Dua pengertian tersebut di atas menyebutkan tiga dasar
perurutan nama sahabat dalam kitab musnad, yaitu berdasarkan
cepatnya masuk Islam, berdasarkan urutan huruf hijaiyah, nama
awal, dan berdasarkan kemuliaan nasab. Pengertian musnad
dikemukakan pula oleh M. Syuhudi Ismail, yaitu kitab-kitab hadis
yang oleh penyusunnya hadis-hadis itu disusun berdasarkan nama
sahabat periwayat hadis bersangkutan. Penentuan urutan nama
sahabat dalam kitab-kitab musnad berbeda-beda menurut kriteria
penulisnya masing-masing, di antaranya berdasarkan: a) Urutan
nama sahabat yang mula-mula masuk Islam; dimulai dengan urutan
nama-nama sepuluh orang sahabat yang mula-mula masuk Islam,
disusul nama-nama sahabat yang memeluk Islam selanjutnya; b)
3
Subhi Shalih, Membahas Imu-Ilmu Hadits, terj. Tim Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2009), 59
4
Ahmad bin Ali Abu Bakr Khatib al-Baghdadi, Tarikh al-Baghdadi, juz IV (Beirut: Dâr al-Kutub
al-`Ilmiyah, tth.), 412-42
5
Ibn Abd al-Rahim al-Mubarakfuriy, Muqaddimah Tuhfat al-Ahwaziy (cet. II, t.t: t.ttp, 1965), 184

3
Urutan huruf hijaiyah; c) Urutan nama qabilah, dimulai dengan
Bani Hasyim, kemudian kelompok keluarga yang makin mendekat
dengan nasab Rasulullah; c) Urutan nama sahabat yang kemudian
terbagi-bagi lagi kepada bab-bab fiqhi, Musnad yang termasuk
kategori ini, misalnya kitab Musnad al-Kabir oleh Baqy bin
Makhlad al-Qurthubi.6
Kitab ini menghimpung hadis yang berkenaan dengan
aqidah, perintah-perintah dan larangan, etika, dan segala persoalan
keagamaan lainnya. Metode penyusunan hadis sebagaimana dalam
kitab musnad ini memiliki kekurangan dan kelebihan.
Kekurangannya adalah jika seseorang ingin mencari hadis dengan
hanya mengetahui topik atau matannya tanpa mengetahui sahabat
yang meriwayatkan hadis tersebut, maka ia akan menemui
kesulitan untuk mendapatkan hadis tersebut. Jadi, untuk
mendapatkan suatu hadis dengan mudah, sebaiknya diketahui
terlebih dahulu periwayat pertama hadis tersebut. Adapun
kelebihan kitab musnad ini adalah jika seseorang ingin mengetahui
fiqhi seorang sahabat, maka ia cukup merujuk kepada musnadnya.
Misalnya, orang yang ingin mengetahui fiqhi Umar ra., maka ia
dapat menemukannya dalam musnad Umar, begitu pula riwayat-
riwayatnya, fatwa-fatwanya, atau hukum- hukum yang
ditetapkannya7. Kekurangan kitab musnad ini dapat diatasi
sekarang dengan adanya kitab mu’jam hadis.
Mengenai kualitas kitab Musnad, dinilai berada di bawah
al-kutub al-khamsah (lima kitab standar), sebab hadis-hadis yang
termaktub dalam musnad tidak diseleksi kualitasnya secara ketat
oleh penyusunnya terlebih dahulu, sehingga kitab ini menghimpun
hadis-hadis Nabi yang kualitasnya shahih, hasan , dan dhaif,
gharib, syadz, munkar dan sebagainya8Oleh karena itu, hadis-hadis
6
M. Syuhudi Ismail, Diktat Pembahasan Kitab-kitab Hadis (Ujung Pandang: tp. 1989), 13
7
Muhammad Abu Zahrah, Turatsul Insaniyah, Jilid 1 (t.tp: Dar al-Rasyad al-Haditsah), 190
8
M. Syuhudi Ismail, Diktat Pembahasan Kitab-kitab Hadis, 14

4
dari kitab-kitab al-masanid haruslah terlebih dahulu diteliti dengan
baik sanad dan matannya agar terhindar dari penggunaan hujjah
yang tidak memenuhi syarat.
3. Sunan
Sunan adalah bentuk plural dari kata sunnah. Metode as-
sunan adalah penulisan kitab Hadits dengan menggunakan bab-bab
fiqh dan hanya hadits-hadits marfu' saja yang ditulis, berbeda
dengan Muwattha' yang didalamnya masih terdapat atsar shahabat
dan tabiin.
Pada era ini, istilah-istilah baru yang berdasarkan pada
klasifikasi kualitas Hadits bermunculan, di antaranya Hadits hasan.
Istilah ini dimunculkan oleh al-Tirmidzi, sebelumnya ulama’ hanya
membagi Hadits kepada dua kategori yakni, Hadits shahîh dan
dla`if9. Karena kitab al-Tirmidzi banyak memuat Hadits hasan,
maka kitab ini populer pula dengan sebutan kitab Hadits hasan.
B. Typology Kitab Mustadrak dan Mustakhraj
1. Mustadrak
Dalam menyusun al-Mustadrak, al-Hakim dilatarbelakangi
oleh gugahan hatinya untuk menelisik hadis sahih yang setingkat
dengan Shahihain (kitab al-Bukhari dan Muslim). Menurut al-
Hakim, hadis yang memenuhi kriteria kesahihan masih berserakan
di luar Shahihain, baik yang belum dicatat ulama hadis maupun
yang sudah dikodifikasi dalam beberapa kitab hadis. Tidak aneh
jika banyak sanad dan atau matan hadis yang diriwayatkannya
sama dengan yang diriwayatkan oleh ulama lainnya. Di samping
itu, ada pula matan hadis yang sama melalui sanad yang berbeda
atau ada hadis semakna dengan diriwayatkan ulama lain tetapi
dengan menggunakan matan yang berlainan. Asumsi al-Hakim ini

9
Taqi al-Din Ahmad ibn Abd al-Halim Ibn Taymiyah, Majmu` Fatawa li Ibn Taymiyah, juz I (t.tp:
Dar al-Arabiyah, t.t.), 252

5
semakin kuat atas dasar ucapan al-Bukhari, bahwa masih banyak
hadis sahih yang tercecer yang belum sempat dihimpunnya10
Dalam menentukan kesahihan hadis, al-Hakim
menggunakan metode murni penalaran ijtihad. Prinsip dasar
dengan metode ini bukan sesuatu yang baru, karena ulama
sebelumnya seperti al-Ramahurmuzi dan beberapa ulama hadis lain
pernah menggunakan konsep ini. Secara tegas, al-Hakim membagi
konsep ijtihadnya ke dalam empat sudut pandang, yakni: (1) dilihat
dari kriteria kesahihan hadis; (2) dilihat dari klasifikasi hadis; (3)
dilihat dari pendekatan status sanad dan matan; dan (4) dilihat dari
standar penentuan kesahihan hadis11

Kitab Al-Mustadrak ‘ala al-Shahihayn ini disusun


berdasarkan bab-bab fiqih sebagaimana kitab Shahih al-Bukhari
dan Shahih Muslim. Dalam kitab ini, al-Hakim mencantumkan tiga
kategori hadits, yaitu:
a) Hadits-hadits shahih menurut syarat al-Bukhari dan
Muslim atau salah satunya, tetapi keduanya tidak
meriwayatkan dalam kitab mereka.
b) Hadits-hadits shahih menurut al-Hakim, meskipun
tidak sesuai dengan kriteria al-Bukhari dan Muslim
atau salah satunya, yang disebutnya shahihah al-
isnad.
c) Hadits-hadits yang tidak shahih menurut al-Hakim
dan dijelaskan sebab-sebabnya12
2. Mustakhraj
10
Al-Imam Al-Hafidz Abi ‘Abdillah Muhammad Ibn ‘Abdillah Al-Hakim Al-Naysaburi, al-
Mustadrak ‘Ala Shahihain. (Beirut, Dar al-Kutub al-‘Alamiyah). 11-12
11
Eko Zulfikar. Teori dan Aplikasi Al-Hakim dalam Kitab Al-Mustadrak ‘Ala Shahihain. Jurnal
Ilmu Ushuluddhin, Adab dan Dakwah. Vol.2 No. 2,( Desember 2020), 255.
12
Indri, Studi Hadis. (Jakarta, Prenada Media Group; 2016). 124

6
Metode Mustakhraj adalah penyusunan kitab Hadits dengan
mengambil dari kitab tertentu namun mengambil jalur sanad yang
berbeda, penyusun kitab menempuh sanad lewat gurunya namun
guru tersebut memiliki sanad yang sama dengan sanad penyusun
Hadits yang di-takhrij atau kedua guru itu bertemu pada sanad di
atasnya13
Konsep penyusunan ini lazim digunakan pada abad ke-4 H
dan abad ke-5 H. Di antara kitab yang disusun dengan konsep ini
adalah Mustakhraj Abî `Awanah `Ala Muslim, Mustakhraj al-
Isma`ili `ala al-Bukhari, dan lain lain. Abad ke-5 H merupakan
akhir dari era kodifikasi hadits. Setelah era tersebut, sumber asli
dari kitab-kitab hadits serta sanad yang mu`tabar relatif tidak
terdapat lagi. Bahkan menurut al-Bayhâqî, para ulamâ’ menolak
mengambil hadits selain dari kitab para ulamâ’ lima abad pertama.
Dalam terminologi ahli Hadits, karya yang lahir setelah abad ke-5
H lazim disebut “referensi baru”14

BAB III

KESIMPULAN

1. Tipology kitab Al-Jami`,Almusnad dan Sunan

13
Yusuf `Abd al-Rahman, `Ilm Fahrasah al-Hadits (Beirut: Dar al-Ma`rifah, 1986), 16
14
Ibid., 17

7
a) Al-Jami`
Kitab al-jami’. Karakteristik kitab model jami' adalah kitab
hadits tersebut mengumpulkan semua bab hadits; mulai dari
aqidah, fiqih, sejarah, dan adab atau akhlaq
b) Al-Musnad
Metode musnad ialah membuat bab sesuai rawî
tertingginya yaitu sahabat. Berbeda dengan kitab-kitab al-
Muwattha’ yang masih mencampur Hadits dengan perkataan
sahabat dan yang lainnya, kitab-kitab musnad hanya memasukkan
Hadits nabi saja
c) Sunan
Metode as-sunan adalah penulisan kitab Hadits dengan
menggunakan bab-bab fiqh dan hanya hadits-hadits marfu' saja
yang ditulis, berbeda dengan Muwattha' yang didalamnya masih
terdapat atsar shahabat dan tabiin.
2. Tipology kitab Mustadrak dan Mustakhraj
a) Mustadrak
Menurut al-Hakim, hadis yang memenuhi kriteria
kesahihan masih berserakan di luar Shahihain, baik yang belum
dicatat ulama hadis maupun yang sudah dikodifikasi dalam
beberapa kitab hadis. Tidak aneh jika banyak sanad dan atau matan
hadis yang diriwayatkannya sama dengan yang diriwayatkan oleh
ulama lainnya. Di samping itu, ada pula matan hadis yang sama
melalui sanad yang berbeda atau ada hadis semakna dengan
diriwayatkan ulama lain tetapi dengan menggunakan matan yang
berlainan. Asumsi al-Hakim ini semakin kuat atas dasar ucapan al-
Bukhari, bahwa masih banyak hadis sahih yang tercecer yang
belum sempat dihimpunnya.
b) Mustakhraj
Metode Mustakhraj adalah penyusunan kitab Hadits dengan
mengambil dari kitab tertentu namun mengambil jalur sanad yang

8
berbeda, penyusun kitab menempuh sanad lewat gurunya namun
guru tersebut memiliki sanad yang sama dengan sanad penyusun
Hadits yang di-takhrij atau kedua guru itu bertemu pada sanad di
atasnya.

DAFTAR PUSTAKA

al-Baghdadi Ahmad bin Ali Abu Bakr Khatib, Tarikh al-Baghdadi, juz IV Beirut:
Dâr al-Kutub al-`Ilmiyah, tth.
Al-Naysaburi Al-Imam Al-Hafidz Abi ‘Abdillah Muhammad Ibn ‘Abdillah Al-
Hakim, al-Mustadrak ‘Ala Shahihain. Beirut, Dar al-Kutub al-‘Alamiyah
Zulfikar Eko. Teori dan Aplikasi Al-Hakim dalam Kitab Al-Mustadrak ‘Ala
Shahihain. Jurnal Ilmu Ushuluddhin, Adab dan Dakwah. Vol.2 No. 2,
Desember 2020
al-Mubarakfuriy Ibn Abd al-Rahim, Muqaddimah Tuhfat al-Ahwaziy cet. II, t.t:
t.ttp, 1965
Indri, Studi Hadis. Jakarta, Prenada Media Group; 2016
Ismail M. Syuhudi, Diktat Pembahasan Kitab-kitab Hadis Ujung Pandang: tp.
1989
al-Khathib Muhammad ‘Ajjaj, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu,
Beirut: Dar al-Fikr, 1989, 1989
Zahrah Muhammad Abu, Turatsul Insaniyah, Jilid 1 t.tp: Dar al-Rasyad al-
Haditsah
Shalih Subhi, Membahas Imu-Ilmu Hadits, terj. Tim Pustaka Firdaus Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2009
Ibn Taymiyah Taqi al-Din Ahmad ibn Abd al-Halim, Majmu` Fatawa li Ibn
Taymiyah, juz I t.tp: Dar al-Arabiyah, t.t.
Abd al-Rahman Yusuf `, `Ilm Fahrasah al-Hadits Beirut: Dar al-Ma`rifah, 1986

9
10

Anda mungkin juga menyukai